Dongeng: Raja Langit, Raja Bumi Dan Putri Bulan 1

 Dahulu kala ada dua kerajaan yang bermusuhan Dongeng: Raja Langit, Raja Bumi Dan Putri Bulan 1
Dahulu kala ada dua kerajaan yang bermusuhan. Kerajaan Bumi dan Kerajaan Langit namanya. Kerajaan Langit yakni sebuah kerajaan yang makmur. Masyarakatnya hidup dengan kondusif dan tenang tanpa ada kekurangan. Hal inilah yang menerbitkan kecemburuan bagi raja Kerajaan Bumi.
Raja dari Kerajaan Langit punya tiga orang putra laki-laki. Ia ingin sekali mendapat seorang anak perempuan. Kerajaan Bumi pun menunggu kelahiran itu, sebab berdasarkan ramalan, Kerajaan Langit sanggup ditaklukkan apabila ia sudah mempunyai seorang anak perempuan.
Maharaja Langit betul-betul menginginkan seorang putri. Suatu ketika dikumpulkan semua alim ulama, menteri-menteri, penasehat dan hulubalangnya serta seluruh pembesar istana. Baginda meminta pendapat mereka perihal cita-cita yang sudah usang terpendam itu.
Seorang arif pintar yang bijaksana berjalan menghadap raja. Ia bersujud dan memberi hormat dan berkata. “Ampunkan hamba Tuanku, atas keberanian hamba meramalkan sesuatu perihal Tuanku dan kerajaan ini.” Ia meminta Raja mengulurkan tangannya untuk dibaca. Keningnya berkerut sebab gundah. Melihat itu Raja bertanya. “Ada apa? Apakah kamu melihat sesuatu dari tanganku? Apakah saya akan sanggup mempunyai seorang putri?”
Cerdik pintar itu kembali bersujud dan memberi salam. “Maafkan hamba Baginda. Melihat garis tangan Tuanku, sebentar lagi Tuanku akan mempunyai seorang anak wanita sebagaimana yang sudah usang diidam-idamkan. Tuanku akan mempunyai seorang putri yang anggun jelita yang tidak sanggup ditandingi oleh siapa pun juga.”
Raja sangat senang mendengarnya. “Lanjutkanlah…,” perintah Raja. Si arif pintar membisu sesaat. Wajahnya terlihat kelam. “Apa lagi yang ingin kamu katakan wahai arif pintar yang hebat? Katakanlah kini juga, di hadapan semua orang semoga mereka juga mendengar kebahagiaan apa lagi yang akan saya peroleh.”
“Ampunkan hamba Baginda. Menurut garis tangan yang hamba baca… Ampun beribu ampun Baginda kalau hamba salah. Kelahiran Tuan Putri ini akan menciptakan tragedi alam bagi kerajaan ini.”
Semua orang terkejut mendengarnya. Juga raja dan permaisurinya.
“Maafkan kalau hamba salah membaca. Suatu ketika nanti keajaan ini akan diserang oleh Kerajaan Bumi dengan kekuatan yang luar biasa hebat. Mereka berniat mencuri Tuan Putri untuk dinikahi. Dan Kerajaan Langit, kerajaan yang kita cintai sepenuh-penuhnya ini akan pula binasa tanpa ampun.”
Raja tercenung mendengarnya. Cerdik pintar tidak sanggup meramalkan kapan serangan itu akan terjadi. Raja menjadi bingung. Anak wanita sudah usang diinginkan dan sebentar lagi akan lahir, tetapi bila ia lahir maka kerajaan ini akan hancur. Seorang penasehat kemudian menawarkan usul. “Kita biarkan Tuan Putri lahir.
Kita semua tahu kalau Baginda sudah usang menginginkan seorang anak perempuan. Sambil menunggu kelahiran Tuan Putri kita menyiapkan daerah persembunyian yang paling kondusif untuknya, sehingga kelak, kalau pun raja dari Kerajaan Bumi berniat menyerang kerajaan ini ia tak sanggup menemukan Tuan Putri.” Raja pun menyetujui seruan itu.
Beberapa waktu kemudian permaisuri pun hamil. Putri anggun jelita itu kemudian lahir ke dunia dengan selamat. Seluruh keluarga istana dan seluruh warga menyambutnya sukacita. Orang-orang merayakan kelahiran itu dengan rasa syukur. Di mana-mana diadakan keramaian. Ada pertandingan dan permainan-permainan, kesenian rakyat pun digelar. Mereka sungguh-sungguh bangga menyambut kelahiran Tuan Putri yang anggun jelita itu.
Raja kemudian menyerahkan sang putri kepada seorang inang terbaik di kerajaan. Setiap waktu luang Baginda akan memanggil inang pengasuh untuk membawa sang putri untuk ditimang-timang. Raja betul-betul memperhatikan perkembangan bayinya itu. Ia amat mengasihi putrinya yang tumbuh sehat dan tanpa cacat itu.
Waktu pun berlalu, berangsur-angsur sang putri mulai dewasa. Ketika itulah Baginda Raja teringat akan ramalan arif pandainya dulu, bahwa sewaktu- waktu kerajaannya akan diserang oleh Kerajaan Bumi. Ia pun memberikan kegelisahannya kepada permaisuri. Tak ada pilihan, Tuan Putri harus diselamatkan. Ia harus disembunyikan di sebuah daerah yang tidak diketahui siapa pun juga. Tempat yang paling kondusif untuk itu hanyalah Bulan. Tuan Putri akan diungsikan ke Bulan hingga keadaan kembali aman.
Baginda berbagi sebuah istana yang indah di Bulan untuk didiami sang putri. Pada hari yang ditentukan berangkatlah Tuan Putri menuju Bulan bersama inang pengasuhnya. Keberangkatan itu diiringi tangis duka penghuni kerajaan. “Kembalilah ketika keadaan sudah kondusif anakku...,” bisik permaisuri sambil memeluk putrinya.
Tuan Putri memeluk ayah dan ibunya bergantian. Hatinya duka sekali berpisah dengan mereka. Tapi bagaimana pun ia harus berangkat. Ia tak ingin keberadaannya akan menciptakan istana dan seluruh kerajaan celaka. Mengingat itu bertambah-tambahlah kesedihannya.
Sejak ketika itu Tuan Putri tinggal di istana kecilnya yang berada di Bulan. Sementara itu Kerajaan Bumi sedang mempersiapkan sebuah pasukan besar untuk menggempur Kerajaan Langit. Kerajaan Bumi begitu menginginkan Putri Kerajaan Langit dijadikan istri. Ia tidak tahu kalau ketika ini Putri Jelita itu berada di daerah persembunyian, yaitu di Istana Bulan yang indah.
Mereka mengadakan olah kanuragan setiap hari. Seluruh perlengkapan perperangan disiapkan. Mereka ingin menghabisi Kerajaan Langit hingga tandas. Mereka sadar Raja Langit tidak akan begitu saja mau menyerahkan putrinya kepada Raja Bumi. Untuk inilah pasukan disiapkan semoga tidak ada yang sanggup meghalangi cita-cita mereka.
Bersambung...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel