2013 End - Cerpen Remaja
Rabu, 04 Juni 2014
2013 END
Karya Agatha Onnasandevi Ratuwangi
Pandangan mata ini. Pandangan yang terus mengambang membayangkan dirinya bersamaku. Aku selalu mengharapkan apapun darinya. Setiap malam tak pernah bolos untuk menangis. Yang sebetulnya, alasanku menangis hanya karna saya merasa rindu padanya. Karna saya iangin beliau melihatku sebagai perempuan. Kalian boleh menyampaikan saya sangat konyol dan lemah. Tapi, mau bagaimana lagi kalau itu yang ada dalam perasaanku ketika ini.
Saat ini, saya pun melaksanakan hal yang sama. Herannya, saya tak pernah merasa bosan dengan semakin lebamnya bulat mataku. Aku sedang terduduk di depan jendela. Oh, gerimis sudah datang. Apakah beliau mencicipi hal yang sama sepertiku? Gumamku memandang jauh gerimis malam ini. Sebenarnya, saya menjajikan pada diriku sendiri. Jika, ada gerimis datang, saya yakin pada diriku, bahwa ia merindukanku.
Saat ini, saya pun melaksanakan hal yang sama. Herannya, saya tak pernah merasa bosan dengan semakin lebamnya bulat mataku. Aku sedang terduduk di depan jendela. Oh, gerimis sudah datang. Apakah beliau mencicipi hal yang sama sepertiku? Gumamku memandang jauh gerimis malam ini. Sebenarnya, saya menjajikan pada diriku sendiri. Jika, ada gerimis datang, saya yakin pada diriku, bahwa ia merindukanku.
2013 End |
Yap! Kalian boleh tertawa sekali lagi mendengar ceritaku tentangnya kali ini. Aku gila. Ya, saya ajaib padanya.
“Princessia Alba?”
Aku terbangun dari lamunanku dan mendapati seseorang memanggilku. Oh, ku harap itu kau disini, batinku. Tak lama, saya membuka mataku dan..
“Alba?? Waktunya tidur!”
Tak ibarat yang saya harapkan lagi. Dia yaitu Mom-ku, saya memang dimanja, tetapi saya tak pernah merasa saya manja. Aku ingin jadi sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan diriku sendiri.
“Okay, Mom,” balasku dengan melas dan beranjak ke ranjang daerah tidurku. Oh iya, panggil saja aku, Alba. Aku menyukainya.
***
“Sedang apa kau ?” kataku pada Fata. Fairy Ta. Sahabatku. Aku sedang ada di kantin ketika ini.
“Mau apa kau? Aku merasa malas sekali hari ini,” jawabnya hirau padaku. Ada persoalan nih.
“Okay,” balasku lagi padanya dengan nada judes andalanku sembari saya makan Cornetto-ku. 1.. 2... 3...!
“Eh, Ba ?” katanya tiba-tiba menoleh ke arahku. Aku tersenyum remeh dan hanya melirik Fata. Kena lagi! Hahaha.
“Dori-“ ia berkata dan kata-katanya menggantung. Haa? Aku mengerutkan alis padanya.
“Dori? Dori siapa?”
Ia masih menyelehkan kepalanya pada meja dan menjawab. Wait! Look at her eyes!!
”Ya Ampun Alba.. Dori pacar saya lah. Kamu itu sahabat saya apa enggak sih? Jangan Dominic Damon terus yang kau pikir dong,”
Deg! Ya, Dominic Damon, kelas XII. Idola semua perepuan, bahkan ada fansclub buat Dominic anak ketua Yayasan sekolah ini. Aku termasuk penggemar beratnya tetapi saya tak bernah berbicara padanya. Menyapa saja enggan. Huuhh.. saya tak termasuk golongan club fanatiknya. Dan lagi, saya resah pada diriku sendiri bahwa saya menangis setiap mengingatnya. Dia tak pernah mengenalku. Titik.
“Hey?” kata tanya itu sukses membuatku kaget setengah mati sempurna ditelingaku. Aku menemukan diriku ada di ruang kesehatan. Ada apa ini? Apa yang telah terjadi padaku? Hey, someone else, please tell me what’s going on here?
“Kau sudah baikan? Aku sudah menunggumu selama tiga jam penuh disini. Itu waktu yang usang untukku. Aku kaget ketika kau memanggil-manggil namaku,”
Apa! Memanggil namamu? Oh, Tuhan. Jangan biarkan ini yaitu mimpi. Aku mohon. Aku gres sadar, saya dari tadi hanya menundukkan kepalaku. Akhirnya, saya memberanikan diriku unutk menegakkan kepalaku dan menatap seseorang di samping ranjangku. Tuhan, saya mohon jangan siksa aku. Kau tau, saya benar-benar gugup ketika ini.
“Em- ..mm.. emm,” Tuhan, saya mohon. Jangan buat diriku ibarat ini.
“Emm.. apa?” katanya. Astaga! Apakah beliau tak tahu saya benar-benar gugup bersamanya? Semoga ia tak mendengar degub-an jantungku yang keras ini.
“Em.. bergotong-royong apa yang telah terjadi padaku?” Akhirnya.
”Oh, kau tidak sadar ya? Tadi ketika kau dan temanmu akan berjalan dari kantin menuju ke kelas. Kau di kagetkan oleh karet laba-laba oleh abang kelas. Lalu, kau lari dan tak menyadari didepanmu ada pintu yang akan ditutup oleh Bu. Roline. Kau tetap saja berlari dan karenanya ka-“
”Cukup,” saya memotong ceritanya. Aku malu. Itu yang rasakan ketika ini.
“Apakah kau malu? Kau ini lucu sekali Alba,” haa? Lucu?
“Lalu? Untuk apa kau menemaniku disini? Bukankah ada pelajaran kelas XII?
“Karna ketika kau jatuh, yang kau panggil-panggil minta tolong bukan temanmu atau Mom-mu. Yang kau panggil malah namaku. Jadi, saya merasa tanggungjawab saja karna dirimu,” jelasnya. Tuhan? Kau ingin membunuh jantung ini?
“Benarkah? Aku benar-benar minta maaf,” kataku gugup sembari membungkukkan badanku.
“Sudahlah, tak usah kau pikir,”
“Oh,”
“Tapi-“
Aku mendongkakkan kepalaku ke arahnya.
“Apakah saya sekeren itu? Hingga yang kau panggil yaitu namaku? Aku tak sanggup membayangkan bagaimana ricauanmu tentangku ketika kau tidur. Aku juga ketika ingin tertawa melihat ekspresimu,” ia tersenyum manis padaku. Apa yang ia pikir?! Tuhan? Aku ajaib ketika ini juga.
“Em- ya sudah kalau begitu,” mau pergi ya?
“Aku akan ke kelasku. Kulihat, kau sudah agak mendingan daripada yang tadi. Tetaplah istirahat disini, kalau kau masih tak berpengaruh berjalan,” katanya sambil menatapku.
Oh, ada sesuatu dimata dan kata-katanya. Aku tetap menunggu.
“Oh, oke kalau begitu. Sekali lagi saya sangat berterimaksih kepada kakak. Aku mohon maaf juga atas kecerobohanku,” saya meminta maaf dengan sungguh-sungguh.
“Tak apa-apa,” ia berdiri dan mendekat kepadaku. Ada apa lagi ini?
Ia semakin mendekat padaku dan mencium keningku. Kemudian, Kak Damon membisikan sesuatu ditelingaku.
“Cepat sembuh. Princessia Alba, Princess-ku,”
***
“Hallo?”
“Hallo. ada apa Alba? Oh iya, bagaimana keadaanmu sekarang?” kata Fata ketika saya menelephone-nya.
“Tak usah kau pikirkan itu.. oh! My God! Fata!!!” saya benar-benar senang hri ini. Cepat atau lambat, niscaya akan jadi Hot News di sekolah.
“Yak! Ada apa kau ini? Jangan berteriak seenaknya. Telingaku masih berfungsi Alba,” katanya.
“Ini yaitu hari yang terindah sejagad raya Fata! You’ll never think about this.”
“What’s wrong girl?” tanyanya penasaran.
Hhhh.. saya menghembuskan nafas panjang ke gagang telephone. Aku tersenyum dangan formasi gigi-gigi putihku. Sadar bahwa tak ada Fata didepanku, saya segera melanjutkan rahasiaku.
Aku sedang berjalan riang di koridor sekolah. Aku gres sadar, saya berangkat sekolah terlalu pagi hari ini. Padahal, setiap hari saya tiba ke sekolah selalu kurang lima menit sebelum pelajaran dimulai. Hari ini, saya merasa, diriku semakin konyol.
“Albaaa!!!!” saya mencari arah bunyi yang memanggilku. Oh.
Aku menyunggingkan senyum kepada orang yang sudah ada di depanku. Hihi.
“Kau sangat menjijikan tersenyum ibarat itu,”
“Baiklah. Gimana menurutmu Fata?”
“Cukup.” Katanya.
“Cukup?” saya balik bertanya.
“Cukup? Ya, cukup,” balasnya.
“Oh. Ayolah Ta,”
“Cukup menjijikan,” what!
“Makasih banget lho ya,” kataku pasrah.
“Jadi?”
“Jadi?” balasku.
“Jadian?”
“Jadian? Sama siapa? Sama Kak Damon?”
Ia menganggukan kepalanya.
“That’s never happpen, girl.”
“Okay. Kita lihat saja,” saya menoleh kearahnya dan terdiam padanya. Apa artinya itu?
***
Oh Tuhan. Apa yang telah kulakukan padanya? Aku benar-benar sudah gila! Tuhan? Apa yang harus kulakukan? Aku kehilangan akal. Aku gila. Aku gila. Aku gila. Aku gila. Aku gila!!!
“Apa yang terjadi padamu? Kau benar-benar awut-awutan tahu,” Oh, Mom? Tolong aku. Aku menoleh ke arah pintu. Diujung mataku terdapat Momku sedang melihatku dengan pandangan menjijikan.
“Mom? Aku mencium adik kelasku,” saya pasrah.
“Apa? Apa yang pikirkan Dominc?!!” satu bentakan keras.
“Ya.. saya tak tahu. Aku hanya terbawa suasan-“
“Apa!!! Ulangi sekali lagi??” saya benar-benar putus asa.
“A..kuu.. ter..baw...wa su..uuaa..sana.” akhirnya.
“Astaga. Dominic kau ini benar-benar sudah gila. Asal mulanya ibarat apa sampai kau harus terbawa suasana? Huh?”
“Oh. Come on Mom..” saya memelas padanya.
“Aku tetap saya mendengarkan, kau tahu!”
“Aku hanya tak sengaja melihatnya tertabrak pintu ruang kelas dan ia pingsan dengan memanggil-manggil namaku. Jadi, saya hanya merasa tanggungjawab saja. Kemudian-“
“Kemudian apa?”
“Kemudian saya terbawa suasana dong,” kataku santai.
“Kau harus menjadikannya pacarmu!”
***
Di persimpangan jalan. Tiba-tiba- Boughhh! Aku buru-buru berdiri dan meminta maaf atas apa yang kulalukan. Dan, oh.
“Kau?” ia sedang membersihkan sikutnya dari tanah aspal dan perlahan ia menoleh ke arahkku sehabis saya mengenalnya.
“Huh? Kak ? kak Doman?” ia kaget, saya kira.
Aku tiba disebuah kafe bersahabat taman kota. Dan didepanku sudah ada gadis ini. Gadis yang sudah membuatku kaku selama sebulan dan kau tahu? Aku bergotong-royong sudah tidak masuk selama ini.
“Kau tahu Alba? Aku hanya gugup,”
“Kakak gugup? Gugup karna?”
“Karenamu,” huuhh, saya benar-benar gila.
***
Setelah program nge-dateku dengan Princessku ini. Oh iya, kira-kira saya sudah berpacaran dengannya selama delapan bulan. Aku yakin kalian banyak bertanya. kenapa? Karna saya mencintainya. Banyak yang kulalui sehabis insiden itu. Ia sangat dengan orangtuaku. Ak sangat menyukai kehadiran Alba yang mengubah segalanya. Dan sekali lagi, saya bukan lagi seorang pria yang dianggap brandalan oleh pria seangkatanku. Aku tak sanggup menjelaskan kisahku pada kalian semuanya. Aku terlalu senang untuk hal sekecil ini. Dan.. terlalu mengerikan untuk memadamkannya. Aku janji, akan kutitipkan salam kalian pada pacarku. Aku yakin, ia niscaya sangat menyukainya. Sampai jumpa.
Dominic Doman – Princessia Alba
2013 – End
“Princessia Alba?”
Aku terbangun dari lamunanku dan mendapati seseorang memanggilku. Oh, ku harap itu kau disini, batinku. Tak lama, saya membuka mataku dan..
“Alba?? Waktunya tidur!”
Tak ibarat yang saya harapkan lagi. Dia yaitu Mom-ku, saya memang dimanja, tetapi saya tak pernah merasa saya manja. Aku ingin jadi sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan diriku sendiri.
“Okay, Mom,” balasku dengan melas dan beranjak ke ranjang daerah tidurku. Oh iya, panggil saja aku, Alba. Aku menyukainya.
***
“Sedang apa kau ?” kataku pada Fata. Fairy Ta. Sahabatku. Aku sedang ada di kantin ketika ini.
“Mau apa kau? Aku merasa malas sekali hari ini,” jawabnya hirau padaku. Ada persoalan nih.
“Okay,” balasku lagi padanya dengan nada judes andalanku sembari saya makan Cornetto-ku. 1.. 2... 3...!
“Eh, Ba ?” katanya tiba-tiba menoleh ke arahku. Aku tersenyum remeh dan hanya melirik Fata. Kena lagi! Hahaha.
“Dori-“ ia berkata dan kata-katanya menggantung. Haa? Aku mengerutkan alis padanya.
“Dori? Dori siapa?”
Ia masih menyelehkan kepalanya pada meja dan menjawab. Wait! Look at her eyes!!
”Ya Ampun Alba.. Dori pacar saya lah. Kamu itu sahabat saya apa enggak sih? Jangan Dominic Damon terus yang kau pikir dong,”
Deg! Ya, Dominic Damon, kelas XII. Idola semua perepuan, bahkan ada fansclub buat Dominic anak ketua Yayasan sekolah ini. Aku termasuk penggemar beratnya tetapi saya tak bernah berbicara padanya. Menyapa saja enggan. Huuhh.. saya tak termasuk golongan club fanatiknya. Dan lagi, saya resah pada diriku sendiri bahwa saya menangis setiap mengingatnya. Dia tak pernah mengenalku. Titik.
“Hey?” kata tanya itu sukses membuatku kaget setengah mati sempurna ditelingaku. Aku menemukan diriku ada di ruang kesehatan. Ada apa ini? Apa yang telah terjadi padaku? Hey, someone else, please tell me what’s going on here?
“Kau sudah baikan? Aku sudah menunggumu selama tiga jam penuh disini. Itu waktu yang usang untukku. Aku kaget ketika kau memanggil-manggil namaku,”
Apa! Memanggil namamu? Oh, Tuhan. Jangan biarkan ini yaitu mimpi. Aku mohon. Aku gres sadar, saya dari tadi hanya menundukkan kepalaku. Akhirnya, saya memberanikan diriku unutk menegakkan kepalaku dan menatap seseorang di samping ranjangku. Tuhan, saya mohon jangan siksa aku. Kau tau, saya benar-benar gugup ketika ini.
“Em- ..mm.. emm,” Tuhan, saya mohon. Jangan buat diriku ibarat ini.
“Emm.. apa?” katanya. Astaga! Apakah beliau tak tahu saya benar-benar gugup bersamanya? Semoga ia tak mendengar degub-an jantungku yang keras ini.
“Em.. bergotong-royong apa yang telah terjadi padaku?” Akhirnya.
”Oh, kau tidak sadar ya? Tadi ketika kau dan temanmu akan berjalan dari kantin menuju ke kelas. Kau di kagetkan oleh karet laba-laba oleh abang kelas. Lalu, kau lari dan tak menyadari didepanmu ada pintu yang akan ditutup oleh Bu. Roline. Kau tetap saja berlari dan karenanya ka-“
”Cukup,” saya memotong ceritanya. Aku malu. Itu yang rasakan ketika ini.
“Apakah kau malu? Kau ini lucu sekali Alba,” haa? Lucu?
“Lalu? Untuk apa kau menemaniku disini? Bukankah ada pelajaran kelas XII?
“Karna ketika kau jatuh, yang kau panggil-panggil minta tolong bukan temanmu atau Mom-mu. Yang kau panggil malah namaku. Jadi, saya merasa tanggungjawab saja karna dirimu,” jelasnya. Tuhan? Kau ingin membunuh jantung ini?
“Benarkah? Aku benar-benar minta maaf,” kataku gugup sembari membungkukkan badanku.
“Sudahlah, tak usah kau pikir,”
“Oh,”
“Tapi-“
Aku mendongkakkan kepalaku ke arahnya.
“Apakah saya sekeren itu? Hingga yang kau panggil yaitu namaku? Aku tak sanggup membayangkan bagaimana ricauanmu tentangku ketika kau tidur. Aku juga ketika ingin tertawa melihat ekspresimu,” ia tersenyum manis padaku. Apa yang ia pikir?! Tuhan? Aku ajaib ketika ini juga.
“Em- ya sudah kalau begitu,” mau pergi ya?
“Aku akan ke kelasku. Kulihat, kau sudah agak mendingan daripada yang tadi. Tetaplah istirahat disini, kalau kau masih tak berpengaruh berjalan,” katanya sambil menatapku.
Oh, ada sesuatu dimata dan kata-katanya. Aku tetap menunggu.
“Oh, oke kalau begitu. Sekali lagi saya sangat berterimaksih kepada kakak. Aku mohon maaf juga atas kecerobohanku,” saya meminta maaf dengan sungguh-sungguh.
“Tak apa-apa,” ia berdiri dan mendekat kepadaku. Ada apa lagi ini?
Ia semakin mendekat padaku dan mencium keningku. Kemudian, Kak Damon membisikan sesuatu ditelingaku.
“Cepat sembuh. Princessia Alba, Princess-ku,”
***
“Hallo?”
“Hallo. ada apa Alba? Oh iya, bagaimana keadaanmu sekarang?” kata Fata ketika saya menelephone-nya.
“Tak usah kau pikirkan itu.. oh! My God! Fata!!!” saya benar-benar senang hri ini. Cepat atau lambat, niscaya akan jadi Hot News di sekolah.
“Yak! Ada apa kau ini? Jangan berteriak seenaknya. Telingaku masih berfungsi Alba,” katanya.
“Ini yaitu hari yang terindah sejagad raya Fata! You’ll never think about this.”
“What’s wrong girl?” tanyanya penasaran.
Hhhh.. saya menghembuskan nafas panjang ke gagang telephone. Aku tersenyum dangan formasi gigi-gigi putihku. Sadar bahwa tak ada Fata didepanku, saya segera melanjutkan rahasiaku.
Aku sedang berjalan riang di koridor sekolah. Aku gres sadar, saya berangkat sekolah terlalu pagi hari ini. Padahal, setiap hari saya tiba ke sekolah selalu kurang lima menit sebelum pelajaran dimulai. Hari ini, saya merasa, diriku semakin konyol.
“Albaaa!!!!” saya mencari arah bunyi yang memanggilku. Oh.
Aku menyunggingkan senyum kepada orang yang sudah ada di depanku. Hihi.
“Kau sangat menjijikan tersenyum ibarat itu,”
“Baiklah. Gimana menurutmu Fata?”
“Cukup.” Katanya.
“Cukup?” saya balik bertanya.
“Cukup? Ya, cukup,” balasnya.
“Oh. Ayolah Ta,”
“Cukup menjijikan,” what!
“Makasih banget lho ya,” kataku pasrah.
“Jadi?”
“Jadi?” balasku.
“Jadian?”
“Jadian? Sama siapa? Sama Kak Damon?”
Ia menganggukan kepalanya.
“That’s never happpen, girl.”
“Okay. Kita lihat saja,” saya menoleh kearahnya dan terdiam padanya. Apa artinya itu?
***
Oh Tuhan. Apa yang telah kulakukan padanya? Aku benar-benar sudah gila! Tuhan? Apa yang harus kulakukan? Aku kehilangan akal. Aku gila. Aku gila. Aku gila. Aku gila. Aku gila!!!
“Apa yang terjadi padamu? Kau benar-benar awut-awutan tahu,” Oh, Mom? Tolong aku. Aku menoleh ke arah pintu. Diujung mataku terdapat Momku sedang melihatku dengan pandangan menjijikan.
“Mom? Aku mencium adik kelasku,” saya pasrah.
“Apa? Apa yang pikirkan Dominc?!!” satu bentakan keras.
“Ya.. saya tak tahu. Aku hanya terbawa suasan-“
“Apa!!! Ulangi sekali lagi??” saya benar-benar putus asa.
“A..kuu.. ter..baw...wa su..uuaa..sana.” akhirnya.
“Astaga. Dominic kau ini benar-benar sudah gila. Asal mulanya ibarat apa sampai kau harus terbawa suasana? Huh?”
“Oh. Come on Mom..” saya memelas padanya.
“Aku tetap saya mendengarkan, kau tahu!”
“Aku hanya tak sengaja melihatnya tertabrak pintu ruang kelas dan ia pingsan dengan memanggil-manggil namaku. Jadi, saya hanya merasa tanggungjawab saja. Kemudian-“
“Kemudian apa?”
“Kemudian saya terbawa suasana dong,” kataku santai.
“Kau harus menjadikannya pacarmu!”
***
Di persimpangan jalan. Tiba-tiba- Boughhh! Aku buru-buru berdiri dan meminta maaf atas apa yang kulalukan. Dan, oh.
“Kau?” ia sedang membersihkan sikutnya dari tanah aspal dan perlahan ia menoleh ke arahkku sehabis saya mengenalnya.
“Huh? Kak ? kak Doman?” ia kaget, saya kira.
Aku tiba disebuah kafe bersahabat taman kota. Dan didepanku sudah ada gadis ini. Gadis yang sudah membuatku kaku selama sebulan dan kau tahu? Aku bergotong-royong sudah tidak masuk selama ini.
“Kau tahu Alba? Aku hanya gugup,”
“Kakak gugup? Gugup karna?”
“Karenamu,” huuhh, saya benar-benar gila.
***
Setelah program nge-dateku dengan Princessku ini. Oh iya, kira-kira saya sudah berpacaran dengannya selama delapan bulan. Aku yakin kalian banyak bertanya. kenapa? Karna saya mencintainya. Banyak yang kulalui sehabis insiden itu. Ia sangat dengan orangtuaku. Ak sangat menyukai kehadiran Alba yang mengubah segalanya. Dan sekali lagi, saya bukan lagi seorang pria yang dianggap brandalan oleh pria seangkatanku. Aku tak sanggup menjelaskan kisahku pada kalian semuanya. Aku terlalu senang untuk hal sekecil ini. Dan.. terlalu mengerikan untuk memadamkannya. Aku janji, akan kutitipkan salam kalian pada pacarku. Aku yakin, ia niscaya sangat menyukainya. Sampai jumpa.
Dominic Doman – Princessia Alba
2013 – End
PROFIL PENULIS
Agatha Onnasandevi Ratuwangi
Smp Keluarga Kudus
15 years old
Pround For Your Simply!
kembangsekar@gmail.com
Smp Keluarga Kudus
15 years old
Pround For Your Simply!
kembangsekar@gmail.com