Kenangan Terakhir - Cerpen Remaja

KENANGAN TERAKHIR
Karya Virlia Fadilah

Hujan. Selalu hujan.
Beginilah keadaan kota Bandung. Sudah 1 bulan terakhir hujan terus menyapa kota ini. Hujan yang turun begitu deras menciptakan acara orang-orang menjadi terganggu. Namun, Tuhan itu maha adil. Ia tak pernah lupa menyampaikan anugerah dibaliknya. Tuhan selalu menyajikan keindahan bagi setiap umatnya. Salah satu keindahan itu ialah “pelangi”.

Pelangi sering sekali muncul dipenghujung hujan sore hari. Warna-warnanya menyampaikan ketenangan bagi sebagian orang yang memang mengaguminya. Begitupun dengan gadis manis yang tengah duduk bersama sahabatnya di bawah naungan atap jerami. Pondok kecil yang sengaja dibangun di bawah pohon besar oleh kedua ayah mereka. Tempat itu mereka jadikan sebagai kawasan tinggal mereka yang kedua. Di pondok itulah mereka sering habiskan waktu luang bersama.
alvin jonathan dan virlia fadilah. Mereka ialah dua orang yang begitu dekat. Mereka sudah dekat semenjak duduk di kelas 2 SD. Bahkan hingga kini mereka duduk di kelas 3 SMP, persahabatan itu masih kokoh terjalin. Dan tahun ini merupakan tahun terakhir mereka bersekolah di SMP.

Kenangan Terakhir
Di dalam pondok kecil itu, mereka tengah asik menikmati hujan yang turun begitu hening sambil sesekali bercanda.
alvin tengah asik memandangi sosok gadis di sampingnya. Gadis itu ialah virlia.
“Eh, kenapa vin? Kok ngeliatinnya gitu?” tanya virlia yang sadar alvn tengah memperhatikannya.
“Gak kok. Gue suka ngeliatin Lo. Apalagi setiap Lo lagi nengok ke langit. Manis” jawab alvin sambil tetap memandangi virlia.

virlia mencicipi pipinya panas. Jantungnya berdetak begitu cepat. Ia mengalihkan pandangannya dari mata alvin.
"vin, liat keluar deh. Pelanginya udah muncul” seru virlia mengalihkan topik pembicaraan.

alvin yang mencicipi perubahan dari sikap virlia hanya tersenyum. Kemudian ia berdiri, mengikuti arah pandangan Virlia.
“Tetep cantik” ucap alvin sambil terus menatap pelangi lewat jendela kecil yang sengaja dibangun eksklusif menghadap ke langit.
“Iya, selamanya akan tetep cantik” balas Virlia menanggapi.
“vir, kira-kira besok pelanginya masih muncul gak ya?” tanya alvin tanpa mengalihkan pandangannya dari langit.
“Semoga aja” jawab virlia singkat.
“Gue berharap masih bisa liat pelangi sama Lo, vir. Gue takut gak bisa liat keindahannya lagi” ucap alvin. Nada suaranya terdengar begitu memilukan.
“Lo ngomong apa sih? Kita niscaya bisa liat pelangi itu besok, dan besoknya lagi. Gue sama Lo, kita berdua akan sama-sama ngeliatnya. Selamanya” ucap virlia mantap.

alvin menoleh dan tersenyum ke arah virlia.
“Lo ngaco vir. Kalau besok gak hujan, mana bisa pelangi muncul. Dan kalaupun besok turun hujan, gak niscaya juga kan bakal ada pelangi” balas alvin sambil tertawa.
“Habisnya Lo ngomong kayak gitu. Gue takut dengernya”
“Takut kenapa vir?”

virlia menoleh ke arah alvin.
“Gue takut kalau nanti Gue ngeliat pelangi, Lo gak ada di samping Gue. Gue gak mau ngeliat pelangi sendirian” kata virlia sambil menatap ke dalam mata alvin.
“Gue juga. Tapi, cuma takdir yang bisa nentuin semuanya” balas alvin.
“vir, pulang yuk. Ayah Lo ntar nyariin. Gue juga mau pulang nih, takut ayah marah” lanjut alvin. virlia hanya mengangguk.
***

Hari ini ialah hari Minggu. Seperti biasa virlia dan alvin berjalan-jalan sore dengan memakai sepeda. Kegiatan itu sudah menjadi kebiasaan mereka semenjak kecil. Dan alasannya ialah itulah, mereka menyukai hari Minggu. Hari Minggu merupakan hari yang sangat mereka tunggu-tunggu.
“vin, kenapa sih setiap Gue ajak Lo lari pagi, Lo gak mau?” tanya virlia ketika mereka sudah hingga di taman komplek perumahan.
“Gue sibuk vir! Maaf ya” jawab alvin seadanya.
“Sibuk apa? Kok sibuk terus?” tanya virlia sedikit kesal.
“Gue kan mesti latihan basket, Sayang!” kata alvin manja. Dengan jahilnya ia mencolek dagu dagu virlia.
“Ih, apaan sih. Pake sayang-sayang segala!” balas virla seraya memukul pelan tangan alvin sambil cembrut. alvin hanya terkekeh.
“Tapi bukannya Lolatihan basket jam 10 ya? Gue kan ngajak lari pagi jam 7” tanya virlia lagi.
“Penasaran banget ya, vir? Kepengen banget nih lari pagi sama Gue? Apa jangan-jangan Lo.....”alvin menatap virlia dengan tatapan menarik hati dan senyum yang sengaja ia buat seakan mengejek.
“Ih, apaan sih! Udah deh. Lupain aja. Lo makin ngaco” balas virlia akhirnya.
“Pipinya merah tuh, vir!” goda alvin lagi. Namun berhasil mendapat bogeman keras dari virlia. Yang kemudian mendarat tepat di atas kepalanya.
“Awwww!” jerit alvin seraya memegangi kepalanya.
“Sakit ahh vir!” tambahnya lagi.alvin pun memanyunkan bibirnya.
“ihh,, alvin. Manyunnya lucu deh!” goda virlia seraya menyentil bibir manyun alvin. Dengan tampang tak berdosa, ia eksklusif berlari.

Tak terima dengan perlakuan virlia, alvin eksklusif mengejarnya. Dan kesannya terjadi agresi kejar-kejaran antara alvin dan virlia selama kurang lebih 3 menit.
"vir.. Hosh, hosh .. Udahan deh” kata alvin yang berhenti sambil memegangi perutnya alasannya ialah kelelahan.
“Wah,alvn gak asik. Baru sebentar juga. Gue aja gak cape” ejek viria.
“.....” alvin masih memegangi perutnya yang kesakitan.
“vin, Lo kenapa? Muka Lo pucet!” tanya virlia khawatir. Sekarang ia sudah berdiri di samping alvin sambil memegangi punggung alvin yang tengah membungkuk.
“Gue capek, vir. Perut Gue sakit” jawab alvin pelan.
“Yaudah. Kita istirahat dulu deh di kursi taman. Sini biar Gue bantu” virlia membantu alvin berjalan menuju kursi taman yang kebetulan letaknya tidak terlalu jauh dari kawasan mereka berdiri tadi.
“Gimana vin? Masih sakit?”
“Gak juga kok. Gara-gara Lo sih tadi larinya kekencengan!” balas alvin akal-akalan kesal.
“Huh, maaf deh. Gue gak tau kalo Lo gampang capek. Soalnya dulu kan Lo paling suka main kejar-kejaran. Malahan gak perlu waktu usang buat Lo dapetin Guenya. Tapi kok kini Lo berubah ya? Cepet capek gitu. Lo lagi sakit ya,vin"” virlia mencoba mengeluarkan sebagian unek-uneknya mengenai perubahan sikap dari sahabatnya selama ini.

alvin tak mengira virlia akan menyadari hal itu. Apa sikapnya begitu terlihat berubah di mata virlia.
“Gak semua orang bisa selalu kuat, vir. Pasti ada waktunya beliau jadi lemah dan gak berdaya. Bahkan yang lebih mengerikan daripada itu mungkin aja terjadi” kata alvin sambil memperhatikan kolam ikan yang berada di hadapan mereka ketika itu.
“Yang lebih mengerikan???” tanyavirlia tak mengerti.

alvin menatap virlia sebentar kemudian mengangguk. Setelah itu matanya kembali menatap ke dalam kolam ikan. Seakan ia mendapati sesuatu yang tak biasa disana.
“Saat orang itu lagi kritis menjelang kematiannya” jawab alvin pelan tapi berhasil menciptakan virlia galau untuk yang kesekian kalinya.

virlia merasa akhir-akhir ini alvin sering berbicara aneh. Meskipun sulit untuk dicerna dan dipahami olehnya, namun ia merasa inti dari ucapan alvin akhir-akhir ini ialah mengenai kematian. Ada apa dengan alvin? Apa hubungannya alvin dengan kematian? virlia tidak berani berpikiran telalu jauh. Ia tidak mau berpikiran negatif mengenai sahabatnya itu.
“Hmm, vin. Pulang yuk. Udah sore” kata virlia mengalihkan pembicaraan. alvin hanya mengangguk.
“Gimana? Bisa bawa sepeda gak? Atau mau Gue boncengin?” tawar virlia lagi, sebelum mereka benar-benar meninggalkan taman komplek.
“Lo pikir Gue lemah banget apa?? Gue bisa sendiri kok, virlia Sayang! Gak usah terlalu khawatir gitu dong. Gue kan jadi terharu” jawab alvin jail sambil melayangkan senyum genitnya ke arah virlia.
“alviiiinnnnnnnn !! Rese bener deh! Udah-udah, jangan ngomong lagi. Omongan Lo ngaco mulu” balas virlia yang mulai salah tingkah alasannya ialah melihat senyum genit alvin yang menurutnya sangat manis dan berhasil menciptakan jantungnnya loncat-loncat ketika itu.
“Hehe.. Iya deh iya. Gue gak tega liat pipi Lo merah gitu” goda alvin lagi.
"ALVIIIINNNNN !!!!!!!!!!!!!” virlia yang sangat aib ketika itu, eksklusif mencubit perut lvin.
“Aww, pedes banget ini vir. Lebih pedes dari sakit Gue yang tadi” celetuk alvin.virlia tidak menanggapinya. Ia malah beranjak pergi dan menaiki sepedanya.
“Daaadaaaah alvin, virlia duluan yaaaaa!!!!!” seru virlia yang sudah mengayuh sepedanya, meninggalkan alvin yang masih berdiri ditempat sambil bergumam tak jelas.

Menyadari virlia sudah pergi meninggalkannya, alvin eksklusif menaiki sepeda dan mengayuhnya dengan cepat.
“virliaaaaaa!!!!!! Tunggu alviiinnnn!!!!!” panggil alvin sok manja.
virlia yang sudah berada cukup jauh di depan alvin, hanya berbalik dan menjulurkan lidahnya. Sedangkan alvin hanya memanyunkan bibirnya kemudian tertawa kecil.
Di perjalanan pulang, mereka habiskan waktu dengan mengobrol dan sesekali bercanda. Beruntung ketika itu alvin sudah berhasil menyamakan jaraknya dengan virlia. Meskipun bersama-sama virlia yang sengaja mengurangi kecepatannya. Karena ia melihat alvin yang sudah kelelahan dan hampir jatuh alasannya ialah kakinya tak mampu mengayuh sepeda lebih cepat lagi.
***

Pagi ini menyerupai biasa virlia dan alvin berangkat sekolah bersama. Selain alasannya ialah mereka tinggal di komplek yang sama, rumah mereka juga berdekatan. Nomor rumah virlia 12B, sedangkan alvin 14B. Karena itulah mereka berdua selalu berangkat bersama.virlia selalu menolak apabila ayahnya ingin mengantarnya, begitupun dengan alvin. Mereka selalu menyampaikan alasan yang sama kepada orang renta mereka. Dan kedua orang renta mereka pun tidak melarang. Mereka sangat percaya dengan virlia dan alvin.
Seperti halnya tadi pagi sebelum mereka pergi sekolah. Orang renta mereka menyampaikan untuk mengantar mereka. Tapi dengan mantap mereka menolaknya.

@ Meja makan rumah virlia
“vir, mau bareng Ayah? Kebetulan Ayah berangkat pagi” kata Ayah virlia sambil menuangkan susu coklat ke dalam cangkirnya.
“Gak, Yah! virlia sama alvin udah jadi pelanggan tetap sama Mang Imang, supir Bus di depan gerbang komplek” tolak virlia halus.
“Oh, Yasudah. Hati-hati ya, vir" kata Ayah akhirnya.

@ Teras depan rumah alvin
“Yah, alvin berangkat ya!” pamit alvin pada ayahnya yang ketika itu sedang membaca koran sambil menunggu Pak Iyan selesai mencuci kendaraan beroda empat di halaman rumah.
“Loh, gak bareng Ayah vin?” tanya ayah sembari melipat koran yang gres saja selesai ia baca.
“Gak, Yah! alvin sama virlia berangkat naik Bus. Mang Imang kan udah jadi pelanggan tetap kita” jawab alvin mantap.
“Yasudah kalau begitu. Tapi Kamu sudah sarapan kan tadi?” tanya ayah lagi.
“Sip Yah. Udah kok!” jawab alvin.
“Terus sudah Kamu bawa gak kotak sama botol....” belum sempat ayah melanjutkan ucapannya, alvin memotongnya.
“Sudah, Yah! alvin berangkat ya Yah. Udah dinantikan virlia” tanpa menunggu tanggapan dari ayah, alvin eksklusif berlari keluar.
---

virlia dan alvin berjalan sambil sesekali bernyanyi bersama. Dan “Seandainya” merupakan salah satu lagu favorite mereka. Sambil bergandengan tangan mereka mulai bernyanyi.

(alvin)
Kelak kau ’kan menjalani hidupmu sendiri
Melukai kenangan yang telah kita lalui
Yang tersisa hanya saya sendiri di sini
Kau akan terbang jauh menembus awan
Memulai kisah gres tanpa diriku

Reff (alvin - virlia) :
Seandainya kau tau ku tak ingin kau pergi
Meninggalkan ku sendiri bersama bayanganku
Seandainya kau tau saya ’kan selalu cinta
Jangan kau lupakan kenangan kita selama ini

(virlia)
Kelak kau ’kan menjalani hidupmu sendiri
Melukai kenangan yang telah kita lalui
Kau akan terbang jauh menembus awan
Memulai kisah gres tanpa diriku

reff virlia :
Seandainya kau tau ku tak ingin kau pergi
Meninggalkan ku sendiri bersama bayanganku
Seandainya kau tau saya ’kan selalu cinta
Jangan kau lupakan kenangan kita selama ini

“Hahahahaha” virlia dn alvin tertawa bersamaan.
“Makin bagus bunyi Lo, vin!” puji virlia sambil menatap ke arah alvin.
“ya iyadong, alvin gitu” balas alvin bangga.
“Wuuu.. Dasar!” balas virlia tak mau kalah.
“Haha, bunyi Lo kok makin cempreng ya, vir?” ejek alvin. virlia cemberut.
“Huh ! Bilang aja mau muji, tapi gengsi. Iya kan? wekk”virlia menjulurkan lidahnya.
“Haha.. Terserah Lo aja deh vir. Tuh Bus nya udah nunggu. Buruan!” alvin eksklusif menarik tangan virlia. virlia yang ditarik-tarik hanya manyun dan mengumpat tak jelas.
***

“vir, tumben alvin gak ikut makan di kantin? Biasanya kan dimana ada Lo niscaya ada alvin” tanya Siti sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kantin, mencari sosok alvin.
“Dia lagi ada rapat OSIS. Maklum kan ketos” jawab virlia sambil menyeruput es jeruknya.
“Haha.. Gak kesepian nih vir ditinggal alvin??” goda siti.
“Yee.. Gak lah. alvin rese gitu masa dikangenin” balas virlia bergidik.
“Biar rese tapi Lo suka kan?” goda Siti lagi.
“Ahh, sitii!!!!” teriak virlia gemas.
“Hehe.. Iya deh, Iya.. By the way, Lo beneran gak ada rasa sedikitpun ya sama alvin?alvin kan cakep, keren, pinter, suaranya bagus lagi. Terus kalian kan udah sahabatan dari kecil. Kelihatannya alvin juga suka sama Lo” berondong siti.

Mendengar pertanyaan dan pernyataan siti barusan, virlia terdiam. Ia juga tidak tahu bagaimana perasaannya kepada alvin. Jujur bersama-sama virlia memang menyukai alvin semenjak lama. Tapi ia tidak tahu makna dari rasa sukanya. Apakah itu cinta atau sekedar rasa kagum.
“Gak tau juga nih, Sit. Gue sendiri bingung” jawab virlia. Matanya terlihat sedang menerawang seakan mencari kepastian untuk ucapannya tadi.

TEEET.. TEEET.. TEEET
Bel menunjukan waktu istirahat berakhir berbunyi. Semua murid berlarian menuju kelasnya masing-masing. Dan dalam waktu kurang dari 3 menit, suasana kantin yang tadinya ramai, kini bermetamorfosis kawasan yang begitu sepi.virlia dan Siti pun sudah beranjak dari kawasan mereka.
***

Kegiatan sekolah sudah berakhir 10 menit yang lalu. virlia berniat menunggu alvin di halaman depan sekolah. Namun sudah 5 menit virlia menunggu, tapi alvin belum juga menampakkan batang hidungnya. Karena kesal, kesannya virlia beranjak pergi ke kelas alvin. Berharap semoga alvin ada disana.
“cakka!!” panggil virlia sesudah melihat Cakka keluar dari kelasnya yang kebetulan juga merupakan kelas alvin.
“Kenapa vir?” sahut Cakka yang kini sudah berada tepat di depan virlia.
“Lo liat alvin gak?” tanya virlia to the point.
“alvin?? Tadi beliau eksklusif keluar waktu bel bunyi. Gak tau deh kemana. Tapi setau Gue sih alvin itu niscaya ke toilet sebelum pulang sekolah. Mending coba Lo cari disana. Kali aja ada” jawab Cakka.
“Oh, Ok. Thanks ya, Cak”
“Yap. Sama-sama”

Tanpa berpikir lagi, virlia eksklusif berlari menuju toilet laki-laki yang letaknya tak begitu jauh dari kelas virlia.

Sesampainya di depan toilet, virlia bertemu dengan ray, sahabat dekat alvin. Kebetulan tadi ray gres keluar dari toilet. Dan entah kenapa, virlia sekilas mencium anyir obat bersamaan ketika ray keluar tadi.
‘Bau obat? Ah, bodo ahh’ pikir virlia.
“ray, Lo liat alvin gak di dalem?” tanya virlia.
“Ada kok di dalem. Tapi Lo gak usah masuk, tunggu disini aja” jawab ray.
“Loh ?? Emang kenapa?” tanya virlia lagi.
“Yeee.. Lo mau masuk toilet cowok?”
‘Oh, iya ya. Bego Gue’ batin virlia merutuki dirinya sendiri.
“Hehe.. Iya Gue lupa. Yaudah deh. Emang alvin ngapain sih di dalem?” tanya virlia yang masih penasaran.
“Lo tanya aja sama alvin nya sendiri” jawab ray santai.
“Gue duluan ya,vir. Bye!” lanjutnya, kemudian berlalu meninggalkan virlia yang sudah manyun ditempat.
“Huh, dasar. Temen-temen alvin pada sok cool semua” umpat virlia kesal.

Tak usang sesudah ray pergi, alvin keluar dari toilet. Melihat virlia yang sedang bergumam tak jelas, alvin eksklusif mendekatinya dan menyapanya.
“Woy. Ngapain disini?” kaget alvin.
“Ah, alvin Rese!! Upsss” latah virlia. Sontak ia eksklusif menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
“Ciee, latah aja sempet nyebut nama Gue. Gue tau kok vir kalo Gue itu ngangenin! Tapi jangan segitunya juga dong. Gue kan malu!” ucap alvin narsis. virlia yang mendengarnya hanya bergidik.
“Ihhhh.. PD banget deh, Yo!” balas virlia.
“Huh!! Eh ngapain Lo disini?” alvin mengulangi pertanyaannya.
“Menurut Lo Gue mau ngapain? Bukannya Lo yang tadi pagi ngajak pulang bareng? Gue sampe jamuran tau nunggunya. Gue nunggu Lo di halaman depan, tapi Lo nya gak muncul-muncul. Terus Gue tanya Cakka, katanya Lo di toilet. Terus barusan Gue ketemu ray, si perjaka yang sok cool. Kayak orang bego Gue nunggu Lo!” celoteh virlia panjang kali lebar (?).

alvin hanya menahan tawa mendengar celotehan virlia. Sebenarnya hal yang sangat disukai alvin ialah ketika melihat virlia berperilaku menyerupai tadi. Saat virlia berceloteh, ketika virlia marah-marah, ketika virlia cerewet, dan ketika virlia manyun. Di mata Rio, melihat semua itu merupakan kesenangan tersendiri untuknya. Dan hal itu juga yang menciptakan Rio tidak ingin mengakhiri hari-harinya tanpa virlia.
“Lo dengerin Gue gak sih?” seru virlia yang melihat alvin senyum-senyum sendiri.

alvin tersadar dari lamunannya.
“Eh, iya iya. Gue denger. Yaudah,vir. Pulang yuk!” ajak alvin. virlia hanya menatap alvin bingung. Namun, kesannya ia berdasarkan dan mengekor alvin di belakang.
***

“Kak alvin! Bantu nanda ngerjain PR dong” panggil nanda, adik alvin.
“Kakak!” panggil alvin lagi sambil mengetuk pintu kamar alvin dari luar. Namun, tak ada tanggapan dari alvin.
“Kak alvin!” panggil nanda untuk yang kesekian kalinya.

Perasaan nanda mulai tidak enak. Ia mengetuk pintu kamar kakaknya itu lebih keras lagi. Namun, tetap tidak mendapat tanggapan dari si empunya kamar. Dengan segenap keberaniannya, nanda menggerakkan tangannya ke gagang pintu dan membukanya.
“Gak dikunci” gumam nanda pelan.
Setelah berhasil masuk, nanda mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru kamar untuk mencari sosok alvin. Perasaan nnd semakin tidak enak. Berkali-kali ia memanggil nama kakaknya itu.

Setelah berjalan dan hingga di samping kawasan tidur, nanda terkejut. Matanya membelalak, jantungnya berdegup sangat kencang, air matanya seakan ingin sekali menetes. nanda tak kuasa melihat apa yang kini ada di hadapannya.
Rio tersungkur tak berdaya di samping bawah kawasan tidur. Darah yang masih segar mengalir dari hidungnya. Kaki Acha lemas seketika. Tak bisa menahan beban tubuhya, kesannya ia menjatuhkan tubuhnya hingga terduduk di lantai. Dengan lirih ia memanggil nama kakaknya itu.
“Kak.... Kak alvin, berdiri Kak!” panggil nanda seraya menggerakkan tangan alvin yang dingin.

Tak ada tanggapan dari alvin.
“AYAH!!!!!” teriakan nanda pecah. Suaranya terdengar bergetar.
***

Matahari pagi kembali menampakkan kehadiran dan sinarnya. Cahayanya menerobos masuk ke dalam ruangan bercat putih. Dua orang, satu laki-laki dan satu perempuan yang ketika itu mengenakan pakaian serba putih semakin menciptakan kontras. Suasana pagi di wilayah itu sudah cukup ramai. Beberapa perempuan yang juga berpakaian serba putih berjalan sambil mendorong sesuatu. Bau rumah sakit semakin tercium nyata.
“Arggghhh!” erang seseorang yang gres saja terbangun dari tidur nyenyaknya.
“Dok, pasien sadar!” seru perempuan yang ternyata seorang suster kepada atasannya.

Dokter pun menghampiri dan menyidik keadaan pasien yang gres sadar itu.
“alvin? Sudah merasa baikan?” tanya Dokter itu ramah.
“Dokter Bayu... Hm, iya Dok. Saya nginep disini lagi ya Dok?” jawab dan tanya alvin.
“Iya, kau sudah hampir 1 bulan tidak sadarkan diri” ujar Dokter yang ternyata berjulukan Dokter Bayu itu.
“Oh ya? Ayah, Mama, nanda dimana Dok?” tanya alvin lagi.
“Mereka gres saja pulang”
“oh” balas alvin singkat.
“Yasudah. Dokter tinggal dulu ya, vin! Masih ada kerjaan” ujar Dokter Bayu.
“Baik, Dok. Terima kasih” balas alvin sambil tersenyum.

Tak usang sesudah Dokter berlalu, ray datang.
“Hai, vin! Gimana keadaan Lo?” tanya ray langsung.
“Baik kok. Lo gak sekolah?”
“Yee.. Dasar pikun Lo. Kelamaan tidur sih, jadi lupa hari. Ini kan hari Minggu dodol!” jawab ray yang kini sudah duduk di kursi samping kawasan tidur alvin.
“Hahaha.. Lupa Gue, Bro! Oh ya, Lo gak bilang virlia atau yang lain kan?” tanya alvin.
“Gak kok” jawab ray singkat.
“Bagus deh!”
“Yo, hingga kapan sih Lo mau bohongin mereka? Terutama virlia. Lo gak tega?”
“Habis mau gimana lagi ray?"Gue gak mau mereka khawatir. Dan virlia, Gue gak mau beliau sedih” jawab alvin.
“Tapi, vin. Cepet atau lambat virlia harus tau” ujar ray lagi.
“Iya Gue tau kok. Gue niscaya kasih tau virlia. Tapi gak sekarang” balas alvin. Matanya menerawang ke langit-langit kamar rumah sakit.

ray hanya membisu mendengar ucapan alvin. Ia galau harus berkata apa lagi untuk meyakinkan sahabat baiknya itu.
“Penyakit ini sudah makin parah, ray. Gue takut bakal ninggalin semua orang-orang yang Gue sayang” ucap alvin pelan.
“Lo gak akan ninggalin kita vin. Lo harus semangat. Lo niscaya sembuh” ray berusaha menyemangati alvin.
“Gak akan ada impian lagi ray. Gue juga udah cape banget sama penyakit ini. Jantung Gue udah digerogotin, hingga buat berdetak sekali aja susah” kata alvin lirih.
“Yang tabah ya vin! Tuhan niscaya kasih anugerah dibalik semuanya” ray menepuk pundak sahabatnya. Mencoba menyampaikan kekuatan untuknya.
“Semoga aja, ray”
alvin jonathan sindunata ialah sosok laki-laki yang berusaha menyampaikan ketenangan untuk semua orang yang disayanginya, walau bersama-sama ia sangat rapuh. Di balik senyumnya ia menangis, di balik tawanya ia merintih, dan di balik ketegarannya ia hanyalah orang yang lemah, tak bisa berbuat apa-apa selain menyembunyikan ketidaksempurnaannya.

Sejak kecil alvin mengidap penyakit yang sangat menyedihkan. Penyakit yang menyerang organ jantungnya. Jantung alvin sangat lemah dan kronis. Sudah 13 tahun penyakit itu bersarang di tubuhnya. Dan selama 13 tahun itu pula alvin berperang melawan rasa sakit yang membuatnya tidak tahan untuk hidup lebih usang lagi.

Sudah berkali-kali alvin mengalah dengan hidupnya. Namun, alvin sadar ia masih belum bisa meninggalkan orang-orang yang begitu menyanyanginya.

Ayah, Mama, siti, ray, dan virlia. Mereka ialah orang-orang yang menciptakan alvin berusaha untuk tetap hidup. Mereka ialah orang-orang yang sangat berarti untuknya. Dan alasannya ialah mereka pula, alvin masih bersemangat selama ini.

Dokter sudah menyampaikan bahwa kesempatan alvin untuk hidup sangatlah tipis.alvin tidak terkejut mendengar hal itu. Namun bagaimana dengan semua orang yang disayanginya? Ia tidak tega melihat mereka sedih.

Keluarga alvin dan ray sangat terpukul ketika mengetahui samuanya.

Tapi semakin usang mereka juga semakin bisa mendapatkan takdir yang digariskan Tuhan untuk alvin. Mereka sadar, tangis dan kesedihan mereka hanya menciptakan alvin semakin lemah dan terpukul. Saat ini yang dibutukhkan alvin ialah donasi dan semangat dari mereka.
“vin, Gue pulang dulu ya. Cepet sembuh” ujar ray akhirnya, sesudah tadi ia menemani alvin selama kurang lebih 30 menit.
“Ya, thanks ya ray” ray hanya mengangguk. Sejurus kemudian ia pergi meninggalkan alvin yang masih terbaring lemas di kawasan tidur.
***

Sore ini, siti mengajak virlia untuk bertemu di taman komplek. Mereka sudah duduk di kursi panjang. Tempat dimana virlia dan alvin sering menghabiskan waktu berdua setiap hari Minggu sore.
“Kenapa sit kau nyuruh gue kesini?” tanya virlia memulai pembicaraan.
“Hmm.. Ada yang mau siti omongin ” jawab siti.

Suasana sore itu terasa sangat dingin. Tapi virlia tidak merasakannya. Ia merasa sebaliknya, suasana begitu panas. Di tambah lagi ia mencicipi ada hal yang tidak beres hari ini.
“Ngomong apa?” tanya virlia penasaran.
“Masalah alvin, vir” bunyi siti terdengar gugup.
“alvin? Dia kenapa? Dia sudah balik ya dari Jakarta?” berondong virlia.

Ya, siti memang sempat berbohong dengan virlia problem alvin. Ia menyampaikan bahwa alvin sedang menjenguk neneknya di Jakarta. Padahal ketika itu alvin sedang tak sadarkan diri di rumah sakit.

siti sudah pernah berjanji dengan sahabatnya itu, bahwa virlia dihentikan tau wacana penyakitnya. Dengan terpaksa siti harus berbohong. Namun, siti sudah lelah menutupi semuanya.virlia harus tahu yang sebenarnya. Karena itu, ia mengajak virlia bertemu di taman komplek.
“alvin gak pergi ke Jakarta. Maaf gue udah bohongin lo” kata siti. Matanya sudah berair, namun belum hingga menetes.
“Maksud Kamu?” virlia mulai tidak mengerti dengan apa yang diucapkan siti.
“alvin di rumah sakit. alvin kritis selama 5 hari. Dan 4 hari yang kemudian alvin gres sadar. alvin minta supaya virlia jangan dikasih tau problem penyakit alvin. alvin gak mau lo sedih” kisah siti panjang lebar. Suara siti terdengar lirih ketika itu.
“Kata Dokter, penyakit Kak alvin sudah gak bisa disembuhin” lanjut siti. Air mata sudah membanjiri pipi mulusnya.

virlia yang mendengarkan kisah siti, hanya bisa membisu terpaku. Ia tak habis pikir dengan kenyataan yang menyakitkan itu. Semua keganjalan hatinya terjawab sudah. alvin yang berubah selama ini ternyata alasannya ialah penyakit yang dideritanya. Dan ucapan alvin yang sangat asing akhir-akhir ini, menandakan bahwa ia benar-benar akan menghadapi kenyataan itu. Kenyataan mengenai kematian.

virlia sangat terkejut. Kakinya lemas, hatinya sangat perih mendengar semua itu. Dadanya sesak. Tanpa ia sadari, air matanya sudah mengalir.
“alvin.. Orang ngeselin itu punya penyakit? Orang yang sok itu bisa sakit?” virlia bergumam lirih.

Seakan memahami kepedihan hati virlia, siti eksklusif memeluk virlia. virlia hanya membisu tanpa membalas pelukan siti. Tangannya menyerupai kaku untuk di gerakkan.
“lo murka ya vir?, maafin gue , gres bilang semuanya sekarang” ujar siti pelan masih dengan isakan tangis.
“Gak sit. Bukan salah kau kok. Ini semuanya salah alvin yang sok berpengaruh itu. alvin ngeselin banget , sit. Dia gak mau kisah sama gue. Padahal kan kita temenan udah lama. Dia anggap gue ini apa? Patung?” celoteh virlia kesal. Suaranya terdengar sangat bergetar.

siti melepaskan pelukannya dan menatap mata virlia.
“virlia....” belum sempat siti melanjutkan ucapannya, virlia eksklusif memotongnya.
“Tolong bilang sama alvin. gue tunggu beliau hari Minggu pagi di pondok” ucap virlia, air matanya masih mengalir.
“Tapi vir....”
“sit, gue pergi dulu. Salam buat alvin”

Tanpa menunggu tanggapan siti, virlia eksklusif pergi. Hatinya sakit sekali. Ia lemah sekarang. Tanpa alvin ia menyerupai raga tak bernyawa. alvin sudah menghancurkan semua harapannya. Harapan yang tidak akan bisa untuk diraih lagi.
***

Hari ini tepat hari Minggu. virlia sudah berada di pondok kecil, kawasan dimana ia sering menghabiskan waktu dengan alvin. Setelah 30 menit menunggu dengan sabar, kesannya orang yang diharapkannya pun datang.
alvin tiba dengan menaiki sepeda. Hari ini alvin tidak terlihat menyerupai orang sakit. Ia sangat sehat. Apa yang dikatakan siti tidak benar. alvin sakit? Tapi keadaannya kini tidak begitu. alvin tidak terlihat sakit atau semacamnya. virlia berharap semoga yang dikatakan siti ahad kemudian sama sekali tidak benar.
“Hai vir?Udah lama?” tanya alvin.
“Lumayan lama” jawab virlia singkat.
“Kok jutek gitu?” tanya alvin lagi.
“Menurut Lo?” virlia balik bertanya.
“Hmm.. Masalah penyakit? Gak usah di bahas kini deh. Mending kita main” ajak alvin.

virlia yang mendengar permintaan alvin tadi, eksklusif melotot.
“Main?” tanya virlia bingung. alvin mengangguk.
“Tapi kan Lo....” ucapan virlia terpotong.
“Kan udah di bilang, problem penyakit ntar aja di omonginnya” ujar alvin gemas.
“Terus kita mau main apa?” tanya virlia lagi.
“Kita keliling pakai sepeda aja. Gue yang boncengin Lo deh”

Akhirnya virlia dan alvin berjalan memakai sepeda. Mereka berkeliling komplek. alvin benar-benar tidak terlihat menyerupai orang sakit. Bahkan alvin selalu mengajak virlia bercanda selama di perjalanan.virlia pun tak bisa menahan tawanya. Mereka sangat menikmati pagi itu.

Selesai besepeda, alvin mengajak virlia ke danau yang letaknya dekat dengan taman komplek. virlia pun menurut. Sesampainya di danau, alvin dan virlia menyewa perahu. Mereka berdua mendayung bahtera itu bersama. Sambil mendayung, mereka mengobrol dan bercanda satu sama lain. Suasana siang itu pun terasa sangat menyenangkan.

Setelah 1 jam berada di perahu, alvin eksklusif mengajak virlia ke bukit. Di bukit itu mereka kembali asik dengan canda dan tawa. Mereka berlarian kesana kemari, bermain kejar-kejaran, dan bernyanyi bersama. virlia hingga lupa beberapa ahad yang kemudian ketika alvin kesakitan ketika bermain kejar-kejaran dengannya. Tapi hari ini alvin tidak kesakitan menyerupai waktu itu. Dan virlia semakin yakin, semua yang dikatakan siti salah besar. alvin baik-baik saja. Bahkan sangat baik. virlia sangat bersyukur alasannya ialah semua itu.
“vin, harinya ujan nih. Neduh dulu yuk disana!”virlia menunjuk kursi panjang yang beratapkan menyerupai jamur.

Setelah mereka duduk, alvin eksklusif melepaskan jaketnya dan memberikannya ke virlia.
“Loh? Buat apa vin?” tanya virlia bingung.
“Pake! Harinya dingin” jawab alvin singkat.

virlia hanya mengangguk dan segera mengenakan jaket alvin.
Suasana hening. Hanya terdengar bunyi hujan yang menapaki tanah.
“vir, jam berapa sekarang?”tanya alvin kepada virlia.
“Jam 5 vin"jawab virlia sesudah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
“Uhuk.. Uhuk !!” bunyi batuk alvin yang terdengar serak memecah keheningan sore itu.
“Kenapa vin?”
“Gak kok. Cuma batuk” jawab alvin sambil tersenyum.

virlia merasa bibir alvin kini pucat tidak menyerupai tadi.
“Hmmm.. vir?" panggil alvin.
“Ya? Kenapa vin?" sahut virlia.
“Masalah penyakit, Kamu masih mau denger?” tanya alvin.
‘Sejak kapan alvin ngomong pake “Kamu”?” pikir virlia bingung.
“Penyakit? Lo gak lagi sakit kan?” virlia balik bertanya. Perasaannya mulai takut.
“Wah, ternyata obat dari Dokter Bayu bener-bener manjur. Hebat ya!” alvin malah bercerita tak terang sambil tersenyum.
“Obat? Dari Dokter Bayu? Maksud Lo apa vin?" virlia mulai bingung.
“Ya, Dokter Bayu kasih Aku obat supaya Aku bisa berpengaruh hari ini. Meskipun Cuma untuk hari ini. Soalnya takaran obat itu gede banget! Karna Aku mau ketemu Kamu, jadinya Aku paksa-paksa tuh Dokter supaya mau kasih obatnya. Padahal mama, ayah, sudah ngelarang keras. Tapi Cuma ini satu-satunya cara buat bisa ketemu dan main sama Kamu” terang alvin sambil sesekali tertawa kecil. Meskipun tawanya tidak terdengar menyerupai biasa.

virlia yang mendengarkan klarifikasi alvin eksklusif mengusap matanya yang sudah mulai berair. Ternyata apa yang virlia pikirkan salah.alvin benar-benar sedang sakit. virlia takut kalau hari ini merupakan hari terakhirnya bertemu dengan alvin. virlia tidak akan sanggup.
“vir, kok diem?” panggil alvin sambil mengangkat dagu virlia yang tertunduk.
“Kamu nangis vir?" tanya alvin lagi.
“Lepasin, vin!" virlia berkata lirih sambil menepis tangan alvin.
“Lo tuh tega, vin. Gue sudah seneng banget hari ini. Gue pikir Lo itu sembuh. Bahkan Gue pikir Lo sama sekali gak sakit” ucapan virlia terputus. Ia menarik nafas sejenak untuk melanjutkan ucapannya.
“Tapi ternyata salah. Salah besar. Gue kecewa sama Lo. Kenapa Lo gak bilang dari tadi? Kalo Gue tau, Gue gak akan mau diajak jalan sama Lo!” lanjut virlia sambil menatap ke arah alvin yang sedang menyenderkan tangannya ke atas paha sembari menatap ke tanah.
“Justru itu. Kalo Aku bilang, Kamu niscaya nolak. Dan Aku gak mau usahaku sia-sia sesudah minum obat dari Dokter Bayu” timpal alvin.
“Tapi, vin...” virlia tidak mampu melanjutkan ucapannya. Ia sedang berusaha menahan air matanya biar tidak menetes.
“vir, niscaya siti udah ceritakan wacana penyakit itu. Maaf vir, kau harus denger dari orang lain. Karena saya emang gak mampu buat kasih tau semuanya” tatapan alvin masih belum beranjak dari tanah di hadapannya.

virlia hanya membisu menunggu ucapan alvin selanjutnya. Ia tidak mampu berkata apa-apa lagi. Ia takut akan menangis kalau ia berbicara lebih banyak lagi.
“Penyakit yang menyerang jantung itu ternyata menyiksa banget, vir.. dan beruntung Tuhan masih bersedia kasih Aku kekuatan selama 13 tahun. Dan hingga kini saya bisa duduk sama kau juga karna kekuatan yang Dia kasih. Meskipun mungkin kekuatan itu Cuma hingga hari ini”
‘alvin, Please. Jangan bilang kayak gitu. Gue takut, vin. Takut!’ jerit virlia dalam hati.
“Dokter bilang jantung Aku kronis. Penyakitnya pun gak terang apa namanya. Padahal sudah hampir berpuluh-puluh kali Dokter kasih tau nama penyakitnya ke aku. Tapi satu detikpun saya gak bisa inget namanya. Ribet buat nyebutinnya. Cardiovas apalah itu. Kalau kau mau tau, mending tanya aja sama Dokter Bayu” alvin terkekeh.

virlia tidak menanggapi candaan alvin. Ia masih sibuk mengatur nafasnya yang begitu sesak setiap mendengar ucapan alvin yang semakin usang semakin serak terdengar di telinganya.
“Maaf ya vir, saya selalu bohong sama Kamu. Aku selalu nolak setiap kau ajak lari pagi hari Minggu. Dan alasanku niscaya bilang mau latihan basket. Semuanya gak bener. Setiap Minggu pagi saya ada agenda buat Therapy di rumah sakit” alvin berkata apa adanya.

virlia yang kaget dan murka mendengar akreditasi alvin itu, hanya bisa diam. Tak bisa memarahi sosok alvin ketika ini.
“virlia, kau orang yang bikin saya tetap bertahan sama penyakit ini sesudah ada ayah, mama, siti, dan ray”

virlia menoleh menatap alvin. Tapi alvin yang ditatapnya masih tidak beranjak, ia tetap menatap ke bawah.
‘Ada apa sih di bawah sana, vin? Apa kau lagi liat malaikat? Apa malaikat lebih mau kau liat, ketimbang saya yang bakal kau tinggalin sekarang?’ batin virlia sesak.
“Uhuk.. Uhuk.. Uhuk” batuk alvin terdengar lebih keras dan serak dari yang tadi. Bahkan suaranya menandingi bunyi hujan yang turun ketika itu.
“alvin...” panggil virlia lirih.

virlia berniat menyampaikan sapu tangannya ke alvin, tapi alvin menolaknya.
“Gak, vir. Sapu tangan kau nanti kotor” balas alvin.

Suara batuk alvin terdengar lagi. Bahkan semakin keras. virlia ingin membantunya, tapi apa yang bisa ia lakukan untuk alvin.
alvin menutupi mulutnya dengan tangan. Setelah merasa baikan, alvin menjauhkan tangannya, dan meliriknya sekilas.
‘Darah? Sial, jangan kini Tuhan, saya mohon’ batin alvin menjerit.

virlia yang melihat tangan alvin penuh darah eksklusif mendekatinya.
“alvin! Darah!” seru virlia panik.

Dengan cepat virlia merogoh kantong celanya untuk mengambil sapu tangan. Tanpa rasa jijik sedikitpun, virlia membersihkan tangan alvin yang penuh oleh darah.
“virlia, sapu tangan kau kotor!” kata alvin yang kaget virlia memegang tangannya dan membersihkan darahnya.
“Gak apa-apa vin" jawab virlia singkat.

Setelah darah di tangan alvin benar-benar bersih, dan alvin juga sudah tidak batuk-batuk lagi, virlia eksklusif memeluk alvin.
“alvin..Aku mohon jangan pernah lakuin hal kayak gini lagi..” bunyi virlia terdengar serak. Air matanya mengalir mulus di pipinya.
“Kamu anggap saya ini apa vin? Kenapa kau gres kasih tau semuanya sekarang? Kenapa kau gak kasih saya kesempatan buat kasih yang terbaik untuk kamu?” pelukan virlia makin erat. alvin tidak kuasa membalasnya. Ia biarkan perempuan anggun ini mengeluarkan segala unek-unek hatinya.
“Aku juga mau ngerasain sakit yang kau rasain. Tapi kau gak pernah mau bagi rasa sakitnya ke aku. Kita ini sahabat vin! Harus saling menyebarkan kan?” tanya virlia lirih. Air matanya masih terus mengalir.

alvin melepaskan pelukan virlia perlahan, kemudian menatap lurus ke dalam mata bening virliay ang basah.
“Kamu sudah kasih saya yang terbaik,vir. Kehadiran kau di samping saya itu udah lebih dari cukup. Thanks ya vir” kata alvin. nada suaranya mulai lemah.

virlia tak kuasa menatap mata alvin yang seakan sedang menahan matanya biar tidak tertutup rapat.
“Errrrggggghhh..!” alvin mengerang keras sambil memegangi dadanya.
“alvin!!! Kenapa? Yang mana yang sakit vin?” tanya virlia panik.
“Disini vir.... Sakit banget!” erang alvin lemas.

virlia eksklusif memegang dada alvin tepat di atas tangan alvin. virlia mencicipi tangan alvin begitu dingin. Dingin sekali.
“Gimana vin? Udah baikan?” tanya virlia khawatir.

alvin bukannya menjawab, malah menggerakkan tangannya yang lain ke tangan virlia yang tepat berada di atas tangannya yang tadi berada di dadanya.
“Malah lebih parah vir. Jantung saya makin ngejerit-jerit. Kamu bisa ngerasain kan detakannya yang cepet banget?” tanya alvin sambil menatap mata virlia.

virlia hanya mengangguk.
Benar kata alvim, jantungnya malah berdetak cepat sekali.
“Kamu tau apa maksudnya?” tanya alvin lagi, suaranya semakin lemah. virlia menggeleng.
“Aku cinta kau vir” ucapan alvin yang pelan seakan menusuk hati virlia hingga ke dalam.
‘Kenapa kau gres bilang itu sekarang? Kenapa? Apa ini kenangan terakhir dari Kamu, vin? Aku gak sanggup. Bener-bener gak sanggup’ batin virlia sedih.

virlia tidak mampu menatap mata alvin lagi. virlia tak kuasa membiarkan tangannya terus berada di dada alvin yang kini berdetak semakin lemah.
“alvin, kau cape?” tanya virlia mengalihkan perhatian.
“Banget vir” Suara alvin hampir tak terdengar.
“Kita pulang yuk! Mumpung hujannya udah reda” ajak virlia
“Gak vir, saya mau disini. Kita lihat pelangi dulu. Bukannya kau bilang gak mau liat pelangi tanpa aku? Sebelum semua itu bener-bener terjadi, saya mau liat pelangi sama kamu. Aku yakin pelangi yang muncul hari ini akan jadi pelangi paling indah dalam hidupku juga hidup kamu” alvin berkata menyerupai sedang berbisik. Tatapannya lemah tak berdaya.

virlia mencicipi ucapan alvin ialah ucapan perpisahan.virlia juga mencicipi hawatir tak lezat mulai menderanya.
‘Apa bener orang di sampingku ini alvin? Bener-bener berbeda dari alvin yang dulu bahkan jauh berbeda dari alvin yang tadi pagi. Tuhan, jangan kini saya mohon’ batin virlia.
"vin, kalau kau cape, kau boleh sanderan di pundak aku” kata virlia sambil memandang alvin sedih.

alvin tidak menjawab. Mungkin alasannya ialah suaranya sudah benar-benar habis. alvin eksklusif bersandar di pundak kanan virlia.
“vir?” panggil alvin pelan.
“Kenapa vin?”
“Kamu gak mau.... bilang....apapun ke aku?” bunyi alvin terputus-putus.
“Kamu mau saya bilang apa? Aku niscaya bilang kini juga”
“Boleh saya minta kau bilang I LOVE YOU buat aku?” pinta alvin lagi. Ucapannya terdengar lancar, tidak menyerupai tadi. Meskipun masih dengan suaranya yang lirih dan pelan.

virlia mengangguk.
“ALVIN JONATHAN SINDUNATA, AKU CINTA KAMU. I LOVE YOU, ALVIN” virlia berkata nrimo dari dalam hatinya. Dan ia berharap semoga alvin bisa memahami ketulusan dari ucapannya.
“Makasih virlia. Ucapan itu... ucapan terindah ...dalam hidupku” alvin tersenyum getir di pundak virlia.
“Mau denger saya nyanyi vin?” tawar virlia kepada alvin yang sedang memejamkan matanya.
“Mau vir!” balas alvin masih dengan mata terpejam.
‘Mungkin Cuma ini yang bisa saya persembahin buat kau alvin ku. Semoga kau suka. Lagu favorite kita’ kata virlia dalam hati.

Kelak kau ’kan menjalani hidupmu sendiri
Melukai kenangan yang telah kita lalui
Yang tersisa hanya saya sendiri di sini
Kau akan terbang jauh menembus awan
Memulai kisah gres tanpa diriku

Reff :
SEANDAINYA KAU TAU KU TAK INGIN KAU PERGI
Meninggalkan ku sendiri bersama bayanganku
SEANDAINYA KAU TAU AKU KAN SLALU CINTA
JANGAN KAU LUPAKAN KENANGAN KITA SLAMA INI

Suara Virlia melemah. Tangan alvin jatuh tak berdaya di bangku. Ia menatap alvin yang sedang tidur di bahunya, bibir alvin pucat, badannya terasa begitu ringan dan lemas. virlia menangis pelan. Seakan tidak mau alvin terganggu dan terbangun karenanya.
“vin.. alvin.. Pelanginya udah muncul. Pelangi yang kau tunggu udah ada di langit” ucap virlia sambil tetap menangis.
“alvin!!katanya kau mau liat pelangi sama aku? Itu udah muncul, vin!” ucap virlia lagi. Meskipun ia tahu semua itu tidak ada gunanya, tapi virlia tetap berharap alvin berdiri dan menatap pelangi itu bersama-sama.
“Aku Cinta Kamu, alvin” kata alvin lirih sambil mengenggam tangan alvin yang sudah mulai kaku dan dingin.
***

Pemakaman alvin berjalan lancar dan khidmat. Semua yang berada disana terlihat begitu duka dan terpukul. Mama alvin belum berhenti menangis di pelukan ayah alvin.
virlia yang juga merasa terpukul hanya bisa menyandarkan kepalanya di pundak Siti sambil menangis.
“vir, yang tabah ya” ujar Siti seraya mengusap lembut punggung virlia.
“vir, ini pemberian dari alvin buat Lo. Dan alvin mau Lo buka tepat di hari pemakamannya” kata ray seraya menyampaikan surat untuk virlia.

virlia menerimanya. Lalu membukanya perlahan.

KEEP SMILE MY VIRLIA
TETAP TERSENYUM
MAKASIH BUAT WAKTUNYA KEMARIN
AKU SENENG BANGET
MAAF GAK BISA NEMENIN KAMU LIAT PELANGI UNTUK YANG TERAKHIR KALINYA
TAPI KAMU GAK PERLU TAKUT,
AKU SELALU ADA NEMENIN KAMU LIAT PELANGI DARI ATAS SANA
MUNGKIN CUMA ITU KENANGAN TERAKHIR DARI AKU, MAAF KALAU KENANGAN ITU MENYAKITKAN UNTUK KAMU.

I LOVE YOU, VIRLIA

virlia mengernyitkan dahinya sesudah selesai membaca goresan pena tangan alvin barusan.
“ray, kapan alvin kasih suratnya?” tanya virlia langsung.
“Malam Minggu, sebelum besoknya beliau ketemu Lo, vir. Kenapa?”
“Oh, gak apa-apa. Thanks ya ray” balas virlia.
‘vin, saya gak peduli kapan kau nulis surat ini. Yang niscaya saya percaya, kau selalu ada di setiap tarikan dan hembusan nafasku. I LOVE YOU TOO,ALVIN ’ batin virlia.

#THE END#

PROFIL PENULIS
Namaku virlia fadilah ,
umurku 13thn..
Email facebook : virlia_f@ymail.com
follow twitterku juga yah : @virlia_fadilahh

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel