Dia Yang Tak Dapat Di Mengerti - Cerpen Cinta Sedih
Senin, 11 Agustus 2014
DIA YANG TAK BISA DIMENGERTI
Karya Anastasia Amelia
Hai. Namaku Gia Issabel. Panggil saya Gia. Aku hanya gadis berusia 13 tahun biasa yang kehidupanku juga biasa. Mungkin jikalau teman-teman seumuranku, mereka sudah mulai suka-sukaan. Tapi saya nggak terlalu tertarik dengan hal itu. Karena menurutku hal itu membosankan. Bagaimana tidak, alasannya di sekolahku semua takut padaku. Entah mungkin alasannya saya terlalu pendiam, atau mungkin auraku yang berkata ‘hush, hush!’.
Oh, iya. Aku bersekolah di tingkat Sekolah Menengah Pertama kelas 2. Kalau di sekolahku disebut kelas 8. Kelasku ada di paling pojok erat toilet (haha), 8.3. Seperti yang saya bilang, teman-teman di sini tak ada yang berani berkomunikasi padaku. Dan ada satu anak yang mengganggu ketenanganku di kelas ini. Yaitu si playboy nomor satu di sekolah, Marcello Reinaldy, biasa dipanggil Rei. Dia keturunan orang Italia, wajahnya yang tirus, cakep, dan badannya yang tinggi, olahraganya bagus, serta otaknya yang menyerupai ‘mbah google’ menciptakan banyak cewek-cewek jatuh hati padanya. Walaupun begitu, saya tidak tertarik dengannya. Kenapa? Soalnya ia itu suka main-main perasaan cewek! Nyebelin deh!
Oh, iya. Aku bersekolah di tingkat Sekolah Menengah Pertama kelas 2. Kalau di sekolahku disebut kelas 8. Kelasku ada di paling pojok erat toilet (haha), 8.3. Seperti yang saya bilang, teman-teman di sini tak ada yang berani berkomunikasi padaku. Dan ada satu anak yang mengganggu ketenanganku di kelas ini. Yaitu si playboy nomor satu di sekolah, Marcello Reinaldy, biasa dipanggil Rei. Dia keturunan orang Italia, wajahnya yang tirus, cakep, dan badannya yang tinggi, olahraganya bagus, serta otaknya yang menyerupai ‘mbah google’ menciptakan banyak cewek-cewek jatuh hati padanya. Walaupun begitu, saya tidak tertarik dengannya. Kenapa? Soalnya ia itu suka main-main perasaan cewek! Nyebelin deh!
Dia Yang Tak Bisa di Mengerti |
Hari Kamis, 14 Februari 2013. Valentine day. Hari yang paling membosankan. Pelajaran menyerupai biasa dan dimana-mana cewek-cewek kasih coklat ke para cowok. Tapi pemandangan di kelas tidak luput dari derma coklat untuk si playboy cap kapak itu. Bukan main, hampir semua cewek kasih coklat ke dia. Semuanya kecuali aku. Hal yang masuk akal ‘kan? Aku tidak mau bahkan mungkin tidak akan pernah suka dengannya! Tapi hari ini yakni hari teraneh sepanjang yang sudah kujalani. Kenapa? Rei tiba padaku dan mengajakku berbicara. Tentu saja awalnya saya menolak, tapi ia memaksa.
“Hei! Lu nggak ngasih coklat nih?” katanya sambil nyengir. “Hmm, mungkin harus gue masukin kecoa dulu gres gue kasih ke lu.” Dengan jutek saya membalasnya. Aku tidak suka basa-basi dengannya. “Jutek amet sih. Gue cuma mau nanya, lu udah bawa denah kelompok kita kan? Yang kita kerjain kemariin!” HAH?! DUH! Aku lupa!! “Ehh… Duh ketinggalan nih.. sori ya..” perasaanku jadi kurang enak. “HAH! Waduh! Hmm, yaudah deh. Mau diapain lagi.. Rumah lu deket sini? Kalau deket kan sanggup diambil.” Katanya.
Untung rumahku dekat, jadi saya dan ia jalan kaki ke rumahku untuk mengambilnya. Yang niscaya minta izin sekolah dulu untuk keluar. Tapi peristiwa tiba waktu saya dan Rei menyebrang jalan. Aku hampir tertabrak, dan Rei melindungiku, kesannya yang terluka parah yakni Rei. Aku panik, eksklusif saja saya berteriak minta tolong. Setelah itu Rei dibawa ke rumah sakit.
“Ini mungkin akan sulit untuk dibicarakan… Kaki kanan anak ini.. lumpuh permanen dikarenakan kecelakaan ini” Aku shock, tapi untung Rei masih belum siuman. Aku tak tahu bagaimana ekspresinya waktu tahu kaki kanannya lumpuh permanen hanya alasannya melindungiku. Aku jadi merasa sangat bersalah. Dan ketika orangtuanya tiba saya kira saya bakal dimarahi. Tapi mereka malah berterimakasih alasannya sudah menolong Rei. Aku jadi tambah merasa bersalah. Dan waktu Rei siuman, saya bilang pada Rei bahwa kaki kanannya lumpuh permanen. Dan jawabnya, “Ohh.. Tapi lu nggak apa-apa ‘kan?”. Kenapa ia sama sekali tidak marah? Ini untung sih, tapi saya jadi merasa sangat bersalah.
Beberapa hari sesudah insiden itu, teman-teman sekelas yang awalnya takut denganku malah murka dan mengucilkanku. Yah, saya memang pantas mendapatkan hal ini, alasannya Rei jadi terluka alasannya melindungiku. Banyak yang menjelek-jelekanku di belakangku. Tapi, sesudah Rei masuk ke sekolah lagi, ia terus membelaku. Aku bingung, padahal saya yang menyebabkan ia jadi begitu kenapa ia membelaku. Dan tiba juga hari terparah dalam penindasan terhadapku. Aku disiram coca-cola di jam istirahat. Aku hanya sanggup membisu mendapatkan tindakan ini. Ketika Rei tahu, ia eksklusif menolongku dan membelaku habis-habisan. Aku mulai menangis kesal dan berlari keluar kelas.
Rei mencoba mengerjarku dengan kaki pincang hingga kesannya ia jatuh. Aku kaget dan eksklusif menolongnya berdiri. “Kenapa sih! Kenapa lu selalu belain gue?! Padahal lu jadi kini ini alasannya gue. Gue ini sama aja kayak penjahat!!” saya menangis tersedu-sedu alasannya rasa kesal yang tak tertahankan dan rasa penyesalan yang sudah hingga pada batasnya. Dia eksklusif membalas perkataanku dengan kata-kata yang membuatku kaget. “Itu semua alasannya gue peduli sama lu! Gue sayang sama lu! Masa lu nggak ngerti-ngerti sih!?” katanya sambil memegang erat tanganku.
“Hahh?? Lu jangan bercanda, deh!” saya eksklusif mundur dan melepaskan genggamannya. Aku tak sadar bahwa belakangku yakni tangga turun. Aku terpeleset dan impulsif berteriak saking kagetnya. Rei impulsif menarikku biar tak jatuh, tapi ia malah terpeleset juga alasannya kondisi kakinya. “Auw…!” katanya waktu kita jatuh. Guru-guru eksklusif menolong kita. Rei dibawa ke UKS, tampaknya saya melakukannya lagi… Aku tak sanggup membayangkan bagaimana kelakuan teman-teman sekelas nanti padaku.
Ketika di UKS, Rei disuruh tidur dulu. Untungnya ia hanya luka ringan. Beberapa ketika setelahnya teman-teman yang erat dengan Rei dan cewek-cewek yang selalu menindasku masuk. Aku terang takut, saya berpikir jikalau saya niscaya akan dihabisi oleh mereka. Tapi, betapa terkejutnya aku, mereka tidak murka tapi malah minta maaf atas perbuatan mereka padaku. “Maafin kita ya. Kita kesannya sadar, apa yang kita lakuin ke lu itu salah… Dan kini Rei malah jadi begini.” saya bingung, “Kok? Kalian..?” lalu, “Tadi waktu lu keluar Rei marahin kita dan kesannya kita sadar.”
Aku menoleh ke arah Rei, dan pas itu ia bangun. Aku sontak menangis di depannya. “Hei, lu kenapa??” tanyanya. Aku eksklusif mengusap air mataku dan tersenyum padanya. “Makasih banget…” kataku sambil memegang tangannya. Dia pun membalasku dengan senyuman. Senyuman yang lembut, beda dengan senyumnya yang biasa. Senyum yang mungkin sudah melelehkan hatiku yang beku ini. Dan kesannya saya sadar, “Gue juga sayang sama lu…”
“Hei! Lu nggak ngasih coklat nih?” katanya sambil nyengir. “Hmm, mungkin harus gue masukin kecoa dulu gres gue kasih ke lu.” Dengan jutek saya membalasnya. Aku tidak suka basa-basi dengannya. “Jutek amet sih. Gue cuma mau nanya, lu udah bawa denah kelompok kita kan? Yang kita kerjain kemariin!” HAH?! DUH! Aku lupa!! “Ehh… Duh ketinggalan nih.. sori ya..” perasaanku jadi kurang enak. “HAH! Waduh! Hmm, yaudah deh. Mau diapain lagi.. Rumah lu deket sini? Kalau deket kan sanggup diambil.” Katanya.
Untung rumahku dekat, jadi saya dan ia jalan kaki ke rumahku untuk mengambilnya. Yang niscaya minta izin sekolah dulu untuk keluar. Tapi peristiwa tiba waktu saya dan Rei menyebrang jalan. Aku hampir tertabrak, dan Rei melindungiku, kesannya yang terluka parah yakni Rei. Aku panik, eksklusif saja saya berteriak minta tolong. Setelah itu Rei dibawa ke rumah sakit.
“Ini mungkin akan sulit untuk dibicarakan… Kaki kanan anak ini.. lumpuh permanen dikarenakan kecelakaan ini” Aku shock, tapi untung Rei masih belum siuman. Aku tak tahu bagaimana ekspresinya waktu tahu kaki kanannya lumpuh permanen hanya alasannya melindungiku. Aku jadi merasa sangat bersalah. Dan ketika orangtuanya tiba saya kira saya bakal dimarahi. Tapi mereka malah berterimakasih alasannya sudah menolong Rei. Aku jadi tambah merasa bersalah. Dan waktu Rei siuman, saya bilang pada Rei bahwa kaki kanannya lumpuh permanen. Dan jawabnya, “Ohh.. Tapi lu nggak apa-apa ‘kan?”. Kenapa ia sama sekali tidak marah? Ini untung sih, tapi saya jadi merasa sangat bersalah.
Beberapa hari sesudah insiden itu, teman-teman sekelas yang awalnya takut denganku malah murka dan mengucilkanku. Yah, saya memang pantas mendapatkan hal ini, alasannya Rei jadi terluka alasannya melindungiku. Banyak yang menjelek-jelekanku di belakangku. Tapi, sesudah Rei masuk ke sekolah lagi, ia terus membelaku. Aku bingung, padahal saya yang menyebabkan ia jadi begitu kenapa ia membelaku. Dan tiba juga hari terparah dalam penindasan terhadapku. Aku disiram coca-cola di jam istirahat. Aku hanya sanggup membisu mendapatkan tindakan ini. Ketika Rei tahu, ia eksklusif menolongku dan membelaku habis-habisan. Aku mulai menangis kesal dan berlari keluar kelas.
Rei mencoba mengerjarku dengan kaki pincang hingga kesannya ia jatuh. Aku kaget dan eksklusif menolongnya berdiri. “Kenapa sih! Kenapa lu selalu belain gue?! Padahal lu jadi kini ini alasannya gue. Gue ini sama aja kayak penjahat!!” saya menangis tersedu-sedu alasannya rasa kesal yang tak tertahankan dan rasa penyesalan yang sudah hingga pada batasnya. Dia eksklusif membalas perkataanku dengan kata-kata yang membuatku kaget. “Itu semua alasannya gue peduli sama lu! Gue sayang sama lu! Masa lu nggak ngerti-ngerti sih!?” katanya sambil memegang erat tanganku.
“Hahh?? Lu jangan bercanda, deh!” saya eksklusif mundur dan melepaskan genggamannya. Aku tak sadar bahwa belakangku yakni tangga turun. Aku terpeleset dan impulsif berteriak saking kagetnya. Rei impulsif menarikku biar tak jatuh, tapi ia malah terpeleset juga alasannya kondisi kakinya. “Auw…!” katanya waktu kita jatuh. Guru-guru eksklusif menolong kita. Rei dibawa ke UKS, tampaknya saya melakukannya lagi… Aku tak sanggup membayangkan bagaimana kelakuan teman-teman sekelas nanti padaku.
Ketika di UKS, Rei disuruh tidur dulu. Untungnya ia hanya luka ringan. Beberapa ketika setelahnya teman-teman yang erat dengan Rei dan cewek-cewek yang selalu menindasku masuk. Aku terang takut, saya berpikir jikalau saya niscaya akan dihabisi oleh mereka. Tapi, betapa terkejutnya aku, mereka tidak murka tapi malah minta maaf atas perbuatan mereka padaku. “Maafin kita ya. Kita kesannya sadar, apa yang kita lakuin ke lu itu salah… Dan kini Rei malah jadi begini.” saya bingung, “Kok? Kalian..?” lalu, “Tadi waktu lu keluar Rei marahin kita dan kesannya kita sadar.”
Aku menoleh ke arah Rei, dan pas itu ia bangun. Aku sontak menangis di depannya. “Hei, lu kenapa??” tanyanya. Aku eksklusif mengusap air mataku dan tersenyum padanya. “Makasih banget…” kataku sambil memegang tangannya. Dia pun membalasku dengan senyuman. Senyuman yang lembut, beda dengan senyumnya yang biasa. Senyum yang mungkin sudah melelehkan hatiku yang beku ini. Dan kesannya saya sadar, “Gue juga sayang sama lu…”
PROFIL PENULIS
Nama: Anastasia Amelia (Lia)
Umur: 13
Kelas: Sekolah Menengah Pertama kelas 2 (kelas 8.3)
Sekolah Stella Maris BSD
FB: http://www.facebook.com/anastasia.amelia92
Twitter: @HimeKAge_nee (follow ya, haha)
Cerita gue ini terinspirasi dari hasil observasi gue perihal keadaan di sekitar gue.
Umur: 13
Kelas: Sekolah Menengah Pertama kelas 2 (kelas 8.3)
Sekolah Stella Maris BSD
FB: http://www.facebook.com/anastasia.amelia92
Twitter: @HimeKAge_nee (follow ya, haha)
Cerita gue ini terinspirasi dari hasil observasi gue perihal keadaan di sekitar gue.