Gadis Berkerudung Merah - Cerpen Cinta

GADIS BERKERUDUNG MERAH
Karya Febri Dwi Yanto

Aku tidak tahu persis namanya siapa. Yang kutahu gadis itu berkerudung.Berkerudung merah tepatnya. Aku juga kurang tahu berapa umurnya, tapi saya lebih bahagia memanggilnya dengan sebutan gadis.Ehmm..agak konyol memang.Tapi saya sudah menyukainya sejak bertemu tidak sengaja setahun yang kemudian di stasiun.Matanya berwarna biru polos dengan balutan hidung mancung serta wajah elips yang dipadu padankan dengan kerudung khasnya yang berwarna merah. Bahkan dikala hari-hari berikutnya yang ternyata ia bekerja membantu ibunya berjualan mie keliling,kerudung merahnya tidak pernah terlepas dari kepalanya. Sambil menenteng tremos ditangan kanannya dan wadah bakul yang berisi mie instant di tangan kirinya,sesekali kulihat kerudung merahnya berair oleh peluh keringat yang membanjiri wajah elipsnya. Ya...kuakui gadis berkerudung merah itu sungguh memikat hatiku setahun ini.Sangat memikat dengan kerudung merahnya.
*****

Setahun ini pula saya sering pergi ke stasiun.Hampir tiap hari selepas kuliah saya selalu menyempatkan diri untuk singgah ke stasiun sekedar membeli mie goreng dan lagi-lagi hanya untuk melihat gadis berkerudung merah itu.
‘’Maaf dapat buatkan satu mie goreng?” ucapku padanya.Gadis itu berbalik arah kepadaku,sebentar tertegun dan pribadi mengibaskan senyum dibibirnya.Kerudung merahnya berhembus kekanan kekiri dipermainkan oleh angin stasiun.
‘’Mie gorengnya apa ibarat biasa,mas?’’ jawabnya sambil duduk menyeduh mie instant dalam mangkuk dengan termos yang ia pegang.Aku mengangguk.Lagi-lagi ia tersenyum dan lagi-lagi kerudung merahnya berhembus terkena tiupan angin.Setelah simpulan ia kemudian memeberikan satu mangkuk mie goreng hangat kepadaku.
‘’Ini mas’’ ucapnya pelan.
‘’Terima kasih!’’ujarku.Gadis itu sejenak tertegun dan melihat kepadaku sambil tersenyum.
‘’Maaf mas,tapi saya cuman ingin tau saja.Kok selama satu tahun ini kenapa mas selalu makan mie kepada saya?” katanya sambil membereskan mie instant didalam wadah bakulnya.Aku menghentikan sejenak suapan mieku.Aku menghembuskan nafas dan menatap matanya.Sejenak mata kami saling bertatapan.Lama.Kerudung merahnya lagi-lagi berkibaran tak menentu.
‘’Mas?’’ ia menyadarkanku.
‘’Oh...iya.’’ Aku kaget dan pribadi bersikap normal kembali. “Ehm saya hanya ngerasa mie goreng buatanmu sangat Istimewa dan lain daripada mie goreng yang pernah saya temui’’. Aku meringis.
‘’Spesialnya dimana mas?perasaan mie goreng buatan saya hanya sederhana saja.’’ Senyumnya lagi-lagi mengembang.
“Ya sebab kesederhanaan itulah yang menciptakan mie goreng ini terasa spesial.Sederhana tapi spesial.’’ ucapku sambil menelan kembali satu suapan mie.Gadis itu hanya dapat tersenyum kembali.Dan sibuk merapikan mie instant yang ada didalam wadah bakulnya.
*****

Gadis Berkerudung Merah
Kemarin sore itulah yang mengawali sore-sore berikutnya.Sedikit demi sedikit kami dapat bertukar cerita.Namanya ternyata Rahma.Katanya usianya 18 tahun dan itu terpaut 1 tahun usianya denganku.Ia lulusan Sekolah Menengan Atas dan tidak dapat melanjutkan kuliah sebab hambatan biaya.Cerita-cerita lainnya mungkin kurang penting untuk saya ketahui tapi satu pertanyaan yang masih mengganjal yaitu alasannya menggunakan kerudung.Tapi saya tidak berani untuk menanyakannya.Aku takut kalau pertanyaan itu dapat menyinggungnya. Tapi yang kutahu selama 2 tahun perjalanan ini saya selalu pergi menemuinya hampir tiap sore distasiun.Hanya sekedar melihatnya lengkap dengan kerudung merahnya.
*****

Sore itu stasiun sepi.Senja sudah begitu tiba diufuk fatamorgana.Kilauan sinar merah jambunya menerobos tiap gerbong kereta yang gres saja lewat.Gerombolan insan berdesakan keluar gerbong seakan cacing-cacing yang ingin menggeliat keluar dari dalam tanah.Aku alihkan pandanganku ke sekeliling stasiun.Senja yang ada sedikit menghalangi pandanganku.Tapi gadis itu tidak ada. Lama saya menengok kekanan kekiri kedepan kebelakang untuk mencari gadis berkerudung merah itu.Tapi karenanya nihil.Hari ini memang saya telat gara-gara kuliah aksesori yang membosankan dan kini ketelatanku berujung nihil.Aku menghembuskan nafas.Aku menyesal.Padahal hari ini saya akan segera menyampaikan kepadanya.Ya...aku ingin menyatakan cinta kepadanya tapi lagi-lagi angin senja stasiun mempermainkannya.
*****

Rutinitas kuliah memang menyebalkan.Apalagi jurusan Informatika. Tugas,tugas dan tugas.Setiap hari hanya tugas.Damn it! Dan selama 5 bulan ini saya disibukkan oleh kiprah itu.5 bulan pula saya juga jarang ke stasiun.Jarang melihat gadis itu dan kerudung merahnya.Perasaanku selama 5 bulan itu juga masih tetap sama kepadanya.Tidak berkurang sedikitpun.Tapi ada yang berkurang kini dalam hidupku.Mie goreng dan kerudung merahnya.Ya tentu saja.Aku merindukannya lengkap dengan kerudung merahnya.
******

Setahun sudah saya tidak menemuinya sama sekali.Tidak dengan mie gorengnya.Tidak dengan kerudung merahnya.Angin stasiun yang dulu mempermainkan kerudung merahnya ataupun mie goreng hangat yang diseduhkan kepadaku kini hanyalah sebuah memory belaka yang mungkin akan menjadi takdir bahwa ia bukan siapa-siapa dalam hidupku.Aku pun juga terlalu tolol.Tiap sore tidak pernah tiba menemuinya sebab memang rutinitas kampus memang menyebalkan.

Tugas,kegiatan dan praktek.Itu saja yang selalu mempermainkan hidupku dan tidak ada angin stasiun yang mempermainkan kerudung merahnya dalam benak pikiranku.Mungkin kini ia juga lupa denganku.Sekarang mungkin ia bukan lagi gadis tapi sudah perempuan cukup umur yang berumur 21 tahun.Tapi saya selalu berharap ia selalu ingat denganku dan tentu saja saya akan selalu mengingatnya lengkap dengan kerudung merahnya.

Aku terhenyak.Lamunanku terbuyar oleh klarifikasi dosen yang mengoceh tanpa henti.Aku menarik nafas panjang.Mataku saya pejamkan.Aku tetapkan sore hari nanti harus ke stasiun.Persetan dengan kuliah tambahan.Aku hanya ingin mencicipi mie goreng spesialnya dan melihat kerudung merahnya yang selalu bergerak dipermainkan oleh hembusan angin.Ya..aku harus ke stasiun dan segera menemui gadis itu lengkap dengan kerudung merahnya.
*****

Entah kenapa stasiun sore ini begitu ramai.Lalu lalang orang selalu bergerak seakan berlomba dengan lintasan rel kereta api yang tidak pernah lelah mengantarkan gerbong-gerbongnya.Angin stasiun bergerak pelan diantara kemudian lalang orang yang melintas.Para penjual minuman dan masakan kecil saling ruwet menjajakan camilannya kepada setiap orang yang gres saja turun dari gerbong kereta api.Bau peluh dan keringat insan bercampur dengan bunyi bising kereta dan polusi bunyi dari kicauan orang yang lalu-lalang menambah pusingnya suasana stasiun.
Aku tertegun.Mataku nanar.Lagi-lagi ia tidak ada.Gadis berkerudung merah dengan termos ditangan kiri dan bakul wadah mie instan di sebelah tangan kanan.Setengah berlari saya mencarinya kesegala penjuru stasiun.Angin stasiun seakan mengisyaratkan biar diriku untuk mencarinya lengkap dengan kerudung merahnya.Tapi karenanya nihil.Aku frustasi.
Langit sore kian tenggelam.Kilauan senja di fatamorgana siap untuk menggantikannya.Stasiun bertambah ramai.Aku kehilangan semangat hidup.Aku duduk dibangku yang biasanya saya gunakan untuk makan mie goreng hangat buatannya.Aku memejamkan mataku dan menarik nafas panjang.Lama.Sangat lama.
******

‘’Ma..ada mie goreng ma di dingklik itu!’’ seorang anak kecil berteriak merengek kepada ibunya untuk minta mie goreng membuyarkan tidurku.Ternyata saya tertidur.Aku membuka mataku dan melihat anak kecil itu.
‘’Jangan Rara!Itu sudah bau nak,mienya.Nanti kalau hingga dirumah, mama buatin deh mie goreng Istimewa untuk Rara’’.Ibu anak itu menasehati anaknya.Anaknya tersenyum dan mencium pipi ibunya.Aku mengalihkan pandanganku dari anak kecil itu kebangku disebelahku.Mataku terhenyak.

Ada satu mangkuk mie goreng yang sudah basi,lembek dan berjamur.Aku mengambil mie goreng itu.Baunya bau luar biasa.Aku menutup hidungku.Tapi...bukan baunya yang saya perhatikan tapi selembar kertas yang sudah berair dan setengah agak sobek didalam mangkuk mie goreng itu.Aku mengambil dan membacanya.
‘’AKU BERSYUKUR JIKA MAS MENEMUKAN KERTAS INI BESERTA MIE GORENGNYA.AKU JUGA BERSYUKUR TUHAN SUDAH MEMPERTEMUKAN SAYA DENGAN ORANG SPESIAL SEPERTI MAS.SEMENJAK PERTAMA BERTEMU SAYA SUDAH MENCINTAIMU MAS.SAYA SENGAJA AGAR TIDAK PULANG KETIKA SORE HARI DAN SENGAJA MENYISIHKAN BEBERAPA MIE INSTAN KARENA MEMANG AKAN SAYA BERIKAN UNTUK MAS.TAPI TIGA TAHUN INI MEMANG TERASA LAMA.AKU TIDAK SANGGUP LAGI MAS JIKA HANYA BEKERJA SEPERTI INI.ORANGTUAKU DAN ADIK-ADIKKU SANGAT MEMBUTUHKANKU DAN BERGANTUNG HIDUP DARIKU.MAAF JIKA INI MEMANG MENYAKITKAN TAPI INILAH KENYATAAN DALAM HIDUP.SEKALI LAGI RAHMA MINTA MAAF MAS.RAHMA MENCINTAIMU.’’

Entah kenapa ajaran darahku tiba-tiba menegang.Butiran halus dari mataku mengalir deras ke pipiku.Aku hanya dapat memandangi kertas itu lama.Sangat lama.Angin stasiun mencoba merebutnya dan menerbangkan kertas itu tapi saya pegang bersahabat kertas itu.Kupejamkan mataku dan menarik nafas dalam-dalam.Senja tiba.Kemilau merah jambunya menerangi seisi stasiun.Kubuka mataku dan kurang jelas dari kejauhan saya melihat dua orang sedang bergandengan mesra.Laki-laki dan perempuan.Si perempuan menggelayut manja disamping seorang pria yang sudah setengah baya.

Aku bangkit dari dingklik stasiun.Perempuan manja itu menengok ke belakang.Lama ia menegok ke belakang dan bertatapan denganku.Lama.Sangat lama.Air matanya kemudian mengalir.Aku hanya dapat membisu terpaku.Ia menghembuskan nafas,menghapus air matanya dan segera menggelayut manja kembali dalam pelukan lelaki itu.Aku tertegun.Tidak percaya.Kertas dalam genggamanku terebut oleh angin stasiun dan dipermainkan olehnya dalam sinar kemilau merah jambu senja.

Aku masih tidak percaya dengan perempuan tadi.Air mataku menetes kembali.Ah..kenapa jadi begini.Perempuan itu yaitu yang dulu kukenal dan kuakui sebagai gadis berkerudung merah pertama kali sambil membawa termos dan bakul wadah mie instan.Tapi kini saya tidak melihatnya menggunakan kerudung merah.Ya...tanpa kerudung merahnya.
Angin stasiun senja menembus mataku sambil tetap melihat gadis kecil tanpa kerudung merah.
*******

Malang,09 Januari 2013

PROFIL PENULIS
Nama : FEBRI DWI YANTO
Alamat FB : Febri Dwi Yanto
Alamat Email : dwiyanto_febri@yahoo.co.id
Pekerjaan :Mahasiswa
Kuliah :Universitas Widyagama Malang
No. Urut : 393

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel