Sepucuk Surat Untuk Ayah - Cerpen Perjuangan

SEPUCUK SURAT UNTUK AYAH
Karya Vincent Liyanto

Pada suatu hari tinggalah sebuah keluarga kecil peternak domba yang miskin di sebuah tempat terpencil di Nusa Tenggara Timur. Keluarga tersebut terdiri atas Ayah, Ibu dan seorang anak laki lakinya berjulukan Loper Star. Loper memang bukan anak yang berada dan terpandang, namun Ia memiliki sesuatu yang berharga yang bahkan semua anak didunia belum tentu mempunyainya, itu tak lain sebuh cita cita untuk membanggakan kedua orang tuanya yang sudah bekerja keras untuk bisa memberinya makan dan kasih sayang hingga ketika ini.

Loper merupakan anak yang pandai bermain sepak bola dan menjadi salah satu yang terbaik di antara talenta bakat besar di NTT. Loper selalu berlatih setiap hari untuk meningkatkan kemampuanya dalam bermain sepak bola. Ia memiliki cita cita menjadi pemain sepak bola profesional dan berlaga di ajang Internasional untuk mengharumkan nama bangsa dan keluarganya.

Sepucuk Surat Untuk Ayah
Suatu hari Loper sedang berlatih dengan rekan rekan setimnya yaitu NTT FC dan ditengah tengah latihanya, Ia dipanggil oleh seorang laki-laki yang absurd baginya. Loper menghampiri laki-laki itu dan menyapa dengan sebuah pertanyaan “ Siapa nama anda? Dan dari mana anda berasal? “ Kata Loper. Pria itu pun menjawab dengan senyuman “ Perkenalkan, nama saya Teguh, kamu bisa memanggilku Tuan Teguh saya berasal dari Jakarta sebagai pemandu talenta untuk Tim Nasional “. Dengan perasaan penuh resah dan heran Loper pun menjawab “ saya Loper tuan, ada perlu apa anda memanggil saya ditengah latihan? “. Pria itu menjawab dengan santai “ Aku melihatmu berlatih, tampaknya saya tertarik dengan bakatmu Loper, boleh saya meminta alamatmu supaya saya bisa mengunjungimu suatu ketika nanti?”. Loper tercengang dengan kata kata seorang laki-laki yang bahkan belum pernah ditemuinya tersebut, Ia kemudian menawarkan alamat lengkapnya sambil berkata “ Rumah saya tidaklah anggun Tuan. “. Dan sesudah mendapatkan alamat tersebut laki-laki itu hanya tersenyum sambil berlalu meninggalkan Loper yang masih tak percaya akan tragedi itu.

Dua hari berlalu tragedi itu masih terngiang di kepala Loper bahwa tragedi itu merupakan hal yang tak bisa dipercaya. Mengapa ada seseorang ibarat laki-laki itu yang telah mencicipi indahnya ibu kota namun jauh jauh tiba ke NTT hanya untuk bertemu denganya? Apa sebetulnya masud dari semuanya itu? Sungguh sesuatu yang ibarat mimpi, pikir Loper dalam lamunanya. Tetapi semuanya sudah berlalu pikir Loper, Ia tak boleh karam dalam pikiranya untuk masa lalu. Masa depan lebih penting!! Gumamnya menyadarkanya dalam lamunan. Tak terasa bel pulang sekolah telah berbunyi, saatnya pulang dan melaksanakan rutinitas rumah, Loper pun bergegas pulang dan hanya sepuluh menit dengan berjalan kaki Ia telah tiba dirumahnya alasannya jarak dari sekolah dengan rumah yang tak seberapa jauh. Hari itu Ayahnya sedang sakit, Loper pun diminta tolong oleh Ayahnya untuk menggembalakan domba di padang rumput ditepi bukit dan Loper mengiyakan amanat Ayahnya tersebut hingga sore hari berhubung besok tak ada ulangan dan pr.

Setibanya di rumah dari tepi bukit, Loper bergegas memasukan kawanan domba ke dalam sangkar dan kembali ke rumah. Setibanya di rumah, Loper mendapati ada laki-laki yang tak absurd sedang menunggu di ruang tamu bersama dengan Ayah dan Ibunya. Ya, laki-laki itu yaitu Tuan Teguh. Loper tengiang kembali ketika dimana laki-laki tersebut memberi tahu bahwa dia yaitu pemandu talenta dari Tim Nasional Indonesia. Tuan Teguh pun menyampaikan sebuh kalimat yang memecah keheningan diantara mereka berempat “ Selamat sore Loper, saya kemari untuk berbicara hal penting kepadamu, hal ini sudah saya sampaikan terlabih dahulu kepada orang tuamu.” Jelas Tuan Teguh. Loper pun terbangun dari lamunanya dan berkata “ Soal apa Tuan? “ Tuan Teguh pun menjawab “ Begini Loper, saya ingin mengajakmu untuk melaksanakan test menembus skuad timnas di Jakarta, apa kamu mau? “ Loper tercengang mendengarnya, Ia ibarat mendengar bunyi petir yang menyambar sebuah rumah dihadapanya, Ia pun resah ingin menjawab apa disatu sisi itu merupakan cita citanya dan disatu sisi Ia tak tega meninggalkan orang tuanya yang sering sakit sakitan. Setelah berpikir panjang Loper menjawab pertanyaan Tuan Teguh “ Itu merupakan cita citaku tuan, tetapi saya tak bisa meninggalkan orang tuaku.” Seketika itu juga Ayahnya menjawab pernyataan Loper “ Anakku, kiprah orang tuamu ialah membantumu untuk menggapai cita citamu hingga kamu berhasil, pergilah doa Ayah dan Ibu akan selalu besertamu.” Dan seketika itupun perasaan haru menyelimuti keluarga tersebut, Loper pun baiklah untuk ikut test di Jakarta untuk menembus skuad timnas.

Keesokan harinya, sesudah berkemas dan menuntaskan surat ijin di sekolah bahwa Loper akan mengikuti test di dalam skuad timnas, Loper berpamitan dengan orang tuanya. Perasaan berat menyelimuti Loper ketika berpamitan dengan kedua orang tuanya. Maklum, gres pertama kali Loper terpisah dari orang tuanya dan gres pertama kali juga dia pergi ke luar pulau. Sebelum pergi Ayah dan Ibunya berpesan kepada Loper bahwa doa mereka akan menyertai Loper kemanapun dan kapanpun Loper pergi, kerahkanlah seluruh bakatmu alasannya itulah yang akan membuatmu menuju impian. Setelahnya, loperpun pergi dengan Tuan Teguh menggunakan kendaraan beroda empat yang sangat anggun berwarna putih.

Dalam perjalanannya ke bandara Loper membanyangkan betapa bahagianya bila suatu ketika nanti Ia akan bermain dalam ajang Internasional bersama timnas untuk membahagiakan nama Indonesia dan kedua orang renta yang mendukungnya hingga kini ohh sungguh bahagia, pikir Loper tersenyum. Setelah perjalanan yang cukup jauh menuju bandara, Loper dan Tuan teguh pun hingga di bandara. Setelah menunggu untuk lepas landas selama setengah jam, merekapun tiba di dalam pesawat dari lobby bandara. Pesawat pun lepas landas, dalam perjalanan yang memakan waktu tiga jam lebih itu Loper berimajinasi akan atmosfer yang menegangkan kalah bermain bersama timnas di kancah Internasional, sungguh mendebarkan tentunya.

Setiba di Jakarta mereka berdua bergegas berangkat ke stadion kebanggahan timnas yaitu gelora Bung Karno. Setibanya, Tuan Teguh memperkenalkan Loper pada seorang laki-laki yang sudah nampak renta dan menggunakan jas berwarna hitam. “ Perkenalkan, Ini Tuan Markus, Loper dia yaitu instruktur timnas Indonesia kita. “. Loper menjabat tangan Tuan Markus dan bersalaman sambil berkata “ Senang bertemu dengan anda Tuan, saya Loper. “ Kata Loper sambil tersenyum. Dan seketika itupun Tuan Markus berkata “ Senang bertemu denganmu juga anak muda, saya sudah banyak mendengarmu dari Teguh.” Kata Tuan Markus dengan nada ramah. Setelah pengenalan tersebut Tuan Teguh dan Tuan Markus berbincang bincang meninggalkan Loper untuk melihat lihat seisi stadion. Luar biasa, hanya itu dua kata untuk perasaan Loper ketika ini.

Sehari sesudah itu Loper mengirim surat untuk orang tuanya di NTT, Ia berharap orang tuanya pun merasa senang ketika Ia akan selangkah lagi menggapai impianya. Dan hari itu Loper melanjutkan acara dengan berlatih alasannya besok ia akan menjalani sesi uci coba untuk menembus skuad timas. Keesokan harinya, Loper menjalani uci cobanya dengan beberapa rekan dari banyak sekali penjuru Indonesia. Entah apa yang terjadi, Loper bermain jelek dalam uci cobanya. Tuan Markus berbincang dengan tuan teguh yang berada di sampingnya. Entah apa yang dibicarakan mereka berdua, tetapi hari ini Loper merasa mengalami hari yang sangat buruk.

Hasil pengumuman pun karenanya dibagikan sesudah lima hari lamanya menunggu, Loper mencari namanya didalam sepucuk kertas yang ditempel dipapan pengumuman. Diluar dugaan, namanya dicoret dari skuad yang berlatih untuk timnas. Perasaan Loper hancur, Ia resah dan entah apa yang dipikirkanya Ia terlihat sangat hancur dan ibarat orang depresi berat sungguh malu rasanya jauh jauh dari NTT dan kembali tanpa apapun, pikir Loper. Tuan teguh menghampirinya, Ia menatap Loper sesaat dan berkata “ Aku berjanji pada kedua orang tuamu untuk membantumu mencapai cita cita, saya akan berbicara lagi kepada Tuan markus. Tunggulah dan persiapkan dirimu. “

Dua hari lamanya Loper mengurung diri didalam kamar hotelnya, entah apa yang direnungkan olehnya, yang niscaya hari dimana Ia tak barmain anggun itulah hari terburuk dalam karirnya, renung Loper dalam diam. Tak lama, seseorang mengetuk pintu kamarnya dengan keras berkali kali. Loper yang tersentak bertanya “ Siapakah di sana? Aku hanya ingin sendiri sekarang. “ Lalu orang itu membalas “ Aku tuan Teguh, saya telah berbicara dengan Tuan Markus bahwa kamu akan diberikan kesempatan untuk menjalani latihan ulang besok, bila kamu masih memiliki keyakinan cobalah Loper! “ Setelahnya tuan Loper pun berlalu.

Keesokan harinya Loper menerima surat dari kedua orang tuanya yang bertuliskan “ Loper anakku, bagaimana keadaanmu? Kami merindukanmu disini. Saat ini Ayahmu sedang sakit keras, bisakah kamu menghubungi kami? Salam Kasih, Ayah dan Ibu. “. Loper yang merasa bersalah alasannya gagal tak berani untuk menjawab surat dari orang tuanya walau dia tau Ayahnya sedang sakit keras di NTT. Setelah menyimpan surat dari orang tuanya, Loper bergegas ke tempat latihan untuk menjalani pembinaan ulang menembus skuad timnas. Latihan dilakukan Loper dengan sungguh sungguh dan tuan Teguh serta tuan Markus pun terlihat puas dengan hasilnya. Setelah itu, tuan Markus menghampiri Loper dan memberi selamat bahwa Loper diterima untuk masuk dalam skuad timnas yang akan bertanding melawan Malaysia dua hari lagi.

Entah apa yang telah terjadi, Loper tercengang dan tak percaya mendengarnya, “ Aku diterima!!!! “ serunya dalam hati dengan perasaan senang dan bahagia. Seketika itu Loper teringat akan surat dari kedua orang tuanya dan bergegas kembali ke hotel bermaksud membalas surat dari kedua orang tuanya tersebut. Loper menuliskan bahwa dia terpilih dalam skuad timnas yang akan bermain dalam dua hari kedepan. Keesokan harinya, Loper mendapatkan surat tanggapan dari orang tuanya, surat itu bertuliskan “ Loper anakku, ini Ibu nak, Ibu ikut senang atas perjuangan dan cita citamu yang kamu wujudkan dengan berdikari tetapi Ibu ingin memberikan kabar menyedikan bahwa Ayah, Ayahmu telah meninggal anakku, surat yang kemudian itu kami kirim ketika Ayahmu sedang bertarung melawan penyakit kerasnya namu balasanmu tak kunjung tiba anakku, jangan bersedih hati. Ayah memiliki pesan bahwa Ia akan selalu berasa disisimu untuk melihat keberhasilanmu, salam kasih, Ibu. “. Setelah membaca surat tersebut Loper termenung dan seolah olah kehilangan nalar untuk berpikir sehat, Ia menangis, menangis tersedu sedu. Hatiku hancur, mengapa terjadi? Adakah keadilan bagiku? Pikir Loper dalam hatinya.

Tuan Teguh yang merupakan penanggung jawab Loper pun tahu bahwa Ayah Loper telah meninggal, hal itu Ia ketahui dari surat yang telah Ia terima dari Ibu Loper. Setelah mendapatkan dan membaca isi surat tersebut tuan Teguh bergegas menuju kamar Loper yang hanya berjarak satu kamar dari kamar miliknya, sesudah itu tuan Teguh mengetuk pintu tetapi Loper tak merespon. Tuan teguh kemudian membisikan sebuah perkataan lewat pintu kamar Loper “ Nak, saya tau betapa berat kehilangan seorang Ayah yang berarti dalam hidupmu, saya juga merasakanya waktu saya seumuranmu. Tetapi bukan ibarat ini yang Ayahmu inginkan darimu, Ia ingin melihat anaknya meraih cita citanya hingga akhir. Ia bukan meninggalkanmu tanpa apa apa, Ia meninggalkanmu dengan doanya yang menyertaimu kapan dan dimanapun kamu berada. Gunakan itu dan railah cita citamu. “ seketika itupun tuan Teguh berlalu untuk meninggalkan Loper.

Keesokanya pukul sembilan pagi tuan Teguh memberitahukan semuanya kepada tuan Markus wacana tragedi sebenarnya. Tuan Markus pun mengerti dan menyampaikan untuk menyuruh Loper pulang ke NTT semoga kesedihanya bisa berkurang. Tuan Teguh pun menyetujuinya, berhubung nanti jam empat sore timnas akan berangkat ke Malaysia untuk mempersiapkan pertandingan esok. Setelah itu tuan Teguh yang mengunjungi Loper ke kamar hotelnya disambut Loper yang mulai agak damai dengan membukakan pintu kamarnya. Mereka berbincang dan tuan Teguh menyampaikan tawaran dari tuan Markus supaya Loper pulang saja ke NTT semoga perasaan sedihnya bisa sedikit teratasi dengan bertemu Ibunya. Tetapi, jawaban Loper di luar asumsi tuan Teguh, Loper berkata “ Aku sudah mengirim surat kepada Ibuku tuan, saya tidak akan pulang! Aku akan mencapai cita citaku dan bermain di Malaysia. Percuma saya pulang, alasannya Ayah berharap saya mencapai cita citaku. “. Tuan Teguh pun tercengang dan tersenyum kecil sambil berkata “ Kau memang yang kucari Loper, orang tangguh berpendirian watu karang!”

Setelah semuanya itu Loper berangkat ke Malaysia menggunakan pesawat. Setibanya, Loper dan rekan rekan setimnya beristirahat di dalam kamar masing masing untuk menjaga kebugaran diri. Tetapi, di dalam kamarnya pun Loper sulit tidur dan beristirahat dengan . tenang, perasaan bersalah alasannya membiarkan Ayahnya sakit keras serta keinginan menepati kesepakatan untuk meraih mimpi kepada Ayahnyalah yang menciptakan Ia menjadi ibarat ini. Tetapi semuanya telah terjadi, Ayahnya tak mungkin akan kembali lagi, yang Loper pikirkan hanya berusaha menepati kesepakatan akan meraih cita citanya membanggakan orang renta dan negaranya Indonesia.

Esoknya, sebelum memulai pertandingan nanti sore Loper dan rekanya berlatih di sebuah lapangan di bersahabat hotel menginap, Loper terlihat bersungguh sungguh untuk berlatih demi semua yang bisa diraihnya di kemudian hari. Tak terasa waktu berjalan cepat, pertandingan telah dimulai. Indonesia minimal harus menang satu angka untuk memenangkan pertandingan finalnya dalam ajang Asia Tenggara tersebut. Loper masih menanti bermain di dingklik cadangan. Indonesia diluar dugaan telah tertinggal dua angka dibelakang Malaysia yang berperan sebagai tuan rumah. Pertandingan babak pertama telah usai, kedua tim memasuki ruang ganti untuk persiapan babak kedua. Loper dan rekan rekanya merasa kecewa dengan hasil tersebut, namun tuan Markus sebagai instruktur memotivasi para pemain untuk terus berjuang hingga akhir, semangat para pemain pun membara kembali, semua terbukti di babak kedua Indonesia menyamakan skor menjadi 2-2. Tepatnya di menit 60 Loper di beri kesempatan oleh tuan Markus untk bermain, Ia menggantikan Haris sang striker andalan Indonesia, semua penonton terkejut dan bertanya tanya mengapa seorang profesional di gantikan oleh seorang amatir muda? Ya, itulah sebuah beban berat yang dipikul Loper sang pemimpi gampang bukan?

Tak disangka skor tetap imbang hingga babak kedua menyisahkan waktu dua menit lagi, tentu perpanjangan waktu akan dihindari tuan Markus sang instruktur alasannya stamina para pemain yang sudah kelelahan. Indonesia mendapatkan tendangan bebas di penghujung laga, semua penonton termenung dan tegang alasannya Loperlah yang ditunjuk menjadi eksekutor. Loper berdoa, dia meminta penyertaan doa Ayahnya. Loper mulai menandang, dan semua mata tertuju pada kaki dan bola, walau hanya sepersekian detik itu yaitu waktu menengangkan bagi mata penontonya. Dan tenyata, GOLLLLL!!! Loper membawa timnas menang. Haru menyelimuti Loper dan semuanya. Loper menjadi bintang! Bintang dari sebuah keluarga sederhana. “ Ini sepucuk surat untukmu Ayah, Kemenangan dan cita citaku. “ Jerit Loper dengan penuh senyum. Tamat.

PROFIL PENULIS
Nama : Vincent
TTL : Surabaya, 8 Mei 1997
Panggilan : Vincent
Facebook: Vincent Liyanto
Twitter : @vincent_88_

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel