Dara Yang Hilang - Cerpen Pendidikan

DARA YANG HILANG
Karya Dede Idar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Ya itulah yang sedang saya jalani, menuntut ilmu sebagai mahasiswi di kota pendidikan ini, makin usang makin membosankan, entahlah dari sudut mana saya harus menjelaskan bahwa ini begitu membosankan.

Mungkin sahabat – temanku kah? Yang berpautan umur begitu jauh denganku, saya mahasiswi yang berumur 20 tahun, sedangkan sahabat sekelasku rata – rata sudah berkeluarga dan mempunyai anak, ya saya memasuki kelas karyawan, kebanyakan sahabat – temanku sudah bekerja sedangkan saya anak gres kemaren yang tidak mempunyai pengalaman banyak menyerupai sahabat – temanku, memang gak semuanya sudah berkeluarga, misalnya Lara, gadis tercantik dikelasku, ia mempunyai postur tubuh yang menarik, berkulit putih merona dengan mata yang sipit, ia terlihat menyerupai keturunan orang korea, tapi yang membuatku tertawa pas pertama kali berkenalan ternyata ia orang jawa yang berbicara dengan gaya bahasanya yang medok hehe... sungguh tidak disangka kalau ia itu jawa medok kalau di lihat dari penampilan fisiknya, tapi itulah ciri khas dari temanku yang satu ini tidak hanya penampilannya yang sanggup dibilang perpect tetapi ia juga orangnya ramah dan cendekia bersosialisai walau pembicaraannya terkesan tidak terkontrol, asal ceplas ceplos, tapi gak ada ia gak rame itulah kesan yang ia berikan.

Dara yang Hilang
Kadang saya merasa iri, saya hanyalah sosok gadis lugu pendiam lagi,,, kadang saya berpikir, ilahi membuat Lara dengan sosok yang begitu sempurna, sedangkan aku? Tapi sejenak saya sadar gak seharusnya saya berpikiran menyerupai itu, kalau Lara gak menyerupai kini ini mungkin saya tidak akan berteman baik dengannya dan sanggup tumpangan gratis untuk berangkat ke kampus hehe.
Pernah suatu hari ia menyuruh temannya untuk mengantarku pulang (mungkin ia merasa bertanggung jawab, alasannya yaitu ia yang ngajak saya berangkat bareng tadi pagi, padahal kan naik bus juga saya bisa, he) tapi itulah carenya dia. Katanya ia ada kesepakatan dengan gebetannya. Sebelum kita pulang saya dan Maya nemenin Lara dulu hingga dijemput sama gebetannya, sekalian pengen tau juga tampangnya menyerupai apa.

Aku, Lara, dan Maya sama – sama satu kelas hanya saja Maya lebih dekat dengan Lara, dari pada sama aku, kita hanya bertemu dan bersahabat selama di kampus aja, beberapa dikala kemudian gebetan Lara tiba dengan kendaraan beroda empat merah terangnya, sempat juga saya melihat wajah gebetannya, agak botak juga kayak om om tapi gak renta tua banget sich kira – kira 30 tahunan lah, terbesit pikiran negatif dalam benakku, tapi segera saya tepis dan menanyakan kebenarannya pada maya.
“ May itu cowoknya Lara yach?”
“ bukan, itu mainan dia, perjaka Lara di jakarta”
“owh...” saya hanya termangu pengen sich nanya – nanya lebih jauh tapi...
“ udah kau jangan berpikir terlalu jauh Dis, gak menyerupai yang kau bayangkan kok”
Aku hanya ngangguk – ngangguk aja , ternyata ia tahu juga apa yang ada dalam pikiranku.
Kami pun melaju sehabis kepergian Lara bersama gebetannya dengan kendaraan beroda empat merah terang yang membawa mereka berdua, Maya mengantarkanku tepat depan pintu rumah, tapi ia tidak mau ia ajak masuk untuk mampir sebentar, katanya sich sudah sore ia pengen cepat – cepat merebahkan tubuhnya dan tidur terlelap, akupun melepas kepergian dia.
Sampai larut malam saya gak berhenti – berhenti mikirin Lara tadi siang, banyak pertanyaan dalam benakku, kenapa Lara mau selingkuh? Kenapa Maya bilang bahwa om om itu mainannya Lara? bener gak sich? Kenapa Lara mau? Cewek menyerupai apakah Lara itu sebenarnya? Apakah ia tidak khawatir dengan dirinya? Semoga ia baik – baik aja, itu doa dalam hatiku.
***

Setelah libur UTS Lara gak pernah masuk lagi, ini hari yang ke dua minggu, pas saya hubungi dia, ia niscaya bilang sibuk dengan pekerjaannya.
Pulang kuliah saya bareng sama teh Ida, ya ia sahabat sekelasku, ia menikah muda dan mempunyai satu anak, umurnyapun tidak berpaut terlalu jauh denganku, lima tahun lebih renta dariku.
“ Dis kau harus hati – hati ya, jaga diri kau baik – baik, sebagai seorang perempuan memang banyak godaannya, kadang perempuan akan mendapat dikala – dikala dimana ia begitu di puja dan dikala dimana ia direndahkan, harga diri yaitu yang utama”
Tumben teh Ida berbicara menyerupai ini, dalam pikirku, biasanya ia kan suka jail dan bikin saya ketawa terus, saya ngerti maksud teh Ida ke arah mana.
“ iya teh, kenapa emang, tumben teteh seserius ini, gak ketampangan tau, hehe...”
“ engga teteh hanya ngasih saran aja, kau jangan anggap sepele loh...ini serius, buat masa depan kau juga”
“ iya teh saya juga ngerti lagian saya juga gak mau layu sebelum berkembang, harga diri itu mahal gak sanggup di bayar dengan uang sebanyak apapun”
“ ya betul itu Dis”
Kitapun terus berbincang – bincang mengenai pergaulan anak muda zaman sekarang, akupun sanggup begitu banyak masukkan hingga perihal kehidupan rumah tangga yang sesungguhnya, kitapun terus berbincang – bincang hingga karenanya harus berpisah diterminal.
***

Esoknnya saya sanggup kabar kalau Lara mau melangsungkan pernikahan, saya kaget dan itu terkesan buru – buru, semua sahabat sekelasku memperbincangkan perihal hal ini, mulai dari perkataan kenapa? Dengan siapa? Kapan? Sampai pada rencana menghadiri ijab kabul Lara.

Aku sedih, kecewa dan ikut terluka sebagai seorang teman, bagaimana tidak suatu ijab kabul yaitu suatu kebahagiaan yang menyatukan dua manusia dengan kesepakatan suci dan akan sah untuk hidup bersama selamanya dan dikatakan sebagai suami istri. Tapi berbeda dengan Lara, pernikahanya menyesakkan dada dan pernikahannya tidak sanggup dikatakan sah kalau dipandang dari syari’at agama, alasannya yaitu ia telah berbadan dua....

PROFIL PENULIS
Nama : Dede Idar
Status : Mahasiswa FKIP Biologi Universitas Galuh
FB : Dede Idar (Debea)
email : shelighter@gmail.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel