Punakawan: Semar Kuning Bab 6


Sebelumnya...

“Ooo nggih Gusti mohon maaf. Memang beberapa hari ini kuping saya agak mbrengengeng begitu. Kalau jatuh cinta sudah niscaya pernah Gusti. Malah beberapa kali, termasuk sama ibunya belum dewasa saya itu”
“Elok tenan Tih .. hingga beberapa kali kau jatuh cinta. Makara kini istrimu berapa Tih ?”

“Ya cuman satu to Gusti”

“Lha kok cuman satu ?”

“Yang jadi cuman satu, yang lainnya cuman jatuh cinta tapi bertepuk sebelah tangan”

“Maksudnya gimana to Tih ?”

“Saya cinta setengah mati, yang saya jatuh cinta-i mati beneran”

“Lha kok dapat Tih ?”

“Nah itu yang saya herankan Gusti. Setiap yang saya sir kok tiba-tiba mati dadakan”

“Lha yang kini menjadi istrimu bagaimana Tih ?”

“Makanya sesudah saya analisa dari banyak sekali sisi maka penyebabnya ialah saya mendekati perawan. Makanya saya kemudian mencoba ngepek janda Gusti, dan karenanya dapat hidup hingga sekarang”

“Ha ha ha ha … Tih Patih. Aneh juga nasibmu itu Tih. Tapi kan istrimu kini semoga janda tapi sulistya ing warna ta Tih ?”

”Menurut saya begitu Gusti, tapi berdasarkan Togog dibawah standar Gusti, nggak tahu itu artinya apa”

“Ha ha ha ha … yo wis radadi ngapa.”

“Gusti tanya tanya begini apakah sedang jatuh cintakah ?”

“Benar Tih. Sudah tiga malam Gustimu ini mimpi yang sama. Bertemu dengan seorang putri yang kolam bathari dari kahyangan. Biyuh … biyuh … biyuh Tih, uayune uleng-ulengan tenan Tih. Senyumnya luar biasa manisnya. Kalau tertawa Tih … duniapun ikut tertawa, dunia menjadi berseri. Kalau berjalan Tih .. hatiku ikut terbang. Setelah kutanya ia berjulukan Siti Sendari. Tahu nggak Tih kau … putri mana Siti Sendari tadi ?”

“Halah … bilai iki. Apakah Gusti beberapa ahad yang kemudian tidak di undang oleh Prabu Kresna raja Dwarawati ?”
“Diundang apa Tih, kan tidak ada utusan dari Dwarawati ta Tih”

“Beberapa ahad lalu, saya memperoleh isu dari kepetangan yang saya sebar bahwa Ratu Dwarawati punya hajat besar, yaitu mengawinkan Siti Sendari dengan Raden Abimanyu”

“We lha dalah … jagat wasesane bathara … lha kok ngene. Wis … tapi saya tidak peduli Tih. Mau sudah kawin atau belum, saya tetap tresna Tih. Sekarang terserah apa upayamu untuk mewujudkan keinginanku ini Tih”

“Wah berat itu Gusti”

“Tih !!! Kamu digaji sebagai patih itu tugasnya ya melakukan perintah Raja !”

“Oh ya .. nggih, akan saya kerjakan semaksimal mungkin. Akan saya minta Siti Sendari, jikalau tidak dapat dengan cara halus, jikalau perlu negri Dwarawati akan saya bumi hanguskan”

“Ha ha ha … begitu Tih itu gres Patih Kumbarananggo”

“Laksanakan secepatnya Tih”

“Siap Gusti, saya berangkat kini juga. Nyuwun pangestu Gusti !”

“Ya Tih … tak pangestuni”

Bersambung...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel