Sesungguhnya Saya Menyayangimu (Stranger) - Cerpen Remaja

SESUNGGUHNYA AKU MENYAYANGIMU PART 2
Karya Mala Ulya

Dua ahad kemudian….
Aku memutuskan memojok diri di masjid yang asri sehabis shalat dhuha. Setelah insiden dua ahad itu saya benar-benar nggak tahu harus berkata apa. Segalanya terasa sesak, bahkan gara-gara ulah Angel (dia mengaku memberitahukan hal itu pada teman-temanku di IT namun anehnya saya tidak mendapatkan reaksi apapun dari mereka), Alhamdulillahnya, anak kelasku tidak terhasut oleh Angel. Begitupun guru-guru kawasan saya berguru sekarang.

Dan semanjak itu saya menjauhi Farrel, dan untungnya belum ada lagi rapat sekbid jadi saya tidak bertambah pusing. Dan entah kenapa saya jadi takut kalau bertemu dengannya. Dan perasaan yang sempat memudar sebab kebaikan hatinya kembali dating bahkan lebih parah lagi. Aku merasa saya dan ia berada pada dunia yang berbeda.

Sesungguhnya Aku Menyayangimu (Stranger)
Aku mengusap air mata yang keluar dari pelupuk mata. Aku memang nggak anggun dan popular. Dan saya anak yang pendiam dan garing. Karena itu saya sering gagal bekerjasama dengan orang lain apalagi cowok. Ditambah saya anak yang aneh. Aku pun berdiri dan merapihkan mukena kemudian berdiri berjalan menuju ke kelas.
“Woi muna!” sahut Angel dkk ketika saya melewati gerombolan mereka.
“Eh, Kasihan banget sih Farrel” celoteh temannya yang lain. “Udah tahu banyak cewek anggun yang ngantri, tapi tetap aja milih yang abal” saya pun yang berusaha untuk tidak peduli terus berjalan menuju kelas. Walaupun berusaha membendung air mata.
***

“May” kami yang sedang makan di Kantin menoleh. Farrel berdiri di belakangku.
“Kenapa?” tanyaku.
“Gue mau ngomomg sama lo di Perpus” jawabnya.
“Kenapa nggak disini aja?” saya balik bertanya.
“Ini penting May” jawab Farrel. “Gue minta klarifikasi dari lo” pinta Farrel. “Sekarang”

Akhirnya saya berdiri dan berjalan mengikuti Farrel ke pinggir Kantin. Sayangnya saya bertemu dengan gerombolan Angel.
“Woi perek! Jauhin Farrel, ia nggak pantes buat lo!” seru Angel memancing perhatian.
“Gel, maksud lo apa sih?” Tanya Farrel nggak mengerti.
“Lo nggak tahu rel?” Tanya Angel. “Dia bohong sama lo katanya belum pernah pacaran. Nyatanya?” Angel tersenyum sinis. Farrel mengalihkan pandangannya padaku.
“Dia nggak kisah sama lo?” tanyaku.
“Gue tahu May” kata Farrel. “Tapi kenapa lo harus terhasut dia? Padahal gue lebih tahu ceritanya dibanding dia?”
“Jadi lo lebih percaya sama kisah sepeda bopung itu daripada gue?” sahut Angel. Farrel meangguk.
“Jaga omongan wei” tiba-tiba Hana menyahut. “Biarpun ia nggak sekaya lo tapi ia lebih baik dibanding lo. Tahu diri lo mestinya”
“Lo jangan sok tahu Gel” kata Farrel. “Gue tahu kisah Maya yang benar. Gue juga sanggup ngerasain mindernya ia ketika merasa orang itu mungkin menyukai dia. Bukankah ia sering ber……May!” seru Farrel ketika saya menjauh.
***

Dan sejak itu kami menjadi menyerupai orang asing. Setiap rapat kami nggak pernah ngeributin hal-hal yang nggak penting lagi. Setiap pelajaran matematika ia nggak pernah gerecoki mejaku lagi. Setiap jam kosong saya nggak pernah ngeledekin ia kalau ia sedang main gitar di dekat pintu kelas (karena tampangnya lebih melas dibanding pengamen aslinya). Masing-masing asik dengan dunianya sendiri.
Ah, Farrel. Andai lo tahu apa yang ada dalam pikiranku ketika itu…
V.I.P
“Maya!” seru teman-teman ketika pulpen yang berputar di lantai kelas berhenti di depanku.
“Pilih siapa?” Tanya Nita. Aku terdiam.
“Jihan aja deh”
“Truth or dare?” Tanya Jihan.
“Dare”
“Truth aja deh” tawar mereka.
“Dih maksa” kataku. “Emang kenapa kalau saya milih dare?”
“Kalau dare kau samperin abang kelas yang pemuda terus bilang ‘I love you’”
“Dih!”seruku. “Nggak ada yang lain apa?”
“Tuh kan” kata Jihan. “Truth aja ya?”
“Emang kalian mau nanya apa sih?” tanyaku.
“Tentang perasaan lo ke Farrel, kau sayang nggak sama Farrel?” Tanya Jihan.
“Sayang” jawabku jujur. “Dia yang bikin saya ketawa. Dan ia baik banget”
“Terus kalau seandainya ia nembak lo, diterima nggak?” Tanya Jihan.
“Nggak tahu deh” saya menggeleng. “Sebenarnya gue nggak pengen punya pacar”
“Apa gara-gara gossip itu ya?” Tanya Jihan.
“Gosip itu nggak benar Ji” jawabku.
“Lo emang belum pernah pacaran kan?” Tanya Jihan lagi.
“Emang belum” jawabku . “Soalnya islam nggak ngajarin pacaran sebelum menikah. Lagian gue cuma cewek biasa dan ia anak populer. Mirip dengan ceritaku dengan Rio waktu masih di sekolah yang lama”
“Kata sahabat gue juga gitu sih” Kata Mira. “Tapi May, Angel and the gank memang lebay. Genknya Farrel biasa aja, malah mereka kesal gara-gara Angel.dkk angkatan kita dibenci sama abang kelas. Soalnya udah tukang bohong menduakan pula”
“Dia selingkuh?” tanyaku.
“Iya pas pacaran sama Farrel ia menduakan sama abang kelas” kisah Jihan. “Makanya diputusin sama Farrel. Lagian Farrel jadian sama ia juga sebab terpaksa kok”
“Pokoknya gue sepakat kalau Maya sama Farrel kita sepakat deh” kata
***

Kami tertawa-tawa di kedai teh poci. Selain kami berempat, ada Faiz pacarnya Hana beserta teman-temannya (termasuk Hilman gebetannya Syifa).
“May” saya yang sedang menyeruput es teh menoleh. Ternyata Kevin, kami cukup dekat di ekskul dayung
“Kenapa?” tanyaku.
“Kemarin ia ngomong sama gue” jawab Farrel. “Tentang lo”
“Hah?” saya bingung. Tumben ia ngomong ihwal hal pribadi. Pasti penting.
“Dia bilang sama gue” kata Kevin. “Dia sayang banget sama lo”
“Maksud lo?” saya resah walaupun berdebar juga.
“Lo nyadar nggak sih??” nada bunyi Kevin meninggi. “Lo nggak peka ya?”
“Gue sayang dia, gue suka dia” kataku sedikit emosi sebab campur aduk. “Tapi ia sanggup dapetin yang jauh lebih baik dibanding gue yang nggak ada apa-apanya!”
“May” nada bunyi Kevin melunak. “Dia nggak perlu cewek yang lebih anggun dan popular. Bagi ia lo udah cukup” saya hanya terunduk mendengar perkataan Kevin.
***

Aku menaruh baju olah raga kedalam tas. Aku menoleh kanan-kiri mendapati kelas yang sepi, entah kemana menghilangnya bawah umur kelas. Tiba-tiba saya mendengar sebuah lagu dan bunyi yang ku kenal. Lagu ini.. saya termenung Secondhand serenade stranger. Penyanyinya, saya menoleh dan mendapati Farrel dan gitar kesayangannya di depan kelas.
Turn Around
Turn Around and fix your eye in my direction
So there is a connection
I can't speak
I can't make a sound to somehow capture your attention
I'm staring at perfection
Take a look at me so you can see
How beautiful you are

You call me a stranger
You say I'm a danger
But all these thoughts are leaving you tonight
I'm broke and abandoned
You are an angel
Making all my dreams come true tonight
Aku terpana mendengar bunyi Farrel yang syahdu menyanyikannya. Hingga ia menyanyikan belahan klimaksnya.
Take a look at me so you can see
How beautiful you are
[x4]
Your beauty seems so far away
I'd have to write a thousand songs to make you comprehend how beautiful you are
I know that I can't make you stay
But I would give my final breath to make you understand how beautiful you are
Understand how beautiful you are
Aku pun tidak menyampaikan apa-apa hingga ia selesai menyanyikan lagunya. Meninggalkan sunyi yan cukup mencekam kelas. Entah kenapa rasa takutku menyerang lagi, mana hanya saya dan ia yang berada di ruangan itu. Aku berjalan menuju pintu kelas namun ketika saya akan lewat didepannya ia berkata dengan lirih, “May, apa harusnya dulu gue sama Angel nggak jadian ya agar ia gak ganggu lo dan bikin lo ngejauhin gue”

Aku pun membeku di tempat. Perlahan saya menggeleng dan bergumam, “Nggak ada yang salah rel”
“Gue minta maaf May” kata Farrel akhirnya. “Karena gue lo merasa susah, sebab gue lo jadi minder. Dan sebab gue mereka ngejelekin lo dan gue nggak sanggup ngapa-ngapain. Dan hingga nyeret anak sekolah lo yang lama. Padahal lo nggak pengen nyeret mereka”
“Nggak pa-pa” kataku. “Woles aja, mungkin itu udah resiko buat gue” saya mulai keluar.
“Lo mau kemana?” Tanya Farrel.
“Gue mau keluar Rel” jawabku. “Gue nggak nyaman kalau Cuma kita berdua doang di sini. Lawan jenis pula”
“Ya udah, gue panggil temen-temen lo” Farrel beranjak menuju jendela. “Woi, nongol lo semua!”

Aku pun terpana, ternyata mereka dari tadi ngumpet di jendela? Ya ampun… jadinya Farrel kembali ke posisinya semula, dan saya memandangi keempat temanku yang dari tadi cengar-cengir saja.
“Hmm….May” panggil Farrel. “Gue resah ngucapinnya”
“Lo kan udah minta maaf ke gue?” tanyaku bingung.
“Ya udah deh saya nyanyi lagi” kata Farrel. “Dengar dan pahami maksud gue”

Aku pun menunggu lagu apa lagi yang ia nyanynyikan. Dan saya terpana ketika ia menyanyikan lagu Yovie and the nuno yang berjudul “Tak sekedar hanya jadi temanmu”
Ingin ku bukan hanya jadi temanmu
Atau sekedar sahabatmu
Yang rajin dengar ceritamu
Tak perlu hanya ketulusan

Akupun terpana mendengar lagu tersebut. Dia nembak aku? Tanpa sadar ia berhenti menyanyi, menunggu reaksiku.
“Terus gue harus ngomong apa?” tanyaku bingung. “Aku.. saya gres pertama kali diginiin”
“Cuma minta balasan dari lo kok” jawab Farrel. “Tapi ini juga pertama kalinya buat gue sih”
“Tapi bukankah lo pernah nembak Angel?” tanyaku. “Dia kan mantan lo”.
“Itu terpaksa May” jawab Farrel.
“Lo nggak salah pacaran sama gue?” tanyaku pelan. “Dunia kita kan berbeda?”
“Tapi yang penting lo masih manusiakan bukan setan?” Tanya Farrel.
“Tapi teman-teman lo benar rel. Gue punya sisi anti social yang nggak lo tahu rel” kataku.
“Kata mereka mungkin lo aneh, munafik” kata Farrel. “Tapi apa anak kelas kita berpikiran I tu juga? Nggak kok, mereka nggak percaya dengan perkataan Angel. Dkk. Dan Gue bahagia sama lo sebab sisi kita bertolak belakang namun saling melengkapi”
Akhirnya saya terdiam. Tiba-tiba HPku berbunyi, dari Hana.
Ikuti kata hati lo. Jangan hingga nyesel.

Aku memandang Hana yang hanya nyengir (ya ampun, nih anak nggak banget deh). Akhirnya saya pun menghela nafas, saya siap mengeluarkan isi hatiku. Hasil merenung kalau hal itu memang akan terjadi.
“Rel, gue memang sayang sama lo. Gue memang suka sama lo” saya menghela nafas. “Tapi gue masih ingin memegang teguh pedoman agama kita rel. Sorry, gue nggak sanggup jadian sama lo”
***

Sekelas bahkan seangkatan sedikit gempar mendengar saya menolak Farrel. Padahal mereka tahu kalau kami memang dekat, dan bahkan sekelas bilang saya lebih hidup kalau saya dekat dengan Farrel.
Aku sempat goyah dalam mempertahankan pedoman agamaku yang meniadakan pacaran sebelum menikah. Apalagi ini untuk pertama kalinya saya menyukai dan mengasihi seseorang sehabis saya mengenalnya. Namun saya berpikir, memang lebih baik kami tidak bersatu dulu (kecuali kalau ia memang jodohku).

Karena masih banyak yang harus kami kejar dibanding kalau harus mengikatkan diri satu sama lain dalam relasi yang bahkan sanggup putus kapan saja (sangat rapuh). Dan ternyata Farrel menyetujui dan menghargai keputusanku. Dia pun mengaku kalau pacaran terkadang nggak ada manfaatnya. Masih banyak hal positif yang sanggup dilakukan.
So, jadi saya dan ia lebih baik dekat saja……

PROFIL PENULIS
Lahir lima belas tahun yang lalu, dan kini bersekola di Sekolah Menengah Pertama swasta di kelas sepuluh.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel