Dongeng: Kisah Karang Bolong
Sabtu, 18 Oktober 2014
Beberapa masa yang kemudian tersebutlah Kesultanan Kartasura. Kesultanan sedang dilanda kesedihan yang mendalam alasannya yakni permaisuri tercinta sedang sakit keras. Pangeran sudah berkali-kali memanggil tabib untuk mengobati sang permaisuri, tapi tak satupun yang sanggup mengobati penyakitnya. Sehingga hari demi hari, badan sang permaisuri menjadi kurus kering ibarat tulang terbalutkan kulit. Kecemasan melanda rakyat kesultanan Kartasura. Roda pemerintahan menjadi tidak berjalan sebagaimana mestinya. "Hamba sarankan biar Tuanku mencari daerah yang sepi untuk memohon kepada Sang Maha Agung biar menerima petunjuk guna kesembuhan permaisuri," kata penasehat istana.
Tidak berapa lama, Pangeran Kartasura melaksanakan tapanya. Godaan-godaan yang dialaminya sanggup dilaluinya. Hingga pada suatu malam terdengar bunyi gaib. "Hentikanlah semedimu. Ambillah bunga karang di Pantai Selatan, dengan bunga karang itulah, permaisuri akan sembuh." Kemudian, Pangeran Kartasura segera pulang ke istana dan menanyakan hal bunyi mistik tersebut pada penasehatnya. "Pantai selatan itu sangat luas. Namun hamba yakin daerah yang dimaksud bunyi mistik itu yakni wilayah Karang Bolong, di sana banyak terdapat gua karang yang di dalamnya tumbuh bunga karang," kata penasehat istana dengan yakin.
Keesokannya, Pangeran Kartasura menugaskan Adipati Surti untuk mengambil bunga karang tersebut. Adipati Surti menentukan dua orang pengiring setianya yang berjulukan Sanglar dan Sanglur. Setelah beberapa hari berjalan, kesudahannya mereka datang di karang bolong. Di dalamnya terdapat sebuah gua. Adipati Surti segera melaksanakan tapanya di dalam gua tersebut. Setelah beberapa hari, Adipati Surti mendengar bunyi seseorang. "Hentikan semedimu. Aku akan mengabulkan permintaanmu, tapi harus kamu penuhi dahulu persyaratanku." Adipati Surti membuka matanya, dan melihat seorang gadis manis ibarat Dewi dari kahyangan di hadapannya. Sang gadis manis tersebut berjulukan Suryawati. Ia yakni abdi Nyi Loro Kidul yang menguasai Laut Selatan.
Syarat yang diajukan Suryawati, Adipati harus bersedia menetap di Pantai Selatan bersama Suryawati. Setelah usang berpikir, Adipati Surti menyanggupi syarat Suryawati. Tak usang sesudah itu, Suryawati mengulurkan tangannya, mengajak Adipati Surti untuk mengatakan daerah bunga karang. Ketika mendapatkan uluran tangan Suryawati, Adipati Surti merasa raga halusnya saja yang terbang mengikuti Suryawati, sedang raga kasarnya tetap pada posisinya bersemedi. "Itulah bunga karang yang sanggup menyembuhkan Permaisuri," kata Suryawati seraya menunjuk pada sarang burung walet. Jika diolah, akan menjadi ramuan yang luar biasa khasiatnya. Adipati Surti segera mengambil sarang burung walet cukup banyak. Setelah itu, ia kembali ke daerah bersemedi. Raga halusnya kembali masuk ke raga kasarnya.
Setelah mendapatkan bunga karang, Adipati Surti mengajak kedua pengiringnya kembali ke Kartasura. Pangeran Kartasura sangat bangga atas keberhasilan Adipati Surti. "Cepat buatkan ramuan obatnya," perintah Pangeran Kartasura pada pada abdinya. Ternyata, sesudah beberapa hari meminum ramuan sarang burung walet, Permaisuri menjadi sehat dan segar ibarat sedia kala. Suasana Kesultanan Kartasura menjadi ceria kembali. Di tengah kegembiraan tersebut, Adipati Surti teringat janjinya pada Suryawati. Ia tidak mau mengingkari janji. Ia pun mohon diri pada Pangeran Kartasura dengan alasan untuk menjaga dan mendiami karang bolong yang di dalamnya banyak sarang burung walet. Kepergian Adipati Surti diiringi isak tangis para abdi istana, alasannya yakni Adipati Surti yakni seorang yang baik dan rendah hati.
Adipati Surti mengajak kedua pengiringnya untuk pergi bersamanya. Setelah berpikir beberapa saat, Sanglar dan Sanglur tetapkan untuk ikut bersama Adipati Surti. Setibanya di Karang Bolong, mereka menciptakan sebuah rumah sederhana. Setelah selesai, Adipati Surti bersemedi. Tidak berapa lama, ia memisahkan raga halus dari raga kasarnya. "Aku kembali untuk memenuhi janjiku," kata Adipati Surti, sesudah melihat Suryawati berada di hadapannya. Kemudian, Adipati Surti dan Suryawati melangsungkan ijab kabul mereka. Mereka hidup senang di Karang Bolong. Di sana mereka mendapatkan penghasilan yang tinggi dari hasil sarang burung walet yang semakin hari semakin banyak dicari orang.
TAMAT.
Tidak berapa lama, Pangeran Kartasura melaksanakan tapanya. Godaan-godaan yang dialaminya sanggup dilaluinya. Hingga pada suatu malam terdengar bunyi gaib. "Hentikanlah semedimu. Ambillah bunga karang di Pantai Selatan, dengan bunga karang itulah, permaisuri akan sembuh." Kemudian, Pangeran Kartasura segera pulang ke istana dan menanyakan hal bunyi mistik tersebut pada penasehatnya. "Pantai selatan itu sangat luas. Namun hamba yakin daerah yang dimaksud bunyi mistik itu yakni wilayah Karang Bolong, di sana banyak terdapat gua karang yang di dalamnya tumbuh bunga karang," kata penasehat istana dengan yakin.
Keesokannya, Pangeran Kartasura menugaskan Adipati Surti untuk mengambil bunga karang tersebut. Adipati Surti menentukan dua orang pengiring setianya yang berjulukan Sanglar dan Sanglur. Setelah beberapa hari berjalan, kesudahannya mereka datang di karang bolong. Di dalamnya terdapat sebuah gua. Adipati Surti segera melaksanakan tapanya di dalam gua tersebut. Setelah beberapa hari, Adipati Surti mendengar bunyi seseorang. "Hentikan semedimu. Aku akan mengabulkan permintaanmu, tapi harus kamu penuhi dahulu persyaratanku." Adipati Surti membuka matanya, dan melihat seorang gadis manis ibarat Dewi dari kahyangan di hadapannya. Sang gadis manis tersebut berjulukan Suryawati. Ia yakni abdi Nyi Loro Kidul yang menguasai Laut Selatan.
Syarat yang diajukan Suryawati, Adipati harus bersedia menetap di Pantai Selatan bersama Suryawati. Setelah usang berpikir, Adipati Surti menyanggupi syarat Suryawati. Tak usang sesudah itu, Suryawati mengulurkan tangannya, mengajak Adipati Surti untuk mengatakan daerah bunga karang. Ketika mendapatkan uluran tangan Suryawati, Adipati Surti merasa raga halusnya saja yang terbang mengikuti Suryawati, sedang raga kasarnya tetap pada posisinya bersemedi. "Itulah bunga karang yang sanggup menyembuhkan Permaisuri," kata Suryawati seraya menunjuk pada sarang burung walet. Jika diolah, akan menjadi ramuan yang luar biasa khasiatnya. Adipati Surti segera mengambil sarang burung walet cukup banyak. Setelah itu, ia kembali ke daerah bersemedi. Raga halusnya kembali masuk ke raga kasarnya.
Setelah mendapatkan bunga karang, Adipati Surti mengajak kedua pengiringnya kembali ke Kartasura. Pangeran Kartasura sangat bangga atas keberhasilan Adipati Surti. "Cepat buatkan ramuan obatnya," perintah Pangeran Kartasura pada pada abdinya. Ternyata, sesudah beberapa hari meminum ramuan sarang burung walet, Permaisuri menjadi sehat dan segar ibarat sedia kala. Suasana Kesultanan Kartasura menjadi ceria kembali. Di tengah kegembiraan tersebut, Adipati Surti teringat janjinya pada Suryawati. Ia tidak mau mengingkari janji. Ia pun mohon diri pada Pangeran Kartasura dengan alasan untuk menjaga dan mendiami karang bolong yang di dalamnya banyak sarang burung walet. Kepergian Adipati Surti diiringi isak tangis para abdi istana, alasannya yakni Adipati Surti yakni seorang yang baik dan rendah hati.
Adipati Surti mengajak kedua pengiringnya untuk pergi bersamanya. Setelah berpikir beberapa saat, Sanglar dan Sanglur tetapkan untuk ikut bersama Adipati Surti. Setibanya di Karang Bolong, mereka menciptakan sebuah rumah sederhana. Setelah selesai, Adipati Surti bersemedi. Tidak berapa lama, ia memisahkan raga halus dari raga kasarnya. "Aku kembali untuk memenuhi janjiku," kata Adipati Surti, sesudah melihat Suryawati berada di hadapannya. Kemudian, Adipati Surti dan Suryawati melangsungkan ijab kabul mereka. Mereka hidup senang di Karang Bolong. Di sana mereka mendapatkan penghasilan yang tinggi dari hasil sarang burung walet yang semakin hari semakin banyak dicari orang.
TAMAT.