Cerita Silat: Misteri Tirai Setanggi 1 - Seri Tujuh Insan Harimau

lebah itu berbunyi mengerikan menyerupai skuadron tempur pesawat udara Cerita Silat: Misteri Tirai Setanggi 1 - Seri Tujuh Manusia Harimau
Lebah-lebah itu berbunyi mengerikan menyerupai skuadron tempur pesawat udara. Lama-kelamaan keadaan itu semakin mengerikan. Dan gua kawasan lebah-lebah yang jutaan jumlahnya itu amat gelap. Tetapi absurd sekali.Ada satu bulat asap yang tidak sanggup diterobos oleh lebah itu. Lingkaran itu bagai sebuah dinding asap, hingga ke langit-langit gua itu. Dan di balik asap itu agak samar tampak benda kemerahan bergerak-gerak. Ternyata itu sebuah obor yang disulut pada tonggak pohon karet. Maka api obor itu tampaknya abadi. Melelehkan getah.
Akan terperinci kemudian, ada sosok yang sedang duduk bersila disana . Dia usang kelamaan terperinci seorang wanita, yang rambutnya panjang. Dan memang ia perempuan dengan wajah bagus tapi seram. Dia, tak lain tak bukan, yaitu Pita Loka. Dia rupanya sedang bersemedi. Satu perputaran bunyi sepatah kata dengan teratur dan amat halus bagai nada tunggal di antara bunyi lebah yang berdengung.
Mendadak bunyi tunggal itu yang terdiri darilima abjad menjadi secepat kilat. Dan tampak Pita Loka yang semula duduk bersila bagai patung itu memulai satu gerakan. Telapak tangannya yang semula bagai lengket di ujung dengkulnya tambah tergenggam. Lalu tinju itu serentak Terangkat sebatas dada. Dan tinju itu bagai secepat kilat menghantam dada Pita Loka mirip ia sedang menyiksa diri.
Lalu dengan gerak bunga, Pita Loka serentak berdiri tegap. Tinju terkepal itu memukul dadanya sendiri sekali lagi dan ia berteriak: “Huah!”
Dan sosok yang berada di luar gua ketika itu seketika menjadi kaget. Dia bersembunyi di pinggir pintu gua. Sosok itu mendadak mendengar bunyi Pita Loka yang meneriakinya: “Aku tahu di luar ada musuh!”
Sosok itu semakin ngeri. kemudian menghindar. Rambutya yang sudah mirip berlumut dan mirip ijuk itu ia sibakkan. Wajahnya mengerikan. Dan tidak dinyana bahwa sosok mengerikan ini yaitu wanita.
“Aku tahu kamu mencariku untuk menuntut balas”, ujar Pita Loka, yang seketika sudah berdiri di pintu gua. Beberapa ekor lebah hanya berada di belakang Pita Loka menyerupai dinding yang menutupi pintu gua.
“Kau percuma melawanku”, ujar Pita Loka dengan mata melirik ke kiri. Rupanya lirikan itu sempurna sekali. Sebab sosok perempuan berambut ijuk mengerikan tadi memang sedang bersembunyi di sebelah kiri.
Pita Loka berteriak dahsyat: “Hai keluar kamu konyol!” Tepat seketika itu juga. perempuan menakutkan itu mengayunkan tongkat rotan yang panjangnya tujuh hasta itu. Tongkat itu hampir saja menghantam muka Pita Loka. Jika ia tidak segera menangkis dengan telapak tangan kirinya. Tongkat itu bagai menghantam karet, membal berbalik.
Karena perempuan menakutkan yang memegang tongkat itu memegang gagangnya begitu kuat, ketika tongkat itu berbalik membal, seketika ia ikut terpelanting bersama tongkat yang dipegangnya.
Ia terjatuh sekitar duapuluh meter dari kawasan Pita Loka masih berdiri tegap.
“Kau jangan bangun berdiri lagi! Percuma kamu melawanku !” teriak Pita Loka.
Wanita misterius yang menakutkan itu tampaknya gentar juga mendengar bahaya Pita Loka tadi. Lalu ia menerima logika licik untuk megelabui Pita Loka: “Aku tiba ke Gua lebah ini atas perintah Gumara”.
“Gumara? Kau berdusta”, kata Pita Loka.
“Aku membawa suratnya”, kata perempuan menakutkan itu.
Karena Pita Loka masih tercengang, perempuan misterius tadi melanjutkan tipu muslihatnya. “Ini saya simpan dalam bajuku. Karena saya tak besar lengan berkuasa bangkit, harap kamu ke sini dan mengambilnya dari bajuku”.
Pita Loka termakan juga untuk mengetahui isisurat Gumara ttu. Cintanya pada Gumara tidak pernah luntur sejak ia patah hati dan menghindar dari kehidupan dunia biasa.
Dia sudah benar-benar terpisah dari dunia kehidupan normal di Kumayan. Mendengar nama Gumara, bulu roma Pita Loka merinding. Dia turun dari tangga gua itu yang terbuat rapi dari susunan batu- kerikil kali.
Melihat Pita Loka turun itu, perempuan jelek muka itu pun semakin berpura-pura merintih. Dia pernah mendengar kelemahan utama Pita Loka sekalipun namanya sudah kesohor dengan ilmu sakti yang tinggi.
Rumput ilalang dikuakkan oleh kaki Pita Loka ketika ia melangkah dengan hati-hati menuju perempuan jelek muka itu.
“Buanglah senjatamu itu. kawan”, ujar Pita Loka.
“Senjata itu tidak berarti apa-apa bagimu. Jika kamu jujur kawan, tentulah saya akan memperlihatkan setetes saja ilmuku yang melebihi kesaktian tongkatmu itu”.
Mendengar dirinya dijuluki “kawan” oleh Pita Loka, perempuan berwajah jelek itu semakin mempertinggi semangat liciknya. Dalam hatinya ia berkata; “Aku tidak sudi mendapatkan hadiah ilmu dari kau. Aku justru akan merampok ilmumu!”
Namun ia mempermainkan senyumnya dengan maksud manis kendati ia tetap saja jadi buruk.
Seharusnya Pita Loka melihat lisan yang mengunyah-ngunyah itu. Tapi godaan dalam jiwanya yang bergelora untuk melihatsurat Gumara itulah yang menciptakan dirinya lengah. Dia terus menghampiri dan mau saja dikibuli oleh perempuan jelek muka itu, yang berkata ramah manis: “Tolong ambilkansurat itu di balik kutang bajuku”.
Pita Loka berjongkok alasannya perempuan jelek itu belum berdiri jua. Ketika Pita Loka menyatakan “maaf” sebelum tangannya masuk ke balik baju, perempuan yang mengunyah itu melihat ubun-ubun kepala Pita Loka. Daun kelor yang sudah lumat itu menemplok sempurna pada ubun-ubun Pita Loka. Pita Loka seketika itu juga roboh. Dia terguling di atas rerumputan. Wanita jelek muka itu dengan tegap berdiri dengan referensi tongkatnya.
“Kau hina tongkat saktiku ini kamu cobakan rasanya!” hardik perempuan jelek muka itu seraya mengayunkan tongkat dan memukul punggung Pita Loka. Pukulan itu begitu besar lengan berkuasa sehingga menciptakan Pita Loka dari telungkup lantas terlentang. Dia benar-benar dalam keadaan tak sadarkan diri.
Dan perempuan jelek muka itu sekarang meninju pintu gua. Dia mendadak kecut menghadapi lebah-lebah yang tampaknya menghadangnya. Ya. lebah-lebah itu menyerupai dinding dengan bunyi hidup yang mengerikan. Mendadak logika liciknya mulai menguasai otaknya. Dengan tongkat tetap di tangan, ia berbalik kembali mendapati badan Pita Loka yang tergeletak. Dia menggerayangi badan Pita Loka. Ah, wajahnya kelihatan berkobar bagai api nyala sewaktu menemukan biji-biji tasbih yang melilit bagai ikat pinggang. Tentu biji-biji ini mempunyai mukjizat, pikirnya.
Langsung saja ia lucuti. Dan ia kenakan pada pinggangnya. Dugaan liciknya tadi memang terbukti. Ketika ia kembali ke pintu gua. Dia melihat lebah-lebah itu sebagian menyingkir.
Hal ini memudahkan baginya melangkah tanpa kuatir kena sengat, ia berjalan dengan langkah gembira menuju dinding asap yang mirip tirai sutera itu.
Di sini indera hidungnya mencicipi bau stanggi. Dia agak kuatir menerobos tapi alasannya dalam dadanya bergelora impian serakah untuk merampok ilmu kesaktian Pita Loka, ia eksklusif menyerbu menerobos dinding asap itu.
Kontan seketika itu juga ia menjerit melolong keras, alasannya dari dalam tanah menyerbu ular-ular belang hitam kuning.
“Tolong . ..” teriaknya.
Sementara itu, beberapa ekor lebah mirip hewan jinak sedang mengantup antup ubun-ubun Pita Loka. Pita Loka mulai sadarkan diri alasannya nyeri terkena antupan tawon-tawon itu.
“Terimakasih binatang-binatangku yang baik” ujar Pita Loka segera bangun. punggungnya dirasanya nyeri ketika berdiri. Tapi ia cepat menempelkan jempol jarinya pada langit-langit mulutnya. Dengan meggosokkan ujung jempol itu ke kawasan nyeri, segera otot yang tadi kena gebug itu pulih susunannya.
Bersambung...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel