Bukan Menjadi Kita - Cerpen Cinta Persahabatan

BUKAN MENJADI KITA
Karya Gufran Algifari

Setiap insan mempunyai hak untuk mencicipi apa yang namanya kasih sayang, dan berhak secara total untuk mendapatkan namanya sakit hati kalau kasih sayang yang telah ternodai. Seperti juga kalau kita menancapkan sebuah paku, kemudian kemudian dicabut, itu sanggup meninggalkan sebuah lubang pada papan itu. Dari jauh sosok lelaki yang sibuk menulis dihampiri oleh seorang perempuan yang berjulukan Farah. Seorang perempuan yang hyper active.
“Andy?” Sapa Farah dengan lirih.
“Kenapa?” Dengan nada yang rada nyolot.
“Santai bisa nggak?” Dengan muka mulai aneh.
“Farah …, saya lagi sibuk, kalau kau butuh pribadi bilang, to the point aja,” jawab Andy.
“Oke Ya udah,” Farah meninggalkan Andy.

Bukan Menjadi Kita
Prinsip kertas putih yang diemban keduanya mulai ternodai dengan noda hitam. Mereka mengalami sedikit kesalahpahaman. Andy juga yang tidak bisa membaca kondisi. Farah duduk lesuh di bawah pohon yang rindang, dengan bak ikan dihadapannya. Tiba-tiba Andy datang.
“Sejuk,” menghirup nafas, “Sejuk ya udaranya?” Tanya Andy.
“Oh,” membuang muka, “Udaranya kotor,” jawabnya.
“Kok bisa? ‘Kannya udara di sini selalu bersih?” Tanya Andy lagi.
“Tadi, ada polusi yang datang, yang menciptakan karbondioksida di sini,” cetusnya.
“Hmmm,” pindah ke depan Farah, “Marah ya? Mana prinsip kertas putihnya?”
“Ya ya ya, saya yang yang salah,” dengan senyum.
“Gak, saya yang salah, saya yang terlalu sibuk,” kata Andy.

Ternyata prinsip kertas putih bisa menyebabkan keduanya berbaikan. Jangankan dengan kasus hati, ekspresi pun bisa bersilat pengecap dengan sedikit melaksanakan atau mengungkapkan kata-kata lembut yang bisa menembus ke hati dan menyentuhnya dengan lembut.

Siang itu dipenuhi dengan canda dan tawa Farah dan Andy, jauh di pinggir gedung dekat taman. Lelaki sedang bersedih hati, melihat Farah, perempuan yang ia sukai sedang bersama dengan Andy. Jika dibanding-bangingkan, Zackhy jauh dibawah Andy. Zackhy yaitu pribadi yang tidak tenang, ia tidak mengemban prinsip kertas putih, sebab memang ia tidak tau. Jangan kira dengan keadaan itu, Zackhy menyerah. Tapi, dari hal itu Zackhy selalu punya semangat untuk bisa menciptakan Farah tertarik padanya.
“Ndy, itu Zackhy ya?” tanya Farah.
“Yang mana?” Andy tidak melihat Zackhy.

Zackhy meninggalkan mereka berdua di taman. Dengan kesal saya berjalan sambil ekspresi komat-kamit mengoceh sendiri, “Mentang-mentang kau keren,” terhenti dikala Farah ternyata sudah berada di depannya.
“Hai, tadi kenapa?” tanya Farah.
“Nggak …, nggak kok,” jawabnya.
“Ooh …, marah?” tanya Farah sekali lagi.
“Buat apa?” tanyanya sambil meninggalkan Farah.

Farah tak melanjutkan pembicaraannya dan membiarkan Zackhy lewat. Salah satu modus lelaki yaitu berpura-pura menciptakan perempuan itu merasa bersalah, biar mencoba mencari simpati dari perempuan itu. Tapi, apakah modus itu akan berhasil pada Farah?
“Farah, ayo masuk kelas,” panggil Andy yang menunggu di taman.
“Ia, tunggu-tunggu,” jawab Farah mempercepat langkahnya.

Saat kata “aku” dan “kamu” menjadi “kita” yaitu sesuatu yang sangat dinantikan oleh para sampaumur yang masih muda dan terlalu mengerti menyayangi dan dicintai. Agama saja melarang pacaran, sebab pacaran itu yaitu jalan menuju zina, meski kita tak menyadarinya.

Air mulai jatuh ke atap kelas, bising dan indera pendengaran tidak terlalu jelas. Suara Pak Kirno melawan air yang menggebrak atap kelas, Andy dan Farah tersenyum dan sedikit tertawa. Di pojok kelas, daerah si Zackhy duduk, memerhatikan kelakuan mereka. Jangan tanyakan iri tidaknya Zackhy, jiwa sudah gelisah ingin duduk di tengah-tengah mereka. Hujan belum reda, kegiatan Andy dan Farah juga belum reda, apalagi kegelisahan Zackhy, Zackhy sedang mengalami angin puting-beliung yang menerjang hatinya.
“Baiklah, pelajaran hari ini cukup hingga di sini,” kata Pak Kirno mengakhiri pelajarannya.
“Ia pak,” sorak semua siswa.

Berhubung hujan belum reda, Andy dan Farah masih bernaung di koridor bersama teman-teman yang lain. Mereka hanya membisu menunggu hujan. Tiba-tiba Farah bangkit dan menuju pinggiran koridor, menengadahkan tangannya.
“Hidup itu kayak air ini, Ndy,” katanya.
“Kok bisa?” tanyanya sambil berjalan menghampiri Farah.
“Ia, air ini jatuh, kemudian bisa naik lagi, maksudnya hidup insan itu bisa ada dibawah, bisa juga ada diatas,” jelasnya.
“Ia ya, kadang juga hidup itu tak semulus tanganmu,” gombal Andy.
“Ulala …, gombal nih?” tanya Farah tersenyum.
“Nggak, kalau hidup kayak semulus tanganmu, itu namanya hidup tanpa tantangan, begitu pula sebaliknya,” terperinci Andy, “Ayo, hujan udah berhenti,” katanya.
“Oh ia, ayo,” membalas ajakkan Andy.

Zackhy masih berada di kelas, ia sengaja pulang telat untuk menyimpan sepucuk surat. Setelah itu ia pulang. Isi surat itu yaitu sebuah sentra cinta, yang ditulis tangan dengan rapi. Kertas berwarna merah muda, dan di sekeliling puisi ada bentuk hati berwarna biru, merah, dan kuning. Sungguh romantic lelaki ini, tapi ia hanya bisa menjadi pengagum dan belum sanggup memiliki.
“Farah, maukah kau jadi pacarku? Aku tak bisa hidup tanpamu, saya sayang kamu,” bangkit di atas ranjang, “Kumohon jadilah pendamping hidupku,” Zackhy sedang mengigau.
“Hei,” sambil memukul-mukul kaki anaknya, “Hei, hei,” kata Ibu Susan.

Malam yang sepi menjadi ramai sebab canda dan tawa anak dan orangtua. Zackhy hingga membawa kasus itu ke dalam mimpi. Azan subuh telah berkumandan dengan lantang di Mesjid Al Ikhlas.
“Jangan lupa sholat,” kata Ibu Susan mengingatkan.
“Ia Ma,” kata Zackhy menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Matahari telah menyinari dunia kembali, Zackhy telah rapi dan siap untuk berangkat ke sekolah, dengan impian suratnya dibaca oleh Farah. Zackhy berangkat dan tak lupa meminta izin dari Ibunya.
Sesampai di sekolah, Zackhy kaget, surat untuk Farah berada ditangan Andy yang bangkit di depan Farah. Zackhy tetap saja jalan, dengan sabar dan percaya diri biar tidak seorangpun tau bahwa ialah yang mengirim surat itu.
“Ndy, kata-katanya itu buat ngakak,” kata Farah.
“Heem,” sambil tertawa, “Ia betul, mukamu kayak bulan katanya,” lanjut Andy.
“Muka saya dikatai bulan, bulankan jelek,” tertawa dengan riang.

Di sudut kelas seorang sampaumur muda, yang gres mencicipi hal yang sebelumnya tak pernah ia rasakan, tertunduk lesuh, melihat Andy dan Farah menertawai karyanya. Zackhy akan menanggung aib besar kalau mereka tau bahwa surat itu darinya. Andy dan Farah masih membaca surat itu dengan tetap tertawa.
Sebuah sampah yang dipandang sebelah mata akan tidak berguna, tapi kalau diamati baik-baik sampah itu bisa menjadi barang yang berharga. Begitu juga dengan puisi Zackhy yang ditertawai habis-habisan oleh Andy dan Farah, kalau mereka tau berapa atau mereka tau Zackhy menulisnya dengan penuh perasaan yang sangat menggebuh di hatinya.

Zackhy masih tertunduk lesuh dan sesekali memerhatikan Andy dan Farah. Tak usang kemudian guru mata pelajaran bahasa Indonesia, yakni Ibu Yati. Guru dipanggil sebagai Lady Killer, tidak usah bertanya lagi kenapa guru ini dipanggil begitu.

Jam istirahat, Andy dan Farah di kantin duduk bersama, Zackhy dari belakang memegang pundak Andy kemudian memukulnya, Andy berada dibawah. Tangan Zackhy medarat di pipi Andy, Farah histeris, teman-teman berkerumung, perkelahian Zackhy dan Andy berlangsung sengit. Sekarang, Andy yang berada di atas dan memukul dengan keras potongan kepala Zackhy. Zackhy tak mau kalah, ia menangkis dan membalas pukulannya.
“Zackhy,” menepuk bahunya, “Hei, kenapa mengkhayal?” tanya Andy.
“Ahhh diam, mau saya pukul lagi?” masih terbawa khayalannya.
“Maaf?” kata Andy.
“Nggak,” terpotong, “Maksud aku, kau kenapa?” lanjut Zackhy.
“Oo, saya mau kau gabung sama kami,” jawab Andy.
“Maksudnya?” terpotong dan melihat ke arah Farah yang melambaikan tangan.
“Udah, sini aja,” kata Andy sambil menarik Zackhy bergabung.

Khayalannya terlalu tinggi, untung saja itu hanya sebuah khayalan. Jika tidak itu niscaya akan menjadi gosip hangat dan menjadi kasus besar. Satu pelajaran yakni sanggup diambil, jangan pernah mengkhayal terlalu tinggi, sebab imajinasi itu bisa membuatmu larut dan bisa saja tak kembali ke dunia nyata. Tapi, bermimpilah dan wujudkan mimpimu dengan perjuangan dan do’a.

Tanpa disadari, mereka bertiga kini telah akrab. Tapi, ada akad yang harus diucapakan Zackhy, menyerupai akad presiden untuk mengemban tugasnya. Begitu pula dengan Zackhy, janjinya adalah, “Kami, takkan goyah untuk bermusuhan, kami bukan mereka yang jatuh, kami yaitu kami yang mengembang prinsip kertas putih.”
“Prinsip kertas putih?” tanya Zackhy.
“Jadi, prinsip kertas putih itu salah satunya yaitu jangan memakai alat tulis secara garang pada kertas, sebab sanggup merusak kertas itu,” kata Farah.
“Maksudnya, setiap dari kita harus saling menutupi kekurangan, sehingga tidak ada keretakan,” terperinci Andy.
“Ooo, ia saya mengerti,” kata ada Zackhy mengerti.

Kini Zackhy telah mengerti apa itu prinsip kertas putih. Tak usang kemudian, bel untuk masuk ke kelas. Mereka berjalan beriringan dengan wajah sumringah. Kantin, kursi, meja, menjadi saksi bisu persahabatan mereka bertiga. Ada banyak tanda tanya dalam pertemanan ini, kenapa mereka bisa bersatu, padahal Andy dan Zackhy mungkin rival. Tapi, apa yang tak mungkin di dunia ini jika.

Seminggu telah berlalu semenjak mereka mulai bersatu, Zackhy, Farah, dan Andy. Mereka memang telah mengemban prinsip kertas putih dengan baik. Mereka saling menutupi kesalahan biar tak ada kerusakan dan keretakan keharmonisan di antara mereka semua.
“Jadi, kita kerja kiprah bahasa Indonesianya di mana?” tanya Farah.
“Di taman,” kata Andy, “Tidak, kita ke sungai di belakang sekolah aja,” potong Zackhy.
“Jadi, kita di mana?” tanya Andy.
“Ikut Zackhy aja kalau gitu,” jawab Farah.

Mereka pun berjalan menuju belakang sekolah, mereka mencari daerah yang nyaman, dengan udara yang cukup segar. Air mengalir dengan sedikit bunyi bising dari arus sungai, air mengalir cukup deras dengan batu-batu yang besar lengan berkuasa dan kokoh daerah mereka duduk.
Mengalir dengan cepat
Menjauh
Susah untuk kembali
Ku raih
Ku cuci ke muka

Andy dengan lantan membaca potongan puisinya, memperagakannya dengan sungguh. Farah dan Zackhy bertepuk tangan. Sekarang giliran Zackhy membaca puisinya.

Mata jauh memandang
Susah untuk ku dapatkan
Jauh di ujung
Aku masih tak tau cara menganggapainya
Andy dan Farah terdiam, penggunaan kata-katanya cukup tepat. Tiba-tiba, Andy mengeluarkan surat Zackhy dari dalam tasnya. Ia kaget, dan pribadi menanyakannya.
“Zackhy? Kamu yang tulis ini?” tanya Andy.
“Kalau boleh jujur,” terpotong oleh omgongan Farah.
“Ooo kau yang buat,” kemudian tertawa terpikal-pikal.

Zackhy merasa tersinggung dan sakit hati mendengar tertawa mereka. Zackhy pergi meninggalkan mereka berdua di sungai itu.

Bersambung …
Keesokan paginya, mereka bertiga berpapasan di depan perpustakaan, Zackhy berlalu begitu saja. Andy dan Farah juga merasa bersalah sebab terlalu merendahkan karya Zackhy. Kejadiannya begitu cepat berlalu, contoh kaki Zackhy juga begitu cepat.

Di kelas, kembali menyerupai sedia kala. Zackhy kembali duduk lesuh di pojok kelas dengan buku menghalangan wajahnya. Andy dan Farah mendekati Zackhy.
“Khy,” sapa Andy memulai pembicaraan.

Zackhy termangu dan berangjak dari daerah ia duduk kemudian berjalan meninggalkan mereka berdua, tapi tangan Farah meraih tangan Zackhy.
“Beginikah?” tanya Farah.
“Alaaah, sudah jangan urus lagi urusanku!” berjalan meninggalkan mereka.

Andy dan Farah tak behasil meluluhkan hati Zackhy yang terlanjur sakit sebab hinaan pada karyanya tempo hari. Di lain hal, Zackhy juga tak tega melaksanakan ini, tapi Zackhy mau menciptakan mereka mencicipi bagaimana sakitnya dihina. Jangan pernah menilai seseorang sebab suatu hal yang kalian tidak kuasai, sebab apa yang ia kuasa mungkin tidak kalian kuasai.

Tapi, Zackhy juga berpikir, ini juga tidak baik, apalagi janjinya kepada mereka berdua, prinsip kertas mereka bertiga, dengan berbesar hati Zackhy kembali ke kelas dan menghampiri mereka.
“Maaf, saya memang terlalu lebay,” katanya sambil menunduk.
“Kenapa? Apa yang salah?” kata Farah berpura-pura melupakan yang terjadi sebelumnya.
“Aku memang yang terlau sensitive, saya yang tidak sabaran, saya memang bodoh,” jelasnya.
“Tidak ada kata bodoh, teman,” kata Andy.
“Mulai kini kita jangan lagi begini, janji?” kata Farah meraih kedua tangan sahabatnya itu.

Mereka pun kembali berbaikan. Karena sahabat, yaitu mereka yang bisa menciptakan kekurangan kita menjadi kelebihan, dan sahabat juga yaitu mereka yang selalu menutupi atau menjaga kita dari kejelekan.
“Prinsip kertas selanjutnya yaitu jangan tekan kertas terlalu keras, sebab sanggup merusaknya,” katanya sambil menatap kedua sahabatnya.

Dan pada akhirnya, Zackhy dan Farah bukan menjadi kita dalam artian cinta monyet, tapi mereka menjadi kita sebagai sahabat yang mengemban prinsip kertas putih.
(TAMAT)

PROFIL PENULIS
Facebook : Gufran Algifari
Twitter : @Gufran_Algifari
G+ : +Gufran Algifari
Blog : http://gupe81.blogspot.com

Terima kasih :)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel