Kadang Masa Cinta Itu Sebuah Komedi - Cerpen Cinta

KADANG KALA CINTA ITU SEBUAH KOMEDI
Karya Triyana Aidayanthi

Awal pertama jumpa, Lyra dikenalin sama Rio lewat Shanti. Shanti yaitu “Mak Comblang” paling top di kelas X. Cliennya bertebaran dimana-mana, mulai dari satu dingklik ke dingklik lainnya, satu kelas ke kelas lainnya, satu sekolah ke sekolah lainnya. Kesemua cliennya itu rata-rata sudah pacaran dengan sasaran masing-masing. Wahh… suatu prestasi yang menakjubkan dari seorang Shanti. Tapi cliennya yang satu ini membuatnya pusing tujuh keliling. Rio, abang kelas Shanti yang kepincut sama Lyra, sahabat sebangku Shanti. Seperti biasa, Shanti menelusuri seluk-beluk kenapa Rio dapat kepincut sama Lyra.
“Give me one good reason kak..” ketika istirahat pertama di bawah pohon cemara yang rindang.

Rio berpikir panjang sambil menengguk sebotol minuman teh rasa madu.
“Aduh adik, cinta tu ga dapat diungkapin lewat kata-kata..”
“Yahh… Kalo gitu mana dapat saya nyomblangin kalian…” kata Shanti ketus.
“Gini aja dik, kau kasi nopenya Lyra ke kakak..” Rio mengeluarkan hpnya, Apple iPhone4s, mengambil ancang” untuk mencatat nope Lyra. Tapi yang terjadi sungguh diluar dugaan.
“Enak aja, udah saya bilang, give me one good reason..” Shanti beranjak dari daerah itu pas ketika bel masuk berbunyi. “Kalo udah punya alasan, message saya di whatsapp kak.. bye..”
Rio melongo, bengong, ga dapat ba bi bu lagi. “Edan kali tu anak satu..”

Kadang Kala Cinta Itu Sebuah Komedi
Sampai di kelas, Shanti pribadi menemui Lyra yang tengah duduk manis sambil ketawa-ketiwi bareng Radit dan Dika. Radit yang suka ngeledek Shanti pun pribadi cus beraksi.
“Nah loo siapa yang kira” jadi clien mak comblang kita kali ini…” seisi kelas tertawa terbahak-bahak. Kecuali Dika yang semenjak Sekolah Menengah Pertama menjadi “Secret Lover”nya Shanti.
“Akh.. minggir lo, gue mau ngomong empat mata sama Lyra..” sambil menarik tangan Radit ke dingklik Dika. Wow…! Hati Dika pun dag dig dug…
“Hai Shanti…” bisik Dika. Radit yang populer mempunyai indera pendengaran tajampun pribadi nyolot.
“Heh Dika..! kalo nyapa tuh yang keras kenapa ye? Shanti tuh tuli, makannya cinta lo ga pernah dibales..” suaranya begitu keras, menciptakan seisi kelas tertuju padanya.
“Hehehe… temen” peace…” expresinya Radit tuh kayak orang ketakutan plus… yaa gimana gerak orang pas nyatain damai, gitu deh pokoknya..

Shanti sangat serius berbicara empat mata dengan Lyra. Satu per satu ia jelaskan. Mulai dari biodata Rio yang panjang lebar, hingga memperlihatkan foto” Rio yang narsis”.
“Aku ga minat, Shan.” Singkat, jelas, dan padat.
“Yaelah, kan belum liat orangnya, nanti sore ia ngajak hangout tuh, mau ya?”
“Engga bisa, nanti malem saya ada akad sama Radit.”
“Hah..?! si RADIoakTif itu? Udah batalin aja..”
“Ehh.. lo kira lo siapa? Main batalin akad orang aja, gue lagi PDKT nih sama Lyra.” Radit yang tadinya duduk di pojok, merapat ke dingklik paling depan. Lalu duduk di samping Lyra.
“Iya kan Ra?”
“Oooh, lo tau kan anak Kepsek sekolah kita?” pertanyaan terampuh, yang satu”nya dimiliki Shanti untuk mematahkan semangat Radit.
“Tau… Rio Dewantara yang sok OK itu, kan?” ga ada raut wajah ketakutan dari Radit. Justru ia semakin mendekatkan diri dengan Lyra.
“Ra, itu ya yang nyari kamu?” bunyi Radit mulai melemah. Yaiyalah.. di depan Shanti mana mau ia kelihatan takut. Hahaha…
“Aku juga ga tau Dit, ga usah risaulah…” Lyra mengeluarkan hpnya, kemudian memutar lagu Peterpan – Semua Tentang Kita. Dan melupakan Shanti yang sedang mempromosikan Rio…
-000-

“Malam ini kita ke café biasa yuk?” kata Radit di telepon. Dari jam 2 hingga jam 4 itu jadwal Radit chattingan di YM dengan Lyra. Setelah itu telpon’an. Biasanya ia panjang lebar berbicara di telepon dengan Lyra, tapi kali ini singkat ceritanya. Ada apa ya…
Seperti biasa jam 7, Lyra pergi ke café daerah mereka janjian. Mengenakan dress tanggung warna cream dengan rambut terurai. Tidak diragukan lagi. Anggunnya..
Meja no. 11 yaitu daerah biasa mereka berduaan. Tapi tak ada seorangpun di daerah itu. Kosong melompong. Ya.. harus nunggu deh.
Melirik jam tangannya, “Jam 7 lebih 5 menit, telat 15 menit awas kau..”

Seorang waiter mendekatinya kemudian menyodorkan daftar menu. Rasanya tidak abnormal lagi waiter yang satu ini. Lhoo kok seolah-olah yang di foto ya?.. waiter itu tidak bereaksi apa-apa ketika Lyra menatapnya. Mungkin sudah punya ancang-ancang untuk tidak pribadi pingsan.
“Mbak.. jangan melamun aja, pesan makanan dulu dong.. saya lagi magang nihh..” waiter itu senyum-senyum plus agak salting gitu. Nah loo mulai dah gejala-gejala nervousnya keluar.
“Eeeh.. tunggu dulu, kok kayaknya pernah ketemu ya? Tapi dimana?” Lyra tetap mengamati keseluruhan si waiter dari ujung rambut hingga ujung kaki. “Lhoo kau kan anak Kepsek itu kan?” tertangkap berair deh. Tapi si waiter sudah duluan mengantisipasi serangan tebakan dari pelanggannya itu.
“Mbak salah orang, kali..” si waiter itu membantah tegas. Pernyataan itu menciptakan Lyra kesal, padahal kata Shanti, Rio itu cwo yang jujur. Ya ampun…
“Ooh ya udah, saya ga jadi pesen. Bisa” saya pesen air putih kau kasik susu lagi.” Ketus banget. Ya itung” supaya si waiter mau buka kedok aslinya. Tapi belum berhasil juga. Dan Lyra menentukan untuk meninggalkan café. BT sama Radit plus kesel nd ingin tau sama waiter yg lagi magang itu. Iyuuwhh…
Saking asiknya tebak”an dengan si waiter itu, Lyra sampe ga nyadar hpnya penuh. 100 message, 100 missed call. Wow.. murka apa gimana tuh si Radit.
“Lyra, maaf, saya diculik sama Shanti. Waiter yang tadi itu si Rio. Kamu ga diapa”in kan sama waiter itu? Tadi maunya saya mau nembak kamu, tapi semuanya dirusak Shanti. Aku minta maaf udah buat kau nunggu lama. Aku disekap di rumah Shanti.” Isi smsnya bikin Lyra murka banget nih. Ia pribadi cus menuju rumah Shanti. Diperjalanan, Lyra terus menghubungi Radit tapi selalu di reject.
“Shan, kau keterlaluan banget!” kemudian mengencangkan laju mobilnya. hingga di depan gerbang, Lyra turun. Marah, kesal, campur aduk. Ia tak mendengar bunyi apapun. Lampu di rumah itupun padam semua.
“Mati lampu, enggak. Sengaja dimatiin, kok gak masuk nalar ya?” awalnya ia tak ingin masuk. Pasti yang nulis sms itu Shanti. Tapi serasa ada yang memanggilnya dari dalam. “Masuk aja deh, kasian Radit..”

Krieett…. Lampu seketika menyala. Hah.. Radit, Dika, Shanti, Rio, nd teman” lainnya menawarkan surprise party untuknya. Sambil menyanyikan lagu Happy Birthday.
“Aaa,, sumpah deh, kalian bikin saya gila!” saking sibuk menelusuri si waiter itu, Lyra lupa jikalau hari ini yaitu ulang tahunnya.
“Hahaha… tiup lilin dulu Ra..”
“Ehh engga, make a wish dulu..”
“Doain supaya gue dapat jadian nd langgeng sama Lyra ya…”
“Aaa.. thanks ya semuanya, hingga repot” gini.. Radit makasi ya, ini makanan ringan manis pertamanya buat kamu..” walau masih malu-malu, tapi Lyra udah buat Radit hampir pingsan, ga nyangka jikalau cintanya bakal dibales..
“Cieeee…”
“Ehh udah… gue jadi aib nih..”
“Iiihh si Radit salting dia…” seisi rumah menertawakan tingkahnya.
“Dit, bukan cuma saya yang kalian kerjain. Tapi saya juga ngerjain kalian..” katanya di teras belakang rumah. Si Radit gundah plus heran.
“Kok gitu, Ra, by the way soal Rio itu, kau suka sama dia? Udah sejauh mana kalian kenal?”
“Hmm.. gimana ya? Kamu cemburu ya? Aaa…aku seneng banget..”
“Yahh… serius Ra, masak calon pacarku, udah ada yang punya..” mulai ketus deh kata”nya si Radit.
“Engga, ia tu cuma iseng aja, ia pernah dikerjain sama Shanti, jadi ya… gitu deh..”
“Emang dasar tuh si Shanti..”

Plok….!!! Lyra mendaratkan telapak tangannya ke pipi Radit.
“Aduhh… kok saya ditampar..? sakit…”
“Di sini banyak nyamuknya..” sambil tertawa terbahak-bahak. “Gpp kok.. ia kan kesepian..”
“Iiiaa sih, trus kapan kita jadiannya?”
“Tahun depan, gimana?”
“Sekarang aja ya?”
“Gimana ya..?
“Iyain ajalah… nihh gue bawain obat nyamuk, semoga ga nampar” lagi…” Shanti tiba ketika detik-detik menegangkan. Tapi berkat dia, Lyra dan Radit jadian..

PROFIL PENULIS
Hi, panggil aja Tuna. Senang berekspresi di atas kertas dan buku gambar.. :)
Add me on facebook : Triyana Aidayanthi

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel