Mahabarata Episode 8: Perihal Mahatma Widura

 Resi Mandawya ialah seorang resi yang telah memper Mahabarata Episode 8: Tentang Mahatma Widura
Sebelumnya...
Resi Mandawya ialah seorang resi yang telah memper- oleh kekuatan jiwa dan menguasai pengetahuan wacana kitab-kitab suci. Ia mengisi hari-harinya dengan bertapa dan melakukan kebajikan-kebajikan sesuai anutan suci. Ia tinggal di sebuah pertapaan di tengah hutan.
Pada suatu hari, dikala ia sedang khusyuk bertapa menyatukan jiwa dan pikirannya di bawah sebatang pohon rindang di luar pondoknya, tiba segerombolan penya- mun ke pertapaannya. Mereka melarikan diri ke dalam hutan, dikejar-kejar balatentara kerajaan. Mereka menerka akan kondusif di dalam pertapaan itu. Para penyamun itu bersembunyi di sudut pertapaan dan menyembunyikan harta mereka di sana. Sementara itu, balatentara kerajaan mengikuti jejak mereka hingga ke pertapaan itu.
Pemimpin balatentara kerajaan melihat Resi Mandawya yang sedang khusyuk bertapa, tetapi ia tidak menghor- matinya. Dengan bunyi keras ia berkata kepada pertapa itu, “He, pertapa, apakah kamu melihat perampok lewat di sekitar sini? Ke arah mana mereka pergi? Jawablah segera supaya kami sanggup menangkap mereka.”
Resi Mandawya yang benar-benar sedang khusyuk ber- yoga, tidak menjawab apa-apa. Pemimpin itu mengulangi pertanyaannya dengan kasar. Tetapi resi itu tidak mende- ngar apa-apa alasannya khusyuk bertapa. Sementara itu, beberapa prajurit memasuki pertapaan dan menggeledah pondok sang pertapa. Mereka menemukan barang-barang rampokan di sana. Segera saja mereka melaporkan pene- muan itu kepada sang pemimpin.
Mendengar itu, sang pemimpin memerintahkan pasu- kannya untuk menyerbu pertapaan itu. Memang benar, semua barang curian mereka temukan di sana. Bukan hanya itu, mereka juga menemukan para perampok yang bersembunyi di situ.
Pemimpin balatentara kerajaan itu berpikir, “Sekarang saya tahu mengapa brahmana ini akal-akalan membisu dan karam dalam samadinya. Sesungguhnya, dialah kepala para penyamun itu. Dialah yang merencanakan peram- pokan ini.”
Kemudian ia memerintahkan anak buahnya mengurung pertapaan itu sementara ia pergi melapor ke istana bahwa Resi Mandawya telah ditangkap dan semua barang rampo- kan ditemukan di pertapaannya.
Raja sangat murka mendengar kelancangan kepala perampok yang berani menyamar sebagai seorang resi yang disegani. Tanpa mengusut laporan itu dengan cermat, Raja eksklusif memerintahkan supaya penjahat licik itu disik- sa dengan tombak. Pemimpin balatentara itu segera kem- bali ke pertapaan dan memerintahkan prajurit-prajuritnya menusuki badan resi itu dengan tombak. Setelah puas menusuk-nusuk badan resi itu, mereka memancangnya dengan tombak.
Mereka meninggalkan sang resi dalam keadaan terpan- cang di ujung tombak yang ditegakkan. Kemudian mereka kembali ke istana untuk mempersembahkan semua barang rampokan.
Sebagai orang suci, meskipun tubuhnya hancur ditusuk-tusuk tombak, Resi Mandawya tidak mati. Ia tetap hidup alasannya kekuatan yoganya. Kabar wacana apa yang menimpa Resi Mandawya tersebar ke seluruh hutan. Para resi yang tinggal di bab lain hutan itu berdatangan ke pertapaan Resi Mandawya dan menanyakan apa yang menjadikan sang resi menderita menyerupai itu.
Resi Mandawya menjawab, “Siapa yang sanggup disalahkan? Balatentara raja hanya melakukan kiprah mereka, yaitu melindungi rakyat dari para penjahat. Dan para penjahat memang harus dihukum.”
Raja terkejut dan cemas dikala mendengar bahwa resi yang telah ditusuk-tusuk dan dipancangkan dengan tom- kolam ternyata masih hidup dan sedang dikerumuni resi-resi yang bertapa di hutan. Segera ia memerintahkan bala- tentaranya mengawalnya pergi ke hutan. Sesampainya di sana, Raja memerintahkan supaya resi itu diturunkan dari tombak. Kemudian ia berlutut sambil menyembah dan meminta ampun atas perbuatan keji yang ia perintahkan.
Resi Mandawya sama sekali tidak murka kepada Raja. Setelah memaafkan Raja, ia segera menghadap Bagawan Dharma, pewarta keadilan suci yang sedang duduk di singgasananya. Sampai di sana, ia bertanya kepada Baga- wan Dharma, “Kejahatan apakah yang telah kulakukan hingga saya mendapatkan eksekusi menyerupai ini?”
Bagawan Dharma, yang mengetahui kesaktian Resi Mandawya, menjawab dengan hati-hati, “Wahai, Resi Man- dawya, tanpa kausadari engkau sering menyiksa burung dan kumbang. Kebaikan dan kejahatan sekecil apa pun niscaya akan menerima ganjaran yang setimpal.”
Resi Mandawya terkejut mendengar tanggapan Bagawan Dharma. Ia bertanya lagi, “Kapankah saya berbuat kesala- han itu?”
Bagawan Dharma menjawab, “Ketika engkau masih kanak-kanak.”
Resi Mandawya kemudian mengucapkan kutuk-pastu pada Bagawan Dharma, “Hukuman yang engkau putuskan sungguh keterlaluan, jauh melampaui batas kesalahan yang diperbuat oleh kanak-kanak yang tidak tahu apa-apa. Karena itu, lahirlah engkau ke dunia sebagai manusia!”
Bagawan Dharma yang di-kutuk-pastu oleh Resi Man- dawya menitis, berinkarnasi dan terlahir ke dunia sebagai Widura, yaitu pelayan Ratu Ambalika, istri Maharaja Wichitrawirya.
Kelak Widura, yang bekerjsama ialah inkarnasi Bagawan Dharma, disegani orang-orang sebagai seorang mahatma yang sakti dan mumpuni dalam ilmu penge- tahuan wacana dharma, peradilan, sastra, dan ketatanega- raan. Widura tidak pernah memiliki ambisi apa pun dan sama sekali tidak pernah marah. Kemudian Bhisma mengangkatnya sebagai penasihat utama Raja Dritarastra dikala Widura gres berumur belasan tahun. Menurut Bagawan Wyasa, tak ada orang yang sanggup menandingi Widura di ketiga dunia ini, baik dalam ilmu pengetahuan maupun dalam kebajikan.
Suatu dikala Dritarastra mengijinkan anak-anaknya berjudi dadu. Widura segera menyembah di kakinya sambil berkata, “O, Tuanku Raja, hamba tak sanggup menyetujui perbuatan itu. Putra-putra Tuanku akan berselisih dan berseteru alasannya berjudi. Mohon Paduka renungkan kata- kata hamba dan jangan ijinkan mereka berjudi.”
Sayang sekali, Maharaja Dritarastra berwatak lemah. Cintanya yang sangat mendalam kepada putra-putranya membuatnya tak kuasa menolak seruan mereka. Ia bahkan meminta Yudhistira supaya mau mendapatkan undangan Kaurawa untuk berjudi dadu.
Bersambung...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel