Cinta Bukan Untuk Menyakitkan - Cerpen Remaja
Selasa, 03 Juni 2014
CINTA BUKAN UNTUK MRNYAKITKAN
Karya Asyraf Manurung
Namaku Tia, saya yakni seorang pelajar Sekolah Menengan Atas . Umurku gres saja menginjak usia 16 tahun . Biasanya anak seumuranku, niscaya ada yang mencicipi perasaan cinta . Ya, saya mencicipi rasa itu kini . Akan tetapi, perasaan itu kuberikan kepada seorang anak lelaki dari sahabat Sekolah Menengah Pertama ku dulu. Namanya Boy, saya mencintainya semenjak SD. Dan yang tahu akan perasaan itu hingga kini ini, hanya ALLAH, Aku, Dan sahabatku Dewi .
Dewi yakni sahabatku, ia sangat baik padaku . Bahkan hingga sekarang, saya sudah menganggapnya sebagai saudaraku sendiri . Kami selalu menjalani hari hari dengan bersama, canda, tawa, sedih, duka, luka, semua kami hadapi dengan bersama . Rumahku dan rumahnya hanya berjarak 800Meter dari rumahnya, jadi maklum saja kalau saya dan Dewi selalu bersama . Sampai kini saya belum pernah bisa, kalau saya jauh darinya, ia telah menjadi bab dari hidupku . Ya, begitulah saya dengannya .
Dewi yakni sahabatku, ia sangat baik padaku . Bahkan hingga sekarang, saya sudah menganggapnya sebagai saudaraku sendiri . Kami selalu menjalani hari hari dengan bersama, canda, tawa, sedih, duka, luka, semua kami hadapi dengan bersama . Rumahku dan rumahnya hanya berjarak 800Meter dari rumahnya, jadi maklum saja kalau saya dan Dewi selalu bersama . Sampai kini saya belum pernah bisa, kalau saya jauh darinya, ia telah menjadi bab dari hidupku . Ya, begitulah saya dengannya .
Cinta Bukan Untuk Menyakitkan |
Jika bercerita wacana Boy, saya sudah tak melihatnya lagi semenjak ia pindah dari perumahan di kota Medan yang erat dengan rumah Dewi . Sekarang ia sudah pindah Ke Jakarta, tanpa ada meninggalkan sebuah kenang2 an . Karena memang saya sangat gugup kalau saya tadi harus berhadapannya, apalagi kalau harus mengobrol, rasanya diri ini ibarat melayang .
Malam itu saya memandang dari jendela kamarku . Melihat kendaraan beroda empat truk yang melintas dan membawa banyak barang . Sepertinya kendaraan beroda empat itu membawa barang pindahan . yang menjadi pertanyaanku yakni siapa ya, yang mau pindah kemari . Ya sudahlah, sepintas saya menghiraukan hal itu . Aku mengambil wudhu dan kemudian melakukan sholat Isya di kamarku. Setelah itu, saya beristirahat dan tidur.
(*)
Besoknya di sekolah, Dewi bercerita wacana tetangga gres yang tiba tadi malam didekat rumahnya . “Eh Tia, tadi malam ada yang pindah lho, di kawasan Rumahnya Boy dulu”. “Siapa wi?”. “Ada dehh, nanti tau sendiri kok”.”Hemm, ya deh”. Teeeeeeeeet, teeeeeeeeeeeet teeeeeeeeeet(suara bel sekolah) . “Yaudah yuk wi, kita kelas, kan udah bel”. “iya deh”.
Kemudian kami pun masuk ke kelas dan memulai pelajaran matematika oleh Pak Roy .
“Anak anak, sebelum kita memulai pelajaran, perkenalkan murid gres sekaligus yang akan menjadi sahabat gres kalian nantinya” . Anak itu pun masuk dan kemudian saya pun terkejut melihat ia . Ternyata ia yakni Boy, sahabat Sekolah Menengah Pertama ku dulu, dan juga orang yang kucintai . Ahh, senangnya hati ini, ia kembali lagi ke kehidupanku . Dia bertambah tinggi dan ia pun semakin tampan saja kini . Boy pun mengenalkan dirinya kepada teman2 barunya .
Hai semuanya, Namaku Boy, usiaku 16 tahun, sisanya, nanti kita akan berkenalan lagi ya”. “Boy, duduklah disamping Dika, ia duduk sendirian”. Kata Pak Roy. “Iya pak”. Boy pun duduk di kursi bersebelahan dengan Dika, dan mereka pun berkenalan. Dan kami pun memulai pelajaran .
Jam istirahat, Dewi pergi ke kantin untuk membeli jajanan, sedangkan saya duduk sendirian di luar kelas menunggu Dewi . Tiba tiba saja Boy mendekatiku dan berbicara padaku . “Hei Tia, apa kabar, usang ya ga jumpa”. Aku gugup dan susah untuk bicara, dan kemudian akupun berkata padanya dengan sedikit latah, “Ba, baik kok Boy”. “Emm, Ti, saya bole ngomong sesuatu ga?”. “A, apaan Boy”?.
“Maaf saya gres bicara kini padamu Ti, sebetulnya saya suka padamu Tia, tapi saya aib bilangnya ke kamu, habisnya kau selalu aja erat dengan Dewi, saya takut ia nantinya cemburu, alasannya yakni dulu ia pernah bilang kalau suka sama aku, tapi ia bilang kalau saya lebih baik denganmu alasannya yakni saya tau kau suka sama aku, dan juga saya suka sama kamu. Aku takut, suatu ketika saya ga dapat bilang ini lagi ke kamu, kondisi di Jakarta yang sering banjir, menciptakan keluargaku ingin pindah lagi ke Medan. Kepindahanku dari Jakarta yakni suatu keberuntungan, alasannya yakni saya dan keluargaku sudah pindah ke rumah lamaku . Dan saya dapat erat lagi sama kamu”.Terus terang boy padaku.”
Mendengar klarifikasi itu semua, saya pun mengerti, bahwa dahulu Dewi juga suka pada Boy, tapi ia tak pernah bercerita denganku wacana perasaannya. Aku tak dapat berkata apa2 lagi dengannya . Sudah cukup semua klarifikasi ini .
“Aku tahu, Boy, saya bahagia banget kau juga suka padaku, saya juga suka sama kamu”. “Makasi ya Tia, oh ya, kau mau ga jadi pacar saya Tia?”. Aku tahu dan akan menjawab semuanya kepada Boy.”Boy, maaf ya, saya memang suka padamu, tapi kalau perasaan ini akan melukai sahabatku, lebih baik saya dan kau berteman saja, alasannya yakni kalau kita pacaran, niscaya akan menciptakan Dewi sakit hati. Maaf ya boy, saya ga mau melukai perasaan sahabatku alasannya yakni cinta ini . Tapi ketahuilah Boy, saya tetap cinta padamu”. Boy pun menjawab dengan sedikit kecewa.”Heem, ya sudah saya ngerti akan perasaan kau dengan Dewi, saya juga ga mau nyakitin dya Ti, makasi ya atas balasan kau itu Ti, saya jadi mengeti wacana arti persahabatan”.Dewi pun tiba diikuti dengan kepergian Boy.
“Ehm, ngomong apa aja tuh, ama pangerannya?”. Tanya Dewi penasaran.”Ga ada apa2 kok wi, cuma nanyai kabarku, dan kabarnya dia, dan kepindahan ia dari Jakarta.”.aku tersenyum
menjawabnya.”Eem, ya uda yuk, kita makan nih makanan, kan sayang dah dibeli ga dimakan. Kami pun menikmati jajanan yang dibeli Dewi. Selepas bel sekolah masuk, kami pun melanjutkan pelajaran hingga pulang.
Di kamarku saya merenung sendirian dan berkata dalam hatiku. Aku memang cinta padamu Boy, tapi saya ga mau lukai hati sahabatku, maafkan saya Boy. Karena dalam fikiranku, Tak ada guna Cinta kalau itu akan menyakitkan orang lain. Tapi apapun itu, saya sayang sama kalian berdua, sahabatku, dan Teman yang kucintai, Dewi dan Boy. Aku kan selalu ada buat kalian.
Malam itu saya memandang dari jendela kamarku . Melihat kendaraan beroda empat truk yang melintas dan membawa banyak barang . Sepertinya kendaraan beroda empat itu membawa barang pindahan . yang menjadi pertanyaanku yakni siapa ya, yang mau pindah kemari . Ya sudahlah, sepintas saya menghiraukan hal itu . Aku mengambil wudhu dan kemudian melakukan sholat Isya di kamarku. Setelah itu, saya beristirahat dan tidur.
(*)
Besoknya di sekolah, Dewi bercerita wacana tetangga gres yang tiba tadi malam didekat rumahnya . “Eh Tia, tadi malam ada yang pindah lho, di kawasan Rumahnya Boy dulu”. “Siapa wi?”. “Ada dehh, nanti tau sendiri kok”.”Hemm, ya deh”. Teeeeeeeeet, teeeeeeeeeeeet teeeeeeeeeet(suara bel sekolah) . “Yaudah yuk wi, kita kelas, kan udah bel”. “iya deh”.
Kemudian kami pun masuk ke kelas dan memulai pelajaran matematika oleh Pak Roy .
“Anak anak, sebelum kita memulai pelajaran, perkenalkan murid gres sekaligus yang akan menjadi sahabat gres kalian nantinya” . Anak itu pun masuk dan kemudian saya pun terkejut melihat ia . Ternyata ia yakni Boy, sahabat Sekolah Menengah Pertama ku dulu, dan juga orang yang kucintai . Ahh, senangnya hati ini, ia kembali lagi ke kehidupanku . Dia bertambah tinggi dan ia pun semakin tampan saja kini . Boy pun mengenalkan dirinya kepada teman2 barunya .
Hai semuanya, Namaku Boy, usiaku 16 tahun, sisanya, nanti kita akan berkenalan lagi ya”. “Boy, duduklah disamping Dika, ia duduk sendirian”. Kata Pak Roy. “Iya pak”. Boy pun duduk di kursi bersebelahan dengan Dika, dan mereka pun berkenalan. Dan kami pun memulai pelajaran .
Jam istirahat, Dewi pergi ke kantin untuk membeli jajanan, sedangkan saya duduk sendirian di luar kelas menunggu Dewi . Tiba tiba saja Boy mendekatiku dan berbicara padaku . “Hei Tia, apa kabar, usang ya ga jumpa”. Aku gugup dan susah untuk bicara, dan kemudian akupun berkata padanya dengan sedikit latah, “Ba, baik kok Boy”. “Emm, Ti, saya bole ngomong sesuatu ga?”. “A, apaan Boy”?.
“Maaf saya gres bicara kini padamu Ti, sebetulnya saya suka padamu Tia, tapi saya aib bilangnya ke kamu, habisnya kau selalu aja erat dengan Dewi, saya takut ia nantinya cemburu, alasannya yakni dulu ia pernah bilang kalau suka sama aku, tapi ia bilang kalau saya lebih baik denganmu alasannya yakni saya tau kau suka sama aku, dan juga saya suka sama kamu. Aku takut, suatu ketika saya ga dapat bilang ini lagi ke kamu, kondisi di Jakarta yang sering banjir, menciptakan keluargaku ingin pindah lagi ke Medan. Kepindahanku dari Jakarta yakni suatu keberuntungan, alasannya yakni saya dan keluargaku sudah pindah ke rumah lamaku . Dan saya dapat erat lagi sama kamu”.Terus terang boy padaku.”
Mendengar klarifikasi itu semua, saya pun mengerti, bahwa dahulu Dewi juga suka pada Boy, tapi ia tak pernah bercerita denganku wacana perasaannya. Aku tak dapat berkata apa2 lagi dengannya . Sudah cukup semua klarifikasi ini .
“Aku tahu, Boy, saya bahagia banget kau juga suka padaku, saya juga suka sama kamu”. “Makasi ya Tia, oh ya, kau mau ga jadi pacar saya Tia?”. Aku tahu dan akan menjawab semuanya kepada Boy.”Boy, maaf ya, saya memang suka padamu, tapi kalau perasaan ini akan melukai sahabatku, lebih baik saya dan kau berteman saja, alasannya yakni kalau kita pacaran, niscaya akan menciptakan Dewi sakit hati. Maaf ya boy, saya ga mau melukai perasaan sahabatku alasannya yakni cinta ini . Tapi ketahuilah Boy, saya tetap cinta padamu”. Boy pun menjawab dengan sedikit kecewa.”Heem, ya sudah saya ngerti akan perasaan kau dengan Dewi, saya juga ga mau nyakitin dya Ti, makasi ya atas balasan kau itu Ti, saya jadi mengeti wacana arti persahabatan”.Dewi pun tiba diikuti dengan kepergian Boy.
“Ehm, ngomong apa aja tuh, ama pangerannya?”. Tanya Dewi penasaran.”Ga ada apa2 kok wi, cuma nanyai kabarku, dan kabarnya dia, dan kepindahan ia dari Jakarta.”.aku tersenyum
menjawabnya.”Eem, ya uda yuk, kita makan nih makanan, kan sayang dah dibeli ga dimakan. Kami pun menikmati jajanan yang dibeli Dewi. Selepas bel sekolah masuk, kami pun melanjutkan pelajaran hingga pulang.
Di kamarku saya merenung sendirian dan berkata dalam hatiku. Aku memang cinta padamu Boy, tapi saya ga mau lukai hati sahabatku, maafkan saya Boy. Karena dalam fikiranku, Tak ada guna Cinta kalau itu akan menyakitkan orang lain. Tapi apapun itu, saya sayang sama kalian berdua, sahabatku, dan Teman yang kucintai, Dewi dan Boy. Aku kan selalu ada buat kalian.
PROFIL PENULIS
Nama : Muhammad Asyraf Manurung
Agama : Islam
Kelas : XI RPL1
Sekolah : SMKN 1 Kutalimbaru
Ttl : Medan/25/09/1996
Alamat : PBTS Sampecita
Email: muhammadasyraf@ymail.com
Facebook: Muhammad Asyraf (Premiere)
Agama : Islam
Kelas : XI RPL1
Sekolah : SMKN 1 Kutalimbaru
Ttl : Medan/25/09/1996
Alamat : PBTS Sampecita
Email: muhammadasyraf@ymail.com
Facebook: Muhammad Asyraf (Premiere)