Pagiku Dengan Bayangan Ray - Cerpen Cinta
Minggu, 02 Agustus 2015
PAGIKU DENGAN BAYANGAN RAY
Karya Romauli Simanullang
Terurai kata demi kata yang menjadi alasanku untuk berdiri dari daerah tidur mewah ini.Pagi ini sungguh menciptakan mataku terpaku akan sejuta kejutan yang tampak di langit yang masih kekuning-kuningan.Namun, tiba-tiba saya kembali ke daerah tidur dan menjamah spray. Oh no, saya ternyata ngompol lagi. Jelas saja teman-teman menjauhiku, gadis berusia 16 tahun sepertiku masih ngompol. Aku secepatnya lari keluar kamar dan bergegas mandi ketika jarum pendek jam menyatakan bahwa saya akan telat ke sekolah.
Saat itu kakakku Dika telah duduk bengong menanti adiknya dengan sabar. Dia yaitu abang yang baik dan perhatian.Aku tau beliau sudah telat, tapi entah mengapa, beliau selalu sabar menungguku. Karena waktu yang semakin menusuk, saya terpaksa tidak serapan. Ku bergegas melangkahkan kaki supaya abang tidak lelah menantiku.
" Kak, saya dah siap nih! Yuk berangkat!"
" Benarkah?" mata abang melihatku seakan melihat orang yang sedang berbohong. Aku mulai keringat dingin, tak tau harus menjawab apa.
" I..iyalah, saya dah siap!"
" yakin?"
" yakin!! Sudahlah kak, nanti abang telat lagi. Yuk, berangkat!"
" ya sudah! naik!!"
Perlahan namun pasti, saya naik ke sepeda motor abang yang dari tadi menantiku. Aku dan Kak Dika pun berangkat ke sekolah. Ku kira abang akan mengintrogasi aku, ternyata ia mempercayaiku. Trimakasih ya kak dah mau percaya, benakku berbisik.
Saat itu kakakku Dika telah duduk bengong menanti adiknya dengan sabar. Dia yaitu abang yang baik dan perhatian.Aku tau beliau sudah telat, tapi entah mengapa, beliau selalu sabar menungguku. Karena waktu yang semakin menusuk, saya terpaksa tidak serapan. Ku bergegas melangkahkan kaki supaya abang tidak lelah menantiku.
" Kak, saya dah siap nih! Yuk berangkat!"
" Benarkah?" mata abang melihatku seakan melihat orang yang sedang berbohong. Aku mulai keringat dingin, tak tau harus menjawab apa.
" I..iyalah, saya dah siap!"
" yakin?"
" yakin!! Sudahlah kak, nanti abang telat lagi. Yuk, berangkat!"
" ya sudah! naik!!"
Perlahan namun pasti, saya naik ke sepeda motor abang yang dari tadi menantiku. Aku dan Kak Dika pun berangkat ke sekolah. Ku kira abang akan mengintrogasi aku, ternyata ia mempercayaiku. Trimakasih ya kak dah mau percaya, benakku berbisik.
Pagiku Dengan Bayangan Ray |
Sesampainya di sekolah, menyerupai biasa abang memberiku sedikit ulasan dari nasihatnya.
" Hati-hati ya di sekolah, kau gak boleh bandel apalagi bolos. Kamu harus jadi adik abang yang pandai. oke?" . Kakak membuatku terpaku tak berkedip melihat senyumannya yang memberiku sebuah harapan.
" Tentu kak! saya janji, saya gak bakalan buat abang kecewa!"
Perlahan tangan abang mengelus rambutku dengan sampiran sebuah tawa kecil,
" Bagus, itu gres adiknya kak Dika! abang berangkat ya! daa!"
Kembali saya merasa ada komponen yang hilang. Rasanya saya tak ingin jauh-jauh dari kak dika. Aku pun bergegas lari ketika mendengar bel sekolah bernaung di telingaku. Karena terburu-buru, saya tak sengaja menabrak seseorang yang tidak pernah kulihat batang hidungnya di sekolah ini. Buku yang dibawanya pun terjatuh berantakan.
" maaf, saya tak meliatmu tadi!"
terlontar dari bibirku sambil membantunya membereskan buku yang berserakan.
" tak apa!" jawabnya santai.
" Mari, saya bantu membawa bukunya!" Kataku sambil mengambil sebagian dari buku yang dipegangnya.
Kami pun berjalan menuju kantor guru. Aku beruntung hari ini alasannya saya sanggup mengakibatkan kecelakaan kecil ini menjadi alasan keterlambatanku. Meskipun saya masih menggandeng tas, saya bahagia alasannya saya tidak akan menerima hukuman.
Akan tetapi,rasa ingin tau masih menyelimuti hatiku. Aku gres saja melihat orang ini. Karena mati penasaran, saya pun mengakjaknya ngobrol.
" apa kau sudah usang bersekolah di sini?"
" menurutmu, seragamku ini masih terlihat baru?"
" jikalau kau murid lama, kenapa saya tidak pernah melihatmu di sekolah ini?"
" benarkah? mungkin saya tidak tenar di sekolah ini!"
" haha...! sanggup saja kamu! tapi benar deh, saya gak pernah lihat kamu!"
" Ya sudahlah! mungkin kita tidak diperkenankan untuk bertatap muka!"
" maybe !"
Tak terasa, kami telah hingga di kantor guru. Dia terlihat keringat dingin. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri, seakan takut seseorang akan melihatnya.
" Kenapa?"
" eh, gak kok, gak napa!"
" oh, trus ini ditaruh dimana?"
" mmm.....taruh sini aja!"
" ok!" turutku sambil meletakkan buku-buku yang kubawa.
" Trimakasih ya..."
" Yuki! panggil saya yuki!"
" Oh, makasih ya yuki!"
" Sama-sama! Oh ya, nama kau siapa?"
" Aku Rey!"
Saat saya memandangi Rey yang tersenyum padaku, tiba-tiba ada tekanan pada punggungku. Aku pun membalikkan tubuhku dan ternyata itu adalah
" Bu Susi! Huhh, ibu ini buat orang jantungan saja."
" Kamu tuh, da tau semua baris, kau malah disini! Ngapain coba kau masuk ke kantor guru."
" Ini bu, bantuin ngantar buku sahabat saya nih!"
Bu Susi seakan menatapku heran dan tak percaya.
" Teman? Buku?"
" Iya bu, jikalau gak percaya, ni saya kenalin! Rey, in..i"
Aku bengong sejenak melihat Rey tidak berada di belakangku. Yang paling membuatku Shok yaitu buku yang tadinya saya taruh di atas meja, sekarang tlah mengilang. Yang tinggal hanyalah sebuah buku kecil dan cover bukunya terdapat goresan pena Diary Rey.
" Hati-hati ya di sekolah, kau gak boleh bandel apalagi bolos. Kamu harus jadi adik abang yang pandai. oke?" . Kakak membuatku terpaku tak berkedip melihat senyumannya yang memberiku sebuah harapan.
" Tentu kak! saya janji, saya gak bakalan buat abang kecewa!"
Perlahan tangan abang mengelus rambutku dengan sampiran sebuah tawa kecil,
" Bagus, itu gres adiknya kak Dika! abang berangkat ya! daa!"
Kembali saya merasa ada komponen yang hilang. Rasanya saya tak ingin jauh-jauh dari kak dika. Aku pun bergegas lari ketika mendengar bel sekolah bernaung di telingaku. Karena terburu-buru, saya tak sengaja menabrak seseorang yang tidak pernah kulihat batang hidungnya di sekolah ini. Buku yang dibawanya pun terjatuh berantakan.
" maaf, saya tak meliatmu tadi!"
terlontar dari bibirku sambil membantunya membereskan buku yang berserakan.
" tak apa!" jawabnya santai.
" Mari, saya bantu membawa bukunya!" Kataku sambil mengambil sebagian dari buku yang dipegangnya.
Kami pun berjalan menuju kantor guru. Aku beruntung hari ini alasannya saya sanggup mengakibatkan kecelakaan kecil ini menjadi alasan keterlambatanku. Meskipun saya masih menggandeng tas, saya bahagia alasannya saya tidak akan menerima hukuman.
Akan tetapi,rasa ingin tau masih menyelimuti hatiku. Aku gres saja melihat orang ini. Karena mati penasaran, saya pun mengakjaknya ngobrol.
" apa kau sudah usang bersekolah di sini?"
" menurutmu, seragamku ini masih terlihat baru?"
" jikalau kau murid lama, kenapa saya tidak pernah melihatmu di sekolah ini?"
" benarkah? mungkin saya tidak tenar di sekolah ini!"
" haha...! sanggup saja kamu! tapi benar deh, saya gak pernah lihat kamu!"
" Ya sudahlah! mungkin kita tidak diperkenankan untuk bertatap muka!"
" maybe !"
Tak terasa, kami telah hingga di kantor guru. Dia terlihat keringat dingin. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri, seakan takut seseorang akan melihatnya.
" Kenapa?"
" eh, gak kok, gak napa!"
" oh, trus ini ditaruh dimana?"
" mmm.....taruh sini aja!"
" ok!" turutku sambil meletakkan buku-buku yang kubawa.
" Trimakasih ya..."
" Yuki! panggil saya yuki!"
" Oh, makasih ya yuki!"
" Sama-sama! Oh ya, nama kau siapa?"
" Aku Rey!"
Saat saya memandangi Rey yang tersenyum padaku, tiba-tiba ada tekanan pada punggungku. Aku pun membalikkan tubuhku dan ternyata itu adalah
" Bu Susi! Huhh, ibu ini buat orang jantungan saja."
" Kamu tuh, da tau semua baris, kau malah disini! Ngapain coba kau masuk ke kantor guru."
" Ini bu, bantuin ngantar buku sahabat saya nih!"
Bu Susi seakan menatapku heran dan tak percaya.
" Teman? Buku?"
" Iya bu, jikalau gak percaya, ni saya kenalin! Rey, in..i"
Aku bengong sejenak melihat Rey tidak berada di belakangku. Yang paling membuatku Shok yaitu buku yang tadinya saya taruh di atas meja, sekarang tlah mengilang. Yang tinggal hanyalah sebuah buku kecil dan cover bukunya terdapat goresan pena Diary Rey.
Aku pun pribadi mengambil dan membuka lembar demi lembar. Semua isi tiap lembar diary, tertulis namaku. Setiap goresan pena menyatakan bahwa Rey mencintaiku dan sering memperhatikanku dari kejauhan. Sampai kesudahannya saya membaca lembaran selesai diary Rey yang membuatku ingin menangis.
Isinya:
Dear Diary,
Mungkin, ini terakhir kalinya saya melihat senyuman yuki. saya bahkan tak sanggup mencicipi tubuhku ini. Aku sangat menyesal, tak pernah sanggup menampakkan wajahku di hadapannya. saya ingin sekali beliau mengenalku dan kami bersahabat layaknya burung merpati. Yuki, kau menyerupai mawar dan menjadi komponen dalam hidupku. Yuki, saya mencintaimu.
Semua ini, membuatku sangat tertekan. Aku bahkan tak pernah memikirkan orang yang mencintaiku. Ya Tuhan, ini semua menjadi misteri bagiku. Akupun menangis dan menciptakan ibu Susi terpingkal dan bengong melihatku.
____END____
PROFIL PENULIS
Nama : Romauli Simanullang
Tempat/tanggal/lahir : Balige, 01 Agustus 1987
Nama Panggilan : Roma
Kuliah : UI
Tempat/tanggal/lahir : Balige, 01 Agustus 1987
Nama Panggilan : Roma
Kuliah : UI