Mengenangmu Gadis Cantik - Cerpen Sedih

MENGENANGMU GADIS MANIS
Karya Tri Cahyana Nugraha

Semuanya berawal dari taman ini. Taman, pagi hari. ketika sang permaisuri berduri menari mengiringi belai halus sang angin. Ketika mentari menyambut para penghuni dari belenggu mimpi. Aku... duduk diam di dingklik taman, menikmati kemegahan istana kami yang diberikan allah. Dua jam saya membeku dibuatnya.
“maaf boleh ikut duduk ?” bunyi seorang perempuan mebangunkanku dari duniaku.
“iya boleh” jawabku.

Sesaat perhatianku teralihkan oleh rupa sang peserta kecantikan. Wanita dengan kulit putih kecoklatan dengan tahi lalat menghiasi mukanya, lebih indah dengan pipi cabi dan rambut sedikit ikal terurai hingga sedikit dibawah bahu. Senyum manis menoleh ke arahku ketika ku perhatikan tubuhnya yang agak gendut.
“kenapa bengong?” tanyanya
“ah engga” jawabku sambil memalingkan pandangan.
“oh ya kenalin namaku Anggita” mengenalkan dirinya.
“oh i-iya namaku Tri” jawabku sedikit gugup.
“oh Tri, ngapain kau disini?” tanyanya kembali.
“menikmati pertunjukan” jawabku singkat.
“pertunjukkan apa?” tanyanya keheranan.
“semua ini, kicau burung, sinar mentari, tarian pepohonan, hembusan angin. Semua ini pertunjukkan alam untuk kita” jawabku sambil tersenyum.
“sama doong, saya jugaaa. Liat disana, kupu-kupu meneguk sari bunga” sembari menunjuk ke arah kumpulan bunga mawar dengan beberapa kupu-kupu berterbangan di atasnya.
“iyaya, lihat juga disana. Burung-burung menari-nari di dahan pohon” sambutku dengan semangat.
“ih iyaya, lucu banget kayaknya yang di kanan cowonya yang dikiri cewenya. Liat romantis banget si cewenya ngelus-ngelusin kepalanya ke leher cowonya” timbalnya kembali.
“iyaya, kelihatan sangat bahagia” jawabku dengan bahagia.
“baru pertama saya ketemu pemuda kayak kamu” bisiknya sembari tersenyum manis
“maksudnya kayak aku?” tanyaku dengan keheranan.
“iyaa biasanya kalo saya ketemu cowok, niscaya yang mereka menganggap hal menyerupai ini ga penting, biasa aja. 

Mengenangmu Gadis Manis
Mereka akan lebih terhibur kalo menonton bioskop atau pertunjukan musik” jelasnya sembari memandangku dengan senyuman.
“ah saya juga suka musik kok” jawabku dengan tersipu.
“iya tapi kau beda” ucapnya, terlihat pipinya memerah.
“haha sanggup aja dasar” jawabku semakin tidak karuan.
“oh ya, no kau berapa? Aku harap kita sanggup ketemu lagi” pintanya menyerupai memberi suatu harapan.
“083820908955, iya agar kita sanggup ketemu lagi” jawabku dengan sangat berharap.
“yaudah ya, udah siang saya harus pulang daaah” pamitnya.

Tak berucap saya hanya melambaikan tangan. Semenjak dikala itu kami sering berkirim pesan. Sesekali menelfon bahkan bertemu hanya untuk sekedar menikmati keindahan panggung kehidupan. Dari bicaranya tampaknya beliau ialah orang sangat suka bercerita, segalanya beliau ceritakan dari dirinya, keluarganya hingga mantan dan pacarnya. Ya pacarnya, beliau telah dimiliki orang lain. Jujur saya mulai mencicipi hal yang berbeda ketika bersamanya, dunia yang begitu besar teralihkan hanya oleh senyuman dan ocehannya. 

Terlintas untuk memilikinya atau hanya sekedar untuk mengungkapkan cinta. Namun keberanianku hilang, saya tak mau kalau saya jujur akan perasaanku kebersamaan kami tak akan sanggup menyerupai dahulu, karna mustahil beliau meninggalkannya untukku. Semakin usang saya bersamanya semakin saya mengenal beliau dan keluarganya, beliau ialah gadis padang. Ibu dan ayahnya ialah seorang guru, beliau mempunyai dua abang laki-laki yang sangat perhatian padanya. Berasal dari keluarga yang harmonis, membuatnya menjadi gadis periang. Meski sekarang tinggal jauh dari minang, tapi beliau tetap ceria. Ya sekarang beliau di bandung, menuntaskan pendidikaan bahasa indonesianya disini. Satu hal yang saya suka dari dia, meskipun saya hanya seorang bartender yang pendidikannya tak lebih dari d1, beliau tidak menganggapku rendah atau menjauhiku karna kehidupannku yang berkutat di dunia malam, dengan minuman dan wanita-wanita malam.

Pernah suatu ketika ketika beliau berkunjung ke klub malam tempatku bekerja bersama teman-temannya, ketika itu saya sedang menyiapkan minuman untuk seorang pelanggan perempuan yang mabuk, perempuan itu tiba-tiba memgang tanganku dengan bersahabat dan mencoba menciumku. Aku tidak berbuat apa-apa hanya mencoba untuk menghindar sebisanya, karna kalau saya menciptakan pelanggan tidak nyaman akan dipecat. Memang sebuah kerugian bagi pegawai yang tidak sanggup berbuat apa-apa bila ada pelanggan bejat. Saat itu dialah yang menolongku, menampar perempuan itu dan mendorong perempuan mabuk itu. Hal yang berbeda dari perempuan lain yang mungkin malah akan murka dan mengumpatku karna saya hanya diam saja.

Kami menjalani korelasi yang abnormal selama hampir tiga bulan, sahabat sebagai kekasih, dan kekasih sebagai teman. hingga hasilnya suatu hari beliau menghilang begitu saja, kami sudah tak bertemu, bahkan untuk sekedar berkirim pesanpun tidak. Bahkan no.nyapun sudah tak aktif. Jejaring sosial pun ia blokir. Setahun saya hidup dalam kebimbangan. Mengingatnya untuk bersedih, mengenangnya untuk meringis dan merindunya untuk menangis.

Taman, pagi hari. ketika sang permaisuri berduri menari mengiringi belai halus sang angin. Ketika mentari menyambut para penghuni dari belenggu mimpi. Aku... duduk diam di dingklik taman, menikmati kemegahan istana kami yang diberikan allah. Dua jam saya membeku dibuatnya.
“hai lagi apa?” bunyi seorang perempuan mebangunkanku dari duniaku.
“Lagi menikmati dunia” jawabku.

Dia, kembali. Wanita itu datang. Berbeda, berkerudung putih, dengan badan mengurus, melepas rindu mengingat masa kemudian hingga hingga pada pertanyaan itu.
“kamu kemana aja setahun ini?” tanyaku.
“ada kok, saya selalu mengawasimu” jawabnya dengan senyum.
“bohong, saya ga pernah melihatmu” sahutku dengan agak marah.
“tapi saya selalu melihatmu” jawabnya dengan senyum kembali.
“kamu kenapa? Aneh banget sih nyebelin” dengan murka saya menjawabnya.
“aku mencintaimu, selalu mencintaimu, saya akan menunggumu disana, di keabadian allah” jawabnya.
“de de bangun, mau hujan” seorang laki-laki renta penjaga taman membangunkanku.
“eh iyaya pak” saya menjawab dengan sedikit bingung.

Akhirnya saya sadar ternyata semua itu hanya mimpiku. Seminggu sehabis insiden itu saya mendapatkan surat dari anggita.
“tri, gimana kabar kamu? Baik-baik aja kan? Aku kangen sama kamu. Tapi saya gak sanggup ketemu sama kamu, mungkin gak disini, tapi nanti di surga. Maaf ya saya pergi gitu aja tanpa ngasih tahu kamu. Sebenarnya saya mau jujur, bersama-sama saya terkena leukimia, dan sejak setahun kemudian penyakit itu semakin ganas menyerangku. Aku gak mau kau tahu, karna itu cuman menciptakan kau iba padaku. Aku gak mau kau mengasihani aku, saya mau kau menyayangi aku. saya sayang kamu, saya sayang kamu, saya sayang kau tri. Jika kau mendapatkan surat ini, berarti saya sudah berada disisi allah. Jangan kau tangisi kepergianku, saya pergi bukan meninggalkanmu, tapi saya pergi untuk mengawasimu dari sana. Semoga di sana kita sanggup bersama. Aku sayang kamu, dari wanitamu anggita”

Seperti petir di siang bolong. Aku menangis, betapa tidak. Wanita yang kucintai ternyata menyembunyikan hal yang membuatnya beliau pergi dariku. Sungguh kesedihanku tak terbendung, dunia begitu tak berarti bagiku. Aku berkali-kali mencoba untuk menyusulnya, namun senyumnya selalu mencegahku seakan berkata “belum waktunya”. Sehari setiap bulan saya selalu mengunjungi taman itu, seumur hidup hingga saya sekarang berusia 70 tahun. Hingga sekarang saya mempunyai satu istri dua anak dan empat cucu. Aku selalu mengenangmu gadis manisku.

PROFIL PENULIS
Nama : Tri Cahyana Nugraha
Add fb : Tri Cahyana Nugraha
Follow twitter : tricnugraha
Blog : tricahyananugraha.blogspot.com
Email : tricahyana1993@gmail.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel