Dongeng: Manik Angkeran
Rabu, 12 November 2014
Pada jaman dulu di kerajaan Daha hiduplah seorang Brahmana yang benama Sidi Mantra yang sangat populer kesaktiannya. Sanghyang Widya atau Batara Guru menghadiahinya harta benda dan seorang istri yang cantik. Sesudah bertahun-tahun kawin, mereka menerima seorang anak yang mereka namai Manik Angkeran.
Meskipun Manik Angkeran seorang perjaka yang gagah dan bakir namun ia memiliki sifat yang kurang baik, yaitu suka berjudi. Dia sering kalah sehingga ia terpaksa mempertaruhkan harta kekayaan orang tuanya, malahan berhutang pada orang lain. Karena tidak sanggup membayar hutang, Manik Angkeran meminta pemberian ayahnya untuk berbuat sesuatu. Sidi Mantra berpuasa dan berdoa untuk memohon pertolongan dewa-dewa. Tiba-tiba ia mendengar suara, "Hai, Sidi Mantra, di kawah Gunung Agung ada harta karun yang dijaga seekor naga yang bernarna Naga Besukih. Pergilah ke sana dan mintalah biar ia mau mernberi sedikit hartanya." Sidi Mantra pergi ke Gunung Agung dengan mengatasi segala rintangan. Sesampainya di tepi kawah Gunung Agung, ia duduk bersila. Sambil membunyikan genta ia membaca mantra dan memanggil nama Naga Besukih. Tidak usang kernudian sang Naga keluar. Setelah mendengar maksud kedatangan Sidi Mantra, Naga Besukih menggeliat dan dari sisiknya keluar emas dan intan. Setelah mengucapkan terima kasih, Sidi Mantra mohon diri. Semua harta benda yang didapatnya diberikan kepada Manik Angkeran dengan impian ia tidak akan berjudi lagi. Tentu saja tidak usang kemudian, harta itu habis untuk taruhan. Manik Angkeran sekali lagi minta pemberian ayahnya. Tentu saja Sidi Mantra menolak untuk membantu anakya.
Manik Angkeran mendengar dari temannya bahwa harta itu didapat dari Gunung Agung. Manik Angkeran tahu untuk hingga ke sana ia harus membaca mantra tetapi ia tidak pernah berguru mengenai doa dan mantra. Jadi, ia hanya membawa genta yang dicuri dari ayahnya waktu ayahnya tidur.
Setelah hingga di kawah Gunung Agung, Manik Angkeran membunyikan gentanya. Bukan main takutnya ia waktu ia melihat Naga Besukih. Setelah Naga mendengar maksud kedatangan Manik Angkeran, ia berkata, "Akan kuberikan harta yang kau minta, tetapi kau harus berjanji untuk mengubah kelakuanmu. Jangan berjudi lagi. Ingatlah akan aturan karma."
Manik Angkeran terpesona melihat emas, intan, dan permata di hadapannya. Tiba-tiba ada niat jahat yang timbul dalam hatinya. Karena ingin menerima harta lebih banyak, dengan secepat kilat dipotongnya ekor Naga Besukih saat Naga beputar kembali ke sarangnya. Manik Angkeran segera melarikan diri dan tidak terkejar oleh Naga. Tetapi alasannya ialah kesaktian Naga itu, Manik Angkeran terbakar menjadi debu sewaktu jejaknya dijilat sang Naga.
Mendengar kernatian anaknya, kesedihan hati Sidi Mantra tidak terkatakan. Segera ia mengunjungi Naga Besukih dan memohon biar anaknya dihidupkan kembali. Naga menyanggupinya asal ekornya sanggup kembali menyerupai sediakala. Dengan kesaktiannya, Sidi Mantra sanggup memulihkan ekor Naga. Setelah Manik Angkeran dihidupkan, ia minta maaf dan berjanji akan menjadi orang baik. Sidi Mantra tahu bahwa anaknya sudah bertobat tetapi ia juga mengerti bahwa mereka tidak lagi sanggup hidup bersama.
"Kamu harus mulai hidup gres tetapi tidak di sini," katanya. Dalam sekejap mata ia lenyap. Di kawasan ia bangun timbul sebuah sumber air yang makin usang makin besar sehingga menjadi laut. Dengan tongkatnya, Sidi Mantra menciptakan garis yang mernisahkan ia dengan anaknya. Sekarang kawasan itu menjadi selat Bali yang memisahkan pulau Jawa dengan pulau Bali.