Don’T Say Goodby - Cerpen Sedih

DON'T SAY GOODBY
Karya Sani Oktavera

30 Oktober, Korea Selatan.
Udara pagi hari di kota Seoul yang diselimuti oleh kabut tipis berwarna putih begitu sangat masbodoh hingga terasa hingga ke tulang, semua orang yang berbicara terus mengeluarkan asap tipis dari lisan mereka.

Tampak Seorang gadis sedang terduduk di lantai didepan sebuah Toko Pakaian sambil memeluk sepasang kakinya dan menenggelamkan wajahnya diantara kedua lututnya, dengan pakaiannya yang terlihat gila dan di sertai dengan sandal jepit.

#flash back
Kinan yaitu seorang gadis berdarah Indonesia. Dia yaitu seorang penderita Kanker Hati stadium 4. Demi sang idola, kinan lebih menentukan berobat ke Negeri Ginseng kawasan sang idola berada dibandingkan ke Negeri tetangga, Singapura.
Don’t Say Goodby
*pukul 04:27 KST
Kinan sedang berbaring di atas ranjang pasien, beliau terus mengamati ibunya yang tengah terlelap di sofa yang terletak di sebelah kiri ranjangnya. Dengan perlahan Kinan mulai melepaskan infus yang berada di tangan kirinya. Setelah infus terlepas, Kinan mulai menyentuhkan kedua kakinya ke atas lantai satu persatu.
Kinan melangkahkan kakinya ke arah sofa, bukan bermaksud untuk membangunkan sang ibu, melainkan mengambil dompet sang ibu dari dalam tasnya. Setelah Kinan mendapatkan apa yang ia butuhkan, Kinan segera melangkahkan kakinya ke arah pintu keluar dengan bunyi yang pelan, bahkan sangat pelan.

#back to the story
“nona apa anda baik-baik saja?” sebuah bunyi membangunkan Kinan, mau tak mau kinan harus mengangkat kepalanya ke arah bunyi itu berasal.
“apa anda pemilik toko ini?” laki-laki itu mengangguk, Kinan merasa lega.
“iya, apa anda mencari saya?” pemilik Toko-pun mendongak.
“hmmm.....” merasa tak berpengaruh menjawab, Kinan hanya bergumam dan mengangguk sebagai jawabannya.
“kalau begitu ayo masuk! Diluar dingin.” Pemilik Toko membantu Kinan untuk berdiri dan memapahnya hingga ke dalam Toko.
(didalam toko)
“hangat..!” seru Kinan lega.
“nona, sudah berapa usang anda menunggu?” tanya si pemilik Toko yang diketahui berjulukan Kim Jeong Suk.
“entahlah, yang niscaya sebelum langit terang saya sudah ada di sini, begitulah yang ku ingat.” Dengan polos Kinan menjawab.
“nona, diluar begitu dingin....”
“aku tahu!” Kinan mencela.
“kalu anda tahu kenapa anda melakukannya, bagaimana jikalau terjadi sesuatu pada anda?” Jeong Suk merasa khawatir.
“tidak akan.” Kinan menjawabnya dengan santai.

Sadar tehnya sudah habis, kinan meletakkan cangkirnya ke atas meja, dan tanpa diduga selimut yang dikenakan Kinan tersibak ke belakang.
“pakaian anda...?” Jeong Suk mulai curiga dengan pakaian yang sedang di kenakan Kinan.
“ohh ini...” Kinan mulai gelisah.
“saya akan menelpon pihak rumah sakit!” ketika Jeong Suk bergegas ke arah telpon, Kinan eksklusif menghadang jalan.
“jangan!” tapi Jeong Suk mengabaikan Kinan. “aku mohon!” pinta Kinan.
“tapi kau sedang sakit!” Jeong Suk memandang Kinan lekat-lekat, dan kembali berjalan. Tampaknya Jeong Suk mulai merasa murka kepada Kinan.
“aku punya alasan!” Jeong Suk berhenti berjalan dan menoleh ke arah Kinan. Kinan eksklusif menarik Jeong Suk kembali ke meja.

_Singkat cerita_
“apa maksudmu? Apa kau gila?!” Jeong Suk terkejut mendengar alasan Kinan.
“hmm.” Kinan mengangguk penuh semangat.
“demi seseorang kau nekat hingga mirip ini! Aku sungguh tak percaya ada orang sepertimu!”
“karena ini hari ulang tahunku , jadi tolong aku. Sekali saja!” pinta Kinan sambil memelas dan mengusap-ngusapkan tangannya. Jeong Suk tampak menimbang-nimbang.
“baiklah tapi hanya kali ini saja!”
“ya baiklah! Aku tak akan pernah melupakanmu!” kinan berterimakasih sambil terus menerus membungkukkan kepalanya.

(1 jam kemudian)
“bagaimana, anggun tidak?” tanya Kinan sambil bercermin.
“kulitmu bagus, kau cocok menggunkannya.”
“benarkah??!” Kinan eksklusif membalikkan badannya, dan menciptakan Jeong Suk mundur beberapa langkah.
“kau mengagetkan ku! Bagaimana kalu saya punya penyakit jantung!” sambil memegang dada.
“maaf!” Kinan cemberut. “tapi.....?”
“kenapa?” tanya Jeong Suk.
“aku gres sadar”
“sadar apa?” Jeong Suk membereskan pakaian.
“tadi bilang ‘kau’, barusan bilang ‘anda’.” Kinan melipat tangannya.
“itu....itu lantaran tadi saya terkejut. Maaf jikalau saya sudah berkata kasar.” Jeong Suk sedikit membungkuk.
“berapa usia mu?” tanya kinan.
“apa?”
“usia!” ulang Kinan.
“29 tahun. Memangnya kenapa?” Jeong Suk bingung.
“aku sedikit canggung memanggilmu ‘anda’, bagaimana jikalau ‘oppa’ saja?”
“hah?” Jeong Suk lagi-lagi kaget.
“aku rasa saya akan sering ke Toko mu.” Kinan berbalik ke arah cermin, melihat pantulan dirinya.
“benarkah?” Kinan berhenti membenarkan pakaiannya, dan menatap Jeong Suk lewat cermin.
“benarkah?!Apa saya terlihat mirip pembohong?”
“ah tidak! Aku hany memastikan.”
“jadi...”
“jadi?” Jeong Suk mengulangi ucapan Kinan tanda tak mengerti.
“ya jadi bagaimana jikalau saya panggil ‘oppa’?” terang Kinan.
“ohh...tentu saja! Dengan bahagia hati.” Sambil tersenyum.
“kenalkan! Namaku Kinan Shalendra, panggil saja saya Kinan.” Kinan memperkenalkan diri sambil menjulurkan tangannya.
“ah saya Kim Jeong Suk. Berapa usia mu?”
“24” dengan nada datar dan santai.
“apa? 24?” Jeong Suk kaget.
“kenapa? Ada yang salah?” tanya Kinan.
“tidak, saya pikir usiamu 17.”
“benarkah?! Aku semuda itu?” Kinan girang.
“ah itu karena, tinggimu, itu yang membuatku berpikir demikian.”
“apa kau mengejekku?” Kinan manyun.
“tidak......tapi kau lebih manis mirip ini.” Puji Jeong Suk.
“benarkah?” Kinan senang.
“tapi menyebalkan juga” ledek Jeong Suk.
“yaaahhhh, memuji saja kau pelit.” Saat melihat jam. “ya ampun! Aku harus pergi! Aku ambil yang ini saja! Ini uangnya! Ayo cepat, saya harus ke suatu tempat!” sambil menyeret Jeong Suk ke meja kasir.
“iya... iya saya tahu. Sabar sedikit.”
“untung saja toko mu tak ramai, hanya saya yang membeli.” Celoteh Kinan.
“hmmm.... ini kembaliannya! Lain kali jangan menyusahkan!”
“iya... terima kasih yaaa hingga jumpa...”
“anak ini” sambil tersenyum.

*di sebuah kawasan (ruangan)
“huft, untung saja saya tidak telat.” Gumam Kinan sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di atas meja.
“maaf menunggu lama” seorang laki-laki berdiri di belakang Kinan dengan kepingan cepak tapi terlihat keren.
“Leeteuk!” gumam Kinan sambil berdiri tak sadar.
“Silahkan!” Leeteuk mempersilahkan Kinan untuk duduk kembali.
“bagaimana kabarmu, baikkah? Namaku Kinan, saya berasal dari Indonesia.” Kinan grogi.
“senang mengenalmu Kinan. Aku? tentu saja baik, jikalau tidak saya tidak akan sanggup pergi.” Leeteuk tersenyum, Kinan tampak terlihat murung. “kenapa? Kau sakit? Kau terlihat pucat?”
“apa kau akan pergi?” tanya Kinan dengan pandangan kosong.
“tentu saja.”
“meskipun saya yang meminta?”
“mau tak mau saya harus pergi. Ada apa dengan mu, kenapa kau tiba-tiba bertanya mirip itu?”
“ah tidak. Berapa usang kau akan pergi?” Kinan kembali tersenyum meskipun sedikit dipaksakan.
“sekitar 2 tahun.”
“lama sekali, apa tidak sanggup di kurangi?”
“itu sudah prosedurnya Kinan.”
“aku takut tidak sanggup bertemu dengan mu lagi, bagaimana jikalau ini pertemuan kita yang pertama sekaligus yang terakhir? Aku tidak mau.” Kinan hampir menangis.
“Kinan saya mengerti, tapi ini sudah ketentuan Negara saya tak sanggup menolak.”
“kita harus berangkat!” menejer Leeteuk sudah memberi tanda.
“baik!... saya harus segera pergi.Selamat tinggal!”
“jangan ucapkan ‘selamat tinggal’! saya tak mau mendengarnya!” Kinan sedikit berteriak.
“maafkan aku, jikalau begitu hingga jumpa!” Leeteuk merasa canggung.
“oppa!” Kinan menghentikan langkah Leeteuk.
“yah” Leeteuk menoleh.
“sekali lagi saya tanya, benar kau tidak sanggup membatalkannya?” Kinan berharap.
“maafkan saya Kinan, tapi ini sungguh bukan kehendakku.” Kinan kecewa.
“baiklah. Ini .... saya takut kita tidak sanggup bertemu lagi.” Kinan menyodorkan sebuah kalung.
“tapi ini punya mu.”
“aku tahu, meskipun ini bekasku dan bukan yang gres tapi saya harap kau mau menerimanya.”
“tapi...”
“itu liontin berisi air. Seperti dirimu, air sanggup menyuburkan Bumi, saya mengibaratkannya mirip dirimu. Jangan hingga pecah yah!” kinan meneteskan air mata.
“baiklah, terimakasih banyak. Maukah kau mengantarku hingga depan?” Kinan mengangguk semangat. “kalu begitu jangan menangis” Leeteuk menghapus air mata Kinan dan menggandengnya hingga di depan gedung.

*2 tahun kemudian.
Leeteuk terus mendapatkan surat dalam waktu satu kali seminggu dari Kinan selama 2 tahun penuh dan sering mendapatkan selimutdan mantel setiap satu bulan sekali, Leeteuk berjanji sehabis pulang wamil beliau akan menemui Kinan. Tetapi lantaran aktivitas Leeteuk yang padat, beliau harus menunggu selama satu minngu untuk menemui fans tersayangnya, krena hanya Kinan yang rutin berkirim surat padanya.

Sebelum Leeteuk pergi ada seseorang yang mencarinya, Kim Jeong Suk.
“maaf saya mengganggumu.”
“tidak apa-apa. Ada perlu apa?”
“hanya ingin mengunjungimu saja.”
“mengunjungiku?” Leeteuk heran.
“apa kau sering mendapatkan surat dan barang atas nama Kinan?”
“iya, memang kenapa?” Leeteuk heran.
“sebelumnya saya minta maaf, sebenarnya....itu saya yang mengirimnya.”
“apa?” Leeteuk terkejut.
“bulan-bulan pertama memang Kinan yang mengirim, tetapi seterusnya saya lah yang mengirim”
“kenapa kau melakukannya?” Leeteuk murka lantaran merasa di bohongi.
“Kinan menderita Kanker Hati stadium 4.”
“benarkah?” Leeteuk tak percaya.
“saat beliau masih merasa sehat, beliau memintaku untuk memilihkan mantel dan selimut berwarna putih untukmu lantaran beliau takut kau akan sakit.”
“kau bohong.” Leeteuk menyangkal.
“sebelum beliau meninggal, beliau memintaku untuk terus mengirimkan surat dan barang padamu, bahkan beliau sudah memperlihatkan uang bulanan untuk selimut dan mantel selama sisa wamil mu.”
“aku akan menemuinya sekarang!” Leeteuk berdiri.
“terlambat, beliau sudah dimakamkan di Indonesia 18 bulan yang lalu. Sebenarnya tanggal kepergianmu yaitu hari ulang tahun Kinan, beliau ingin memintamu untuk membatalkan keberangkatanmu untuk sanggup bersenang-senang denganmu. Karena sebelum beliau menemui mu, beliau mendatangi ku terlebih dahulu bahkan beliau nekat kabur dari rumah sakit hanya memakai seragam pasien dan sandal jepit di pagi hari yang dingin.” Leeteuk kembali duduk, beliau merasa lemas dan perlahan-lahan mulai menangis.
Akhirnya Sekarang beliau tahu kenapa Kinan bertanya mirip itu sebelum beliau pergi, Leeteuk-pun merasa menyesal alasannya yaitu sudah mengacuhkan perhatian fansnya
__________THE END__________

PROFIL PENULIS
Nama Lengkap : Sani Oktavera , 
Lahir di Tasikmalaya Tanggal 30 Oktober 1995. 
No. Urut : 450

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel