Arti Sebuah Kata Sobat - Cerpen Persahabatan
Jumat, 11 April 2014
ARTI SEBUAH KATA "TEMAN"
Karya Annisa Anjani
“Amir” itulah sebutan untuk diriku. Dari lahir saya selalu dibenci oleh orang yang ada di dekatku. Bahkan hingga kini tidak ada yang mau berteman denganku. Mereka sering menyebutku sebagai anak haram yang tidak punya seorang ayah. Memang saya punya ayah tapi entah kemana ayah pergi saya tak tahu dan ibuku telah meninggal ketika saya berumur tiga tahun. Maka dari itu saya selalu dibenci dengan orang lain.
Kini sudah waktunya bagiku masuk ke sekolah untuk menuntut ilmu dan mencari teman. Tetapi apa hasilnya? Yang ada hanyalah usikan dan usikan dari bawah umur yang lain. Tujuanku untuk sekolah ialah menuntut ilmu. Tapi, saya terlahir dengan kemampuan yang payah. Jadi, apa yang saya lakukan untuk menjadi ahli di sekolah selalu mengalami kegagalan. Tapi saya tidak akan mengalah untuk melangkah maju. Aku terus berusaha biar saya menjadi pintar. Walaupun hasilnya selalu buruk, saya tidak akan pernah menyerah.
Arti sebuah Kata "Teman" |
Saat pulang sekolah saya bertujuan untuk jalan-jalan di pasar. Saat saya berhenti di sebuah toko mainan, saya merasa tertarik dengan topeng yang dipajang di depan toko tersebut. “Wow !! topeng yang ini keren.” Ucapku dengan rasa senang. Tiba-tiba sang penjual topeng keluar dan meyuruhku pergi. “Pergi sana anak haram, jangan dekat-dekat toko ku. Pasti kau akan merusakkan semua barang yang ku jual.” Jawab penjual toko tersebut. “Tapi saya hanya melihat-lihat saja Paman. Aku tidak ada niat untuk merusak barang dagangan anda.” Jawabku. “Kalau kau ingin, ini ambil saja!! Cepat pergii !!” Jawab Penjual topeng dengan melemparkan topeng itu ke arahku. “Paman saya bukanlah sampah daerah kau membuang topeng ini, saya ialah Amir. Amir bukanlah daerah sampah” Teriak ku pada Penjual topeng tersebut.
Suatu sore, dikala saya sedang berjalan di bersahabat sungai, saya melihat ada seorang anak yang duduk di tepi sungai tersebut. Dia terus melihatku. Dengan menatap matanya saya mencicipi bahwa ia mengerti akan perasaan dan keadaan yang saya alami sekarang. Sejujurnya saya ingin sekali untuk berhenti dan berbicara dengannya. Tapi saya aib untuk memulai berbicara dengannya. Hingga pada akhirnya, saya memutuskan untuk tetap berjalan dan pergi darinya.
Keesokan harinya, saya bertemu dengannya lagi disekolah. Setelah saya perhatikan ia sangat sangat sangat sangat sangat sangat keren, sehingga para anak wanita di sekolah tergila-gila dengannya. Dalam pelajaran di sekolah pun ia juga termasuk anak yang pintar. Sehingga ia membuatku semakin iri dengannya. Sejak dikala itulah saya menganggap ia ialah sebagai rivalku.
Saat pertama ia di sekolah saya sangat membencinya. Tapi pada suatu hari dikala saya di bully oleh Diki dan kawan-kawannya yang populer paling berkuasa di sekolah, tiba-tiba ia tiba untuk menolongku. Perasaan benci yang saya rasakan kian hari semakin menghilang. Justru rasa nyaman berada di dekatnya lah yang tumbuh di dalam hatiku.
Mulai dikala itulah saya berkenalan dengannya secara resmi. Ternyata namanya ialah Erwind. Sejak dikala itulah kami menjadi sahabat dan anggapanku sebagai rivalnya telah hilang ditelan waktu. Saat bersama dengan Erwind, saya merasa tidak sendirian lagi. Dan risikonya saya mengerti bagaimana rasanya kasih sayang seorang teman. Pertemanan kami bagaikan ikatan yang tak akan putus. Maka dari itu saya akan menjaga ikatan yang Erwind berikan padaku.
Hari demi hari saya lalui bersama dengan Erwind. Kerja kelompok bersama bermain bersama. Dia sudah saya anggap sahabat sekaligus saudara yang mengerti akan keadaan yang saya alami dikala ini. Sungguh senang hatiku alasannya risikonya perjuanganku untuk mencari sahabat tidaklah berakhir dengan kegagalan. Ini ialah kali pertama saya berteman, makanya saya masih kaku dikala berteman dengan Erwind.
Suatu hari di sekolah kami kedatangan murid gres dari luar kota yang hanya menetap sementara disini, namanya Rafa. Kami sangat terkejud ketika melihat sikapnya yang sangat jelek itu muncul. Sikapnya sungguh sangatlah asing dihadapanku. Ketika saya sedang susah mencari teman, ia malah meremahkan teman. Tapi mungkin ia belum terbiasa sekolah disini.
Suatu ketika, dikala Rafa sedang minum tiba-tiba Erwind menjatuhkan air minum dan menumpahkan air minum ke baju Rafa. Emosi Rafa kian meledak. Rafa hendak menjatuhkan gelas tersebut pada Erwind, untung ada saya tahu bencana itu. Segera saya berlari dan melindungi Erwind. Pecahan kaca itu melukai tangan dan kaki ku. Walaupun sakit, tapi demi Erwind akan saya lakukan segalanya.
Rafa bertanya padaku. “Kenapa kau melindungi dia, sedangkan ia tidak pernah menolongmu ??” akupun menjawab “Karena ia ialah temanku.” Setelah menjawab pertanyaan tersebut saya segera pergi ke UKS untuk mengobati lukaku. Tapi sehabis saya melihat ke belakang ternyata Rafa termenung. Entah apa yang ia pikirkan.
Setelah 2 bulan lamanya Rafa bersekolah disini, saya melihat perkembangan Rafa semenjak bencana waktu saya melindungi Erwind dulu. Rafa yang kini menjadi lebih penyayang dan perhatian pada temannya. Dan tak terasa pula kini tiba saatnya Rafa untuk pindah ke kota yang lain untuk pergi dengan ayahnya. Sebelum ia pergi kami sempat bertemu dan berbicara sebentar sambil mengucapkan selamat tinggal. “Amir terima kasih atas pelajaran yang kau berikan padaku..” Ucap Rafa dengan mata yang berkaca-kaca. “Ada apa kau kok duka gitu haa?? Memangnya saya pernah berbuat apa sama kau Raf??” Jawabku dengan heran. “Dulu bagiku sahabat hanyalah sebuah kata yang kecil dan tidak bermakna. Tapi sehabis saya bertemu denganmu, saya mengerti betapa berharganya arti kata tersebut.” Saut Rafa. “Alhamdulillah, risikonya kau mengerti. Aku juga ikut senang bisa membantumu. Dulu saya tidak punya sahabat sama sekali. Saat saya melihatmu dulu, saya tak pernah bayangkan bagaimana usaha ku untuk menerima seorang sahabat saja. Sedangkan kau hanya bisa meremehkan mereka. Maka dari itu saya senang alasannya kini kau bisa menghargai teman.” Jawabku. “Terima kasih Amir. Kau memang sahabat yang baik”
Sejak dikala itu saya mulai merasa hidup alasannya bisa menghargai dan dihargai oleh sahabat yang dulu tak sempat saya dapatkan. Akhirnya saya mengerti, sahabat ialah suatu ikatan, ikatan yang sangat kita butuhkan dalam hidup. Berkat sahabat kita bisa mengerti indahnya hidup. Terima kasih teman...
PROFIL PENULIS
Nama : Annisa Anjani
Umur : 14 tahun
Alamat : Lamongan
Tentang saya : Saya pendiam, tapi saya kocak.
Alamat facebook : Annisa Anjani (annisa.anjani2)
Umur : 14 tahun
Alamat : Lamongan
Tentang saya : Saya pendiam, tapi saya kocak.
Alamat facebook : Annisa Anjani (annisa.anjani2)