Dongeng: Kutukan Raja Pulau Mintin
Rabu, 05 November 2014
Pada zaman dahulu, terdapatlah sebuah kerajaan di Pulau Mintin tempat Kahayan Hilir. Kerajaan itu sangat populer akan kearifan rajanya. Akibatnya, kerajaan itu menjadi wilayah yang tenteram dan makmur. Pada suatu hari, permaisuri dari raja tersebut meninggal dunia. Sejak ketika itu raja menjadi murung dan nampak selalu sedih. Keadaan ini membuatnya tidak sanggup lagi memerintah dengan baik. Pada ketika yang sama, keadaan kesehatan raja inipun makin makin menurun. Guna menanggulangi situasi itu, raja berniat untuk pergi berlayar guna menghibur hatinya.
Untuk melanjutkan pemerintahan maka raja itu menyerahkan tahtanya pada kedua anak kembarnya yang berjulukan Naga dan Buaya. Mereka pun menyanggupi impian sang raja. Sejak sepeninggal sang raja, kedua putranya tersebut memerintah kerajaan. Namun sayangnya muncul masalah fundamental baru.
Kedua putra raja tersebut mempunyai tabiat yang berbeda. Naga mempunyai tabiat negatif ibarat senang berfoya-foya, mabuk-mabukan dan berjudi. Sedangkan buaya mempunyai tabiat aktual ibarat pemurah, ramah tamah, tidak boros dan suka menolong.
Melihat tingkah laris si Naga yang selalu menghambur-hamburkan harta kerajaan, maka si Buayapun marah. Karena tidak sanggup dinasehati maka si Buaya memarahi si Naga. Tetapi rupaya naga ini tidak mau mendengar. Pertengkaran itu berlanjut dan berubah menjadi perkelahian. Prajurit kerajaan menjadi terbagi dua, sebahagian memihak kepada Naga dan sebagian memihak pada Buaya. Perkelahian makin dahsyat sehingga memakan banyak korban.
Dalam pelayarannya, Sang raja mempunyai firasat buruk. Maka dia pun mengubah haluan kapalnya untuk kembali ke kerajaanya. Betapa terkejutnya dia ketika menyaksikan bahwa putera kembarnya telah saling berperang. Dengan berang dia pun berkata,"kalian telah menyia-nyiakan kepercayaanku. Dengan peperangan ini kalian sudah menyengsarakan rakyat. Untuk itu terimalah hukumanku. Buaya jadilah engkau buaya yang bergotong-royong dan hidup di air. Karena kesalahanmu yang sedikit, maka engkau akan menetap di tempat ini. Tugasmu ialah menjaga Pulau Mintin. Sedangkan engkau naga jadilah engkau naga yang sebenarnya. Karena kesalahanmu yang besar engkau akan tinggal di sepanjang Sungai Kapuas. Tugasmu ialah menjaga supaya Sungai Kapuas tidak ditumbuhi Cendawan Bantilung."
Setelah mengucapkan kutukan itu, tiba-tiba langit gelap dan petir menggelegar. Dalam sekejap kedua putranya telah berubah wujud. Satu menjadi buaya. Yang lainnya menjadi naga.
Untuk melanjutkan pemerintahan maka raja itu menyerahkan tahtanya pada kedua anak kembarnya yang berjulukan Naga dan Buaya. Mereka pun menyanggupi impian sang raja. Sejak sepeninggal sang raja, kedua putranya tersebut memerintah kerajaan. Namun sayangnya muncul masalah fundamental baru.
Kedua putra raja tersebut mempunyai tabiat yang berbeda. Naga mempunyai tabiat negatif ibarat senang berfoya-foya, mabuk-mabukan dan berjudi. Sedangkan buaya mempunyai tabiat aktual ibarat pemurah, ramah tamah, tidak boros dan suka menolong.
Melihat tingkah laris si Naga yang selalu menghambur-hamburkan harta kerajaan, maka si Buayapun marah. Karena tidak sanggup dinasehati maka si Buaya memarahi si Naga. Tetapi rupaya naga ini tidak mau mendengar. Pertengkaran itu berlanjut dan berubah menjadi perkelahian. Prajurit kerajaan menjadi terbagi dua, sebahagian memihak kepada Naga dan sebagian memihak pada Buaya. Perkelahian makin dahsyat sehingga memakan banyak korban.
Dalam pelayarannya, Sang raja mempunyai firasat buruk. Maka dia pun mengubah haluan kapalnya untuk kembali ke kerajaanya. Betapa terkejutnya dia ketika menyaksikan bahwa putera kembarnya telah saling berperang. Dengan berang dia pun berkata,"kalian telah menyia-nyiakan kepercayaanku. Dengan peperangan ini kalian sudah menyengsarakan rakyat. Untuk itu terimalah hukumanku. Buaya jadilah engkau buaya yang bergotong-royong dan hidup di air. Karena kesalahanmu yang sedikit, maka engkau akan menetap di tempat ini. Tugasmu ialah menjaga Pulau Mintin. Sedangkan engkau naga jadilah engkau naga yang sebenarnya. Karena kesalahanmu yang besar engkau akan tinggal di sepanjang Sungai Kapuas. Tugasmu ialah menjaga supaya Sungai Kapuas tidak ditumbuhi Cendawan Bantilung."
Setelah mengucapkan kutukan itu, tiba-tiba langit gelap dan petir menggelegar. Dalam sekejap kedua putranya telah berubah wujud. Satu menjadi buaya. Yang lainnya menjadi naga.