Cinta Bola Basket - Cerpen Cinta
Selasa, 06 Mei 2014
CINTA BOLA BASKET
Karya Widowati Salma
Friska, cantik, perawakan modelling. Itu sedikit citra ihwal seorang Friska pacar gres Kak Andre. Kak Andre ialah pemuda yang kutaksir dari dulu hingga dikala ini. Aku hanya sanggup mengaguminya dibalik layar aja. Tapi kalo saya ketemu pribadi dengan dia, rasanya saya ingin pingsan. Aku mengenal Kak Andre sebelum Friska mengenalnya. Aku mengaguminya semenjak saya masuk pertama kalinya di Sekolah Menengan Atas ini. Umur kami memeng terpaut 2 tahun. Tapi itu tak menyurutkanku untuk tetap mengaguminya. Aku mengerti, hampir 1 sekolahan tahu siapa Kak Andre. Seorang kapten basket sekolah kami. Ya gak salah lah kalo seorang Kak Andre menjadi idam-idaman cewek 1 sekolahan dan sanggup pacar elok kaya Friska. Meskipun begitu, saya tak pernah pantang mengalah untuk mendapat Kak Andre.
Karya Widowati Salma
Friska, cantik, perawakan modelling. Itu sedikit citra ihwal seorang Friska pacar gres Kak Andre. Kak Andre ialah pemuda yang kutaksir dari dulu hingga dikala ini. Aku hanya sanggup mengaguminya dibalik layar aja. Tapi kalo saya ketemu pribadi dengan dia, rasanya saya ingin pingsan. Aku mengenal Kak Andre sebelum Friska mengenalnya. Aku mengaguminya semenjak saya masuk pertama kalinya di Sekolah Menengan Atas ini. Umur kami memeng terpaut 2 tahun. Tapi itu tak menyurutkanku untuk tetap mengaguminya. Aku mengerti, hampir 1 sekolahan tahu siapa Kak Andre. Seorang kapten basket sekolah kami. Ya gak salah lah kalo seorang Kak Andre menjadi idam-idaman cewek 1 sekolahan dan sanggup pacar elok kaya Friska. Meskipun begitu, saya tak pernah pantang mengalah untuk mendapat Kak Andre.
Berbagai cara sudah saya lakukan untuknya. Termasuk mendorongnya yang hampir terkena bola volly dikala Kak Andre melintasi taman yang dekat lapangan volly. Hasilnya, Nol. Aku malah menciptakan dirinya aib alasannya saya malah menjatuhkannya ke kolam ikan. Bukannya semakin dekat dengannya, saya malah dijadikan musuh oleh Kak Andre. Hal ini malah mempersulit keadaan. Aku yang sudah pasrah selama 6 bulan ini, hanya terdiam, tertunduk lesu di bawah pohon beringin.
Cinta Bola Basket |
“ Eh, Rinda, kau gak mau makan dulu ?” tanya mama yang sedaritadi menghias meja makannya
“ gak ma, saya lagi gak nafsu makan , saya mau main basket aja “
“ Yaudah terserah kamu, tapi jangan sore-sore pulangnya. Nanti kalo papa kau tau kau dimarahin “
“ Sip “
Setelah mengambil 1 buah apel yang di taruh diatas meja makan, saya segera menuju lapangan basket yang berada persis di depan rumahku. Dengan memainkan bola basketku, dikala itu juga saya menyantap apel yang kuambil tadi. Tapi entah saya yang salah atau pengendara kendaraan beroda empat itu, saya hampir tertabrak kendaraan beroda empat yang bewarna merah itu. Tapi tunggu, bukannya itu kendaraan beroda empat Kak Andre ?. Aku tak melihat siapa yang berada di dalam kendaraan beroda empat itu. Yang ada di pikiranku , saya masih selamat. Kubiarkan saja orang itu melewatiku begitu saja tanpa mengucapkan kata maaf sedikitpun. Aku hanya menggeleng tak percaya dengan ulah orang tersebut. Hari itu, memang tiada orang yang menggunakan lapangannya. Dengan begini, saya sanggup lebih leluasa untuk bermain basket. Sudah 1 jam lebih saya bermain sendirian dengan permainanku yang kacau.
“ gak ma, saya lagi gak nafsu makan , saya mau main basket aja “
“ Yaudah terserah kamu, tapi jangan sore-sore pulangnya. Nanti kalo papa kau tau kau dimarahin “
“ Sip “
Setelah mengambil 1 buah apel yang di taruh diatas meja makan, saya segera menuju lapangan basket yang berada persis di depan rumahku. Dengan memainkan bola basketku, dikala itu juga saya menyantap apel yang kuambil tadi. Tapi entah saya yang salah atau pengendara kendaraan beroda empat itu, saya hampir tertabrak kendaraan beroda empat yang bewarna merah itu. Tapi tunggu, bukannya itu kendaraan beroda empat Kak Andre ?. Aku tak melihat siapa yang berada di dalam kendaraan beroda empat itu. Yang ada di pikiranku , saya masih selamat. Kubiarkan saja orang itu melewatiku begitu saja tanpa mengucapkan kata maaf sedikitpun. Aku hanya menggeleng tak percaya dengan ulah orang tersebut. Hari itu, memang tiada orang yang menggunakan lapangannya. Dengan begini, saya sanggup lebih leluasa untuk bermain basket. Sudah 1 jam lebih saya bermain sendirian dengan permainanku yang kacau.
Aku tak memperdulikan hal itu. Yang kurasa kini hanya rasa letih. Sampai saya lupa membawa air minum. Rasanya begitu kering tenggorokanku. Tapi tiba-tiba ada yang meberikan sebotol minuman kepadaku. Aku pribadi melihat siapa malaikat yang meemberikanku minum ini. Ini saya gak salah liat kan . Ini bener Kak Andre Pratama kapten basket itu ?. Karena saya belum percaya saya pribadi menunduk dan memukul wajahku sendiri. Sakit, berarti ini sungguhan.
“ Hey, ini gak mau diterima ?” tanyanya sambil menggerakkan botol minuman itu
“ O, boleh juga, thanks ya “ jawabku gugup
“ Iya sam-sama. Sorry ya soal tadi “ ucapnya sambil duduk disebelahku
Aku masih belum percaya bila yang duduk disampingku ini pangeran yang saya dambakan dari dulu. Rasanya fatwa darahku berhenti di jantung sehingga terdengar bunyi detakannya yang begitu kuat.
“ Soal apa ?” tanyaku polos tak tau apa-apa
“ Tadi yang hampir nabrak kau itu saya “
“ Oh, jadi kau “ Tiba-tiba saya tak sanggup murka dengan orang yang hampir merenggut nyawaku tadi.
“ Tadi saya buru-buru, makanya saya gak liat kau lewat “
“ Iya gak papa kok, lain kali ati-ati ya, untung tadi Cuma saya “ jawabku seolah pasrah dengan keadaan
“ Kamu main sendirian ?”
“ Iya, lagi pula, biasanya banyak juga sih yang main, tapi tumben-tumbenan sepi banget “
“ Gimana kalo kita main bareng ?”
“ Haa, main bareng ? sama kau ?” tanyaku kaget mendengar ucapan Kak Andre
“ Iya, emang kenapa ? kau gak mau main bareng sama saya ?”
“ Bu..bukannya gitu, tapi dibandingin sama kamu, ya mainku kacau lah “ tiba-tiba gagap gara-gara Kak Andre
“ gak papa, Cuma buat have un aja kan, ayolah “
“ Okelah bila kau maksa, tapi masa kau mau main pakek seragam lengkap kaya gini ?” tanyaku dengan mencuri pandangan untuk melihat Kak Andre
“ Iya , lagian mau pakek baju apa-apa gak duduk perkara buat saya “
“ Iyalah, kau kan ahli “
“ gak juga kok, yuk main, “
Aku memulai dengan melempar bola kepada Kak Andre dan mencoba merebut bola itu dari Kak Andre. Entah apa yang merasuki ragaku, permainanku penuh dengan lamunan, hingga pada balasannya dikala Kak Andre melempar bola kepadaku, malah kepalaku yang terkena bola.
“ Aduhhhh ..” Rintihku dikala bola mendarat sempurna di kepalaku
“ Duh rin, sorry banget ya saya gak sengaja tadi “ ucap Kak Andre sambil menuntunku untuk duduk di dingklik samping lapangan
“ Iya kak, ini bukan salah kau kok. Aww... saya juga tadi yang lagi nglamun “
“ Lagi nglamunin apa sih Rin ?” tanya Kak Andre sambil membersihkan keringatnya
“ Bukan apa-apa kok, o iya, gimana relasi kau sama Friska ?” ups, saya keceplosan alasannya rasa penasaran ku.
“ Oh, kami udah putus kok “
“ Hah ? putus ? bukannya tadi kau masih pulang bareng ?” rasanya ibarat turun dari langit ke-7 mendengar hal itu.
“ Iya, tadi waktu di jalan beliau merengek minta ditemenin ke salon. Tau sendiri, kalo saya gak suka sama cewek yang over. Makanya saya terlanjur jengkel sama dia, yaudah kami putus “
“ Sesimple itukah ?”
“ Iya “
“ Berarti ada keinginan dong ?” aduh saya keceplosan lagi gara-gara grogi dekat Kak Andre
“ Hah ? Maksut kau gimana Rin ?” tanya Kak Andre heram
“ Eh, gak kok, maksutnya cewek-cewek yang ¬ngefans sama kau gitu maksutnya “
“ Oh, kirain kau , eh.. “ wah ternyata Kak Andre mulai kasih aba-aba nih, kesempatan bagus yang gak boleh disiakan.
“Hah, GR banget kau kak “ jawabku ibarat orang yang sudah usang kenal dengannya
“ Jangan panggil kak, panggi aja Andre
“ Andre, lebih simple kedengarannya “
Setelah insiden itu , kami semakin dekat dan tak jarang Kak Andre mengajakku pulang bareng, nonton, apalagi main basket. Padahal mainku begitu kacau. Sampai suatu hari, di selang kami bermain basket, Kak Andre memberikanku segelas jus Jeruk untuk memulihkan tenaga kami. Tapi entah mengapa, ada benda kecil yang berkilau berada di dalam minumanku. Aku segera mengambil benda itu sehabis minumanku habis. Ternyata sebuah cincin yang terbuat dari perak. Aku galau apa maksut dengan semua ini
“ Kak, kok ada cincin disini ?” tanyaku sambil memegangi cincin tersebut
“ ah masa ?” Kak Andre lalu mengambil cincin itu dari tanganku, lalu kak andre duduk dibawahku.
“ Kak .. abang mau ngapain ?” tanyaku bingung
“ Rin, sehabis saya mengenalmu dekat-dekat ini, saya merasa hidupku ada yang berbeda sehabis mengenal kamu. Hari-hariku lebih bewarna semenjak mengenal kau . Rin, kau mau gak jadi pacarku ?”
Oh neptunus, mimpi apalagi ini. Bukannya saya sudah terbangun dari tidurku semalam dengan air guyuran dari mama ?. Sengaja kucubit diriku sendiri. Berharap ini hanya sekedar mimpi saja. Aku hanya mengagumi Kak Andre. Walau ada sedikit niat untuk sanggup mendapat Kak Andre. Tapi saya tau diri, siapa diriku sebenarnya. Aku bukan cewek dari kalangan menengah atas, kulit yang terawat oleh salon-salon mahal, pulang pergi dijemput kendaraan beroda empat mewah. Aku gak punya semua itu.
“ Tapi kak, saya gak ibarat mereka .” jawabku lemas bukannya senang
“ Rin, kau beda sama mereka. Aku suka kau yang apa adanya, bukan ada apanya. Mereka kebanyakan mengincar ketampanan dan hartaku. Tapi saya gak nemuin itu sedikitpun di kau Rin. Rin, saya juga gak maksa kalo kau emang gak mau asal....”
“Kalo saya mau jadi pacar abang gimana ?”
“ Hah ?” jawab kak Andre kaget mendengar ucapanku
“ Aku gak bakal ngulang perkataanku 2x lo kak “ jawabku sambil tersenyum tipis
“ Ya, apapun yang kau minta, saya bakal berusaha buat ngabulin, gimana ?”
“ ini gak mau dipakek in cincinnya ?’ tanyaku alasannya cincinnya hanya dipegang
“ O iya lupa, yaudah saya pakein ya ?”
Andre mulai menyematkan cincin elok itu di tanganku. Tampak berkilau berada di tanganku. Kau hanya sanggup tersenyum sembari memandangi cincin itu.
“ Iya hingga lupa lagi, kau mau saya lakuin apa ?”
“ Oke,, saya minta abang teriak sekeras-kerasnya, hingga orang-orang kompleks keluar dari rumahya”
“ Terus saya teriak apa ?”
“ Kakak teriak ‘ Hey, saya sayang banget sama Rinda’ “
“ Cuma gitu doang ?”
“ Itu udah lebih dari cukup kok “
“ Oke, hey semua orang yang ada disini. Aku sayang banget sama Rinda. Aku gak mau kehilangan beliau “ teriak Kak Andre ibarat orang gila.
Warga mulai bereaksi. Ada yang melempar sendal, tong sampah, sapu, dll. Aku dan Kak Andre lari bersama dan meninggalkan kawasan itu. Rasanya saya tak mau kehilangan moment dengan Kak Andre. Tak jarang, disekolah Kak Andre juga memanggilku dengan panggilan “sayang” yang semakin menciptakan omongan bawah umur semakin menjadi-jadi ihwal kami berdua. Dari situ saya mengerti, berkat bola basket yang mengenai kepalaku, saya jadi dekat dengan Andre. Cowok yang kutaksir selama ini.
Selesai
PROFIL PENULIS
Wonogiri, 16 tahun Alamat Facebook : Widowati Salma Handansari
“ Hey, ini gak mau diterima ?” tanyanya sambil menggerakkan botol minuman itu
“ O, boleh juga, thanks ya “ jawabku gugup
“ Iya sam-sama. Sorry ya soal tadi “ ucapnya sambil duduk disebelahku
Aku masih belum percaya bila yang duduk disampingku ini pangeran yang saya dambakan dari dulu. Rasanya fatwa darahku berhenti di jantung sehingga terdengar bunyi detakannya yang begitu kuat.
“ Soal apa ?” tanyaku polos tak tau apa-apa
“ Tadi yang hampir nabrak kau itu saya “
“ Oh, jadi kau “ Tiba-tiba saya tak sanggup murka dengan orang yang hampir merenggut nyawaku tadi.
“ Tadi saya buru-buru, makanya saya gak liat kau lewat “
“ Iya gak papa kok, lain kali ati-ati ya, untung tadi Cuma saya “ jawabku seolah pasrah dengan keadaan
“ Kamu main sendirian ?”
“ Iya, lagi pula, biasanya banyak juga sih yang main, tapi tumben-tumbenan sepi banget “
“ Gimana kalo kita main bareng ?”
“ Haa, main bareng ? sama kau ?” tanyaku kaget mendengar ucapan Kak Andre
“ Iya, emang kenapa ? kau gak mau main bareng sama saya ?”
“ Bu..bukannya gitu, tapi dibandingin sama kamu, ya mainku kacau lah “ tiba-tiba gagap gara-gara Kak Andre
“ gak papa, Cuma buat have un aja kan, ayolah “
“ Okelah bila kau maksa, tapi masa kau mau main pakek seragam lengkap kaya gini ?” tanyaku dengan mencuri pandangan untuk melihat Kak Andre
“ Iya , lagian mau pakek baju apa-apa gak duduk perkara buat saya “
“ Iyalah, kau kan ahli “
“ gak juga kok, yuk main, “
Aku memulai dengan melempar bola kepada Kak Andre dan mencoba merebut bola itu dari Kak Andre. Entah apa yang merasuki ragaku, permainanku penuh dengan lamunan, hingga pada balasannya dikala Kak Andre melempar bola kepadaku, malah kepalaku yang terkena bola.
“ Aduhhhh ..” Rintihku dikala bola mendarat sempurna di kepalaku
“ Duh rin, sorry banget ya saya gak sengaja tadi “ ucap Kak Andre sambil menuntunku untuk duduk di dingklik samping lapangan
“ Iya kak, ini bukan salah kau kok. Aww... saya juga tadi yang lagi nglamun “
“ Lagi nglamunin apa sih Rin ?” tanya Kak Andre sambil membersihkan keringatnya
“ Bukan apa-apa kok, o iya, gimana relasi kau sama Friska ?” ups, saya keceplosan alasannya rasa penasaran ku.
“ Oh, kami udah putus kok “
“ Hah ? putus ? bukannya tadi kau masih pulang bareng ?” rasanya ibarat turun dari langit ke-7 mendengar hal itu.
“ Iya, tadi waktu di jalan beliau merengek minta ditemenin ke salon. Tau sendiri, kalo saya gak suka sama cewek yang over. Makanya saya terlanjur jengkel sama dia, yaudah kami putus “
“ Sesimple itukah ?”
“ Iya “
“ Berarti ada keinginan dong ?” aduh saya keceplosan lagi gara-gara grogi dekat Kak Andre
“ Hah ? Maksut kau gimana Rin ?” tanya Kak Andre heram
“ Eh, gak kok, maksutnya cewek-cewek yang ¬ngefans sama kau gitu maksutnya “
“ Oh, kirain kau , eh.. “ wah ternyata Kak Andre mulai kasih aba-aba nih, kesempatan bagus yang gak boleh disiakan.
“Hah, GR banget kau kak “ jawabku ibarat orang yang sudah usang kenal dengannya
“ Jangan panggil kak, panggi aja Andre
“ Andre, lebih simple kedengarannya “
Setelah insiden itu , kami semakin dekat dan tak jarang Kak Andre mengajakku pulang bareng, nonton, apalagi main basket. Padahal mainku begitu kacau. Sampai suatu hari, di selang kami bermain basket, Kak Andre memberikanku segelas jus Jeruk untuk memulihkan tenaga kami. Tapi entah mengapa, ada benda kecil yang berkilau berada di dalam minumanku. Aku segera mengambil benda itu sehabis minumanku habis. Ternyata sebuah cincin yang terbuat dari perak. Aku galau apa maksut dengan semua ini
“ Kak, kok ada cincin disini ?” tanyaku sambil memegangi cincin tersebut
“ ah masa ?” Kak Andre lalu mengambil cincin itu dari tanganku, lalu kak andre duduk dibawahku.
“ Kak .. abang mau ngapain ?” tanyaku bingung
“ Rin, sehabis saya mengenalmu dekat-dekat ini, saya merasa hidupku ada yang berbeda sehabis mengenal kamu. Hari-hariku lebih bewarna semenjak mengenal kau . Rin, kau mau gak jadi pacarku ?”
Oh neptunus, mimpi apalagi ini. Bukannya saya sudah terbangun dari tidurku semalam dengan air guyuran dari mama ?. Sengaja kucubit diriku sendiri. Berharap ini hanya sekedar mimpi saja. Aku hanya mengagumi Kak Andre. Walau ada sedikit niat untuk sanggup mendapat Kak Andre. Tapi saya tau diri, siapa diriku sebenarnya. Aku bukan cewek dari kalangan menengah atas, kulit yang terawat oleh salon-salon mahal, pulang pergi dijemput kendaraan beroda empat mewah. Aku gak punya semua itu.
“ Tapi kak, saya gak ibarat mereka .” jawabku lemas bukannya senang
“ Rin, kau beda sama mereka. Aku suka kau yang apa adanya, bukan ada apanya. Mereka kebanyakan mengincar ketampanan dan hartaku. Tapi saya gak nemuin itu sedikitpun di kau Rin. Rin, saya juga gak maksa kalo kau emang gak mau asal....”
“Kalo saya mau jadi pacar abang gimana ?”
“ Hah ?” jawab kak Andre kaget mendengar ucapanku
“ Aku gak bakal ngulang perkataanku 2x lo kak “ jawabku sambil tersenyum tipis
“ Ya, apapun yang kau minta, saya bakal berusaha buat ngabulin, gimana ?”
“ ini gak mau dipakek in cincinnya ?’ tanyaku alasannya cincinnya hanya dipegang
“ O iya lupa, yaudah saya pakein ya ?”
Andre mulai menyematkan cincin elok itu di tanganku. Tampak berkilau berada di tanganku. Kau hanya sanggup tersenyum sembari memandangi cincin itu.
“ Iya hingga lupa lagi, kau mau saya lakuin apa ?”
“ Oke,, saya minta abang teriak sekeras-kerasnya, hingga orang-orang kompleks keluar dari rumahya”
“ Terus saya teriak apa ?”
“ Kakak teriak ‘ Hey, saya sayang banget sama Rinda’ “
“ Cuma gitu doang ?”
“ Itu udah lebih dari cukup kok “
“ Oke, hey semua orang yang ada disini. Aku sayang banget sama Rinda. Aku gak mau kehilangan beliau “ teriak Kak Andre ibarat orang gila.
Warga mulai bereaksi. Ada yang melempar sendal, tong sampah, sapu, dll. Aku dan Kak Andre lari bersama dan meninggalkan kawasan itu. Rasanya saya tak mau kehilangan moment dengan Kak Andre. Tak jarang, disekolah Kak Andre juga memanggilku dengan panggilan “sayang” yang semakin menciptakan omongan bawah umur semakin menjadi-jadi ihwal kami berdua. Dari situ saya mengerti, berkat bola basket yang mengenai kepalaku, saya jadi dekat dengan Andre. Cowok yang kutaksir selama ini.
Selesai
PROFIL PENULIS
Wonogiri, 16 tahun Alamat Facebook : Widowati Salma Handansari