Kado Istimewa Buat Chiya - Cerpen Cinta Remaja

KADO ISTIMEWA BUAT CHIYA
Karya Nur Annisa Reskiana 
Di tempat Jakarta , tepatnya Jakarta barat, ada sebuah sma yang cukup populer yaitu sma Pelita Harapan. Sma ini populer lantaran sering mengikuti lomba, salah satunya lomba basket tingkat Nasional.

Eveta Gerda Sandoro, yang lebih dikenal dengan Ando. Dia ialah pemuda yang banyak dikagumi dan disukai cewek di sma Pelita Harapan, lantaran beliau ialah kapten basket disekolahnya. Selain itu beliau juga keren dan pintar.
Di sma Pelita Harapan juga dikenal dengan kepandaian siswinya yang sering mengikuti banyak sekali olimpiade fisika, Freyana Pratiwi. Chiya juga dikagumi oleh banyak pemuda di smanya, lantaran beliau cewek yang supel, ramah, anggun dan juga pintar, tapi tiba-tiba saja beliau berkembang menjadi cewek yang murung dan menyendiri semenjak meninggalnya pacar chiya yaitu Reno.
Kado Istimewa Buat Chiya
Pada suatu ketika, teman-teman ando menantang ando untuk sanggup mendapat cinta dari chiya, lantaran selama ini tak ada orang yang sanggup menggantikan posisi reno dihati chiya. Karena merasa tertantang ando pun menyetujui tantangan dari teman-temannya itu.
Saat jam istirahat berbunyi, ando segera berangkat ke kelas chiya, dengan tujuan untuk berkenalan dengan chiya, dan melaksanakan tantangan dari teman-temanya. Saat ando tiba didepan kelas chiya, ando melihat seorang yang duduk termenung sendiri, ando pun berpikir bahwa itu ialah chiya, cewek yang beliau cari.

Ando pun masuk keruang kelas chiya, yang ketika itu tidak ada orang kecuali chiya. Chiya yang sedang melamun, tidak mengetahui ketika itu ando masuk kedalam kelasnya dan duduk disampingnya.
Ando pun mencoba untuk berbicara dengan chiya “hai.. loe chiya yah?” sapa ando, tapi kelas tetap ajah hening, tidak ada suara. Chiya sama sekali tidak menjawab sapaan ando, chiya hanya duduk terdiam sambil melihat kearah ando dengan tatapan seolah chiya habis menangis.
Ando mencoba untuk berbicara lagi dengan chiya “hey.. loe bener chiya kan?” tanya ando dengan ragu, tapi tetap aja tak ada tanggapan apapun yang keluar dari verbal chiya, namun tiba-tiba chiya bangun dan berlari keluar kelas. Ando pun mencoba mengejar chiya, tapi jam masuk kelas berbunyi, hasilnya ando kembali ke kelasnya.

Jam pulang pun berbunyi, ando bergegas menuju kelas chiya, tapi tak ada orang didalamnya. Ando pun segera berlari berniat mencari chiya diluar sekolah, tapi beliau terhenti ketika melihat chiya berada ditaman sekolah. Ando mencoba mendekati dan berniat mengajak chiya untuk pulang bersama “hai chiya.. kok loe masih disini? Belum pulang? Eng... kita pulang bareng yuk..” kata ando, tapi rupanya tanggapan yang tak dibutuhkan ando keluar dari verbal chiya sendiri “loe itu kenapa sih.. tadi dikelas datengin gue, kini ngajak gue pulang bareng.. loe pikir loe itu siapa, mending loe pergi dari sini, tinggalin gue sendiri..” hardik chiya ke ando.

Karena tidak ingin semuanya berkelanjutan dengan buruk, ando pun segera pergi meninggalkan chiya, dan sesekali menengok kearah chiya yang ketika itu sedang menangis. Ando galau kenapa setiap beliau ingin mengajak chiya berbicara, ketika itu chiya selalu aja menangis. Ando pun tetapkan untuk segera pulang kerumah.

Ando selalu mencoba untuk mendekati chiya, tapi itu semua terasa sia-sia, lantaran chiya tak pernah menghiraukan and. Saat chiya berada di depan ruang kelasnya, ando mencoba untuk mendekati chiya “hai chiya.. ngapain kok disini sendiri?” tanya ando, berbeda dari sebelumnya ketika ando bertanya pada chiya, tanpa diduga chiya menjawab pertanyaan ando dengan lembut “eng.. nyari angin ajah, abis di dalem gerah” jawab chiya.

Ando pun merasa lega lantaran chiya mau mnjawab pertanyaannya. Ando pun mengajak chiya berbicara di taman sekolah “ooh gitu ya.. gimana kalo kita ngobrol di taman situ ajah yuk” ajak ando “hm... boleh” kata chiya. Mereka pun ada ditaman “chiya... gue boleh tanya nggak ama loe” ucap ando “boleh.. emang loe mau nanya apaan do..” kata chiya “eng... loe kenapa sih sebelum-sebelum ini kok jadi pemurung and penyendiri gitu, loe ada masalah?” tanya ando, mendengar pertanyaan dari ando menciptakan chiya sempat terdiam. Tapi tiba-tiba aja chiya menangis tanpa alasannya ialah “loh.. chiya, loe kenapa nangis? Pertanyaan gue salah ya ke loe?” tanya ando lagi “eh.. udah do, gue nggak apa-apa kok, loe nggak salah” jawab chiya “terus? Loe kenapa nangis? Kasih tau gue kalo loe ada masalah..” ucap ando “nggak kok ndo.. gue sebenernya gue kayak gini itu lantaran gue masi keinget terus ama dimas.. gue nggak pernah sanggup move on dari dia..” terang chiya “oh.. jadi selama ini loe kayak gini gara-gara loe ngerasa kehilangan dimas loe itu?” tanya ando lagi “iyah.. beliau itu cinta pertama gue.. tapi beliau pergi ninggalin gue gitu ajah buat selamanya” terang chiya, mendengar itu hati ando jadi tersentuh dan membayangkan bagaimana kalau beliau diposisi chiya. Ando pun memeluk chiya “sabar chi.. loe niscaya sanggup move on dari dimas, gue yakin itu” ucap ando , chiya Cuma sanggup mengangguk mendengar omongan ando itu.

Sejak tragedi itu ando pun berusaha untuk menjadi sahabat dekat chiya. Saat jam istirahat ando selalu ke kelas chiya untuk mengajaknya ke kantin ngumpul bareng dengan teman-teman yang lain, ketika waktu jam pulang pun ando selalu mengajak chiya untuk pulang bersama, terkadang mereka mampir terlebih dahulu untuk makan atau main-main ditaman. 
Semakin lama, ando dan chiya semakin akrab, kini chiya yang dulu telah kembali berkat ando, lantaran merasa sanggup melaksanakan perkembangan yang baik ando pun mengatakan kabar senang kepada teman-temannya. “hey guys...” sapa ando pada teman-temannya “eh bro.. kemana ajah loe..” kata angga “biasalah... sibuk gitu deh” kata ando “yaelah.. palingan ama si itu tuh..” goda ronal “haha.. niscaya ama tuh si chiya..” kata angga “ueeztt.. yo’i man.. gimana nih, kayaknya ada kemajuan yah?” tanya yudis “eng.. lumayan, loe liat sendiri kan.. beliau ajah udah mau ngumpul-ngumpul lagi kayak dulu..” jawab ando “iyah sih... tapi loe ahli juga yah, sanggup bikin beliau balik kayak dulu..” kata angga “iya lah... secara gue gitu” gembira ando “ceile.. iya dah iya yang playboy cap cicak” canda ronal, mendengar candaan ronal teman-teman ando yang lain pun ikut tertawa “yee.. sialan loe ron, kurang diajar loe” ucap ando kesal “yah gitu ajah kesel... becanda doang kalee..” kata ronal “euh.. lebay banget loe berdua” tanggap angga “tapi ya do.. loe yakin sanggup dapetin hatinya chiya?” tanya yudis “yakin banget dong... dengerin yah jangan panggil gue ando kalo gue gak sanggup naklukin tuh si chiya” terang ando dengan pedenya “ezzt... gue suka gaya loe bro..” ucap ronal sambil melaksanakan tos dengan ando, temannya yang lain hanya sanggup tertawa saja melihat kelakuan temannya yang satu itu.

Semakin hari, mereka semakin dekat, seolah ada relasi Istimewa antara mereka. Kini chiya tidak bersedih lagi, dan sanggup sedikit melupakan kenangannya bersama dimas, yah.. kalo si chiya bilang beliau udah sedikit move on dari dimas yang udah nggak ada.

Setiap hari mereka selalu bersama, tertawa bersama, dan bergembira bersama. Hingga pada suatu hari ando merasa ada hal absurd pada dirinya, “duh.. gue kok jadi gini yah?” tanya ando pada diri sendiri ketika dikamarnya “kenapa gue selalu mikirin chiya terus.. apa iya gue suka ama dia?” tanyanya lagi “ah.. nggak mungkin.. ini lantaran gue sering ama beliau ajah.. iyah ini lantaran gue deket ama beliau ajah kok..” kata ando meyakinkan diri sendiri.

Suatu hari ando mengajak chiya ke suatu tempat dengan mata tertutup sapu tanagn berwarna putih dan ando pun tak lupa membawa bunga mawar merah kesukaan chiya, “ando... kita mau kemana sih?” tanya chiya ketika berjalan dengan tuntunan ando “udahlah ya.. pokoknya loe ikut gue ajah..” jawab ando. Mereka pun hingga ditempat yang telah dipersiapkan oleh ando “nah.. baiklah kita udah sampek... kini epilog mata loe gue buka, tapi tunggu gue itung ampek tiga gres loe buka mata, gimana?” terang ando “iyah do..” kata chiya mengangguk, ando pun membukakan epilog mata chiya “oke.. satu... dua.. tiga.. buka mata loe sekarang..” ucap ando, chiya yang perlahan membuka matanya begitu terlihat senang dengan pemandangan didepan matanya “do.. tempatnya keren banget..” ucap chiya “iyah dong.. gue gitu chi..” kata ando kepedean “ye.. kepala loe jadi gede tuh di puji ama gue” canda chiya “ah.. udah mending.. duduk sini nih ..” ajak ando, mereka pun duduk berdua “nih buat loe..” kata ando mengatakan bunga mawar merah yang tadi beliau bawa “makasih do... ngomong-ngomong loe ngapain ngajak gue kesini?” tanya chiya. 
Ando terdiam sejenak, tiba-tiba ando pribadi menggenggam tangan chiya “gini ya.. maksud gue ngajak loe kesini tuh... lantaran gue pengen ngungkapin perasaan gue ke elo..” terang ando, chiya hanya membisu memandang ando “eng... gimana yah.. gue suka ama loe chiya, semenjak kita tambah deket rasa sayang gue ke elo tambah dalem.. gue pengen loe jadi pacar gue..” ucap ando, chiya yang mendengar itu pribadi menarik tangannya dari pegangan ando “tapi do.. gue kan..” ucap chiya “iyah gue tau.. gue ngerti elo niscaya belum sanggup move on kan dari dimas..” potong ando “tapi apa elo nggak mau ngebuka pintu hati loe buat orang lain? Apalagi ke gue chiya” lanjutnya “gue ngerti kok ndo... elo bener, udah seharusnya gue ngebuka pintu hati gue buat orang lain..” ucap chiya, ando memandang chiya begitu dalamnya sampai-sampai chiya gugup “te.. terr.. termaasuk.. ee.. elo do..” kata chiya, ando pun menggenggam tangan chiya lagi “kamu serius chi? Elo mau jadi pacar gue?” tanya ando, chiya hanya mengangguk dan tersenyum kepada ando.
Ando merasa senang lantaran beliau berhasil melaksanakan tantangan dari teman-temannya, tapi bekerjsama ando memang udah punya rasa dengan chiya semenjak mereka mulai dekat.

Keesokan harinya, ando memberitahu kabar senang itu pada teman-temannya, “eh bro...” sapa ando pada teman-temannya “mamen ando... gimana nih? Udah ngedapetin atinya tuh sih neng chiya belum..” kata ronal “iyah nih ndo.. loe nggak ada kabar sama sekali ke kita-kita ini..” ucap angga “eitss guys.. tenang.. gue udah berhasil cuii depetin tuh dia..” kata ando “elo yakin do? Elo udah jadian ama chiya?” tanya yudis “iyah dong...” kata ando dengan bangganya “cius.. enelan.. miapah?” tanya ronal “duh nal.. loe lebay banget tau nggak.. tapi masak sih ndo elo udah jadian ama tuh cewek” kata angga “tau loe tu nal, jangan lebay gitu kalee..” kata yudis “iyah gue udah jadian ama chiya.. gimana? Percaya kan kalian kalo gue emang sanggup naklukin tuh cewek” kata ando gembira “halah.. gue masi nggak percaya..” ucap ronal “yee.. kalo nggak percaya ya udah” kata ando “tapi ndo.. loe beneran suka ya ama chiya?” tanya yudis “eits... yang bener ajah.. masa gue suka ama anak kayak gitu” kata ando mengeles pertanyaan yudis “ah masa sih elo nggak cinta ama beliau sesudah kalian barengan hampir setiap hari gitu” kata angga “ya enggaklah... gue tuh nggak suka and nggak cinta ama chiya, gue jadian ama beliau kan lantaran tantangan dari loe, loe, elo semua.. chiya itu bukan level gue” terang ando, teman-temannya hanya tertawa mendengar legalisasi ando. Tapi bekerjsama terpaksa ando berbohong dan menyembunyikan perasaaannya dari teman-temannya.

Tanpa diketahui, pada ketika itu ada salah satu sahabat dekat chiya yaitu ashril mendengar kata-kata yang telah diucapin oleh ando ketika ando berkata ‘tidak suka dan tidak menyayangi chiya”, tapi ashril tidak berani berbicara yang bekerjsama pada chiya lantaran beliau tidak ingin chiya kembali murung dan menyendiri menyerupai waktu itu.
Sebulan sesudah mereka jadian, ando dan chiya pergi bersama ke sebuah bioskop, dan ternyata pada ketika itu mereka bertemu dengan ashril. Saat itu ashril ingin membicarakan hal yang bekerjsama pada chiya, ketika ando sedang membeli tiket nonton ashril pun memberitahukannya pada chiya “elo niscaya bo’ongkan ama gue” kata chiya tak percaya “terserah elo ya.. gue Cuma ngasih tau ajah ke elo, terserah elo juga mau percaya ama omongan gue atau ando” ucap ashril yang pribadi meninggalkan chiya sendirian.

Saat mereka sedang menonton bersama, chiya selalu memikirkan omongan ashril ihwal ando. Saat film sudah selesai, chiya tetapkan untuk segera pulang, lantaran beliau telah lelah. Ando pun mengantar chiya pulang.
Saat tiba hari ulang tahun chiya, ando bermaksud mengatakan kado istimewa buat chiya. Dia ingin mengajak chiya pergi kepantai dan terakhir makan malam bersama disebuah restoran apung yang telah dihias oleh banyak sekali bunga mawar favorit chiya.
Pada ketika mereka dipantai ando mengatakan chiya kado Istimewa buat chiya, yaitu sebuah balon gas yang berbentuk hati dan berwarna merah bertuliskan ‘I Love Chiya’. Ando juga sudah menyewa seekor kuda putih yang akan mengantar chiya berkeliling pantai.
Karena lelah sesudah bersenang-senang dipantai, ando mengatakan membeli minuman untuk chiya “elo niscaya haus... gue beliin minum dulu ya?” kata ando “nggak usah ndo.. kau niscaya capek, jadi semoga saya beli sendiri ajah” jawab chiya “kamu yakin?” tanya ando lagi, chiya hanya tersenyum dan berjalan menuju jalan seberang. Tapi tiba-tiba BRAK ...

Suara yang keras terdengar dari jalan raya, yang tiba-tiba dikerumuni banyak orang. Perasaan ando tidak damai dan segera berlari menuju kerumunan orang-orang sambil memastikan itu bukan chiya. Tapi, ternyata perasaan jelek ando terjadi, orang yang terbaring terkucur lemah tak berdaya dan mengeluarkan banyak darah ditengah jalan itu ialah chiya, orang yang beliau cintai. Ando dengan segera mengangkat tubuh chiya dan segera membawanya kerumah sakit terdekat disitu.

Chiya pribadi dibawa ke UGD dan dengan segera diperiksa oleh dokter, tapi tak usang kemudian sang dokter pun keluar dari ruang UGD, “dok.. bagaimana keadaan pacar saya dok..? beliau baik-baik aja kan dok?” tanya ando panik “maaf dek.. kami tidak sanggup menyelamatkan nyawa pasien, sebaiknya cepat hubungi keluarga saudara tersebut, oh ya ini..” terang dokter sambil mengatakan sepucuk surat yang ternyata surat itu berisikan curahan hati chiya.

Dear Ando ...
Gue berterima kasih banyak, lantaran selama ini elo udah mau berusaha menciptakan saya tersenyum ...
Gue sanggup ngerasain yang namanya senang waktu ama elo ...
Maafkan gue yang selama ini nggak sanggup menjadi yang terbaik buat elo, lantaran Cuma kehadiran elo yang sanggup menciptakan gue move on dari Dimas...
Maafin gue juga lantaran ngebuat elo tertekan, lantaran gue tau kalo elo itu nggak cinta ke gue setulus hati elo..
Tapi gue bakalan terus cinta and sayang ama elo kayak gue cinta and sayang ke Dimas...
Walaupun gue udah nggak lagi disamping elo ketika ini, tapi gue bakalan mengenang elo di dalam hati gue sampe kapan pun ...
Makasih ya lantaran hari ini elo udah ngebuat gue merasa sangat... senang and gue nggak akan ngelupain kenangan indah kita ini ndo..
Sekian surat gue ini, gue harap elo tetep inget gue ya ndo...

Salam cinta
Chiya

Tak terasa butir-butir air mata ando menetes di pipi, ando merasa sangat kehilangan chiya, ando pun berlari menuju tubuh chiya yang lemah tak berdaya di atas tempat tidur, seolah chiya sedang tertidur pulas untuk selamanya.
Ando segera memeluk tubuh chiya yang telah tak bernyawa itu dan berkata “gue cinta ama elo chiya.. gue bener-bener lapang dada sayang ama elo.. tolong balik buat gue..”. Tapi sayang, legalisasi itu terlambat. Kini chiya telah tiada dan meninggalkan kepedihan dihati ando.
Ando pun tiba ke restoran apung dengan membawa beberapa mawar merah yang telah dirangkai dengan rapi dan membawa sepasang cinxin yang bertuliskan ‘cinta’ dan ‘abadi’ yang kalau digabungkan akan menjadi sebuah kalimat “Cinta Abadi” menyerupai cinta ando pada chiya.

PROFIL PENULIS
Nama : nur annisa reskiana
Sekolah : smk pgri 2 sidoarjo
T.T.L : makassar, 05 juli 1997
Fb : noer annizza rezkiana (nannizza44@gmail.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel