Hadiah Terakhir - Cerpen Cinta

HADIAH TERAKHIR
Karya Reka Kurniawan

Sinar mentari pagi hangatkan hati, burung bersiul penghibur lara, angin berhembus tenangkan kalbu, senyum indah sejati terpasang dari raut wajah sang adik yang sedang membawakan segelas teh hangat untuk sang kakak.
“kak, ini teh nya diminum.”
Laki-laki berparas tampan yang sedang menyiapkan koran jualannya itu menjawab “simpan saja dik di meja.”
Pagi ini cuaca berpihak padanya, tak ada tetesan air hujan yang jatuh menyerupai hari kemarin, sepertinya hari ini jualan akan habis cepat, pikirnya seraya tersenyum manis.

Setelah koran-korannya rapih dan sepeda berdiri kokoh, ia kayuh sepeda itu dan berhenti di setiap rumah untuk memperlihatkan jualannya, kebetulan Reno sang pedagang membeli koran dengan modalnya sendiri, hasil dari jualannya itu ia belikan koran dan sisa nya ia sisihkan untuk keperluan sekolah adiknya.Terkadang jikalau jualannya tak habis hingga siang hari, ia terpaksa meminjam ke tetangga nya.
 senyum indah sejati terpasang dari raut wajah sang adik yang sedang membawakan segelas te Hadiah Terakhir - Cerpen Cinta
Hadiah Terakhir
Keadaan tersebut sering terjadi ketika mereka di tinggal mati kedua orang renta nya semenjak 3 tahun lalu, ketika itu pula Reno duduk di dingklik Sekolah Menengan Atas kemudian ia terpaksa di keluarkan pihak sekolah alasannya tak bisa membayar SPP sementara Nayla adiknya masih berumur lima tahun, berkat kerja keras sang abang yang tak kenal lah balasannya Nayla sanggup bersekolah hingga ketika ini.

Sang adik Nayla tak merasa aib dengan kondisi ekonomi keluarga nya, namun ia bangga, Tuhan telah memberikan abang yang terbaik untuknya, namun anak yang genap beranjak delapan tahun itu sering merindukan sosok seorang ayah dan ibu di hatinya p, Ayah yang selalu memberinya senyuman, dan ibu yang selalu memberinya pelukan, menjaganya, memeluknya, merangkul, menenangkannya di ketika ia menangis
“ayah, ibu lihatlah Nayla yang sudah bersekolah ini, ini semua berkat ka Reno abang yang tak kenal lelah dan selalu bersabar dalam menghadapi hidup ini.”ungkapnya memeluk boneka Teddy seraya mengeluarkan butir-butir air mata di pipi manisnya.

Senyum indah terpancar dari raut wajah Reno ketika Sang Surya sempurna berada di ubun-ubunnya ternyata perkiraannya tak meleset, Koran hari ini habis terjual belum sempat ia mengayuh sepedanya tiba-tiba bola mata nya tertuju ke arah seorang gadis yang berdiri sempurna di pertengahan jalan, melihat perempuan itu Reno segera menyelamatkannya meski ia tak memperdulikan diri nya sendiri kemudian balasannya perempuan itu berhasil di selamatkan namun sayang Reno yang mendorong gadis itu tertabrak oleh sebuah kendaraan beroda empat dan terpaksa ia di larikan ke rumah sakit terdekat.
Beruntung nyawa nya masih bisa di selamatkan merasa bersalah gadis itu pribadi menjenguknya untuk meminta maaf.
“hey, maafkan saya yah sudah menciptakan kau celaka.”
Laki-laki yang terbaring tak berdaya itu menjawab dengan menggeserkan kepalanya mencoba untuk bersandar dan memberikan satu senyuman manis.
“iya, tidak apa-apa, asalkan kau selamat.”
“kenapa kau mau menolong ku ?, padahal saya bukanlah siapa-siapa buat kamu.”
“hehe, hey ingat hidup itu hanya sekali, jadi buat apa kita hidup jikalau tak saling membantu orang lain.”
“meski kau taruhkan nyawa mu ?.”
“iya, meski nyawa ku menghilang saya rela, lantaran saya yakin Tuhan memiliki planning yang terbaik untuk umatnya.”
“siapa nama mu ?.”
“nama ku Reno, nama mu siapa dan barusan kau mau bunuh diri, kenapa ?.”
“nama ku Sifa, saya bosan hidup menyerupai ini, saya bosan dengan dunia ini.” Ucap Sifa penuh tangis
“lebih menderita jikalau kau menjadi orang yang putus asa, saya yakin indah itu akan ada pada waktu nya kita hanya tinggal menunggu keindahan untuk menjemput kita.” Tegas Reno yang kemudian membungkam ekspresi Sifa.
Beberapa jam kemudian muncul seorang laki-laki dan seorang perempuan dari balik pintu ruangan ternyata mereka ialah ayah dan ibu Sifa, mereka sangat baik sampai-sampai Reno disuruh tinggal di rumah mereka namun Reno menolaknya secara baik.

Desember berganti, Januari pun kembali, satu bulan lamanya telah mereka lewati, tepatnya di tanggal 14 januari 2013 ini, satu hari sebelum program ulang tahun Sifa dimulai, Rno Sang penjual Koran kebingungan hadiah apa yang nanti akan diberikan untuk Sifa rupanya ia mengasihi gadis yang di tolongnya sebulan yang kemudian namun ia tak berani mengungkapkan perasaannya lantaran ia tak mau persahabatannya hancur lantaran cinta. Melihat kakaknya yang termenung termenung Nayla Sang adik menghampirinya
“kakak kenapa masih belum berangkat ? kan sudah siang.”
“oh iya, yasudah abang berangkat dulu.”
Tanpa berpikir kembali Reno segera mengayuh kendaraan tak bermesin itu, sangat di sayangkan cuaca pagi ini sangat mendung, awan hitam menutupi mentari, hujan pun berjatuhan membasahi Lebak sebuah kabupaten yang berdiri di provinsi Banten yang populer dengan suku adatnya suku Badui dan alat tradisionalnya yaitu Angklung.
Hujan itu kemudian membasahi Koran jualan Reno hatinya sangat terpukul namun ia percaya bahwa hujan ialah anugerah dari Tuhan, ia pun berteduh di sebuah kios pakaian yang sudah tertutup akrab pasar dilihatnya nenek renta yang berada di sampingnya yang sedang menggigil kedinginan timbul rasa iba di benak Reno, jaket yang terpasang di tubuhnya ia berikan kepada nenek renta itu dan memasangkannya.

Hujan telah sirna, matahari pun nampak terang namun hatinya masih murung lantaran Koran jualannya lembap di guyur hujan terpaksa ia pulang dengan tangan hampa di tengah perjalanan ia teringat Sifa kemudian ia pun berencana untuk mampir ke rumah Sifa yang jaraknya tidak jauh dari tempatnya berteduh.
Dan balasannya ia telah hingga di kediaman Sifa belum sempat jemarinya menyentuh batang pintu terdengar pembicaraan yang cukup keras ia pun mendengarkan pembicaraan yang terdengar menyerupai bunyi ayah dan ibu Sifa rupanya tanpa ia sadari Sifa mengidap penyakit Jantung dan terpaksa harus ada pendonor yang rela jantungnya di ambil kalau tidak ia tidak akan selamat dan berdasarkan Dokter pribadi keluarganya jikalau esok tidak ada pendonor Sifa akan meninggalkan dunia ini untuk selamanya.
Tak usang kemudian dari balik gerbang Sifa muncul dengan raut wajah yang ceria melihat Reno yang berdiri di depan pintu Sifa pun segera menghampiri Reno.
“hey Reno, sedang apa kau di sini ?.”
“hey Sifa tadi nya saya hanya ingin menemui mu tapi nanti sajalah, saya hanya ingin memberikan sesuatu, besok saja setelah program ulang tahun mu.”
“loh ko begitu, yasudah terserah kamu, mari masuk kedalam.”
“maaf Sifa, saya sedang terburu-buru.”

Ayunan kaki yang terus melangkah, putaran waktu yang terus bergulir, Reno cowok penjual Koran berjalan menyusuri tepian jalan dengan membawa luka kecewa terhadap sobat yang di cintainya itu,”mengapa Sifa tak pernah dongeng wacana penyakitnya itu kepada ku ?, Ya Tuhan jikalau Engkau ijinkan aku, saya rela menukar nyawa ku untuknya asalkan ia tetap hidup dan selalu tersenyum.” Harapannya seraya mengangkat kedua tangannya ke atas langit.
Suara alunan adzhan terdengar di telinganya ia pun segera bergegas menuju masjid yang berada sempurna di sampingnya.
Malam menjelang Nayla merasa heran mengapa abang nya itu tak kunjung pulang, biasanya Reno tak penah pulang selarut ini, ia pun duduk di sebuah pohon yang berada di halaman rumah menunggu kakaknya pulang tanpa terasa ia tertidur di bawah pohon.

Fajar kembali insan pun kembali melanjutkan aktifitasnya namun berbeda dengan ayah Sifa wajahnya begitu ceria ketika mendapat telepon dari Pak Anjar seorang dokter pribadi milik keluarganya ternyata sudah ada pendonor jantung untuk Sifa, hati Sifa begitu ceria mendengarnya, balasannya ia bisa hidup dengan damai tanpa ada rasa takut di hatinya tanpa menunggu usang ia bersama ayah dan ibu nya segera ke rumah sakit yang dulu Reno di rawat dan Pak Anjar telah menunggu kehadiran mereka.
“selamat yah pak.” Sapa pak Anjar dengan ramah.
“iya dok, terus….”belum sempat ayahnya bicara Sifa pribadi memotong pembicaraannya.
“jadi siapa dok pendonor berhati mulia itu, saya ingin sekali bertemu dan berterima kasih padanya.”
“maaf Sifa saya tak berani memberitahu orangnya, lantaran ia telah berpesan kepada saya untuk tidak memberi tahu identitasnya.
“yasudah lah, jadi bisa kita mulai operasinya kini dok ?.” Tanya ayah Sifa.
“oh tentu pak, ayo silahkan Sifa masuk ke ruang operasi.”
“baik dok.” Ucap Sifa yang kemudian melirik kea rah ayah dan ibunya dan ayahnya pun menganggukan kepalanya menandakan ia yakin dengan operasi yang akan di jalankan anaknya.

Tiga jam lamanya telah terlewati namun dokter belum keluar dari ruang operasi, keringat masbodoh terus mengguyur sepasang suami istri yang sedang menunggu anaknya di ruang operasi dan balasannya dokter Anjar keluar kemudian memberikan kabar gembira bahwa operasi berjalan dengan baik dan anaknya pun selamat, kabar itu sontak menciptakan ayah dan ibu Sifa menyerupai melayang, hati mereka sudah lega dan damai melihat anaknya sembuh.
Beberapa jam kemudian Sifa berdiri dari alam sadarnya dan segera bertanya-tanya soal si pendonor itu kepada Sang Dokter, merasa kasihan kepada Sifa balasannya Pak Anjar membawa Sifa ke ruang mayat dan menunjukan mayit si pendonor itu.
“Sifa itu lah si pendonor berhati malaikat itu.” Mendengar klarifikasi dokter ia pun segera membuka epilog yang menutupi badan si pendonor, maka tak di sangka dan di duga si pendonor itu ialah Reno sobat yang paling ia cintai, melihat Reno yang terbaring tanpa sedikit nafas yang keluar dari ekspresi dan hidungnya itu sontak menciptakan hati Sifa berantakan, air matanya pun bertahap menetes hingga terjatuh di antara wajah Reno.
“kenapa Reno kau lakukan ini, saya tak mau kau pergi gara-gara aku, saya sangat mengasihi mu Reno.”
Tak usang kemudian Pak Anjar memberikan sepucuk surat kepada Sifa ternyata surat itu dari Reno.

HEY SIFA , SEMOGA LEKAS SEMBUH YAH DAN MAAFKAN AKU SEMUA INI AKU LAKUKAN KARENA AKU TAK INGIN WANITA YANG AKU CINTAI BERHENTI TERSENYUM, SELAMA INI AKU MENCINTAI MU NAMUN AKU SADAR DIRI KARENA PRIA SEPERTI KU YANG HANYA PENJUAL KORAN TAK PANTAS UNTUK MENJADI KEKASIH MU DAN AKU TAKUT JIKA AKU JUJUR PADAMU AKU TAKUT PERSAHABATAN KITA HANCUR, SEKALI LAGI AKU MINTA MAAF HANYA INI YANG DAPAT AKU BERIKAN UNTUKMU INI LAH HADIAH TERAKHIR KU, AKU TITIPKAN NAYLA PADAMU, TOLONG BERITAHU DIA BAHWA AKU MENYAYANGINYA SEPERTI AKU MENYAYANGI MU.
SALAM MANIS RENO

TAMAT

PROFIL PENULIS
Nama: Reka kurniawan
Alamat: Rangkasbitung-Lebak-Banten
TTL:Rangkasbitung, 20 juni 1995
Sekolah: SMAN 3 RANGKASBITUNG
Alamat facebook: ekha pinkboysz
Hobi: mengarang cerpen, novel, dan futsal

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel