Punakawan: Petruk Dukun


Alkisah, suatu dikala semua senjata di kerajaan Amarta, tempatnya para Pandawa, mendadak raib tanpa bekas. Sudah dicari kemana-mana tidak juga ditemukan.
Sampai jadinya mereka meminta santunan kepada saudara mereka, yakni para Kurawa.

Kurawa, atas imbas Durna, bukannya membantu malah menganggap keadaan ini sebagai kesempatan untuk menyerang Pandawa. Maka disusunlah rencana penyerangan.
Meskipun Pandawa menjadi sakti lantaran persenjataan yang dimiliki, namun banyak pula ksatria Amarta yang sakti meski tanpa senjata, contohnya Antasena dan Antareja dengan kekuatannya. Karenanya perlu dipersiapkan kekuatan secara fisik untuk menghadapi Pandawa.

Di tengah persiapan penyerangan itu, di negara lain yang berjulukan Cundorante, sedang terjadi peristiwa penyakit parah. Berbagai cara telah dicari, dan jadinya diketahui bahwa peristiwa tersebut sanggup dihilangkan dengan penyerahan tumbal. Maka dikirimlah 2 jin, Pesatnyowo dan Sambernyowo, sebagai utusan untuk mencari tumbal yang dimaksud, yakni Durna dan Patih Sengkuni dari Astina.

Durna dan Sengkuni yang sedang menyiapkan pasukan Kurawa di hutan Kurumanggolo, berhasil diculik oleh 2 utusan Cundorante. Gegerlah Kurawa, lantaran tanpa kedua wayang itu mereka akan lemah.

Eswatama, anak dari Durna, meminta santunan kepada Adipati Karna. Segera Adipati Karna berhasil mengejar kedua jin dan berhasil mendesak mereka. Karena hampir kalah, jin meminta santunan ular besar berjulukan Nogorangsang, yang kemudian berhasil menciptakan buta kedua mata Adipati Karna.

Dalam keadaan buta, Adipati Karna ditolong oleh Baladewa dan dibawa ke Kresna untuk diobati. Mereka berjalan melewati lembah dan gunung untuk ke daerah Kresna.

Sementara Arjuna yang sedang bertapa dalam rangka mencari senjata Pandawa yang hilang, mendengar rintihan Sengkuni yang dibawa lari oleh jin Pesatnyowo.
Segera ia gunakan minyak Jayengkaton pemberian ayahnya. Dengan mengoleskan minyak Jayengkaton ke matanya, ia sanggup melihat segala mahluk halus di sekitarnya.

Petruk sempat melarang Arjuna yang hendak menolong Durna dan Sengkuni, lantaran dalam masa bertapa, wayang dihentikan melaksanakan agresi apapun, alasannya hal tersebut sanggup membatalkan pertapaan.

Namun Arjuna menolak nasehat Petruk, dan nekat mencegat 2 jin tersebut. Maka terjadilah pertempuran sengit. Sayangnya Arjuna kalah dan mati.

Petruk sebagai abdi Arjuna, mencari cara untuk menyembuhkan tuannya. Dengan keprihatinan yang mendalam, Petruk jadinya hingga di kerajaan para jin, di gua Seluman. Dengan tipu dayanya, Petruk berhasil membawa senjata berjulukan kembang Condro Urawan milik raja jin dan dibawanya untuk menyembuhkan Arjuna.

Setelah sembuh, Petruk berpesan kepada Arjuna biar tidak usah menolong Durna, tapi fokus saja mencari senjata Pandawa yang hilang. Arjuna oke dan meminta maaf, kemudian kembali melanjutkan pencarian senjata.
Namun mendadak muncul Eswatama, anaknya Durna. Eswatama menjanjikan Kurawa akan mengembalikan kerajaan Astina kepada Pandawa tanpa perang Baratayudha, kalau Arjuna berhasil menyelamatkan Durna.
Mendengar kesepakatan itu, Arjuna segera mengejar 2 jin tadi, menyusul hingga ke Cundorante, perang lagi, dan Arjuna mati lagi.

Petruk yang jengkel jadinya pulang, dan dengan senjata sakti milik raja jin, ia membuka praktek pengobatan yang manjur. Dia jadi dukun dan bertambah kaya.

Semar, Gareng dan Bagong yang resah lantaran Arjuna mati lagi, segera memberi kabar ke Amarta untuk tiba membantu. Bantuan datang, dan berhasil mengobrak-abrik kerajaan Cundorante, namun kedatangan ular Nogorangsang berhasil membunuh Gatutkoco, Setyaki, Werkudoro, dan ksatria lainnya.

Para ksatria Pandawa yang mati, ditambah dengan Adipati Karna yang dibawa oleh Baladewa, dibawa ke daerah Petruk. Satu per satu berhasil dihidupkan dan disembuhkan.

Selanjutnya Petruk didaulat sebagai senopati untuk memimpin penyerangan ke Cundorante, mengalahkan Nogorangsang, membebaskan Durna dan Sengkuni.

Setelah dikalahkan Petruk, Nogorangsang bermetamorfosis senjata Cakra milik Kresna yang hilang. Si kembar Pesatnyowo dan Sambernyowo yang berhasil dibunuh Petruk bermetamorfosis senjata Pasopati. Dan para ksatria Cundorante yang lain juga banyak yang ternyata jelmaan senjata Pandawa.
Raja jin dari gua Seluman ternyata yaitu Nakula dan Sadewa, yang ikut menghilang bersama hilangnya senjata Pandawa.

Dan senjata yang dipegang Petruk ternyata yaitu senjata kembang Wijayakusuma milik Kresna.
Keadaan segera dipulihkan. Pandawa mendapat kembali semua senjata miliknya, dan Durna serta Sengkuni meratapi perbuatannya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel