Sesungguhnya Saya Menyayangimu (Secret Flashback) - Cerpen Remaja

SESUNGGUHNYA AKU MENYAYANGIMU
Karya Mala Ulya

Farrel Akmal Hakim namanya. Dia satu angkatan dan satu kelas. Awalnya kami tidak dekat. Sifat yang bertolak belakang menjadi alasannya. Aku yang masih harus mengikuti keadaan dengan lingkungan baruku (aku ialah anak pindahan) , joker face ku, selera humorku yang garing, dan rasa minderku alasannya saya merasa tidak menyerupai yang lain. Berbeda dengan Farrel yang popular, cakep pula (sedangkan saya nggak bagus jikalau kau tahu).

Namun entah kenapa, saya dan Farrel masuk ke dalam sekbid yang sama dalam kepungurusan OSIS. Semenjak itu kami sering kerja bareng dalam menciptakan program. Dan entah kenapa kami menjadi sering meributkan hal-hal yang nggak penting, lebih parahnya lagi hingga terbawa-bawa ke kelas. Namun entah kenapa saya merasa bahagia berdebat dengan beliau walaupun beliau anak popular. Bahkan hal yang paling nggak penting dan garing sekalipun.

Sesungguhnya Aku Menyayangimu (Secret Flashback)
Aku sering bermain dengan empat orang temanku dengan beraneka ragam sifat. Rani, si remaja yang terperangkap dalam badan yang kecil, Syifa, si anak teather (katanya sih anak teater itu orang gila yang waras), Hana, si anak fotografi yang sering menjadi fasilitator anak kelas jikalau narsisnya sedang kumat, dan Farah, anak KIR yang santai namun kreativ dan cerdas. Dan kata mereka saya calon penulis yang cuek, pendiam, alim, dan kata mereka saya rada alergi dengan perjaka (aku kan empat tahun bersekolah di sekolah yang cewek-cowok dipisah). Namun bagi mereka saya juga menghanyutkan

Balik lagi ke topic semula. Kadang-kadang Farrel mampir ke meja buat di ajarin matematika. Sampai-sampai Rani sering berkata, “Kamu ngasih makan apa hingga beliau sering kesini?” padahal sih gara-gara anak kelasku tahu kepintaran ku (he…he… kidding).
Dan jikalau saya sedang mendem di Perpustakaan bersama Farah. Dia niscaya ikutan, dan ujung-ujungnya kami berebut komik silat yang berada disitu hingga harus ditegur penjaga. Dan ujung-ujungnya kami pun duduk berhadap-hadapan membaca (dan Farah geleng-geleng kepala melihat tingkah kami). Dan saya sering membuatkan dongeng dengan Farrel jikalau suasana kelas sedang ramai (kalau sepi nggak beranilah)
***

Seperti biasa saya menemani Farah yang sedang asik membaca di perpustakaan. Bisa dibilang kami senasib alasannya sama-sama mantan anak pesantren (walaupun saya lebih rela dibilang anak boarding school) namun bedanya saya sehabis menamatkan di boarding school saya melanjutkan Sekolah Menengan Atas setahun di Sekolah Menengan Atas Islam di Bekasi sebelum pindah kesini. Makara bisa dibilang saya lebih alim dari beliau (he..he.. bercanda nggak kok). Setiap Senin dan Kamis kami niscaya mendem di perpustakaan alasannya kami nggak ke kantin alias shaum.
“May!” saya menoleh, ternyata Farrel. Tumben beliau nggak baca komik silat kesukaannya.
“Kenapa?" tanyaku. “Tampang lo kusut banget”
“Bete gue” Farrel duduk, mengambil buku yang ku baca, dan membukanya secara acak.
“Gue kira lo sama genk lo jadi lo nggak kesini” kataku lagi.
“Tauk gelap" wajah Farrel merengut.
“Ya Allah lo kenapa sih?” Tanya ku bingung, “Lo di PHP in sama cewek?”

Mungkin Farrel ialah perjaka popular yang paling aneh. Pertama, walaupun cakep tapi beliau jomblo. Yang kedua, beliau ninggalin anak genknya dan duduk di depan orang yang berbeda dengan dunianya dengan pose menyerupai cewek yang habis di PHP-in sama cowok.
“Laporan sekbid kita bulan ini harus di ulang” jawab Farrel.
“Hah, serius lo??” saya pun kaget. “Demi apa?”
“Demi Allah lah!” seru Farrel. “Ngapain gue bohong? Kertasnya hilang sama Muse” Muse ialah sekertaris OSIS yang mengkordinir 4 sekbid termasuk sekbid ku dengan Farrel.
“Eh, ntar dulu” saya tampak berpikir. “Bukannya kita punya coret-coretannya? Kayaknya ada di tas gue deh”
“Ya udah lo bawa gih ke Angga anak kelas sebelah” kata Farrel. Angga ialah si ketua sekbid daerah saya dan Farrel bernaung.
“Temenin lah” pintaku. “Gue kan nggak berani”
“Iya-iya” Farrel bangkit. “Cepetan, gue orang sibuk nih”
“Iya deh yang sibuk” ledek Farah yang dari tadi membisu kesannya angkat bicara.
“Gue ke kelas dulu ya Far” pamitku. “Nganterin bocah satu ini”
“Sip” Farah kembali ke bacaannya. Aku dan Farrel pun keluar perpustakaan.
“Lo anak popular teraneh yang pernah gue temuin rel” komenku ketika berjalan menuju kelas.
“Daripada Rio-mu itu?” balas Farrel. “Yang suka tapi nggak berani ngedeketin padahal beliau jahil sama bawah umur cewek di sekolahmu dulu”
“Yah, mungkin alasannya tampang gue joker face kali. Makara beliau takut buat ngedekatin. Lagian lo kan tahu gue suka sama siapa” jawabku sekenannya. Duh, gara-gara beliau jadi flashback kan?
***

“Far, beliau nge sms kau lagi?” tanyaku pada Farah yang sedang menatap HP Androidnya dengan wajah berbunga. Farah meangguk. Kami sedang berada di gedung Gramedia, sedangkan sisanya sedang di toko accesoris di lantai yang sama.
“Ciye..” kataku. “Dia kok pulang? Lagi sakit?” Farah meangguk

Orang yang kami maksud ialah Fahmi, pacar Farah dari SMP. Dulu mereka satu pesantren ketika SMP. Fahmi ini termasuk cakep, dan kata Syifa dari tampangnya termasuk pecicilan bertolak belakang dengan Farah yang kalem. Dan tebakan Syifa diamini Farah. So, tebakan Syifa benar dong. Oh iya yang jomblo cuma saya dan Syifa. Dan cuma saya doang yang belum pernah pacaran alasannya Syifa pernah pacaran pas kelas sepuluh namun putus sepuluh bulan kemudian.
“May” saya yang memandangi buku menoleh. “Kamu udah move on belum sama persoalan kau yang disana?”
“Mungkin sudah” saya meangguk. “Memang kenapa?”
“Kalau seandainya Farrel nembak kamu, terima nggak?” Tanya Farah. Aku terdiam.
“Kamu masih inget beliau ya?” Tanya Farah.
“Setiap ngeliat Farrel saya inget dia” kataku pelan. “Sama-sama cakep, popular, satu sekbid”
“Eh ntar dulu” Farah berlagak berpikir. “Orang yang kau sukai atau yang menyukaimu?”
“Dih apaan sih kau!” saya menyikut sikunya. “Hmm yang kayaknya suka sama aku. Sifatnya rada-rada mirip. Orang popular yang aneh”
“Kenapa kau bisa berpikir menyerupai itu?” Tanya Farah. “Kalau beliau aneh?”
“Karena beliau menyukai cewek yang gila dan bodoh, nggak bagus pula”
“Kamu nggak kolot Maya” kata Farah. “Kamu tuh unik, cantik, pinter. Kalau nggak ngapain Farrel nanya ke kau soal matematika”
“Ya walaupun ujung-ujungnya ke kau juga ya” kataku. Farah pun hanya nyengir.
“Udah yuk, samperin mereka saya lapar nih” kata Farah. Aku meangguk, kami bangun dan berjalan membayar belanjaan.
***

“Woi” saya yang sedang membeli koin menoleh, ternyata Farrel. Sial, beliau keren banget dengan celana jins dengan jaket Liverpoolnya.
“Heh, ngapain lo?” saya bertanya.
“Jalan-jalan lah” jawab Farrel. “Lo jalan-jalan juga? Bareng mereka?” Tanya Farrel menunjuk Syifa,dkk. Aku meangguk.
“Gue duluan ya” pamitku ketika mendapatkan koin dari mbak-mbak penjaga koin.
“Woi tunggu dulu!” cegah Farrel. “Lo bilang lo suka main arena basket, ada tuh permainannya jadi kita bisa tanding ya?”
“Hmm” saya sempat mikir alasannya kemampuanku kalah jauh dibanding beliau yang memang anak basket. “Ya udah deh siapa takut?” kesannya saya dan Farrel berjalan menuju arena permainan.
***

“Ciye yang habis ngerasa dunia milik berdua” ledek mereka selepas dari mal.
“Orang beliau yang nantangin saya buat main juga”gerutuku.
“Tapi ingat kita-kita juga dong” kata Syifa. “Kita kan panic ngira kau di culik. Mana kau gres pertama kali ke sini”
Tadi alasannya keasikan main, Farrel jadi lupa jikalau beliau sedang dinantikan teman-temannya di ruang karaoke ketika beliau keluar untuk membeli minum. Dan yah begitulah, teman-temannya pada panic. Teman-temanku juga pada panic. Dan mereka menemukan kami asik main sambil kadang ledek-ledekan. Kami yang tersadar terpaksa harus berpisah.
***

Aku membolak-balikkan HP ku, saya sedang menunggu balasan dari Farrel yang untuk pertama kalinya mengajakku sms-an sehabis empat bulan tak ku berikan nomor telepon ku walau beliau memohon-mohon. Namun tampaknya beliau mendapatkan nomor ku dari teman-teman. Akhirnya beginilah nasibku hari ini.
Padahal saya tidak ingin memperlihatkan nope bukan alasannya saya sombong atau apa. Tapi saya termasuk orang yang garing, alasannya itulah saya jarang sms-an selain hal-hal yang penting menyerupai tugas. Atau nggak permintaan jalan-jalan atau ngumpul kemana jikalau lagi libur.
Sepuluh menit berlalu dan nggak ada balasan dari dia. Ah sudahlah batinku mungkin saya memang nggak seru. Dia memang lagi curhat perihal segala sesuatunya, dari ekskul basketnya hingga adiknya yang berisiknya nggak ketulungan. Tanpa terasa mataku memberat, kemudian teridur.
***

Dua bulan kemudian….
Hari ini ialah hari pertama masuk sehabis liburan semester pertama. Aku ingat classmeeting kemarin ialah sempurna setahun ketika insiden itu mencapai puncaknya. Dimana beliau menyadari ada seseorang yang mengirimkan perasaan padaku, namun tak beliau tanggap. Karena ada dua alasan pertama alasannya beliau nggak yakin sinyal itu untukknya, dan yang kedua alasan klasik: saya sedang menyukai orang lain.
Dan mungkin insiden itulah yang mendalangi sebuah gossip yang beredar di Sekolah yang membuatnya tertegun setengah mati sekaligus bertanya-tanya. Siapa yang tahu dongeng ini.
“May, kata Angel kau bahu-membahu kau punya pacar tapi menduakan sama Farrel. Benar nggak?” Tanya Dira.

Angel ialah anak popular di Sekolah. Dia itu mantannya Farrel dan katanya sih beliau ngejar-ngejar Farrel alasannya masih sayang Farrel namun selalu ditanggapi dingin oleh Farrel. Padahal Angel jauh lebih bagus dan kaya dibanding ku yang berangkat harus naik sepeda (walaupun ada motor di rumah) dan nggak punya BB atau Android apalagi IPOD/IPHONE
“Maksud nya?” tanyaku. “Dia bilang dimana?”
“Di twitter” jawab Dira. “Katanya nama cowoknya Rio”
“Dia tahu darimana?” tanyaku. Dira hanya meangkat pundak tanda tak tahu.
“Lah, saya aja belum pernah punya pacar” kataku. “Kenapa beliau bisa bilang kayak gitu?”
***

Bruk! Aku terjatuh begitu seseorang mensliding kakiku. Aku hanya jongkok dan mengusap dengkul yang tertutupi rok panjang sambil meringis. Saat saya mendongak ke atas, Angel. Cs menatapku dengan pandangan sinis semua.
“Enak?” tanyanya dengan nada sinis. Aku hanya membisu dan bangun beranjak pergi. Tiba-tiba mereka berteriak menciptakan saya menjadi sentra perhatian.
“Woi p**** murahan! Nggak usah lo deketin Farrel lagi. Nggak level aja, sana pergi aja ke ujung laut!”
Aku pun terus berjalan dan tanpa terasa air mata keluar di pelupuk mataku.

PROFIL PENULIS
Lahir 15 tahun yang lalu, duduk di kelas sepuluh di sebuah sekolah swasta


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel