Karena Hanya Melihatmu Tersenyum Saja, Itu Sudah Cukup.. - Cerpen Cinta Remaja

KARENA HANYA MELIHATMU TERSENYUM SAJA, ITU SUDAH CUKUP
Karya Wawan

Cinta, apakah kau yakin dengan cinta? Apakah cinta yang kau rasakan ketika ini yaitu cinta yang sebenarnya? Apakah cinta itu akan terus menjadi cintamu untuk selamanya?

Apakah cinta tak pernah membuatmu terjatuh? Jika ia...

"brak!!" bunyi goresan yang menciptakan langkahku terhenti. "aduh.. Maaf, maaf, saya nggak sengaja.." kata seorang perempuan yang terjatuh alasannya yaitu menabrakku tadi. "oh, nggak apa-apa kok. Kamu baik-baik saja kan? Sini, agar saya bantu" ucapku. "makasih.." kata si perempuan itu sambil mendapatkan uluran tanganku.
Sesaat sesudah bangun dan kembali rapi, perempuan itu pribadi saja berlalu dan mulai mempercepat langkahnya. Aku termangu sejenak, memikirkan apa yang gres saja terjadi, mengingat-ingat kembali sosok perempuan itu. Ingin ku kejar, tapi.. "hey!! Buruan! ini jamnya pak Bambang loh.." bunyi dari belakang memanggilku. "oh, elu Yan, ayo.." jawabku.
 Apakah cinta yang kau rasakan ketika ini yaitu cinta yang sebetulnya Karena Hanya Melihatmu Tersenyum Saja, Itu Sudah Cukup.. - Cerpen Cinta Remaja
Karena Hanya Melihatmu Tersenyum Saja, Itu Sudah Cukup.
Kami pun mulai melangkah menuju ke kelas yang jaraknya tidak mengecewakan jauh dari gerbang sekolah tempatku bangun ini. "tadi itu siapa?" tanya Iyan di selah-selah langkah kami. "yang tadi? Siapa?" tanyaku kembali. "yahh.. Pura-pura bego', cewek yang nabrak lo tadi itu siapa?" terang Iyan. "ooo.. Cewek yang tadi? Gue nggak tau juga tuh, ketemu aja gres tadi." jawabku. "ohh.. Eh, tapi ia elok juga, Kira-kira ia kelas berapa yah?"."iya juga sih, tapi sudah lah.. Nanti kalau ketemu lagi, kita kenalan.." janjiku kepada Iyan. "beneran yah? Awas lo kalau kenalannya nggak ngajak-ngajak gue" ancam Iyan. "iya deh.. Gue janji" jawabku.

Bel pulang telah berdering, gerbang sekolah ramai dipenuhi dengan siswa siswi yang ingin pulang..
Tapi pandanganku tak berpaling lagi sesudah ku lihat seorang perempuan sedang termangu manis di depan gerbang. "wah, betul kata Iyan. Kau memang cantik" batinku. Perempuan yang bangun itu yaitu perempuan yang menabrakku tadi pagi di gerbang sekolah. Ingin ku hampiri, hanya untuk sekedar kenalan.. Tapi, gres saja ku memulai langkah, ia telah di jabat duluan oleh orang lain, dan ternyata orang itu yaitu Iyan sobat dekatku sendiri. "duh, katanya kalau mau kenalan harus barengan, barengan apaan kalau kayak gini?" batinku. Terpaksa impian untuk berkenalan dengannya harus ku tahan dulu, ini bukan waktu yang sempurna menurutku..

Sesampai di rumah, otakku masih saja memikirkan siapa sebetulnya perempuan itu, apakah anak baru? Atau hanya saya saja yang gres melihatnya? "cewek itu, namanya.. siapa yah?" batinku. Rasa penasaranku semakin menjadi-jadi. Di kamar kesayangan, ku coba mengingat-ingat kembali paras wajahnya.. Sungguh, ia memang menawan. Kulitnya yang putih, rambutnya yang lurus terurai, matanya yang indah, apalagi jikalau ditambah dengan verbal panik ibarat tadi.. Kau semakin cantik. Ada getaran asing jikalau memikirkannya. Padahal gres ketemu.. Perasaan apa ini? Cinta? Ini mustahil cinta, tak secepat ini untuk jatuh cinta..

Hari telah berganti lagi. ibarat biasanya, ke sekolah..
Aku yaitu siswa di salah satu Sekolah Menengan Atas di ibu kota, namaku Adli. Sekarang saya duduk di dingklik kelas XI dengan umur 17 tahun, dan bicara ihwal hobi, saya lebih senang dengan hal-hal yang berbau musik.

Di sekolah, suasana masih ibarat biasanya, pak satpam yang menjaga di gerbang sekolah, kepala sekolah yang selalu setia mengelilingi setiap sudut sekolah, dan para wali kelas yang sibuk mengkordinir anak muridnya.. Tapi, ada satu yang beda.. Entah kenapa di pagi ini ada panggung kecil di tengah lapangan, dan di sana telah banyak orang yang berkumpul. Dentingan bunyi mic mulai terdengar dari speaker, dan sesudah itu terdengar bunyi alunan gitar acoustic yang dibarengi dengan bunyi yang lembut. "you know all the things i said, you know all the things that we have down, and the things i gave to you.." lagu ten2five yang mengalun indah, memenuhi seluruh lapangan sekolah. Terdengar lezat dan merdu di telinga. Rasa ingin tau mulai menyerang pikiranku, ku perdekat langkah ke panggung. Ingin ku lihat siapa yang menyanyi semerdu itu. Langkahku semakin dekat, dan dekat.. Sehingga sanggup ku lihat terang siapa yang bernyanyi di panggung itu. "itu kan cewek yang kemarin?" tanyaku di dalam hati. 
Sungguh ia memang perempuan yang keren. selain cantik, ia sanggup main musik juga, sambil nyanyi pula. Salut! "gimana? Keren kan?" bunyi dari samping kanan membuatku impulsif menjawab tanpa menoleh "keren banget!". "kamu suka?" tanya bunyi itu lagi, tapi kali ini ku respon dan dibarengi dengan menoleh "elo Yan? Ngapain kau nanya-nanya gitu?". "gini bro, soalnya semua ini saran gue ke Alya, agar orang-orang tertarik masuk ekskul musik" terang Iyan. "ooo.. Gitu." jwabku singkat. "Alya.. Nama yang indah.." puji ku di dalam hati.

Tiba-tiba, bunyi lembut dari belakang memecahkan obrolanku dengan Iyan. "Iyan, makasih yah atas sarannya? Mudah-mudahan, sesudah ini akan makin banyak yang ikut ekskul nanti"."eh, Alya.. Iya, sama-sama" jawab Iyan. Sambil menunjuk ke arahku, Alya berkata.. "ngg.. Kamu yang waktu itu kan? Yang saya tabrak kemarin? Aduh.. Maaf, saya terburu-buru soalnya.."."eh, iya. Nggak papa kok". Jawabku dengan sedikit grogi. "kenalin, namaku Alya.." kata Alya impulsif sambil memberi uluran tangannya yang dibarengi dengan senyum yang indah. "aku Adli, sudah tahu kok dari Iyan.." responku sambil membalas uluran tangannya. "Hehe.. Kalian sahabatan yah? Atau lebih dari sahabat?" canda Alya. Belum sempat saya menjawab, Iyan pribadi saja menerobos. "bener banget! Kita sering tidur bareng malah"."wah, klop banget! Kalian pasangan yang fenomenal. Hehe.." canda Alya lagi. "eh, nggak kok. Gue masih normal. Iyan aja tuh yang sering banget nyolek pantat sesama jenisnya kalau di kelas. Bela ku yang tak ingin menciptakan Alya menjadi ilfeel. "iya deh.. Percaya percaya.. Eh, saya duluan yah? Kayaknya banyak yang minat tuh. Daah..?" kata Alya sambil meninggalkan kerumunan penonton. "daah.." balas kami secara serentak."gile lu! Ngapain pake bongkar kartu segala?" kesal Iyan kepadaku. "yang buka kartu duluan siapa? Kamu kan? Dasar lo bocah mesum!". Ejekku kepada Iyan dan berlalu meninggalkan lapangan menuju ke kelas.

Sungguh, Alya memang cantik.. Dia berbeda, tak ada yang ibarat ia di sekolah.. Humoris, supel, dan baik.. Wanita Idaman para pria.. Mungkin, saya memang telah jatuh cinta kepadanya..

Sudah seminggu sesudah hari kenalan ku dengan Alya. Dan alasannya yaitu kami satu angkatan, kami selalu menyebarkan dan sharing ihwal pelajaran sekolah kami.. Tak ku sia-siakan kesempatan ini. ini yaitu ajang yang sempurna untuk mengenal Alya lebih jauh, dan untuk mencari tahu apakah ia memang juga mempunyai rasa terhadapku.
"Dli, lo suka sama Alya yah?" tanya Iyan di sela-sela jam pelajaran. "suka? Nggak lah.. Terlalu cepat untuk suka Yan, apalagi minat buat di jadiin pacar.." Sangkalku."yang bener lo?" tanya Iyan. "yang bener lah.." sangkal ku lagi.

Rasa ini tak akan ku umbar kecuali jikalau Alya juga mencicipi hal yang sama.. Sedangkan yang ku lihat ketika ini Alya tidak begitu memberi sinyal-sinyal yang sangat nyata..

Untuk yang kesekian kalinya, saya dan Alya bertemu lagi di jam istirahat sekolah dan biasanya ngobrol dulu. Kami mulai sedikit akrab, sehingga Alya juga sudah sering bercanda dan mulai bertanya ihwal urusan pribadiku.
"eh, Adli. Kamu kok ngomongnya cuma sama saya doang? Aku nggak pernah tuh lihat kau ngomong bersahabat dengan cewek yang lain. Pacar kau mana?" sungguh, pertanyaan Alya yang satu ini membuatku semakin berharap.. "ngg.. Nggak kok, saya biasa juga sih ngobrol sama yang lain. Tapi nggak ada yang senyambung kamu. Hehe.." jawabku dengan sedikit memuji. "bisa aja kamu.."

ku mulai langkah awalku, saya akan berkonsultasi kepada Iyan dan meminta sarannya..

Baru ku mulai mencari Iyan, tiba-tiba ia pribadi saja muncul dengan verbal yang sangat ceria. "Adli, gue punya kabar bangga bro.." ucap Iyan. "ee.. Gue juga punya kali.." ucap ku juga yang ingin duluan ngomong. "alah.. Pokoknya gue dulu. Dan kabar baiknya yaitu gue jadian sama Alya bro.. Gue nggak nyangka banget. Trnyta PDKT dan pengorbanan ku selama ini nggak sia-sia bro.. Gila! Keren nggak tuh? Di taman gue nembak ia di depan teman-teman sekelasnya. Dan pribadi di terima bro.. Eh, lo tadi mau ngomong apa? Cepetan! Habis ini pribadi gue traktir lo makan sepuasnya di kantin." terang Iyan yang ternyata telah jadian dengan Alya. "wah, keren bro! selamat yah!" responku. "makasih bro.. Nah, kini giliran lo yang cerita." pinta Iyan. "eh, nggak jadi bro. Jam ekskul udah selesai. Gue ke kekelas duluan yah?". Alasanku ke Iyan. "yah, nggak asik lo, trus traktirannya?" tanya Iyan lagi. "kapan-kapan aja yah? Gue duluan. Daah?" jawabku dan berlalu meninggalkan Iyan dengan perasaan yang sangat rapuh.

Sungguh, ini mungkin egois. Tapi sangat duka terasa jikalau mengingat kembali legalisasi dari Iyan. Aku suka Alya, dan Iyan telah menjadi pacarnya Alya.. Apa yang harus ku lakukan? Mengatakan perasaanku kepada Alya? Tapi Alya telah menjadi milik orang lain..

Sesampai di rumah, yang ku lakukan hanyalah pasrah.. Pasrah atas cintaku yang telah pergi..
Seandainya jikalau saya jujur terhadap Iyan ihwal perasaanku yang sebetulnya kepada Alya, mungkin nasibku tak akan semalang ini..

Kini, hari-hari ku lebih banyak dipenuhi dengan kemesraan antara Adli dan Alya.. Sakit memang, tetapi saya akan tetap tegar dan bertahan..

Alya, tak apa jikalau saya bukan milikmu.. Tak apa jikalau bukan saya yang selalu menemani hari-harimu.. Dan tak apa pula jikalau bukan saya yang selalu membuatmu tersenyum..

Aku rela tidak menjadi milikmu, saya rela tidak sanggup selalu berada di sampingmu..

Karena, hanya melihatmu tersenyum saja.. Itu sudah cukup..

berbahagialah selalu, Alya..
PROFIL PENULIS
Nur Darmawansyah, lahir di Makassar pada tanggal 1 September 1997..

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel