Shane I Love You - Cerpen Cinta Romantis

SHANE I LOVE YOU
Karya Jessica Febrina

“Britney sayang, liat sini dong” ucap Shane sambil menyorotkan handycam gres kepadaku. “Udahlah Shane, saya sedang malas untuk bermain-main, pergilah !!!” jawabku sambil menepis handycam itu. Aku merasa sangat kesal dengan ulahnya. Aku tau beliau begini supaya saya bahagia. Tapi semua itu sia - sia. “Lihatlah wajah pacar kesayanganku ini. Jelek sekali ya. Andai saja beliau tertawa, niscaya beliau sangat cantik”. Aku menoleh ke arahnya dengan lisan tak tertarik. Rupanya beliau sedang merekam dirinya sendiri. Aku semakin tak berminat dengan apa yang di lakukannya. Lalu tampak ia meyorotkan kembali handycamnya ke arahku. ”Lihat, buruk sekali bukan wajahnya, menyerupai baju yang belum di setrika.””Sudahlah Shane jangan terus menggangguku !” bentakku seraya beranjak menuju kamarku. Aku melirik ke belakang dan berharap beliau mengikutiku. Tapi ternyata beliau sama sekali tak mengikutiku. Ku banting pintu keras - keras berharap beliau mengerti bahwa saya amat kesal kepadanya.
***

Shane I Love You
Semua kekesalan dan kesedihanku berawal semenjak ke - dua orang bau tanah ku meninggal lima bulan yang lalu. Hidupku terasa tiada berarti lagi. Aku ingin sekali ikut mereka pergi. Tapi pada kenyataannya saya tak mampu. Selama lima bulan ini hidupku terasa hampa. Aku harusnya kuliah ketika ini, tapi saya pikir dari pada saya tidak fokus terhadap mata pelajaran yang ada di kampusku dan selalu memikirkan kedua orang tuaku, lebih baik saya putuskan untuk berdiam diri di rumah. Shane yang harusnya kuliah, tapi demi saya yang sudah menjadi pacarnya hampir dua tahun pun menentukan untuk selalu mendampingiku dan tidak kuliah. Dalam lima bulan terakhir ini beliau selalu berusaha menciptakan saya kembali ceria menyerupai dulu. Tapi semua itu sia – sia. Aku tetap duka dengan meninggalnya orang tuaku.
***

Tok tok tok, terdengar bunyi ketukan pintu. “Biar saya yang membukakannya sayang …” Aku yang gres selesai keluar dari kamar mandi pun mendengar sedikit perbincangan antara Shane dan tamu yang datang, saya pun menyusul Shane di depan pintu. “Siapa tamunya Shane?”“Maaf apakah Anda yang berjulukan Britney Huston?” tanya seorang bapak - bapak berjaket kulit gelap dengan kumis yang amat tebal dan raut wajah yang sangar. Aku bergidik ngeri melihatnya. “Ya, saya sendiri. Bapak ini siapa ya?” jawabku. “Kami dari pihak bank ingin memberitahukan bahwa ayah anda, Jack Huston mempunyai hutang sebesar 1 milliar rupiah. Waktu untuk membayar tinggal 3 hari lagi dan apabila tidak di lunasi maka rumah beserta isinya akan kami sita. Ini surat bukti – buktinya,” ucap seorang dari mereka. Aku terkejut bukan kepalang. Bagai di sambar petir, tubuhku lemas seketika. Aku tak tahu apa yang harus saya lakukan. Aku pun tak bisa untuk berpikir. Aku pribadi berlari ke kamar dengan menatap foto ayah dan ibuku sehingga membuatku menangis terus menerus. Aku tak tahu harus marah, duka atau apa, yang terperinci saya tak tahu harus bagaimana untuk mendapat uang 1 milliar dalam waktu 3 hari. Tiba - tiba Shane memelukku dan menenangkanku. Aku pun menangis dalam pelukkannya.
***

“Mau kemana sayang?” cegah Shane ketika melihatku yang sudah berpakaian rapid an siap untuk pergi. Ia melihatku dari ujung kepala hingga ujung kaki. Mungkin beliau terkejut dengan sackdress mini dan ketat yang saya gunakan. Ya, saya memang memutuskan untuk clubbing di salah satu diskotik bersama Lolly dan sahabat – temanku yang lain. “Bukan urusanmu!” jawabku singkat. “Ini sudah jam 10 malam Britney. Kamu mau pergi kemana malam – malam dengan pakaian menyerupai itu?” tanyanya penuh selidik. “Terserah saya dong mau pergi kemana? Hidup juga hidupku, jangan ikut campur deh! Kepo banget sih?” bentakku sambil menatapnya. “Hey Britney, udah siap? Anak – anak udah nungguin kita di Night Club tuh” ujar Lolly yang tiba – tiba muncul di ambang pintu. “Apa? Kamu mau ke club? Sayang jangan pergi. Kamu tidak perlu pergi ke sana!” sergah Shane. “Udah la Shane, ini bukan urusanmu!” “Gak Britney, kau gak boleh pergi. Aku tau kau begini jawaban hutang itu kan? Tapi kita bisa cari jalan keluarnya. Kamu harus menuruti apa kataku, saya ini pacarmu.” “Jangan sok ngatur deh Shane! Dan jangan sok tahu wacana perasaanku. Kamu pacarku, bukan berarti saya harus menuruti apa katamu dong?!” jawabku kesal.

Aku paling gak suka dengan perilaku Shaen yang overprotective. Ya, memang beliau gak sepenuhnya salah. Aku ke club lantaran ingin menghibur diriku. “Sayang, selama ini saya rela gak kuliah demi kamu, supaya saya bisa mendampingi kamu. Kenapa kau tidak pernah menghargai itu semua?””Aku gak pernah meminta kau untuk menemaniku kan? Terserah kau lah!” jawabku seraya berjalan menuju Lolly. Dengan berat hati, saya pergi meninggalkan rumah dan Shane yang speechless dengan tingkahku.
***

Bipp bipp bipp, handphoneku berbunyi. Sebenarnya saya malas mengangkatnya lantaran saya masih bersenang – senang dengan sahabat – temanku. Tapi jadinya saya tetap mengangkat telepon itu. “Halo, siapa ya? Halo?” jawabku. Tapi saya tidak bisa mendengarnya lantaran dentuman lagu diskotik yang sangat keras. Aku memutuskan untuk pergi ke toilet. “Halo? Siapa ini?””Halo, apakah ini dengan Britney?” jawab seorang wanita. “Ya benar. Ini siapa?””Saya suster dari rumah sakit Pelita Jaya. Saya ingin memberitahu Anda wacana pasien yang berjulukan Shane telah mengalami kecelakaan dan sedang dalam keadaan kritis.””Apa?” akau sangat terkejut. Aku pun segera berlari menuju rumah sakit. Tak ku pedulikan Lolly yang bertanya kepadaku mengapa saya pergi. Yang ada di pikiranku hanyalah saya ingin segera menemui Shaen. Air mata mulai menetes dari mataku. Muncul rasa penyesalan mengingat apa yang kulakukan terhadap Shane.
***

Sesampainya di rumah sakit, saya pribadi menanyakan keberadaan Shane kepada salah satu suster di sana. Tiba – tiba saya melihat Shane yang terkulai lemah di ranjang rumah sakit dan sedang didorong oleh beberapa suster. Aku segera berlari menghampirinya. Aku menangis melihat wajah dan sekujur badan Shane yang masih berlumuran darah. “Shane, ada apa ini? Kenapa kau bisa menyerupai ini?””Maaf mbak, pasien harus segera dibawa ke ruang ICU,” ucap salah seorang suster. “Tidak apa – apa suster. Tolong berhenti di sini” jawb Shane seraya menggenggam tanganku. Aku pun ikut menggenggam tanganku. “Britneyku sayang, saya tidak apa – apa. Hanya saja tadi ketika saya mengejarmu, saya tertabrak moil. Aku lengah dan tidak memperhatikan sekitar. Sayang, ini ada hadiah terakhir untukmu. Terima kasih lantaran kau telah mengisi hatiku selama hidupku ini. Kemarilah …” ujar Shane sembari memberiku sebuah amplop, lau mengisyaratkan saya untuk memeluknya. Aku pun memeluknya dengan erat.
“Shane, maafkan aku. Aku sangat menyesal dengan apa yang selama ini kulakukan untukmu. Shane, i love you. Aku tidak mau kehilangan orang sepertimu.””It’s okay sayang”, jawab Shane seraya melepas pelukanku dan mengecup keningku. Aku pun kembali memeluknya yang dibalas oleh pelukannya. “Kalau memang kau mencintaiku, hanya satu pintaku. Perbaiki dan lanjutkanlah hidupmu, wala tanpaku. I love you too my Britney.” Seketika pelukan Shane melemah dan tangannya terjatuh. Ia sudah tiada. Aku memeluk Shane dan menangis sejadi – jadinya. “Shane, jangan pergi …”
***

Setelah pemakaman Shane, saya kembali ke rumah. Aku pun teringat dengan amplop yang diberikan oleh Shane sesaat sebelum ia tiada. Aku pun mengambil amplop itu dan membukanya. Ada sebuah kertas cek 1 milyar dan sepucuk surat. Aku buka surat itu.

Britney sayang, ketika kau membaca surat ini, niscaya saya sudah tidak lagi berada disisimu. Maafkan saya lantaran saya sudah tidak bisa menjagamu lagi. Itu ada cek sebesar 1 milyar untuk membayar hutang ayahmu. Itu sebetulnya merupakan tabunganku yang ingin saya gunakan untuk janji nikah kita. Tapi takdir berkata lain, anggap saja itu sebagai hadiah terakhir dariku. Sayang, saya hanya ingin kau tahu bahwa saya sangat mencintaimu hingga kapanpun. Dan jika kau mencicipi hal yang sama, saya mohon biar kau bisa melanjutkan hidupmu. Jangan terlalu usang terpuruk dalam kesedihan. Ingatlah sayang, saya selalu mecintaimu, walau kita berada dalam alam yang berbeda. I love you my Britney.

From
Shane
Air mata kembali membasahi pipiku. Aku gres sadar betapa Shane mencintaiku dengan segenap hatinya. Aku menyesal alasannya sudah menyia – nyiakan cintanya. Shane, saya berjanji saya akan melanjutkan hidupku. Aku berharap, di sana kau akan tersenyum melihatku. Shane, I love you.

PROFIL PENULIS
Aku cewek yang suka dengan sastra, saya suka buat cerpen, puisi, drama, dll.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel