My Beloved Hana - Cerpen Romantis

MY BELOVED HANA
Karya Meisy Pratiwi

Dingin. Aku kedinginan, saya takut. Aku berada dimana? Aku bingung. Seseorang tolonglah aku!

Malam yang hambar menghiasi sebuah kota yang berada di daratan Inggris. Seorang lelaki muda berjalan lesu mengarungi jalan setapak yang berada di jalan Palm Street. Saat itu keadaan jalan tidak terlalu ramai lantaran jalan setapak itu berada disamping Taman Pearl. Lelaki itu berjalan dengan wajah tertunduk, tampaknya ia sedang terkena masalah. Ditengah dinginnya malam, ia terus berjalan mengarungi jalan itu kemudian menghentikan langkah kakinya dan mendongkakkan kepalanya keatas menatap langit malam yang agak mendung. Pandangan matanya mati, bahkan ketika ia menatap langit malam, matanya pun terlihat kosong. Di balik mata biru itu, terlihat rasa sedih dan keruh hatinya ketika itu.
“Hh…”
Ia menghembuskan nafas panjang, asap embun keluar dari mulutnya diiringi dengan tangan yang menggaruk kepalanya.
“Ternyata… memang tidak ada gunanya terus menyerupai ini. Ya… sudahlah.”
Lelaki itu mulai melangkahkan kakinya kembali, belum sejauh mungkin ia berjalan terdengar bunyi seseorang berlari dengan kencang menuju ke arahnya. Langkahnya terhenti, kemudian dari kejauhan ia melihat sesosok wanita berlari ke arahnya dengan raut wajah panik.
“AWAS!!!” Teriak wanita itu.
“AAA….!!” Jerit lelaki itu, ia terkejut.

 Malam yang hambar menghiasi sebuah kota yang berada di daratan Inggris My Beloved Hana - Cerpen Romantis
My Beloved Hana
BUUKK!!!
Tidak terelakan lagi, mereka berdua bertabrakan satu sama lain. Tubuh laki-laki itu terjatuh dan terduduk di jalanan dengan wanita yang terjatuh berada di pangkuan laki-laki itu. Ia meringis kesakitan.
“Adu… du… du… duh… sakit.” Ringisnya.
Perempuan itu menoleh ke arah sang lelaki, ia terkejut melihat yang ia tabrak, kemudian terperanjat kaget dan eksklusif berdiri.
“Aduh… maaf… maaf… maafkan aku.” Katanya, sambil membantu lelaki itu berdiri. Dan menyapu-nyapu baju sang lelaki yang sedikit kotor lantaran debu.
“Maafkan aku. Apa kau tidak apa-apa?” Tanyanya, cemas.

Laki-laki itu berdiri dan sambil mengibas-ngibaskan celana panjangnya yang kotor.
“Tidak apa-apa, kamu?” Jawabnya.
“Maafkan aku, saya yang salah. Aku cuma bingung, tidak tahu mau kemana.”
Tidak tahu mau kemana? Apa ia tersesat? Batin laki-laki itu.
“Memangnya kau ingin kemana?” Tanyanya.
“Aku tidak tahu. Ketika saya terbangun, saya sudah berada ditaman itu dan saya sangat panik kemudian berlari. Malahan gara-gara kecerobohanku, saya malah menabrakmu.” Ucapnya dengan nada yang agak malang.
“Jadi kau tidak ingat apa-apa?”
“Iya,”
“Hh… kenapa saya malah terpojok dalam situasi yang menyerupai ini. Baiklah, sementara ini kau boleh ikut dan tinggal di rumahku hingga kita menemukan seseorang yang mungkin mengenalmu.”

Setelah laki-laki itu berkata demikian, wajah sang wanita berwajah jelita itu bersemi cerah.
“Ha… terima kasih… terima kasih banyak!” Teriaknya, senang. Lalu eksklusif memeluk lelaki itu dengan eratnya. Lelaki itu menjadi salah tingkah dan wajahnya pun mulai memerah.
“Iya, sudah… sudah. Sama-sama. Tapi kalau dilihat-lihat, kau bukan orang dari negeri ini. Aku belum tahu namamu, namaku Oz Bezarius.”
“A… nama… namaku… ha… na. Iya! Hana.” Jawabnya.
“Senang bertemu denganmu, Hana.” Ucap Oz, sambil menjabat tangan Hana.
“Iya, Oz. sekali lagi terima kasih banyak.” Ucap Hana.
Lalu mereka berdua berjalan bersandingan, menuju rumah Oz. tapi yang belum Oz ketahui ialah kenyataan bahwa ia telah memungut Hana dan membiarkannya tinggal di kediaman Bezarius. Seorang anak dari keturunan bangsawan, keluarga Bezarius. Dan fakta dari mana asal dan usul Hana dan bagaimana ia hingga berada di daratan Inggris. Dan takdir yang telah mempertemukan mereka tanpa disengaja.
***

KREEK…
“SELAMAT DATANG. TUAN MUDA, OZ.”
“A……..”

Hana terkejut melihat rumah Oz yang besar dan ribuan pelayan yang menyambutnya. Mulutnya ternganga, tubuh Hana membeku. Ia tidak menyangka kalau Oz ialah seorang tuan muda, padahal penampilannya biasa-biasa saja.
“A… a… Oz…” Kata Hana dengan nada bergetar.
“Tenang saja,” Jawab Oz, datar.
“TUAN MUDA, OZ!”
Terdengar bunyi teriakan menuju kearah mereka berdua, terlihat pelayan wanita paruh baya berlari menghampiri Oz.
“Tuan muda! Kemana saja tuan selama ini.” Sahut sang pelayan, cemas.
“Aku cuma mencari udara segar. Spetto tolong beri ia baju ganti dan bersihkan dia, badannya kotor.” Kata Oz.

Ketika Oz menyuruh Spetto untuk membersihkan Hana, ia kebingungan.
“Maaf, tuan muda. Bukannya saya lancang, tapi dari tadi saya tidak melihat siapa pun disebelah anda.” Sahutnya.
Oz terkejut, ia pun ikut kebingungan. Lalu ia menatap Hana yang mulai menundukkan kepalanya.
“Ah, maaf. Mungkin hanya halusinasiku saja.” Gumamnya.
“Oh iya, tuan. Baknya sudah di isi dan makan sudah siap.”
“Iya, terima kasih.”
Ia kemudian berjalan menelusuri lorong rumahnya yang besar diikuti Hana yang masih tertunduk dibelakang. Perasaan curiga mulai muncul di hatinya. Tidak mungkin orang-orang tak melihat dirinya, jelas-jelas ia Mengapa orang-orang tidak menyadari kehadiran Hana? berada di sampingku. Batinnya. Mereka berdua memasuki kamar dengan ruangan yang luas dan mempunyai daerah tidur serta perabotan yang mewah. Wajah Hana yang awalnya tertunduk, menjadi terperangah kagum melihat kemewahan kamar yang di diami Oz. Oz menghembuskan nafas lega melihat raut wajah Hana yang mulai mencerah. Tanpa sadar ia tersenyum lembut sambil menatap wajah Hana yang jelita. Lalu Hana pun tanpa sadar menoleh kearah Oz, dan mata mereka berdua pun beradu. Oz terperangah kaget dan ia mulai mencicipi kedua belah pipinya memanas, melihat reaksi yang diberikan Oz, Hana hanya tertawa geli dan tawa itu disambut dengan Oz yang membuang mukanya.
Malam itu Hana tidur diatas kasur Oz, sedangkan Oz tidur diatas sofa yang berada tak jauh dari Hana. Hana yang waktu itu gres selesai mandi, mendapati Oz telah tertidur pulas diatas sofa. Ia menghampiri Oz, dan menyela rambut pirang Oz yang sedikit menutupi wajahnya. Wajah rupawannya pun terpampang dihadapan Hana, mulai dari pertama bertemu, Hana sudah tertarik kepada Oz. Ia menyukai kepribadiannya yang hambar tetapi ada sifat penyayang dan penolong dalam dirinya. Tapi ia heran, setiap kali bertatap mata dengan Oz, mata biru yang damai itu terlihat kosong. Hana eksklusif membuang jauh-jauh pedoman itu, dan ia mulai mendekatkan wajahnya ke Oz yang sudah tertidur pulas.
“Terima kasih Oz, lantaran kau telah berbaik hati menolongku.” Ucapnya sambil tersenyum lembut.
Dalam durasi 3 detik sehabis Hana berterima kasih, ia pun eksklusif mengecup pipi Oz dengan lembut. Lalu beranjak naik ketempat tidur, dan merebahkan tubuhnya yang lelah. Dan alam bawah sadar pun telah menguasainya.

Pukul 05.30 PM

“Hm!”
Oz terbangun dari tidurnya dan eksklusif terduduk. Ia memegang pipinya dan merasa seseorag telah mengecup pipinya ketika ia sedang tertidur. Lalu dengan sigap ia menoleh kearah daerah tidur yang sudah terlihat kosong dan tertata rapi. Oz panik dan berlari keluar kamar. Para pelayan galau dengan tingkah laris Oz yang sedang mencari-cari sesuatu.
“HANA!” Teriaknya
Ia mengelilingi sebagian besar Mansionnya, baik dihalaman depan maupun di seluruh ruangan yang ada di mansionnya.
“Hana! Hana! Ha… na…?”
Teriakan Oz terhenti ketika melihat sosok wanita yang sedang berdiri di tengah-tengah taman bunga mawar. Ia mencoba untuk memetik setangkai bunga mawar, bola mata Oz membesar ketika melihat tangan mungil itu memegang mawar yang mulai mekar.

SIING…
Tangan itu tembus pandang, dan tidak sanggup menyentuh kelopak mawar itu. Hana menghembuskan nafas panjang dan mulai menundukkan wajahnya. Rambutnya yang panjang terurai ditiup lembut oleh angin pagi. Rambutnya melayang-layang kebelakang.
“Ternyata… memang benar dugaanku,” Gumamnya.
Ia kemudian membalikkan badannya, Hana terperanjat kaget dan bola matanya mulai membesar ketika melihat seseorang yang sedang berdiri dihadapannya dengan raut wajah terkejut. Oz! Batin Hana. Mereka berdua saling bertatapan, Oz memperlihatkan tatapan tak percaya kepada Hana. Keringat hambar mulai terasa di tubuh Hana, rasa terkejut yang sama-sama mereka rasakan. Sungguh sesuatu yang sangat tak terduga.
“O… o… Oz.” Kata Hana dengan nada terputus.

Oz sangat terkejut dengan pemandangan yang gres saja ia lihat. Pantas saja para pelayan tidak sanggup melihatnya. Batinnya. Oz mulai melangkah mundur, ia mulai membalikkan tubuhnya.
“Tunggu, Oz! Aku sanggup menjelaskannya! Kumohon.” Ucap Hana. Terasa air mata mulai membendung di sela-sela matanya.
Oz mengurungkan niatnya untuk pergi, ia berjalan menghampiri Hana yang masih membendung air matanya. Ia kemudian memegang wajah Hana, dan mengusap air mata Hana yang sedikit keluar dengan lembut. Tidak ada senyuman yang telukis di bibirnya, dan dalam sekejap ia eksklusif mendekap Hana dalam pelukannya. Hana terperangah kaget, air mata yang sudah mulai membendung balasannya terlepas dalam pelukan Oz dan ia pun memeluk erat tubuh Oz yang hangat.

“Aku terbangun dan tidak tahu dimana saya berada. Aku pun tidak ingat wacana diriku sendiri dan apa yang telah terjadi kepadaku. Yang kuingat hanyalah sebuah nama yaitu ‘Hana’. Dari awal saya sudah menyadari kalau tubuhku tembus pandang dan tidak sanggup memegang sesuatu di tanganku. Mungkin dalam artian saya sanggup disebut sebagai arwah. Sepertinya cuma kau yang sanggup melihatku di rumah ini.”
Dikelilingi oleh ribuan mawar yang tertanam, Hana menjelaskan semua yang tidak diketahui Oz. Dengan panjang lebar Hana menjelaskan, sedangkan Oz mencoba menghayati klarifikasi yang diberikan kepadanya. Sejenak sehabis Hana menuntaskan perkataannya, mereka berdua melamun dan tidak berkata satu sama lain.

WHUUS….
Angin pagi berhembus lembut, menerpa dua manusia yang masih belum mengerti dengan kebersamaan yang masih belum mereka sadari dan takdir yang telah ditentukan untuk mereka. Tiba-tiba Oz berdiri, kemudian mengulurkan tangannya ke Hana sambil menatap kearah lain. Hana menoleh, ia merasa takut meraih tangan Oz yang kokoh.
GYUUT!!
Tanpa isyarat Oz eksklusif menarik tangan Hana dan menyuruhnya untuk berdiri. Hana terkejut dengan tindakan Oz, Apa ia murka kepadaku?
“Tung… tunggu, Oz. Kita mau kemana?” Ucap Hana.
Oz tidak menjawab pertanyaan Hana dan terus menyeret tangan Hana selama ia berjalan. Hana hanya sanggup pasrah dan mengikuti kemana Oz pergi, ia sangat menyesal lantaran tidak memberitahukan perihal ini kepada Oz lebih awal. Dan kini ia sangat marah, Hana di bawa kembali ke dalam kamar Oz. Ia dilempar ke kasur dengan kasar, Hana menjerit kecil.
“Kyaa!” Ringis Hana.

BRAAK! CLEK.
Oz membanting pintu kamar dan menguncinya, ketika itu Hana sangat ketakutan pada Oz. Mata bitu itu terlihat kosong sama sekali, tidak ada rasa kasihan lagi pada tatapan itu. Oz mendekati Hana yang berada di atas kasur, ia mendekatkan wajahnya ke Hana. Hana sangat ketakutan ketika itu, ia mulai menutup wajahnya dengan tangan tapi Oz eksklusif menepis kedua tangan dan memegangnya erat-erat. Saat itu Hana benar-benar melihat mata biru oz dengan jelas, tatapannya kosong. Hana terhenyak beberapa ketika oleh mata biru yang damai itu, entah kenapa tatapan itu menyerupai menangis. Tanpa sadar Oz pun mencicipi hal yang sama, kali ini mata Hana yang ia perhatikan. Tatapannya sangat hangat, sudah niscaya bahwa wanita yang berada di depannya ketika ini bukanlah berasal dari negeri ini. Mata hitam menyerupai langit malam, tapi memperlihatkan aura hangat kepada dirinya. Perlahan genggamannya pun melonggar, memperlihatkan ruang untuk tangan Hana bergerak. Tapi Hana tidak kabur, ia malah memegang lembut pipi Oz ia terus memperhatikan mata biru itu. Mereka berdua bertatapan satu sama lain.

TEESS…
Air mata mengalir dari kedua belah mata Hana, Oz kaget melihat pemandangan ini. Ia berusaha untuk menarik tubuhnya kembali, tapi mata hitam itu tidak sanggup membuatnya bergerak. Air mata Hana terus mengalir dengan derasnya, tapi ia tidak terisak melainkan terus memegang wajah Oz. Entah kenapa… tatapan itu begitu menyedihkan. Kau telah melalui hal yang menyedihkan, Oz. Batin Hana.
“Oz…”

GYUUT…
Hana menarik tubuh Oz dan memeluknya dengan erat, Oz yang membeku hanya sanggup membalas pelukan hangat itu. pelukan hangat yang tidak pernah ia rasakan beberapa tahun ini semenjak Ibunya meninggal. Lalu air mata pun mulai terasa mengalir di pipinya. Hana yang semenjak itu memeluknya, mulai melihat secercah masa kemudian Oz. masa kemudian yang sangat menyedihkan dan mengharukan, membuat ia yang menyerupai ketika ini. Hilangnya kasih sayang seseorang yang menyayanginya sangatlah berat. Dan berharap kasih sayang itu akan kembali terulang dalam dirinya.
***

DHEG!
Oz tersadar, ia masih berada dalam pelukan Hana. Perlahan ia melepaskan kedua tangan mungil yang melingkari lehernya, Oz mehembuskan nafas sehabis melepaskan tangan Hana. Ia melihat Hana yang sudah tertidur pulas dengan bekas air mata yang masih tersisa, ia mengatur tubuh Hana yang kesana kemari. Ia menyelimutinnya, sejenak ia duduk di samping kasur memperhatikan arwah yang kini hanya ia sanggup menyentuhnya. Mata biru itu kembali memperlihatkan tatapan kosong itu lagi, ia kemudian beranjak berdiri dari kasur dan pergi meninggalkan kamar dimana Hana sudah tertidur pulas. Ia berjalan melalui lorong Mansion yang luas, sebagian pelayan yang bertemu dengan Oz mengucapkan salam kepadanya. Ia terus berjalan dan hingga di depan pintu besar, ia membuka pintu itu. Terlihat serorang laki-laki renta sedang membaca sepotong arsip, ketika ia melihat Oz tiba ia menghentikan kegiatan membacanya. Dia berdiri kemudian menunduk, dan mengucapkan salam pada Oz.
“Selamat pagi, tuan Oz. Ada perihal apakah tuan tiba ke sini?” Tanyanya dengan bahasa yang sopan.

Oz berjalan menghampiri laki-laki renta itu.
“Aku minta kau mencari identitas seorang wanita yang berjulukan ‘Hana’. Serta dari mana asal usul keluarganya.”
“Bolehkah saya tau apa tujuan tuan?”
“Kau tidak perlu mengetahui yang satu ini. Aku takut akan terjadi kemungkinan yang tidak terduga.”
Pria itu hanya menganggukkan kepalanya.
“Baik, kalau tuan bersikeras.” Jawabnya.
“Kalau begitu saya tunggu informasinya.”
Oz kemudian berjalan meninggalkan ruangan dan laki-laki itu. Pintu ruangan itu tertutup rapat dan dengan tatapan tajam Oz berjalan melalui koridor. Para pelayan yang memperhatikan Oz terlihat ketakutan kepada tuan muda mereka, mereka pun dengan kikuk mengucapkan salam kepada Oz. Sisi lain dari Oz yang sudah usang tidak ia perlihatkan akhir-akhir ini, sangat membuat semua orang yang berada di dalam mansion itu ketakutan. Sebuah sosok mungil terlihat dibalik pilar mansion yang besar dan tinggi, Hana memperhatikan Oz dengan tatapan cemas dan ketakutan. Tatapan itu lebih dari sekedar tatapan kosong maupun menangis, tetapi juga memperlihatkan sisi gelap dari Oz. Hana mencoba untuk mendekati Oz, tapi ia mengurungkan niatnya dan tetap bersembunyi di balik pilar dan membiarkan Oz yang tidak tahu dimana ia berada hanya melewatinya. Hana menundukkan wajahnya, rasa ingin menghilangkan tatapan itu sangatlah kuat. Tapi apa yang sanggup ia lakukan, ia hanyalah arwah ingin tau yang tidak tahu siapa dirinya sendiri dan tidak sanggup menemukan raganya. Cepat atau lambat, ia akan segera pergi dari permukaan bumi. Ia tidak tahu apakah ia masih hidup atau sudah mati. Yang ia harapkan ialah keajaiban yang akan tiba menantinya.

Indonesia, di waktu dan daerah yang berbeda….

Di sebuah kota yang terletak di tengah-tengah Pulau Java, terdapat sebuah Mansion yang besar dan hanya di kelilingi hutan dan lautan yang luas. Halaman yang luas dan mansion yang besar membuat mansion itulah satu-satunya yang terbesar di pulau itu. Terlihat seluruh orang-orang yang berada di Mansion itu sedang beraktivitas untuk memenuhi kiprah mereka sebagai pengikut. Jauh di dalam Mansion terdapat sebuah kamar besar berisi tiga orang dan seorang wanita muda jelita yang sedang terpejam diatas daerah tidur dengan infus dan alat pendeteksi jantung di sampingnya. Seorang Dokter memperlihatkan berkas informasi kepada laki-laki paruh baya yang berada di depannya, laki-laki itu mendapatkan dan membaca berkas itu. Dengan serius ia membaca tiap kalimat yang tertulis di berkas itu, raut frustasi tertera di wajah laki-laki itu sehabis membaca lembaran berkas itu. ia menghembuskan nafas berat kemudian memandang wajah wanita muda yang sedang terbaring lemah dengan mata terpejam di atas daerah tidur. Air mata sedikit keluar dari sela mata laki-laki paruh baya itu, melihat orang tercinta mengalami saat-saat sulit sangatlah menyakitkan.
“Mungkin, ia tidak akan pernah membuka matanya untuk kita.” Ucap sang Dokter dengan nada sedih.

Pria itu hanya menatap wanita itu dengan tatapan sedih dan tidak menjawab perkataan Dokter tersebut. Melihat hal itu, Dokter tersebut melangkahkan kaki keluar dari kamar besar itu. Pria itu berdiri termanyun melihat keadaan wanita muda yang sudah bertahun-tahun ia rawat hingga sebuah bencana tragis menimpa wanita itu. Ia terjatuh dari tebing ketika ia sedang berjalan-jalan di sekitar halaman belakang Mansion yang datarannya lebih tinggi. Ia sangat beruntung sanggup bertahan dan tidak meninggal, tetapi ia tidak bangkit dari tidur pulasnya. Ia mengalami koma dan Dokter gres saja memvonis bahwa mungkin ia tidak akan membuka matanya untuk selamanya dan hanya akan hidup dalam keadaan koma.
“Nona Hana… kenapa berakhir menyerupai ini…” Ucap sang laki-laki renta dengan nada sedih. Air matanya mengalir menatap tubuh lemah yang terbaring itu.
Nona muda yang telah ia rawat dari kecil semenjak Ayah dan Ibunya meninggal jawaban kebangsawanan mereka membuat mereka berakhir dibunuh secara mengerikan. Dan meninggalkan hebat waris kepada putri tunggal mereka untuk terus mengurus bisnis keluarga Sakurami. Selama putri dari Keluarga Sakurami mengalami koma, laki-laki renta itulah yang sementara menggantikan bisnis keluarga atasannya.
“Kenapa berakhir menyerupai ini… kenapa senyuman nona tidak telukis lagi di bibir nona… nona…” Isak sang laki-laki tersebut.
Senyuman yang mungkin tak lagi ia lihat dari nona muda tersayang. Wajah besar hati sang nona muda yang telah pudar, dan mustahil akan kembali lagi. Mansion itu terlihat suram semenjak sang nona muda koma, seluruh pelayan sedih tidak pernah melihat wajah ceria sang nona muda yang selalu menghiasi hari-hari mereka. Akankah ini terus berlanjut atau takdir akan memperlihatkan kekuatannya untuk mengembalikan senyuman nona muda Sakurami. Seorang putri dari darah biru ternama yang sering membuat para darah biru lain berusaha mengincar harta dan martabat mereka serta tidak segan-segan membunuh dan menganiaya mereka. Seorang wanita muda yang sedang terbaring koma dan seluruh orang yang menyayanginya berharap untuk kesembuhannya. Sehingga mereka sanggup melihat kembali senyuman seorang nona muda….. Hana Sakurami…
***

DHEG!
Jantung Hana berdegup kencang, sesuatu telah terjadi. Ia memegang dadanya, mencicipi perasaan yang gres saja ia rasakan. Perasaan apa ini? Ini… seperti…

TEESS…
Tanpa sadar air mata Hana mengalir dari kedua belah matanya, ia memegang pipinya yang mulai basah, ia galau kenapa dadanya terasa begitu sesak. Perasaan sedih yang sangat luar biasa ia rasakan dari dalam hatinya, semua begitu familiar baginya. Dalam kamar yang luas itu banyak sekali perasaan bercampur aduk dalam hatinya, air mata tak henti-hentinya mengalir. Ia tidak tahu mengapa air matanya terus mengalir, tidak ada sebab. Yang hanya ia rasakan hanyalah rasa sedih yang sangat luar biasa, tidak tahu bersumber dari mana. Kemudian dalam sekejap, seluruh bayangan memori akan dirinya muncul di pikirannya. Semakin deras air matanya keluar, semakin jelaslah ingatan itu. Hana telah ingat siapa dirinya, dari mana ia berasal dan mengapa ia menjadi arwah penasaran. Begitu ia mengingat semuanya, air mata itu tidak terlelakan lagi. Ia menangis terisak lantaran ingatan yang telah kembali, yang ia ketahui.
“Hiks… aku… kenapa… kenapa menyerupai ini… paman… PAMAN!!!” Jerit Hana.
Ia menangis dengan kencang, semua penyesalan ia keluarkan dari dalam dirinya melalui tangisan yang semakin menjadi-jadi. Pintu terbuka, terlihat sosok Oz memasuki kamar dimana Hana berada. Ia tercengang melihat Hana menangis dengan kuatnya, tubuhnya membeku tidak sanggup bergerak ketika melihat sosok Hana yang sedang menangis hebat. Tapi di ketika itu Hana menyadari kehadiran Oz, ia menoleh ke Oz. Hana menghampiri Oz yang sedang membatu melihat dirinya berlinang air mata. Ia memegang bahu Oz dan ia membebankan dirinya pada Oz, Hana tak sanggup menopang tubuhnya sendiri dan ia pun terduduk begitu pula dengan Oz. Oz hanya tercengang melihat, kemudian ia pun sadar dan mulai merangkul tangan Hana memegang wajah Hana yang jelita serta mengusap air mata yang telah membasahi wajahnya.
“Hana. Kamu kenapa?” Tanyanya lembut.
“Oz… aku… aku… aku…”
“Tenanglah, Hana. Aku ada disini, kini katakan. Apa yang ada di dalam pikiranmu sekarang.”

Hana yang masih terisak tidak menjawab pertanyaan Oz, ia hanya menundukkan wajahnya dan terus mengeluarkan air mata. Oz menghembuskan nafas berat, ia tidak tahu lagi cara untuk menenangkan Hana. Ia tidak terlalu akil menangani seorang gadis, selama hidupnya tidak ada figur seorang wanita yang menyerupai ini kepadanya. Hanya Spetto yang selalu merawatnya dari kecil, semenjak Ibunya meninggal Oz tidak diperhatikan oleh Ayahnya. Ayahnya menghilang begitu saja tanpa meninggalkan kabar, menghilang dari kehidupan Oz yang perlahan-lahan menjadi suram. Tatapan kosong kembali terpampang di mata birunya, isak tangis Hana berhenti melihat tatapan itu. Hana sadar apa yang gres saja ia lakukan ialah hal yang salah. Ia kemudian mulai mengusap air matanya sendiri dan kembali menatap Oz yang sudah tertunduk membisu dan tidak memperdulikan isak tangis Hana lagi. Hana yang mempunyai impian untuk menghilangkan tatapan kosong di mata biru itu, dengan lembut ia memegang wajah Oz, merasa hangatnya tangan itu Oz tersadar dari lamunan gelapnya. Ia terperangah melihat wajah Hana yang tak lagi menangis melainkan menatapnya dengan senyuman lembut dan tatapan mata yang menghangatkan dirinya dalam sekejap.
“Jangan… jangan kau berikan lagi tatapan itu padaku. Kumohon.” Ucap Hana sembari tersenyum.
Bola mata Oz membesar, raut sedih mulai terlihat di wajahnya. Di sela-sela matanya mulai terlihat air mata, ia memejamkan matanya dan butiran air mata pun mengalir melalui sela-sela matanya. Hana selalu memperlihatkan senyuman lembut dan tatapan yang hangat, sedangkan dia… ia selalu memperlihatkan tatapan hambar yang kosong kepada Hana. Rasa penyesalan berkecamuk dalam hatinya, kemudian dalam sekejap tangan hana memeluk erat Oz yang terpejam sedih menyesali penyesalannya. Dengan mata terpejam, Hana mendekap hangat Oz dengan senyuman lembut walaupun memorinya sudah kembali ia masih harus mewujudkan keinginannya untuk menghilangkan tatapan kosong itu. Setelah beberapa menit berpelukan, Oz mendorong tubuh Hana dengan lembut tanda untuk menyudahi untuk menenangkannya. Dia kemudian membopong tubuh Hana yang masih lemah duduk di atas daerah tidur, ia kemudian duduk di samping Hana yang sudah menatapnya dari tadi. Maafkan aku… batinnya sambil menatap wajah hana dan membelainya. Ketika tangan Oz membelai wajah Hana, Hana memegang kembali tangan Oz dan mendekapnya dalam wajahnya yang jelita. Oz terhenyak kaget melihat kehangatan yang diberikan Hana kepadanya, kehangatan yang selalu ia berikan semenjak ia tinggal di mansionnya.
“Hana… maaf… maafkan aku.” Desisnya.
“Hm, minta maaf untuk apa?”
“Karena selama ini aku… saya telah berlaku kasar kepadamu.”
“Oz… kau tidak pernah sekalipun berbuat kasar kepadaku. Kenapa kau yang minta maaf kepadaku. Justru saya yang berterima kasih kepadamu, lantaran kau berbaik hati membiarkan saya tetap berada disisimu.” Kata Hana, sambil memegang tangan Oz.
“Tapi… tapi…”
“Hush… sudah. Aku tidak mau kau menjadikanku sebagai beban. Tapi kumohon, jangan kau berikan tatapan kosong itu lagi.”

Oz tertunduk.
“Aku tahu semua ini berat untukmu. Tidak gampang untuk melupakan semua penderitaan yang selama ini kau alami. Aku juga merasakannya…”
Sejenak Hana menghentikan perkataannya.
“Aku… ingatanku sudah kembali.”
Kaget, Oz kaget mendengar kata-kata yang diucapkan hana. Wajahnya tak tertunduk lagi.
“Apa?! Benarkah?”
“Iya,”
“Jadi kau ingat segalanya?”
Hana menganggukkan kepalanya. Pembicaraan mereka kini menjadi serius, suasana menjadi tegang.
“Namaku sebenarnya… Hana… Hana… Sakura…”

BRAAAK!!!!
Pintu kamar Oz terbuka dengan kerasnya, sosok laki-laki renta yang pernah bertemu dengan oz terlihat di depan pintu. Wajahnya memperlihatkan raut serius, ia menatap Oz yang sedikit terkejut lantaran bantingan pintu itu.
“Maaf, tuan muda. Tapi tuan muda harus pergi keruang kerja sekarang, ini soal undangan yang tuan olok-olokan kepada saya.”
Ternyata ia sudah mendapatkannya. Batin Oz.
“Iya. Pergilah terlebih dahulu, saya akan menyusul.” Ucap Oz dingin.
Pria itu meninggalkan Oz, Oz menatap Hana yang masih kebingungan. Permintaan apa? Batin Hana.
“Hana, tunggulah disini. Ada urusan yang harus kuselesaikan.”
Lalu ia pun meninggalkan Hana seorang diri dalam kamar diiringi tatapan cemas darinya. Oz kembali berjalan menuju ruangan itu, dengan rasa ingin tau sekaligus lega.
Sementara itu di ruang kerja…
Pria renta itu menyambut Oz yang memasuki ruang kerja, ia kemudian menyodorkan sebuah berkas kepadanya. Dan ruangan pun menjadi gelap, sekejap sebuah layar televisi besar menampangkan sebuah gambar silsilah keluarga Oz. Di situ Oz galau dengan apa yang sedang ditunjukkan kepadanya, ia tidak mengerti.
“Ini ialah silsilah keluarga tuan, Keluarga Bezarius. Mereka berkerja sama dengan Keluarga Sakurami semenjak lama. Tapi lantaran Ayah anda merasa kolaborasi itu kurang efektif, muncul impian untuk mendominani bisnis besar yang dimiliki oleh Keluarga Sakurami. Ayah anda menjadi gelap mata dan membunuh tuan besar sakurami beserta istrinya.”
Oz terperanjat kaget mendengar perkataan laki-laki yang berada di hadapannya.
“Tapi putri tunggal dari Keluarga Sakurami menghalangi jalan Ayah anda untuk menguasai bisnis besar itu. Dan ia pun mengirim suruhan untuk membunuhnya, gadis itu terjatuh dari tebing di belakang Mansion. Tetapi dari kabar yang saya dengar, putri tunggal Sakurami tidak meninggal. Sekarang ia mengalami koma, dan hingga ketika ini masih belum ada kabar wacana keadaannya. Saya tidak tahu mengapa tuan mempertanyakan wacana perihal Keluarga Sakurami.”
“Lalu siapa nama putri tunggal Keluarga Sakurami?” Tanya Oz, penasaran.
Pria renta itu berjalan menuju file yang berada di atas meja, ia kemudian meraihnya dan membacanya.
“Dari informasi yang saya dapatkan, mungkin Hana yang tuan cari ialah gadis ini. Putri tunggal Keluarga Sakurami yang sedang dalam kondisi koma berjulukan Hana Sakurami. Cuma ini informasi yang saya dapat, tidak ada orang lain berjulukan Hana lagi yang sanggup saya temukan.”

GLEGAR!!!
Petir di siang hari menyambar, Oz terkejut mendengar perkataan laki-laki renta yang ada didepan matanya. Ia teringat akan perkataan Hana yang sempat terputus, ‘Oz… namaku sebenarnya… Ha… Hana… Hana Sakura…’ Jangan-jangan! Batinnya. Pada ketika itu Oz eksklusif berlari keluar dari ruang kerja dengan panik. Ia berlari kencang melalui koridor dan menuju kamar dimana Hana berada dengan tergesa-gesa. Ketika ia hingga didalam kamar, mata Oz terbelalak melihat pemandangan yang ia lihat. Hana pun terlihat panik, rasa cemas terlihat melalui wajahnya.
“O… Oz. Kenapa… apa yang terjadi dengan tubuhku?!”
Tubuh Hana tembus pandang dan perlahan-lahan menghilang, Oz dengan cepat menghampiri hana yang panik.
“H… Hana! Apa yang sedang terjadi?”
“Aku tidak tahu! Tiba-tiba saja eksklusif menjadi menyerupai ini. Oz! apa yang terjadi?! Tolong aku?!” Jerit Hana.
Oz tidak tahu apa yang harus ia lakukan, tidak ada cara lain untuk menolong Hana. Ia hanya terus berdoa biar ia tidak berpisah dengan Hana sekarang. Masih banyak hal yang ingin ia pertanyakan kepada Hana, dan juga kenyataan bahwa Ayahnyalah yang membunuh kedua orang renta Hana dan membuatnya mengalami koma. Secara perlahan tubuh Hana semakin menghilang dan mulai terangkat keatas. Oz dan hana mencoba meraih tangan satu sama lain. Perpisahan ini terlalu cepat bagi Oz begitu pula dengan Hana, air mata terlihat terang dimata Hana dan raut wajah tak rela terlihat pula di wajah Oz. Tidak! Aku tidak ingin berpisah secepat ini! Batin Oz. Ia terus mencoba dan berusaha meraih tangan mungil Hana yang selalu memberikannya kehangatan, tapi semua itu tidak sanggup ia dapatkan lagi dari gadis yang tanpa sadar ialah gadis yang sangat ia cintai dan ia sayangi. Tangan itu pun tak sanggup ia raih dan dengan semakin menghilangnya sosok Hana. Hana menangis, air matanya membasahi wajah yang jelita.
“OZ!!”
SIING…
Dalam sekejap, sosok Hana pun lenyap. Oz teridam dengan tangan terulur, perpisahan itu terjadi begitu cepat dan juga Hana ialah Hana Sakurami. Putri tunggal Keluarga Sakurami yang jaya dan besar dalam dunia bisnis antar bangsawan. Dan juga lebih menyakitkan lagi, bahwa Ayahnyalah yang telah membuat Hana menderita dan membunuh kedua orang tuanya hanya demi harta dan kejayaan untuk meninggikan derajat. Hana telah pergi menghilang dari permukaan bumi. Sosok Hana yang selalu tersenyum walaupun ia sedang bersedih, sosoknya yang selalu menghibur Oz dan memperlihatkan kehangatan dan kasih sayang layaknya seorang Ibu tidak akan pernah di dapatkan lagi. Wajah cerianya dan juga senyuman lembut yang selalu sanggup membuat hati Oz luluh dan terpaku karenanya. Wajah Oz tertunduk, terpaku dan amarah berkecamuk dalam hatinya. Emosi bercampur aduk menjadi satu, ia mengepalkan tangannya, bendungan kesedihan yang ia tahan dari tadi sangat menyiksa batin.
“Hh…!! HANA!!!!”
Oz berteriak dan teruduk tertumpu di kedua kakinya. Meneriakkan kepergian seorang gadis yang sangat ia sayangi. Takdir. Takdir telah memperlihatkan tujuannya, jalan yang akan dilalui oleh Hana dan Oz telah terbuka. Dua manusia yang telah ditakdirkan untuk bersama tapi rintangan akan selalu tiba menghampirinya. Hanya takdir yang mengetahui final dari perjalanan mereka. Apakah Hana masih hidup atau ia telah tiada? Hanya takdir yang mengetahuinya. Kebenaran dari semua konflik yang mereka lalui.

***

TILT… TILT… TILT…
Alat pendeteksi detak jantung berbunyi diruangan sepi yang hanya berisi dua orang. Mark, tertidur di samping nona muda yang sangat ia sayangi, Hana Sakurami. Hana menyerupai anaknya sendiri, ia merawatnya dari kecil ketika kedua orang tuanya meninggalkannya sebatang kara. Dan sekarang, yang ia harapkan ialah kesembuhan bagi nona muda yang sedang terbaring lemah di sampingnya dengan mata terpejam. Ia tidak tahu akankah mata itu akan terbuka kembali untuknya, melihat wajahnya yang selalu mencemaskannya. Tidak ada yang sanggup ia lakukan, yang ada hanyalah ia terus berdoa memohon kesembuhan Hana kepada yang Maha Kuasa. Sehingga senyuman ceria sang nona muda sanggup menghiasi hari-harinya lagi, bunyi lembut yang menyapa dirinya.
“Hh…”
Mark terbangun dan terkejut mendengar bunyi kecil yang berasal dari samping telinganya. Ia mendekati telinganya ke wajah Hana, memastikan bahwa yang gres saja ia dengar itu tidak salah. Dengan hati-hati ia mendekatkan telinganya ke wajah Hana yang masih tertutupi oleh infus.
“Oz…” Suara samar terdengar dari verbal Hana.
Mark terkejut kemudian dengan sigap ia eksklusif berlari keluar kamar untuk memanggil Petugas Paramedis untuk memastikan bahwa apa yang gres saja ia lihat ialah benar. Para Petugas Paramedis berdatangan bersamaan dengan Mark, kemudian mereka mulai mengusut Hana. Dan hal yang menggembirakan mulai tiba untuk Mark.
“Mister, kini kondisi nona muda sudah stabil. Apa yang didengar oleh tuan itu tidak salah. Nona Hana sudah siuman, tetapi ia masih belum sanggup menggerakkan tubuhnya dulu.”
Betapa senangnya hati Mark mendengar klarifikasi Dokter yang gres saja mengusut Hana. Dengan cepat ia eksklusif menghampiri Hana yang telah membuka matanya, air mata mengalir di wajahnya yang mulai menua air mata kebahagiaan menunggu saat-saat yang sangat ditunggu-tunggunya.
“Nona Hana! Syukurlah… balasannya nona sudah sadar.” Ucapnya terharu.
“O… Oz…” Desis Hana.
“Oz? Siapa Oz, nona?”
“Oz…”

TEES…
Oz ialah nama pertama yang diucapkan Hana ketika siuman, dan air matanya pun eksklusif mengalir seiring dengan ia terus mengucapkan nama itu. Mark kebingungan dengan reaksi Hana yang eksklusif menangis, ia eksklusif memanggil seluruh pelayan yang berada di kediaman Keluarga Sakurami untuk menyambut kesembuhan sang nona muda. Seluruh pelayan yang ada di Mansion bersuka cita atas kesembuhan sang nona muda yang sangat mereka sayangi. Mereka menangis terharu melihat Hana sembuh dari koma yang selama ini mengurungnya. Kabar akan kesembuhan Hana sudah tersebar ke penjuru dunia dan ke keluarga darah biru yang lain terutama Ralp Bezarius, Ayah Oz. ia kesal dan murka mengetahui bahwa putri dari Keluarga Sakurami telah sembuh, usahanya ketika ini sia-sia. Dengan kesal ia melempar Koran yang memberitakan wacana kesembuhan hana.
“SIALAN! Kenapa gadis itu masih hidup?!” Geramnya.
“Aku tidak sanggup membiarkan hal ini!”
Dan pada hari itu juga ia pergi meninggalkan Amerika dan berpulang ke Inggris, ketempat dimana Oz berada. Hari berganti hari, ahad berganti minggu. Keadaan Hana semakin membaik, ia sudah sanggup melaksanakan kegiatan yang wajib ia lakukan yaitu melanjutkan bisnis kedua orang tuanya. Walaupun ia masih berada di bangku roda dan masih memerlukan istirahat yang panjang, tetapi ia bersikeras kepada Mark untuk melaksanakan semua kewajiban yang selama ini ia tinggal. Tentulah Mark tidak sanggup membantah perintah Hana, ‘Kan selama ini Paman yang mengerjakan semuanya. Sekarang giliranku yang melanjutkannya.’ Itu yang diucapkan Hana kepada Mark sambil memperlihatkan senyuman lembut kepada Mark. Hati Mark terenyuh dan menyerah pada undangan Hana, tetapi Mark menyuruh Hana untuk tidak terlalu banyak bekerja harus ada waktu istirahat yang cukup untuk tubuhnya yang masih lemah. Pada suatu hari Hana ingin pergi kehalaman belakang, dimana ia mengalami bencana naas tersebut. Mark bersikeras tidak memperbolehkannya untuk kesana, tapi Hana membantah.
“Paman! Kumohon! Aku akan berhati-hati.” Mohon Hana kepada Mark.
Mark ragu akan undangan Hana yang satu ini, rasanya berat membiarkan Hana pergi ketempat itu. Dan dengan nafas berat, balasannya ia pun memperbolehkan Hana. Wajah Hana berubah cerah menerima izin dari Mark.
“Tapi… nona harus diantar oleh pelayan. Supaya nona tidak berada di bersahabat tebing.”
“Iya.” Ucap Hana, senang.
Hana pun pergi bersama seorang pelayan diiringi tatapan cemas Mark. Ia takut membiarkan gadis itu pergi berkeliaran keluar Mansion, ia tidak ingin kali ini ia kehilangannya lagi.
Kediaman Bezarius…
“Tuan Oz, sarapan telah siap.”

Spetto mengantarkan kereta masakan untuk Oz yang berada di dalam kamar. Sejak Hana menghilang, ia jadi lebih sering mengurung diri dalam kamar dan tidak ingin berbicara dengan orang lain.
“Aku tidak mau makan,” Katanya, dingin.
“Saya mohon, tuan. Sudah beberapa hari ini tuan tidak makan, nanti tuan sakit. Saya mohon, sedikit saja.” Ucap Spetto, cemas.
“Kalau saya tidak mau, ya tidak!!” Bentak Oz.
Spetto ketakutan melihat Oz yang marah, Oz pun sadar bahwa kalimat yang ia katakan sangat kasar. Ia kemudian mendekati Spetto yang terpaku di samping kereta makanan, ia kemudian berdiri di hadapannya.
“Maaf, saya tidak bermaksud.” Kata Oz, menyesal.
“Tidak apa-apa, tuan muda. Saya yang salah lantaran saya memaksa tuan makan, padahal tuan tidak mau.”
“Tidak, saya yang salah. Aku ingin keluar, mencari udara segar.”
Oz kemudian berjalan keluar meninggalkan Spetto sendiri dalam kamarnya. Ia kemudian menuju taman dimana ia pertama kali mengetahui bahwa Hana itu ialah arwah yang tersesat. Taman mawar yang begitu luas dan juga harum semerbak yang menyebar lantaran angin pagi. Oz berdiri di tengah taman mawar itu, mengingat kembali kenangannya bersama Hana disitu. Dimana Hana menangis memohon Oz untuk mendengarkan semua penjelasannya dan dimana ia telah menyadari betapa ia sangat menyayangi Hana serta tidak ingin kehilangan sosok mungil nan jelita. Ia menerawang jauh keatas awan biru pada pagi itu, berharap suatu hari ia akan bertemu dengan Hana lagi dan sanggup memberitahu seluruh perasaan yang ada dalam hatinya. Aku merindukannya, saya merindukan sosok lembutnya, saya merindukan senyuman hangatnya, saya merindukan kehangatannya kembali. Tuhan! Pertemukan saya lagi dengannya. Jerit Oz dalam hati, ia sangat merindukan Hana. Ia ingin mendekapnya kembali menyerupai dahulu, tapi kini ia hanya sanggup menyesali akan kerinduan yang tak tertahankan di hatinya.
“Hana… dimana kau…” Ucapnya.
“Ternyata kau disini, Oz.”

Suara yang tidak asing terdengar di indera pendengaran Oz, ia tahu bunyi siapa yang ia dengar. Ia membalikkan tubuhnya dan mendapati sosok seorang laki-laki yang kelihatan renta tetapi bersama-sama sudah menua itu. Mata Oz memperlihatkan tatapan kebencian dan rasa murka ketika melihat sosok yang berada di hadapannya.
“Kau…” Geram Oz.
“Lama tidak bertemu. Kau sudah besar rupanya dan juga kau mempunyai wajah Ibumu, tetapi kau mempunyai sifatku.”
“Aku sama sekali tak menuruni sifat yang kau miliki! Mau apa kau disini?!” Bentak Oz.
“Begitukah salammu sehabis usang tidak berjumpa dengan Ayahmu sendiri?” Kata Ralp enteng.
“Kau bukanlah Ayahku! Ayahku bukanlah pembunuh!” Teriak Oz.

Ralp terkejut mendengar perkataan Oz, ia tidak menyangka Oz telah mengetahuinya. Ia kemudian tertawa terbahak.
“Ternyata laki-laki renta itu telah memberitahumu. Apa kau kaget, mengetahui bahwa Ayahmu mempunyai catatan kriminal dan kemungkinan akan dipenjara?”
Oz ternsenyum sinis mendengar perkataan Ayahnya yang sangat percaya diri.
“Hh! Aku malah senang kalau Ayahku sendiri dipenjara jawaban perbuatannya yang serakah.”

Emosi Ralp memuncak mendengar perkataan Oz.
“Dasar anak sialan! Kau mengharapkanku masuk penjara?!”
“Aku akan tertawa terbahak melihat kau di dalam keranda sel. Kau hampir membunuh putri tunggal Keluarga Sakurami! Apa kau tahu itu?!”
“Jadi kau kenal dengan gadis itu. Kau tahu Oz, gadis itu telah mati. Ia jatuh dari tebing, dan dari koran yang kubaca kemarin, ia telah meninggal jawaban gagal jantung.”
“Apa?!”
“Iya, kini seluruh harta Sakurami akan jatuh ke tanganku.”
“SIALAN KAU!!”

BUUKK….
Oz eksklusif menerjang dan memukul Ayahnya berkali-kali, para pelayan yang melihat mencoba menghentikan Oz. Tetapi Oz sangat berpengaruh hingga para pelayan tak kuasa menghentikan Oz yang mempunyai tubuh bidang. Ayah Oz ia pukul hingga babak belur, Oz sangat terpukul dengan kabar yang ia dengar. Dan kenyataannya kabar itu palsu, Ralp hanya mengarang-ngarangnya saja.
“Sialan! Kenapa kau membunuhnya, apa salahnya. Kenapa!”
BUUKK!!
Sekali lagi Oz meninju wajah Ayahnya yang mengeluarkan darah segar di beberapa bagian. Ralp tidak sanggup melawan ia telah menjadi target empuk.
“Kenapa?! Kenapa?! Kenapa kau membunuh Hanaku yang tersayang!”
BUUKK!!
“Tuan muda. Sudah jangan pukuli tuan besar lagi.” Ucap salah satu pelayan.
“Tunggu, Oz. Hana tidak mati, ia masih hidup.” Kata Ralp dengan nada bergetar.

Oz menghentikan pukulannya, bola matanya membesar.
“Apa katamu?” Ucapnya
“Iya. Aku berbohong kepadamu, gadis itu tidak mati. Ia gres saja sadar sehabis sekian usang koma.”
“Apa?”
Ralp kemudan tertawa, dan membuat Oz bingung.
“Ha… ha… ha… ha… Tapi kali ini saya akan benar-benar membunuhnya! Ha… ha… ha…”

BUUKK!!!!
Sekali lagi Oz mengayunkan pukulanya kepada Ralp, dan dengan seketika Ralp pun eksklusif pingsan diiringi dengan jeritan para pelayan. Dengan segera Oz memerintahkan para pelayan untuk menyiapkan sebuah helikopter dan ia eksklusif pergi mendatangi laki-laki renta yang berada di ruang kerja. Ia menanyakan dimana Hana Sakurami tinggal.
“Hana Sakurami bertempat di Indonesia dan berdiam di Mansion yang berada ditengah-tengah Pulau Java.”
“Terima kasih, Rax.”
“Selalu, tuan.” Jawab laki-laki renta yang dipanggil Rax itu.
Lalu helikopter yang membawa Oz eksklusif lepas landas menuju Negara Indonesia untuk menemui Hana, perasaan Oz terasa lega mendengar Hana masih hidup. Dan kerinduan yang tidak tertahankan pun akan terbalas. Sebentar lagi… sebentar lagi kita akan bertemu Hana. Dasar laki-laki renta sialan! Dia sudah gila, terlalu terobsesi dengan harta. Batinya dan juga mengomel dengan kelakuan Ayahnya yang agak abnormal.

Sementara itu Sakurami Mansion…
Angin bahari bertiup kencang menerpa rambut panjang Hana yang tergerai indah berada di bangku roda. Sekarang ia berada di taman bungan dan berada 15 meter dari tebing dimana ia jatuh. Ia menatap lautan luas yang membentang dihadapannya, yang ketika itu ia pikirkan hanyalah seorang laki-laki yang mempunyai tatapan kosong dan lelaki yang telah menolongnya. Dan tanpa sadar ia pun telah jatuh cinta kepadanya, dan kini ia ingin sekali bertemu dengannya.
“Oz…” Ucapnya.

WHUUS…
Kemudian badai tiba mengelilingi Hana, ia melihat keatas dan ia menemukan helikopter sedang berada jauh diatasnya. Helikopter itu mendarat di halaman belakang Mansion dan tak jauh dimana Hana berada. Pintu helikopter terbuka dan sosok lelaki bermata biru berambut pirang turun dari helikopter. Hana terkejut melihat lelaki yang turun dari helikopter itu, Hana yang tadinya duduk di bangku roda kini ia berdiri dengan bola mata membesar. Oz berjalan menghampiri Hana dengan tersenyum, Hana yang melihatnya eksklusif menangis dan menghamburkan pelukannya ke Oz. Ia memeluk erat Oz begitu pula dengan Oz yang telah terbalaskan kerinduannya.
“Hana, balasannya saya menemukanmu.” Ucap Oz lembut.
“Oz… saya sangat merindukanmu…” Isak Hana.
Mereka berpelukan usang sekali, melepaskan segala kerinduan yang membendung diantara mereka. Oz kemudian melepaskan pelukannya, ia kemudian menyuruh Hana duduk dikursi roda.
“Duduklah. Kau masih belum sehat.”
Oz membantu Hana duduk di bangku roda.
“Terima kasih.”
“Hana, ada yang ingin kuberitahukan kepadamu.”
“Hm, apa yang ingin kau beritahukan?”
“Hana, saya minta maaf. Ayahku… Ayahku yang membunuh kedua orang tuamu dan juga orang yang telah membuatmu koma.” Jelas Oz.

Hana terperanjat, ia sangat terkejut dengan perkataan yang diucapkan oleh Oz. Ia sangat terpukul, ternyata selama ini Ayah Oz lah yang telah membuatnya menderita. Membuatnya menjadi sebatang kara dan sendiri dalam kegelapan dimana ia harus tersenyum untuk menutupinya.
“Maafkan aku…”
Air mata mengalir membasahi wajah Hana.
“Kenapa… kenapa Ayahmu berbuat sekejam itu?”
“Maafkan aku, Ayahku terlalu serakah dan ia menginginkan harta yang dimiliki kedua orang tuamu.”
“Kenapa… kenapa, Oz! Ayahmu begitu jahat! Ia membunuh kedua orang tuaku dan hal itu membuatku menjadi sangat kesepian! Dan ia juga berusaha untuk membunuhku juga, ia telah memperlihatkan penderitaan yang selama ini saya jalani dengan susah payah. Aku tidak punya siapa-siapa, hanya Paman Mark yang mengurus dan menjagaku dari kecil. Aku tidak sempat mencicipi kasih sayang kedua orang tuaku, Oz!”
“Hana!”

GYUUT…
Hana terkejut ketika Oz memeluknya, Oz kemudian memegang wajah Hana. Dengan lembut ia mulai mengecup lembut bibir Hana dan hal itu membuat Hana terperangah.
“Hana… Tenang…”
Oz kemudian memegang kedua tangan Hana.
“Aku tiba kesini bukan untuk menyampaikan hal itu. Aku kesini untuk menyampaikan bahwa saya sangat… mencintaimu, Hana. Makara maukan kau menikah denganku?”

Hana terperanjat kaget, dan ia pun menjadi salah tingkah lantaran perkataan Oz. Ada rasa ragu dan juga rasa besar hati lantaran Oz juga mencicipi hal yang sama dengan dirinya. Tetapi menikah, ia masih terlalu muda untuk itu. Dengan kikuk ia menjawab.
“Oz, saya sangat senang. Tapi apakah terlalu cepat, kita berdua masih muda jalan kita masih panjang. Masih banyak hal yang ingin saya lakukan. Kita jalani dulu hubungan kita, kalau kau percaya bahwa waktu itu ialah waktu yang tepat, lamarlah saya sekali lagi.”
Oz tersenyum dan ia menganggukkan kepalanya. Kemudan mereka berdua pun saling berpelukan. Dan mulailah hubungan antara Hana dengan Oz, dan mereka pun mulai menjalin kolaborasi antara Keluarga Sakurami dan Bezarius dalam bisnis yang sehat. Hana berhasil sukses dalam menjalankan bisnis kedua orang tuanya begitu pula dengan Oz, berhasil menjalankan bisnis Ibunya sedangkan Ayahnya berada dalam sel seumur hidup jawaban perbuatan yang ia lakukan. 

Dan dua tahun kemudian Oz melamar hana untuk kesekian kalinya, dan lamaran itu Hana terima dengan senang hati. Dan pada bulan Ferbruari, mereka pun menikah dan hidup senang dengan dikaruniai seorang putra yang lucu. Takdir telah memperlihatkan keajaibannya dalam mepersatukan dua manusia yang awalnya tidak saling mengenal. Makara bagi pasangan yang ada diseluruh dunia cinta bukanlah yang sanggup kita ucapkan dengan kata-kata tetapi cinta sejati ialah hal yang harus kita perjuangkan walaupun banyak rintangan yang terus menghampiri kita. Seperti cinta yang dimiliki oleh Oz dan Hana, kini mereka telah senang dalam menjalani hidup dan dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang yang berada disekeliling mereka hingga final hidup menjemput.

F I N

PROFIL PENULIS
Nama :Meisy Pratiwi
Tempat Tanggal Lahir :Sampit, Kalimantan Tengah. 10 Mei 1997
Agama :Islam
Alamat :Jl.Muara Teweh, Sampit
Umur :15 tahun
Hobby :Baca buku, nulis cerpen, mengkoleksi novel dan komik, suka hal-hal yang baru.
Alamat Facebook:meisy_pratiwi20@yahoo.com / Haruna Suzuno\

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel