Gaun Yang Tersisihkan - Cerpen Sedih
Senin, 08 September 2014
GAUN YANG TERSISIHKAN
Karya Mr. Ransyx
Sudah menjadi kehendak Allah memberinya cobaan berupa penyakit kronis yang bersarang dan sudah bertahun-tahun ia rasakan. Ini ialah dongeng kisah seorang gadis yang berjulukan Muha. Kisah ini diriwayatkan oleh zaman, diiringi dengan tangisan burung dan ratapan ranting pepohonan.
Muha ialah seorang gadis bakir balig cukup akal yang cantik. Sebagaimana yang telah kami katakan, semenjak kecil ia sudah mengidap penyakit yang kronis. Sejak usia kanak-kanak ia ingin bergembira, bermain, bercanda dan bersiul ibarat burung sebagaimana belum dewasa yang seusianya. Bukankah ia juga berhak merasakannya?
Sejak penyakit itu menyerangnya, ia tidak sanggup menjalankan kehidupan dengan normal ibarat orang lain, walaupun ia tetap berada dalam pengawasan dokter dan bergantung dengan obat.
Muha ialah seorang gadis bakir balig cukup akal yang cantik. Sebagaimana yang telah kami katakan, semenjak kecil ia sudah mengidap penyakit yang kronis. Sejak usia kanak-kanak ia ingin bergembira, bermain, bercanda dan bersiul ibarat burung sebagaimana belum dewasa yang seusianya. Bukankah ia juga berhak merasakannya?
Sejak penyakit itu menyerangnya, ia tidak sanggup menjalankan kehidupan dengan normal ibarat orang lain, walaupun ia tetap berada dalam pengawasan dokter dan bergantung dengan obat.
Gaun Yang Tersisihkan |
Muha tumbuh besar seiring dengan penyakit yang dideritanya. Ia menjadi seorang bakir balig cukup akal yang manis dan memiliki adab mulia serta taat beragama. Meski dalam kondisi sakit namun ia tetap berusaha untuk mendapat ilmu dan pelajaran dari mata air ilmu yang tak pernah habis. Walau terkadang bahkan sering penyakit kronisnya kambuh yang memaksanya berbaring di daerah tidur selama berhari-hari.
Selang beberapa waktu atas kehendak Allah seorang perjaka tampan tiba meminang, walaupun ia sudah mendengar mengenai penyakitnya yang kronis itu. Namun semua itu sedikit pun tidak mengurangi kecantikan, agama dan akhlaknya…kecuali kesehatan, meskipun kesehatan ialah satu hal yang sangat penting. Tetapi mengapa?
Bukankah ia juga berhak untuk menikah dan melahirkan belum dewasa yang akan mengisi dan menyemarakkan kehidupannya sebagaimana layaknya perempuan lain?
Demikianlah hari berganti hari bulan berganti bulan si perjaka menawarkan santunan bahan semoga si gadis meneruskan pengobatannya di salah satu rumah sakit terbaik di dunia. Terlebih lagi dorongan moril yang selalu ia berikan.
Hari berganti dengan cepat, tibalah saatnya persiapan pesta ijab kabul dan untuk mengarungi perahu rumah tangga.
Beberapa hari sebelum pesta pernikahan, calonnya pergi untuk menanyakan pengerjaan gaun pengantin yang masih berada di daerah si penjahit. Gaun tersebut masih tergantung di depan toko penjahit. Gaun tersebut mengandung makna kecantikan dan kelembutan. Tiada seorang pun yang tahu bagaimana perasaan Muha jikalau melihat gaun tersebut.
Pastilah hatinya berkepak bagaikan burung yang mengepakkan sayap putihnya mendekap langit dan memeluk ufuk nan luas. Ia niscaya sangat senang bukan lantaran gaun itu, tetapi lantaran beberapa hari lagi ia akan memasuki hari yang terindah di dalam kehidupannya. Ia akan merasa ada ketenangan jiwa, kehidupan mulai tertawa untuknya dan ia melihat adanya kecerahan dalam kehidupan.
Bila gaun yang indah itu digunakan Muha, niscaya akan menciptakan penampilannya laksana putri salju yang manis jelita. Kecantikannya yang alami mengakibatkan diri semakin elok, anggun dan menawan.
Walau gaun tersebut terlihat indah, namun masih di perlukan sedikit perbaikan. Oleh lantaran itu gaun itu masih ditinggal di daerah si penjahit. Sang calon berniat akan mengambilnya besok. Si penjahit meminta dispensasi dan berjanji akan menyelesaikannya tiga hari lagi. Tiga hari berlalu begitu cepat dan tibalah saatnya hari pernikahan, hari yang di nanti-nanti. Hari itu Muha berdiri lebih cepat dan gotong royong malam itu ia tidak tidur. Kegembiraan menciptakan matanya tak terpejam. Yaitu dikala malam pengantin bersama seorang perjaka yang terbaik akhlaknya.
Si perjaka menelepon calon pengantinnya, Muha memberitahukan bahwa setengah jam lagi ia akan pergi ke daerah penjahit untuk mengambil gaun tersebut semoga ia sanggup mencobanya dan lebih meyakinkan bahwa gaun itu pantas untuknya. Pemuda itu pergi ke daerah penjahit dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi terdorong perasaan senang dan besar hati akan program tersebut yang merupakan bencana terpenting dan paling berharga bagi dirinya, demikian juga halnya bagi diri Muha.
Karena meluncur dengan kecepatan tinggi, kendaraan beroda empat tersebut keluar dari tubuh jalan dan terbalik berkali-kali. Setelah itu kendaraan beroda empat ambulans tiba dan melarikannya ke rumah sakit. Namun kehendak Allah berada di atas segalanya, beberapa dikala kemudian si perjaka pun meninggal dunia. Sementara telepon si penjahit berdering menanyakan perihal perjaka itu. Si penjahit mengabarkan bahwa hingga kini ia belum juga hingga ke rumah padahal sudah sangat terlambat.
Akhirnyai penjahit itu tiba di rumah calon pengantin wanita. Sekali pun begitu, pihak keluarga tidak mempermasalahkan alasannya keterlambatannya membawa gaun itu. Mereka malah memintanya semoga memberitahu si perjaka bahwa sakit Muha tiba-tiba kambuh dan kini sedang dilarikan ke rumah sakit. Kali ini sakitnya tidak memberi Muha banyak kesempatan. Tadinya sakit tersebut seakan masih berbelas kasih kepadanya, tidak ingin Muha merasa sakit. Sekarang rasa sakit itu benar-benar menciptakan derita dan kesengsaraan yang melebihi penderitaan yang ia rasakan sepanjang hidupnya yang pendek.
Beberapa menit kemudian tiba isu selesai hidup si perjaka di rumah sakit dan sehabis itu tiba pula isu meninggalnya sang calon pengantinnya, Muha.
Demikian kesedihan yang menimpa dua remaja, bunga-bunga telah layu dan mati, burung-burung berkicau sedih dan sedih terhadap mereka. Malam yang diangan-angankan akan menjadi paling indah dan berkesan itu, menjelma malam kesedihan dan ratapan, malam pupusnya kegembiraan.
Kini gaun pengantin itu masih tergantung di depan toko penjahit. Tiada yang menggunakan dan selamanya tidak akan ada yang memakainya. Seakan gaun itu bercerita perihal kisah sedih Muha. Setiap yang melihatnya niscaya akan bertanya-tanya, siapa pemiliknya.?
Selang beberapa waktu atas kehendak Allah seorang perjaka tampan tiba meminang, walaupun ia sudah mendengar mengenai penyakitnya yang kronis itu. Namun semua itu sedikit pun tidak mengurangi kecantikan, agama dan akhlaknya…kecuali kesehatan, meskipun kesehatan ialah satu hal yang sangat penting. Tetapi mengapa?
Bukankah ia juga berhak untuk menikah dan melahirkan belum dewasa yang akan mengisi dan menyemarakkan kehidupannya sebagaimana layaknya perempuan lain?
Demikianlah hari berganti hari bulan berganti bulan si perjaka menawarkan santunan bahan semoga si gadis meneruskan pengobatannya di salah satu rumah sakit terbaik di dunia. Terlebih lagi dorongan moril yang selalu ia berikan.
Hari berganti dengan cepat, tibalah saatnya persiapan pesta ijab kabul dan untuk mengarungi perahu rumah tangga.
Beberapa hari sebelum pesta pernikahan, calonnya pergi untuk menanyakan pengerjaan gaun pengantin yang masih berada di daerah si penjahit. Gaun tersebut masih tergantung di depan toko penjahit. Gaun tersebut mengandung makna kecantikan dan kelembutan. Tiada seorang pun yang tahu bagaimana perasaan Muha jikalau melihat gaun tersebut.
Pastilah hatinya berkepak bagaikan burung yang mengepakkan sayap putihnya mendekap langit dan memeluk ufuk nan luas. Ia niscaya sangat senang bukan lantaran gaun itu, tetapi lantaran beberapa hari lagi ia akan memasuki hari yang terindah di dalam kehidupannya. Ia akan merasa ada ketenangan jiwa, kehidupan mulai tertawa untuknya dan ia melihat adanya kecerahan dalam kehidupan.
Bila gaun yang indah itu digunakan Muha, niscaya akan menciptakan penampilannya laksana putri salju yang manis jelita. Kecantikannya yang alami mengakibatkan diri semakin elok, anggun dan menawan.
Walau gaun tersebut terlihat indah, namun masih di perlukan sedikit perbaikan. Oleh lantaran itu gaun itu masih ditinggal di daerah si penjahit. Sang calon berniat akan mengambilnya besok. Si penjahit meminta dispensasi dan berjanji akan menyelesaikannya tiga hari lagi. Tiga hari berlalu begitu cepat dan tibalah saatnya hari pernikahan, hari yang di nanti-nanti. Hari itu Muha berdiri lebih cepat dan gotong royong malam itu ia tidak tidur. Kegembiraan menciptakan matanya tak terpejam. Yaitu dikala malam pengantin bersama seorang perjaka yang terbaik akhlaknya.
Si perjaka menelepon calon pengantinnya, Muha memberitahukan bahwa setengah jam lagi ia akan pergi ke daerah penjahit untuk mengambil gaun tersebut semoga ia sanggup mencobanya dan lebih meyakinkan bahwa gaun itu pantas untuknya. Pemuda itu pergi ke daerah penjahit dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi terdorong perasaan senang dan besar hati akan program tersebut yang merupakan bencana terpenting dan paling berharga bagi dirinya, demikian juga halnya bagi diri Muha.
Karena meluncur dengan kecepatan tinggi, kendaraan beroda empat tersebut keluar dari tubuh jalan dan terbalik berkali-kali. Setelah itu kendaraan beroda empat ambulans tiba dan melarikannya ke rumah sakit. Namun kehendak Allah berada di atas segalanya, beberapa dikala kemudian si perjaka pun meninggal dunia. Sementara telepon si penjahit berdering menanyakan perihal perjaka itu. Si penjahit mengabarkan bahwa hingga kini ia belum juga hingga ke rumah padahal sudah sangat terlambat.
Akhirnyai penjahit itu tiba di rumah calon pengantin wanita. Sekali pun begitu, pihak keluarga tidak mempermasalahkan alasannya keterlambatannya membawa gaun itu. Mereka malah memintanya semoga memberitahu si perjaka bahwa sakit Muha tiba-tiba kambuh dan kini sedang dilarikan ke rumah sakit. Kali ini sakitnya tidak memberi Muha banyak kesempatan. Tadinya sakit tersebut seakan masih berbelas kasih kepadanya, tidak ingin Muha merasa sakit. Sekarang rasa sakit itu benar-benar menciptakan derita dan kesengsaraan yang melebihi penderitaan yang ia rasakan sepanjang hidupnya yang pendek.
Beberapa menit kemudian tiba isu selesai hidup si perjaka di rumah sakit dan sehabis itu tiba pula isu meninggalnya sang calon pengantinnya, Muha.
Demikian kesedihan yang menimpa dua remaja, bunga-bunga telah layu dan mati, burung-burung berkicau sedih dan sedih terhadap mereka. Malam yang diangan-angankan akan menjadi paling indah dan berkesan itu, menjelma malam kesedihan dan ratapan, malam pupusnya kegembiraan.
Kini gaun pengantin itu masih tergantung di depan toko penjahit. Tiada yang menggunakan dan selamanya tidak akan ada yang memakainya. Seakan gaun itu bercerita perihal kisah sedih Muha. Setiap yang melihatnya niscaya akan bertanya-tanya, siapa pemiliknya.?