My Blassed Mom - Cerpen Ibu

MY BLASSED MOM
Karya Anna

Malam itu bu. Rum sedang menjahitkan sesetel kebaya bewarna oren keemasan yang ia siapkan untuk di pakai putri nya yang akan di wisudakan sebagai dokter selesai pekan ini.Riana merupakan anak tunggal dari seorang penjahit yang berjulukan bu.Rum.Riana mendapatkan beasiswa fakultas kedokteran di salah satu universitas ternama di Jakarta.Ia yaitu anak yang pintar, rajin membantu pekerjaan ibu nya unutuk menjahitkan beberapa pakain pelanggan, ia juga sangat patuh dan berbakti kepada ibu nya. Riana hanya hidup berdua dengan ibunya semenjak kepergian ayah nya ketika ia masih kecil. Tetapi sesudah 5 tahun ia mengambil pendidikan di kota yang populer dengan kemacetan nya ini. sekarang sifat nya berubah. Bahkan ia tak pernah mengunjungi ibu nya di kampung semenjak 2 tahun belakangan ini. Ada apa dengan riana?? Apakah yang menciptakan riana lupa akan ibu kandungan nya..??

Di jakartaRiana tinggal bersama dengan Tania sahabat ia semenjak pertama kali masuk di fakultas kedokteran, ia tinggal disana tanpa membayar sepeser apa pun, keluarga Tania mendapatkan riana dengan senang hati bahkan sudah menganggap riana sebagai anak kandung nya sendiri.

My Blassed Mom
Suatu hari Riana mendapatkan sepaket bungkus kardus coklat kiriman dari ibu nya di kampung. Dan ternya isi dari paket itu yaitu sesetel pakaian kebaya yang di buatkan ibu nya hingga bergadang selama beberapa hari belakangan ini. Di dalam nya pun berisikan surat dari ibu nya.

Assalammualikum…
Riana anak ku
Di Jakarta
Apa kabar mu Nak… Ibu di sini alhamdulilah sehat selalu. Ibu sangat merindukan mu, sudah hampir 2 tahun Ini ibu tak bertemu dengan mu, ibu memaklumi kau sibuk untuk menimba ilmu di sana, mungkin itu yang menjadi alasanmu tak pernah mengunjungi ibu mu yang kesepian ini. Tetapi alahamdulilah nya orderan menjahit ibu meningkat Nak, bahkan banyak pelanggan ibu yang menambahkan pesanan untuk dibuatkan pakaian dalam jumlah yang tidak mengecewakan besar, jadi ibu tidak terlalu sedih untuk mengisi hari-hari sepi ibu.

Oh iya, ibu dengar selesai pekan ini kau akan di wisudakan sebagai dokter. Ibu sangat senang mendengar hal itu.Jadi ibu buatkan kebaya khusus untuk kau pakai di wisuda nanti.Maaf bila kebaya ini tidak bisa memuaskan hati mu, yah kau tau sendiri keterbatasan materi dan alat yang ibu pakai. Ibu akan senang sekali bila kau berkenaan untuk menggunakan nya di wisuda nanti.
Satu hal lagi anak ku, ibu mu sudah tua, ibu sudah sakit-sakitan, ibu sudah kesulitan untuk mengerjakan pekerjaan menjahit ibu. Ibu hanya ingin menghabiskan waktu renta ibu berdua dengan kau anak ku, alasannya yaitu hanya kau satu-satu nya yang ibu punya ketika ini.Jadi ibu memohon dengan ke ikhlasan mu untuk mengabdikan diri mu di kampung halaman mu ini.kau bisa bekerja di klinik milik Pa. kades bersama mba.Vie, ibu dengar di sana sangat membutuhkan seorang dokter, apalagi dokter lulusan dari Jakarta menyerupai mu. Pasti akan banyak pasien yang tiba untuk berobat nanti nya. Maukah kau mendapatkan ke inginan ibu mu ini..???
Baiklah nak, semua nya kembali lagi pada keputusan mu.Ibu hanya berharap kelak kau bisa mewujudkan harapan ibu mu ini.Mungkin hanya itu yang bisa ibu katakan untuk ketika ini. Jaga kesehatan mu nak. Ibu akan selalu menunggu kedatangan mu.Sekian dari ibu mu anak ku sayang.
Wassalammualaikum..
Rumiah

Setelah membaca surat dari ibu nya itu. Riana mencoba menggunakan kebaya yang telah di buatkan ibu untuknya.
Tiba-tiba Tania masuk ke kamar Riana tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
“ Rin, kau lihat novel saya gak??”Sambil membuka pintu kamar riana. Dan Tania pun terkaget melihat Riana yang sedang bangun di depan beling rias sambil mengenakan pakaian kebaya yang berwarna orange kusam dan bisa di bilang sudah tidak up to date lagi. begitu pun sama hal nya dengan Riana yang terkaget melihat keberadaan Tania yang memasuki kamar nya dengan tiba-tiba.
“ eh kebaya siapa itu Rin,??”
“ euh euh ini, ini kebaya aku.”Jawab riana galau dengan nada yang canggung.
“punya Kamu??” nada terkaget
“iya ini punya aku.” Sedikit menyakinkan Tania.
“ kau ga mungkin pake kebaya itu kan buat wisuda kita nanti.??” Tanya Tania untuk memastikan.
“hem,,, memang nya kenapa dengan kebaya ini, Tan??” Tanya riana dengan bingung.
“em engga kenapa-kenapa sih, cumannn… warna nya itu loh norak banget, terus model nya pun biasa aja. udah ga up to dategitu deh . Kebaya ini tuh cocok nya di pake buat ibu-ibu kondangan di kampung bukan buat di hadiri wisudaan nya anak fakultas kedokteran kaya kita.”Jawab Tania dengan fasih.

Sungguh sebenar nya kata-kata Tania yang barusan itu sedikit menyakitkan hati ku. kebaya yang sudah ibu buatkan dia bilang kebaya itu cocok di pakai untuk ibu-ibu yang menghadiri kondangan.
“euh,,, mana mungkin lah saya pake buat wisuda kita nanti. Aku cuma mau mengenang kebaya zaman saya lulusan Sekolah Menengan Atas dulu. ternyata masih muat ya?.”

Dan balasannya kebohongan lah yang saya katakan pada sahabat ku ini.
“owh.. gitu, kirainn?? Eh iya kau beneran ga liat novel aku?”tanya Tania untuk menanyakan maksud dari kedatangan ia ke kamar Riana.
“engga beneran deh..” jawab Riana yang meyakinkan sahabat nya ini.
“owh…yaudah deh, kau lanjutin aja bernostalgia nya dengan kebaya mu.” sambil pergi meninggalkan kamar Riana. Tetapi kemudian ia menghentikan langkahnya dan bangun di ambang pintu kamar Riana. “Owh iya Rin… nanti sore temenin saya ke butik tante yah yang di blok M.”
“oke sippp…” juawab Riana sambil tersenyum.
Saat Tania sudah tak terlihat lagi di ambang pintu, ia kembali memperhatikan kebaya yang di kenakan nya, kemudian mencopot nya dan menggantung kan nya di lemari.

Sore itu, Riana dan Tania sedang berada di butik milik tante Tania. Tante Nin nama nya, Atau yang biasa Tania dan Riana panggil Ate Nin. Ate Nin ini merupakan adik dari mamah nya Tania, hampir seluruh keluarga Tania semua nya membuka perjuangan dengan berbisnis, Ate Nin salah satu pola nya. Ate yang masih berusia 25 tahunan ini sudah membuka butik nya kurang lebih 5 tahun, berkat modal yang di berikan dari mamah Tania, Ate Nin bisa membuka butik yang ramai dengan penlanggan nya, butik Ate Nin ini berisikan pakaian-pakaian untuk pesta kesepakatan nikah baik ynag modern maupun yang tradisional menyerupai kebaya yang di buat oleh desainer-desainer ternama buatan dari sobat suami Ate Nin itu sendiri. Saat Tania sedang memilah milih kebaya yang akan ia kenakan untuk wisuda nya nanti, dan terlihat Riana yang hanya duduk manis dan membuka-buka buku bacaan majalah.
“ Rin, bagus ga kebaya nya ??? tanya Tania sambil menghadapkan diri nya kepada Riana.
“Bagus Bagus. Kamu keliatan manis Tan..” jawab Riana kepada sobat karib nya ini. Tante Nin pun balasannya tiba menghampiri mereka.
“ wah wah wah,,,cantik banget keponakan Ate ini…” tante Nin memuji kebaya yang di pakai Tania.
“ahhhh si Ate berlebihan nih,, saya kan jadi terbang… “jawab Tania dengan malu, dan semuanya pun tertawa.hahaha….
“ owh iya Te, pesanan kebaya Tania ada kan ???”
“ada dong, kau damai aja. Sebentar yah tante ambilkan kebaya nya dulu.”Tante Tania pun kebelakang untuk mengambil kebaya pesanan Tania.
“ loh,,, jadi kau udah pesen kebaya nya, terus yang ini buat apaan?” tanya Riana galau sambil menunjuk kebaya yang di kenakan Tania.
“ hemmm adaa aja..” jawab Tania sambil tersenyum maksud kepada sahabat nya.

Tak usang kemudian Ate Nin pun tiba dengan membawa kebaya pesanan Tania.
“ nih Tan, pesanan kamu..” sambil memberiakan kebaya nya kepada Tania.
“ nah… ini dia kebaya untuk kamu.” Kata Tania sambil menyodorkan kebaya yang di pegang nya kepada Riana.
“loh maksud kau apa Tan?? Jawab Riana bingung.
“ ini kebaya untuk kau pakai di wisuda kita nanti ya!! Please…aku liat tampaknya kau belum sanggup kebaya yang akan di pakai wisuda kita nanti kan??”
“ hemm,,, ga usah repot-repot lah Tan, saya bisa cari kebaya nya itu sendiri ko, saya bisa meminjam nya di salon nanti. Kaprikornus kau ga usah repot-repot memperlihatkan kebaya untuk ku.”
“ ayo lah Rin, anggep aja ini hadiah untuk kau yang udah mau jadi sahabat saya 5 tahun ini. Please yah di terima.”

Dengan terpaksa Riana pun mendapatkan nya. Riana sudah banyak berhutang kepada Tania dan keluarga nya, selama 5 tahun ini, ia tak tega menolak ajakan sobat di daerah ia tinggal ketika ini.

Dan balasannya mereka pun kembali ke rumah. Sesampainya di rumah. Riana pribadi ,masuk ke kamar nya, ia pun pribadi mengantungkan kebaya pemberiaan Tania di samping kebaya dukungan ibu nya. Beberapa usang Riana menatapi dua setel kebaya yang di gantungkan di lemari nya, sambil memikirkan, kebaya mana yang akan ia kenakan untuk wisuda nanti. Apkah kebaya buatan ibu nya yang sudah susah payah bergadang berbagi kebaya demi untuk di pakai putri satu-satu nya di wisuda menjadi dokter nanti, atau kah kebaya pemberiaan dari sobat nya selama 5 tahun ia menimba ilmu dan menumpang daerah tinggal selama ia kuliah di Jakarta, pikiran Riana pun tercampur aduk dan bingung.

Sampai ketika nya hari di wisuda itu tiba. Semua para calon wisuda wisudawati nampak terlihat manis dan anggun dengan kebaya yang banyak sekali macam mode yang dikenakan nya, juga nampak di samping nya orang renta yang gembira akan bawah umur nya yang telah di wisudakan menjadi dokter. Tapi berbeda dengan Riana, tidak ada seorang pun saudara atau keluarga yang menemani dan mengambarkan rasa gembira akan prestasi yang telah di capai putri nya. Di samping nya hanya lah ada Tania beserta keluarga nya yang ia anggap sebagai orang renta nya.
“wah Rin, kau terlihat manis dengan kebaya itu,” puji mamah Tania terhadap kebaya yang ku kenakan.
“Tuh kan apa saya bilang, kebaya buatan Ate ku ini tak ada dua nya deh, bukti nya tak ada satu pun disini yang menggunakan kebaya yang sama dengan kebaya yang kita kenakan bukan?” sahut Tania di sela-sela pembicaraan antara Riana dan mamah Tania.
“pasti ibu mu akan gembira melihat anak nya di wisuda secantik ini.”pujian mamah Tania yang kedua kali nya.
“makasih mih..”jawab Riana sambil tersenyum kepada mamah Tania.
“kalau saya mih? Kalau aku?Aku manis ga?” sambung Tania bertanya kepada ibu nya.
“wah… Tania mah jangan di tanya.kamu kan anak mamih tercantik satu-satu nya, iya kan mih?” sahut Riana.
“ya iyalah, anak mamih kan semua nya cowok, jadi Tania niscaya anak mamih yang paaaling cantik.”jawab mamah Tania dengan sedikit lelucon.
Dan semua nya pun tertawa bahagia.Tetapi dalam lubuk hati yang paling dalam ketika itu sangat merindukan ibu nya, dan berharap kalau ibu nya bisa melihat di wisudakan nya putri satu-satu nya itu sebagai dokter.

6 bulan kemudian , sesudah lulus sebagai dokter sekarang Riana dan Tania bekerja di rumah sakit milik papah Tania yang kebetulan yaitu dokter sekaligus kepala rumah sakit di mana daerah mereka bekerja. hari-hari kesibukan menghiasi kedua sahabat ini, bahkan Riana tidak sempat untuk mengunjungi kampung halaman nya untuk bertemu dengan ibu nya semenjak mereka wisuda 6 bulan yang lalu. Bahkan Sudah hampir 2 setengah tahun lebih ini Riana tidak pernah mengunjungi ibu nya, apa yang menciptakan Riana melupakan ibu nya, apa yang menciptakan ia tidak bisa memenuhi ajakan ibu nya untuk menjadi dokter di kampung halaman daerah ia tinggal.
Malam itu, Riana kembali mendapatkan surat dari ibu nya. Di baca surat dari ibu nya itu dengan seksama.

Assalammulaikum.
Anak ku Riana
Di Jakarta
Anak ku Riana, sudah hampir 2 tahun lebih ini ibu tidak bertemu dengan mu Nak, ibu sangat merindukan mu. Apa yang menciptakan mu tidak pernah mengunjungi ibu. Ibu sangat amat ingin bertemu dengan mu Nak. Ibu mohon sekali ini saja penuhi harapan ibu, mungkin ini menjadi harapan yang terakhir untuk ibu. Ibu mohon pulang lah Nak. Ibu sangat merindukan mu. Ibu sangat menunggu kedatangan mu anakku sayang. Pintu rumah ibu akan selalu terbuka untuk mu anak ku. Datang lah Nak, ibu akan setia menunggu mu. Ibu tunggu ke datangan mu di gubuk kita tercinta. Sekian dari ibu.
Wassalammualikum..
Rumiah.

“ahh ibu ini manja sekali, tidak tahu saya sedang sibuk apa.” Gumam Riana dalam hati.
Beberapa ahad sudah berlalu semenjak kedatangan surat dari ibu nya itu. Hati Riana sedikit tidak tenang, pikiran nya menjadi kacau, ia merasa sesuatu hal sedang menimpa pada ibu nya, tetapi tak ada sedikit niat pun dalam diri Riana untuk membalas surat-surat dari ibu nya.

Keesokan hari nya, ia kembali bekerja menyerupai biasanya dan ternyata ia dan rekan kerja nya menerima cuti kerja selama beberapa ahad Karena rumah sakit daerah dimana meraka bekerja sedang dalam masa pelatihan, jadi semua dokter-dokter sedang di gantikan dengan dokter –dokter yang KOAS untuk beberapa minggu. Salah satu rekan kerja nya, meminta Riana untuk di temani mengunjungi makam ibu nya.Selesai sobat nya itu berziarah. Riana berbincang dengan sobat nya itu di perjalanan pulang.
“yang tadi itu makam ibu mu Ris??” tanya Riana kepada Riska sobat kerja nya ini.
“iya rin, itu makam ibu ku. Ibu sudah meninggal 10 tahun yang lalu.”
“ kalau boleh tau, kenapa ibu mu bisa meninggal?” tanya riana
“ibu ku terkena kanker otak, itu lah alasan yang menciptakan saya ingin menjadi dokter. Karena saya ingin menyembuhkan orang-orang, biar mereka bisa tetap untuk berkumpul dengan keluarga mereka.”
“aku turut berduka cita yah Ris.., kelihatan nya kau sering yah mengunjungi makam ibu mu. Aku lihat makam nya terlihat sangat higienis dan terurus.”
“ iyah rin, alasannya yaitu saya hanya ingin ibu ku tahu, bahwa almarhum selalu akan ku ingat dan ku kenang sepanjang hidup ku. Karena berkat doa dia lah selesai nya saya bisa menjadi dokter menyerupai ketika ini. kau juga harus menjaga ibu mu dengan baik yah Rin, sebelum semua nya terlambat, selagi masih bisa kau mengabulkan segala keinginan nya maka wujud kan lah, jangan hingga kau menyesal nanti nya, juga jangan pernah hingga kau melupakan ibu mu ketika sukses nanti alasannya yaitu yang ia banggakan bukan melihat mu sukses menyerupai ketika ini melainkan ia lebih gembira ketika melihat anak nya yang selalu mengingat nya walaupun ia sudah sukses. ”

Kata-kata dari sobat ku Riska ini.menghujat jantung ku seketika, entah mengapa saya menjadi sangat amat teramat merindukan ibu ku di kampung, rasa nya saya sangat ingin bertemu dengan ibu.Rasa nya ingin memeluk nya, mencium nya, dan gembira muncul di hadapan nya yang sudah menjadi orang yang mempunyai kegunaan orang yang bisa membanggakan ibu di kampung halaman ku. Hari itu saya cepat-cepat pulang kerumah dan membereskan bebarapa pakaiaan ku untuk ku tinggal di kampung halaman ku selama beberapa ahad saya libur kerja.

Di perjalana saya pulang ke kampung halamanku rasa rindu ku ingin bertemu dengan ibu semakin kuat, semakin terasa semakin memacu kerja jantung ku.Dan sesampai nya saya di rumah ibu.Nampak pintu yang tertutup rapat, rumah yang penuh dengan debu, dan rumput-rumput di samping rumah ynag tumbuh dengan lebat.Hal itu sedikit mencurigakan aku.
“ibu... Tumben-tumben nya ia malas memotong rumput di pinggir rumah, dulu aja ibu yang selalu menyuruhku untuk memotong nya bila sudah terlihat panjang. “ gumam ku dalam hati.

Perlahan-lahan saya memasuki depan pintu rumah. Ku pegang gagang pintu yang Nampak penuh dengan debu. Ku buka dengan perlahan pintu rumah itu. Nampak ku lihat tak ada sedikit pun perubahan dari rumah ini, mesin jahit yang sudah terlihat renta itu masih berada di daerah biasanya akrab dengan bangku dimana saya suka memperhatikan ibu ku menjahit sambil menonton tv. Ku bayang-bayangi sedikit kenangan masa kecil ku dulu.
Dan tersadar saya mencicipi ada yang aneh, mengapa rumah ini begitu sepi, menyerupai tak ada yang berpenghuni untuk waktu yang begitu lama.Di manakah ibu ku???Aku terus mencari nya, saya ke kamar ibu, Nampak kasur yang kosong tak ada bantal atau pun guling yang ada hanya sebongkahan kasur kayu yang kosong. Ku buka lemari ibu ku, juga Nampak terlihat kosong tak berisi pakaian satu pun yang terlihat dari lemari ibu. Aku bertnya-bertanya, kemana kah ibu ku??, kemana kah ia tega pergi meninggalkan anak satu-satunya ini sendiri. Aku berlari keluar pintu mencari jawaban atas semua pertanyaan ku. Dan sudah ku lihat Nampak sesosok perempuan separuh baya yang ku kenal bangun di ambang pintu, ia yaitu mba.vie tetangga sekaligus saudara ku di kampung ini. mba.vie perlahan menghampiri ku dan pribadi memeluk ku sambil menangis.
“ kenapa gres pulang Adik ku, ibu mu sangat merindukan mu..”sambil menahan isak tangis nya
“dimana ibu mba..? dimana???”’’ Tanya ku sambil ikut menangis.
“ibu mu sudah damai di sana.”sambil mengusap-usap rambut ku dengan halus.
Perlahan ku rasakan tubuh ku melemas mendengar kata-kata yang terucap dari lisan mba.vie. rasa nya saya tak bisa untuk berdiri, seketika tubuh ku terjatuh tersungkur ke lantai yang masih dalam dekapan pelukan mba ku. Aku menangis teriris perih mendengar kenyataan bahwa ibu ku sudah tak lagi bersama ku, dadaku sesak, se akan bumi pun runtuh, menyesala mengingat saya yang tak pernah mengunjungi ibu ku beberapa tahun belakangan ini, rasa nya saya ingin memutar kembali waktu itu, rasa nya saya lebih baik tidak pernah mendapatkan beasiswa untuk kuliah kedokteran di jakarta bila harus tidak bisa melihat ibu ku untuk yang terakhir kali nya. Rasa nya lebih baik saya menjadi anak kampung, yang hanya sebagai anak seorang penjahit yang akan meneruskan profesi ibu nya kelak, asalkan bisa terus bersama ibu ku, bila di bandingkan harus menjadi anak sukses yang melupakan ibu nya.

Malam hari nya, saya tidur di kamar almarhum ibu ku. Aku mencicipi bagaimana kerinduan nya ia menunggu ku selama bertahu-tahun ini, hanya demi ingin bertemu dengan ku, kembali saya menangis ketika saya mengingat surat terakhir yang ibu berikan kepadaku, bahwa ia sangat amat merindukan ku dan sangat ingin bertemu dengan ku, tetapi saya tidak bisa memenuhi harapan terakhir ibu ku, padahal waktu itu saya sedang libur kerja, tetapi saya habiskan waktu libur ku untuk berkumpul dan bercanda ria dengan teman-teman ku, sungguh saya sangat meratapi akan hal itu.

Di tambah lagi surat dan kisah dari mba. Vie yang menyadarkanku, bahwa ibu ku sudah terkena penyakit kanker otak semenjak 2 tahun belakangan ini, dan kurang arif nya saya yang sebagai dokter tidak mengetahui akan hal itu dan tidak bisa meringankan penderitaan dari penyakit ibu. “Ya.tuhan aturan saja aku. Hukum saya yang tidak sanggup untuk membahagiakan ibu ku.” Air mata ku semakin mengalir deras keluar, semakin sesak nafas ini untuk mengakui penyesalan hal itu. untuk mengetahui kenyataan bahwa ibu selalu setia menunggu ku hingga hingga ketika ini ibu tetap menunggu, ia bahka berwasiat kepada mba.vie untuk tidak menguncikan pintu rumah nya yang kosong ini, alasannya yaitu ibu berharap kelak saya kan pulang ke rumah.

Aku pun harus mendengar bahwa ibu telah kehilangan beberapa pelanggan nya alasannya yaitu waktu ibu ku tersita habis demi berbagi kebaya yang akan di pakai pada wisuda ku pada waktu itu. Tetapi apa yang telah ku lakukan, saya bahkan tidak menghargai jerih payah perjuangan ibu ku yang telah berbagi kebaya dengan segala keterbatasan yang ia punya. Semakin rasa penyesalan itu tiba mengaganggu pikiran ku, ku pegang dan ku peluk erat kebaya buatan ibu, dengan rasa penyesalan yang tidak bisa menggunakan nya di wisuda pada ketika itu. Dan saya pun tidak bisa tertidur malam itu hingga terdengar bunyi adzan subuh berkumandang yang menyadarkan lamunan ku.

Usai solat subuh, saya memutuskan untuk tetap tinggal di kampung halaman ku. Aku ingin mewujudkan harapan terakhir ibu untuk mengabdikan diri menjadi dokter di kampung halaman ku ini. Juga biar tetap saya bisa terus mengunjungi makam ibu ku. Itu merupakan eksekusi yang harus saya jalani dikarenakan telah menyianyiakan ibu nya sendiri.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel