Seandainya - Cerpen Sedih

SEANDAINYA
Karya Aminah Anhar Muallim

07.00 am, berpakain rapih dan menata rambut dengan gaya tren remaja jaman skarang sedang ku lakukan dengan terburu-buru. Sambil di iringi ocehan perempuan yang gres hadir dalam hidup ku sekitar 3,5 tahun yang kemudian dan, harus kah saya sebut ia IBU??kurasa ia, meskipun itu menyiksa ku.
“Tara…cepatlah turun, matahari sudah tinggi..!” teriaknya dari lantai bawah rumah ku

Huufff..aku terus mendesah dalam hati, mengapa ku dapatkan ibu yang cerewat menyerupai dia, bergegas ku lari dari atas kamar ku ke lantai bawah tanpa memperdulikan keberadaan ibu gres ku itu di bawah anak tangga yang menatap kearah ku dengan senyuman yang sungguh menciptakan ku muak, saya hanya terus berlari menuju kawasan parkir kendaraan beroda empat ayah ku. Rupanya ia telah terlambat untuk mrnghadiri rapat, pantas saja ibu terus mengoceh. Perjalanan yang menempuh waktu cukup usang kesekolah ku menciptakan ayah semakin gelisah. Aku mencoba menghibur ayah dengan menceritakan pemain-pemain bola idola ku.
“yah, Cesh Fabregas katanya mau berkunjung keIndonesia loh simpulan trend ini” ucap ku dengan keinginan semoga ia mau meresponnya

 berpakain rapih dan menata rambut dengan gaya tren remaja jaman skarang sedang ku lakukan Seandainya - Cerpen Sedih
Seandainya
Namun Ayah sama sekali tak menghiraukan ucapan ku itu, Ayah hanya terus menerus menengok ke arah jam tangan yang ia gunakan sambil mengerutkan bibirnya menyerupai yang biasa saya lakukan dikala sedang gelisah, keadan ini semikin membuatku merasa teralienasi semenjak kedatangan ibu. Setiba ku di sekolah, beliau sama sekali tak memberiku ucapan semangat untuk mengawali hari ku ini, tak menyerupai biasanya huufff.
“raa…tunguu…”teriak Dini dari atas ojek langganannya
“kamu kenapa? Kok murung gitu sih?”lanjutnya
“ah’ biasa, ayah gua” jawab ku dengan nada sedikit bergurau
“ooh’ gitu, o yaa…kamu udah tau belum perihal Cesh Fabregas bakal tiba ke Indonesia simpulan trend ini??!” Tanya Dini dengan wajah yang menciptakan ku ikut semangat
“ia’lahhh, masa ia sih saya gak tau” sambung ku
***

Tenggg……teng..teng….bel tanda masuk telah bergema hingga memecahkan perbincangan hangat ku dengan Dini, kamipun mempercepat langkah kami menuju ruang kelas.
“oooh’ astagahh..!”jerit ku dengan bunyi yang sedikit mencekik
“kenapa??”ujar Dini sambil menengok dan menghentikan langkahnya
“inikan hari rabu, aduhhhh..mampus..bakal kena omelan lagi deh” ucap ku dengan nada kessal

Belum cukup 1,5 meter dari kelas ku, ketua kelas yang kejam dan ketus itu sudah meneriaki ku dengan kata-kata yang menciptakan ku geram.
“eeh’ cepat-cepat dong jalannya, ini bukan istana jadi gak usah so’so bagus jalannya”teriaknya sambil menopangkan kedua tangannya di pinggang menyerupai penjagal

Apa boleh buat, membantah hanya akan memperburuk keadaan. Alhasil kejadian ini menciptakan hari ku semakin sial, membuang sampah hasilnya kembali kulakukan. Setelah hukuman dari ketua kelas jahat itu ku lakukan, saya bergegas masuk ke ruang kelas ku. Rupanya pelajaran matematika telah berjalan 1/4jam dan menyerupai biasa, siswa yang terlambat 1/4 jam dalam pelajaran matematika tidak diizinkan mengikuti pelajaran itu dan di anggap alfa pada mata pelajaran itu.
“sempurnah…ini hari yang paling indah dalam hidup ku, terimakasih tuhan atas keberuntungan ku hari ini”jerit ku sambil menghancurkan tatanan rambut yang membuatku menghabiskan banyak waktu di depan cermin tadi pagi.

Tak sadar bahwa ternyata ada siswa laki-laki yang menjadi idaman ku semenjak kelas VII sedang memandangiku sambil cengengesan dan menggendong bola basket sambil berjalan kearahku dengan jalannya yang cool dan menyerupai mengalami slow motion, itu semakin membuatku mengaguminya. Jaraknya yang semakin bersahabat kearah ku membuatku diam dan….
“Tara lagi apa di kawasan busuk menyerupai ini?lihat rambut hitam mu itu, menjadi awut-awutan kan”sapanya sambil mengusap-ngusap kepala ku dan menata kembali rambutku
“ah’kaka bias aja, kaka sendiri disini lagi apa?”jawabku malu-malu
“tadi saya melihat mu dikeluarkan dari kelas, jadi saya mengikuti mu hingga kesini dan meninggalkan kelas basket ku”
haaa???wajah ku memerah seraya berkata “kaka tiba kesini alasannya yaitu ku???”Tanya ku padanya dengan mata yang berbinar-binar

Plak…pukulan ka Raka yang detepatkan di cuilan jidat ku, menghancukan khayalan yang setidaknya bisa memberiku kesenangan hari ini,
“aa’aaa aduwhh..kaka..”jerit ku dengan nada manja sedikit kesal
“cch’kau ini masih sempat-sempatnya menatapku menyerupai itu. Dasarr”ledek kak Raka sesudah membenturkan bola basketnya ke kepalaku.
kejadian itu semakin membuatku malu, akupun berlari hingga ke cuilan belakang sekolah yang pagarnya telah dibolong belum dewasa yang gemar membolos. Akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan sekolah itu, saya tak mau menambah kesialan ku dengan tetap berada di sekolah, mungkin hang out ke mall bisa menghibur ku.
***

Setiba ku di mall bersahabat sekolah, saya bertemu dengan kaka-kaka kelas XII diteras bioskop sedang memilih-milih filem, rupanya meraka pun melihat ku dan mengajakku untuk bergabung. Awalnya saya menlolak tapi…
“ayolah…nanti saya traktir deh, mau yah Tara manis”ajak ka Alvin sambil menarik-narik tangan ku

01.56 pm. Setelah selesai nonton dan makan kaka-kaka kelasku itu ingin pergi ke kawasan karaoke, mereka tentu mengajak ku juga tapi pergi bersama anak laki-laki membuatku khawatir.
“mmh..maaf kak tapi Tara bener-bener gak bissa”tolak ku penuh nada halus
“ya uda dek’ g’papa”jawab kak Alvin sambil memalingkan wajahnya
Sambil FBan, saya masuk ke dalam lift dan bertemu dengan Ibu. Sempat gugup sih, tapi buat apa saya takut sama dia, memangnya beliau siapa berani-beraninya marahin aku.
Setiba dirumah, beliau terus menerus menceramahi ku dengan kata yang diulang terus menerus. Sungguh beliau membatku kesal dan semakin membencinya. Sempat terfikir bahwa dialah penyebab perilaku Ayah ku berubah dan gak care lagi sama aku, sungguh kebencian ini menciptakan ku ingin sekali membunuhnya.

Hidup sebagai yatim semenjak kecil, di besarkan oleh nenek dan hanya dikunjungi ayah seminggu 3X menciptakan ku tumbuh dengan rasa kurang kasihsayang. Ketika saya berumur 10 tahun, ayah gres ingin tinggal bersama ku, ayah membeli sebuah rumah di kota metropolitan ini. Dan ketika saya berumur 13 tahun ayah memperkenalkan ku dengan seorang perempuan yang akan menjadi ibu ku??!!
“nak, ini yaitu tante Sindi, Kami akan segera melangsungkan ijab kabul ahad depan”ucap ayah dengan bibir yang gemetar penuh khawatir
“ah??dia akan menjadi ibu ku??ayah…are you kidding me??”Tanya ku pada ayah dengan mata yang berkaca-kaca
“Tara..tante akan menjadi ibu yang baik buat Tara. Lagian umur kita hanya berbeda 13 tahun, tante yakin bissa menjadi ibu sekaligus kaka bahkan juga sobat yang bisa kau tempati untuk curhat” sela perempuan itu penuh keyakinan
Senyumannya yang so’manis itu membuatku ingin menyiramnya dengan jus alvokat kesukaan ku yang sedang ku genggem. Hal itu menciptakan ku sangat cemburu, gres beberapa tahun saya menikmati hidup dengan ayah ku, mencicipi kasihsayang yang tidak terbagi, hanya untuk aku. Dan semua itu harus berakhir???apakah sesudah mereka menikah, ayah masi akan membangunkan ku tiap hari?mengusap-usap kepalaku dikala saya tertidur di depan tv?menyelimutiku dikala saya tertidur?
***

Tiliiliitt…tililittt…bunyi telfon rumah ku
“ya, hallo…”jawab ibu
“ah’ ia mas..baiklah akan ku sampaikan padanya”lanjut ibu sambil menengok kearah ku
“ada apa?”Tanya ku dengan nada kesal
“ayah mu akan pergi ke jerman 2 hari untuk perjalanan bisnis. Dia menyuruhku untuk mengantar mu besok pagi”jawab ibu sambil tersenyum
Sejenak ku berfikir wajahnya memang menawan, bibirnya yang mungil dan hidung pesek-pesek hotnya itu hampir menyerupai dengan hidung ku, ah’ tapi entahlah itu hanya celaan Dini danRiska mana mungkin perempuan ini menyerupai dengan ku. Tanpa sadar saya terus memandang kearahnya dan mungkin itu membuatnya berfikir bahwa saya telah bisa menerimanya dalam hidup ku. Ini sungguh jelek bagi ku, lekas ku tinggalkan ruang tamu dan berlari ke kamarku.

Aku masih tak hingga fikir, bagaimana bisa saya besar tanpa seorang ibu disisiku. Bagaimana bisa ia meninggalkan ku dikala saya masih bayi, tidakkah ia kasihan melihat ku dulu. Tanpa tersadar bedak yang gres sajja ku usapkan kewajah luntur mengikuti aliran air mataku. Betapa saya membenci dia, beliau yang telah melahirkan ku dan pergi begitu saja meninggalkan ku dan ayah, mungkinkah ia kembali kepada kami?aku sungguh ingin sekali mencicipi masakan ibu kandungku, ibu yang telah mengandung dan melahirkan ku. Aku ingin sekali mencicipi senang bersama keluarga ku yang utuh menyerupai yang teman-teman sebaya ku rasakan., Tapi itu mustahil terjadi, jangankan menimbulkan semuanya nyata, menhayalkannya sajja sudah membuatku tampak bodoh.
“acchhh’ siall…kenapa saya begitu lemah akhir-akhir ini??!!”jeritku dalam hati sambil menggeram dan membanting semua barang-barang yang ada di hadapan ku
“ra…?kamu kenapa nak??!!”teriak ibu dari lantai bawah

Karena tak menjawab, ibu memaksa masuk ke dalam kamar ku dan mendapatiku sedang terluka alasannya yaitu kepingan botol beling farfum yang ibu berikan kepadaku kemarin. Kepingannya itu tertinggal di kulit tangan ku dan mengeluarkan banyak darah sehingga menodai seragam ku.
“aduwhh, tara..tangan kau ko bisa hingga berdarah gini sih?”Tanya ibu dengan nada khawatir sambil mengolesi lukaku dengan liurnya
Icchh’ ini semua membuatku jijik, mungkin beliau hanya berusaha terlihat sebagai ibu yang baik bagi ku, dan itu menciptakan ku muak. Tapii ??sunguuh saya tidak melihat aura negative dari dirinya, beliau kelihatan nrimo membantuku tanpa cirri-ciri orang sedang berekting. Ah…apa ni?aku kembali memujinya. Mungkin alasannya yaitu sudah hampir 4 tahun kami hidup bersama, haruskah ku terima ia sebagai ibu sungguhan ku???

07.01 pm
“aku lapar, bisakah kao menyebarkan ku makan malam”suruhku tanpa sopan santun sedikitpun

Ibu menyebarkan ku ayam panggang dengan bumbu khasnya, dan itu sangat lezat. Dengan tangan yang diperban menyerupai ini, saya kesulitan memakai garpu itu. Tanpa basa basi, ibu pribadi mengangkat piringku dan menyuapi ku. Ah’tidak, ini kah trik yang ia gunakan untuk menarik simpati ku??dasar perempuan licik. Melihat tatapan matanya yang nrimo itu, menciptakan ku merindukan sosok ibu dalam hidupku. Seandainya ia ada disini bersama ku, saya niscaya sangat senang sama menyerupai Dini yang selalu dimanja ibunya.hikss..hikss…hikss.tapi justru alasannya yaitu rasa ingin sekali bertemu itulah yang sekarang membuatku membencinya, tidak..aku tidak akan pernah bissa mendapatkan keadaanku yang menyedihkan ini. Sekalipun nantinya beliau akan tiba memohon padaku untuk memaafkan kesalahannya, saya mungkin hanya akan menendangnya menjauh dari hidup ku.
“na’kamu kenapa??ayo buka mulutnya”sahut ibu sambil menyuapiku
“cch’kau piker kau siapa, ha’?kau Cuma ibu tiriku. Jangan pernah menganggapku anak kandungmu apalagi berfikir saya akan menerimamu, dasar perempuan penggoda”teriakku sambil menghentakkan tangan kanannya yang akan menyuapi ku.
Aku berlari kekamar dan mengunci pintu, kulepaskan pula perban yang ia pakaikan di lukaku.

Keesokan harinya pukul 07-39 am. Pagi ini saya sengaja bergerak lambat, akan kupastikan ia tidak berpengaruh merawatku seorang diri. Keesokan harinya, saya semakin terlambat sajja. Siapa suruh semalam ia menyuruhku untuk berdiri cepat alasannya yaitu ingin menghadiri pemakaman temannya pagi ini, hahaha. Mungkin ibu tak tau, menyuruhku bergegas hanya akan membuatku memperlambat langkahku. Dia hanya bisa pasrah melihat tingkahku.
“hay ra..”sapa kak Alvin tersenyum ramah
“hay kak” jawab ku
“ntar sore ad program gak. Aku mau ngajak kau nonton lagi nih, biza kan?bisa dong!”paksanya

Berfikir sejenak, mungkin ini bisa menciptakan ibu murka padaku?..
“ee’gimana yah??yauda de kak”jawabku dengan yakin
Pip…..pip…klakson ibu dari atas mobil, betapa beliau membuatku aib di hadapan ka alfin

Sesampai di rumah, ibu bergegas turun dari kendaraan beroda empat dan membukakan ku pintu mobil. Bodoh…dia pikir dengan berprilaku menyerupai ayah saya akan bisa menerimanya sebagai ibu?? Niatnya itu hanya akan membuatku semakin muak, hanya tatapan sinis yang kuberikan padanya.
“de’ kaka tunggu kau di depan XXI mall bersahabat sekolah yah. Jangan telat looo ” pesan singkat kak Alivin
Ku sempatkan untuk shalat duhur terlebih dahulu sebelum pergi ke Mall, walaupun saya kurang didik tapi shalat ku gak pernah bolong. Sulit untuk meminta izin tanpa alasan yang terang kepada perempuan itu, jadi ku putuskan untuk pergi belakang layar dikala beliau sedang tertidur lelap.
***

Hari ini tidak mengecewakan seru, dianterin sampe depan rumah sama ka Alfin rasanya kaya ratu aja. Tapi kok’agak rameyah nih rumah?banyak bunyi orang menangis dan orang lagi ngaji. Dengan hati yang was-was saya berlari menuju ruang tengah rumah ini, plakkk…ayah menamparku dengan kerasnya hingga wajah ku ini berbalik 180o
“dasar kau yah, dari mana saja kamu. Ibumu meninggal kau malah pergi senang-senang”teriak ayah kearah ku
“sudah..man, Tara gak salah apa-apa”ucap nenek menenangkan ayah

Untuk pertamakalinya, ayah memukulku. Ini sunggguh membuatku sedih, apa alasannya?! Saat hendak melangkahkan kaki ke kamar, saya melihat ibu kutelah terkapar kaku dibungkus kain kafan di atas tikar. Ah…sejenak ku ingin sekali tersenyum,melihatnya tapi tiba” seorang perempuan yang sebaya dengan ibuku memelukku dari belakang dengan begitu erat. Aku semakin binggung dengan keadaan ini, apa yang terjadi? seseorang tolong beritahu aku.
“tara sayang, bersama-sama perempuan yang selama 3 tahun lebih ini kau panggil ibu itu yaitu ibu kandung mu, ibu yang mengandung dan melahirkan mu.”ucap perempuan itu sambil menangis di punggung ku
“apa maksudmu, kau ingin membodohi ku?kau ingin membuatku merasa bersalah?”kataku sambil melepaskan pelukannya
“Tara, saya mengerti perasaan mu, duduklah dan saya ceritakn semuanya dari awal”ajaknya sambil menopang bahuku
“dulu, dikala Sindi ibu mu berumur 15 tahun ia bertemu dengan seorang laki-laki berilmu balig cukup akal yang membutnya terpesona, laki-laki itu yaitu ayahmu. Dia sungguh jatuh cinta pada lelaki itu, sampai-sampai Sindi rela menawarkan keperawanannya kepada lelaki itu. Karena waktu itu beliau gres duduk di dingklik Sekolah Menengan Atas kelas 2, beliau tidak berani untuk membina sebuah keluarga bersama ayah mu yang berkuliah semester simpulan itu.”ucap tante yang katanya sobat ibu ku itu dengan linangan air mata yang menambah haru malam ini
Sungguh ini menyerupai pembodohan bagiku, tidak bisa pas dalam fikirkanku perihal apa yang tante ini katakana. Setiap ucapan yang keluar dari bibirnya serasa bualan bagiku, hingga ayah ikut duduk di lantai bersama kami sambil menangis dan mencium tangan ku. Begitu juga dengan nenek yang merawatku dari bayi serta beberapa orang gres yang kujumpai dalam ijab kabul ayahku dan ibu dulu.

Seseorang tolong jawab aku!!!mengapa mereka begitu menampakan raut wajah yang seakan ingin menyampaikan “sungguh malang nasib mu nak..”dan itu menciptakan ku buruk, ku coba beranjak dari kawasan dudukku dan meninggalkan keharuan yang sedang mereka ciptakan.
“hah’ omong kosong apa ini..!!apakah kalian berusaha mengerjaiku??haa’??”teriaku sambil mengusap air yang mulai mengalir kepipiku
“tara..duduklah nak, kami sungguh mengerti keadaan mu. Tapi kau harus tahu yang sebenarnya, umurmu sudah dewasa, belajarlah mendapatkan kenyataan hidup ini meskipun pahit”kata paman yang mungkin suami tante yang tadi
Sempat ku pegun sesaat mendengar dongeng iu, Yah, beliau benar. Aku harus berusaha menjadi dewasa, sambil ku tatap sosok laki-laki yang duduk dilantai sedang menangis itu, entah kenapa hati ku ini sakit sekali. Mungkinkah yang dikatakan orang ini benar adanya, mungkinkah hati kuini sedang ditusuk atao ada bom di dalamnya?? Sakit dan berdetak begitu kencang, kenyataan pahit yang ku terima sangat membebani batin juga fikiran ku.
04.30 am, bunyi tangisan dan bunyi orang yang sedang tadarrus membaca yasin membangunkan ku. Belum sempat kubuka seluruh kelopak mata ini, saya mencium busuk Ayah yang telah usang kurindukan, ya ini busuk ayah yang wangi dan khas itu. Dia memelukku erat seakan saya ini gulingnya, dengan mata yang nanah dan rambut yang awut-awutan saya melihatnya begitu menyedihkan. Diakah ayahku?pria berilmu balig cukup akal yang telah merusak kehormatan ibuku?haruskah kemarahan ini juga ku utarakan padanya?
Seorang gadis yang hamil diluar nikah dan meninggalakan anaknya bersama laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya itu. Membiarkan bayinya dirawat oleh orang renta yang sudah pikun, mengawasiku selama 13 tahun sebelumakhirnya ia masuk dalam hidupku sebagai orang yang membuatku mempunyai rasa benci yang besar terhadap sosok IBU. Dialah ibu kandungku, Tante Sindi yang selama ini ku perlakukan dengan agresif tanpa sopan santun sedikitpun bahkan sering kali saya berusaha mebuatnya tampak jelek dimata Ayah semoga menendangya dari rumah. Ah’ tidak, apakah saya masih bermimpi??

Jika benar ini mimpi, sungguh ini mimpi terburukku. Kehadiran sosok ibu yang telah usang ku nanti kulewatkan begitu saja tanpa kusadari keberadaannya, bahkan beliau orang yang selama hamper 4 tahun ini ku panggil ibu, tewas alasannya yaitu ulahku.
“Ibu…seandainya saja kemrin kau tak usah pergi mencariku, seandainya saja saya meminta izin padamu terlebih dahulu sebelum pergi.!ach’ sial…ini semua gara-gara handphone ini, seandainya saja saya tak lupa membawanya. Ibu niscaya tidak akan membaca pesan itu dan pergi mencariku, seandainya saja saya membawanya, orang rumah niscaya akan segera mengabari ku. Bahkan ayah yang sedang ada di Jerman bisa lebih dulu berada dirumah dari pada aku.” Jeritku dalam hati sambil terus menangis
“ Ahgggk’ seandainya-seandainya…!seandainya saja saya tidak ndeso dan bisa bersikap berilmu balig cukup akal sedikit saja, mencoba mendapatkan kehadiran perempuan itu menjadi ibu ku. Pasti saya tidak akan menyesal menyerupai ini”keluhku dalam hati sambil membanting handphone genggam ku.
Pemakaman pertama yang kuhadiri ini, sungguhkah ini pemakaman Ibu kandungku?untuk pertama kalinya, saya melihat ayah ku menangis untuk orang selain aku, melihatnya begitu tidak berdaya sungguh menyiksa batin ku luka yang pernah ku tahan rasa sakitnya demi tak menciptakan diriku tampak menyedihkan di hadapan ayah, sekarang tak sanggup ku tahan lagi. Aku sungguh meratapi perilaku ku. Masih sulit kuterima kenyataan ini, tapi semuanya telah masuk diakal ku.

Jika memang dulu perempuan ini tak ingin membesarkan ku alasannya yaitu alasan pendidikan dan imbas social yang akan merubah hidupnya seketika, mungkin ia tidak ingin saya tumbuh menjadi anak haram dan mendapat julukan yang memalukan, memberiku kehidupan yang layak dengan menitipkan ku pada seorang perempuan renta pikun yang kaya raya yang tak lain yaitu nenek ku dan hadir kembali dalam kehidupan ayahku untuk menjadi Ibu bagiku. Ia, beliau hanya ingin menawarkan yang terbaik untukku, pantas saja selama ini ia bersikap sabar menghadapi tingkahku.hahahah…sungguh akulah pemain drama antagonis dalam dongeng ini, saya begitu jahat dan bodoh.
“sudahlah, setidaknya kau telah mencicipi kasihsayangnya sebelum ia pergi”suara ayah dari belakangku yang terus memukul-mukul pundak ku
“iah..”kataku sambil menangis dan mengkerutkan bibirku menyerupai yang biasa kulakukan

03-07-2012
“tara…ayo sini nak gabung sama ayah…”seru ayah mengajakku bermain bananaboot
Ulangtahun ke 17 ku yang kembali ayah rayakan dipantai kute Bali ini terasa kurang tanpa kehadiran Ibu, dibawah pohon kelapa sanalah biasanya Ibu membentangkan karpetnya untuk kami tempati berjemur. Kini hanya ada saya dan ayah, kehidupan yang selalu ku inginkan dulu ini hasilnya terwujud juga. Namun sungguh ku menyesal pernah menginginkan hal ini
*THE END*

PROFIL PENULIS
NAMA:AMINAH ANHAR MUALLIM
TTL:03-07-1996-TORAJA
ALAMAT:MAKASSAR
FB:CHIMNEY ZIBUNZU MOEALLIM'ZGROP

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel