Terimakasih Zetta - Cerpen Remaja
Kamis, 13 Agustus 2015
TERIMAKASIH ZETTA
Karya Farah Amellia Hawa Nurazis
Karya Farah Amellia Hawa Nurazis
Setiap anak niscaya ingin memiliki kelurga yang utuh dan saling memenuhi satu sama lain. Tapi ternyata itu semua tidak berlaku bagi kakak beradik Reza Ikhwarizmi dan Rio Rimbawan. Keluarga yang dulu selalu mewarnai hari-hari mereka dengan banyak sekali dongeng kini berubah. Papa dan Mama mereka berpisah setahun yang lalu, ketika itu Reza duduk di kelas dua belas dan Rio di kelas sebelas.
Setelah mereka resmi berpisah keduanya diminta untuk menentukan tingal bersama siapa. Pilihan itu diputuskan oleh Reza dan Rio sendiri, Reza ikut Papa di Yogyakarta dan Rio di Jakarta dengan Mama. Selepas lulus Sekolah Menengan Atas Reza bertolak ke Yogya dan melanjutkan kuliahnya disana. Karna belum terbiasa Mama masih sering menelpon Reza hanya sekedar menanyakan keadaannya
“Reza apa kabar nak? Sehat kan?”, tanya Mama “baik ko ma. Mama gemana?” “baik ko. Kamu ga bikin duduk kasus kan di kampus?”, selidik Mama ingin tau “ya enggaklah ma, lagian disini mau nyari duduk kasus sama siapa? Pulang kuliah aja eksklusif pulang. Mana tau jalan aku”, sungut Reza agak kesal “yaudah, jaga diri baik baik ya. Jangan ngerepotin Papa. Oke?” “iya ma. Dah Mama” “dah sayang” telpon pun terputus. Sejenak Reza berfikir, kenapa mereka harus berpisah? Apa Mama ga tau kalo saya masih butuh Mama? Sejuta rasa penyesalan berkumpul menjadi satu di dalam hatinya, ia sadar mungkin yang terbaik untuk semuanya
Setelah mereka resmi berpisah keduanya diminta untuk menentukan tingal bersama siapa. Pilihan itu diputuskan oleh Reza dan Rio sendiri, Reza ikut Papa di Yogyakarta dan Rio di Jakarta dengan Mama. Selepas lulus Sekolah Menengan Atas Reza bertolak ke Yogya dan melanjutkan kuliahnya disana. Karna belum terbiasa Mama masih sering menelpon Reza hanya sekedar menanyakan keadaannya
“Reza apa kabar nak? Sehat kan?”, tanya Mama “baik ko ma. Mama gemana?” “baik ko. Kamu ga bikin duduk kasus kan di kampus?”, selidik Mama ingin tau “ya enggaklah ma, lagian disini mau nyari duduk kasus sama siapa? Pulang kuliah aja eksklusif pulang. Mana tau jalan aku”, sungut Reza agak kesal “yaudah, jaga diri baik baik ya. Jangan ngerepotin Papa. Oke?” “iya ma. Dah Mama” “dah sayang” telpon pun terputus. Sejenak Reza berfikir, kenapa mereka harus berpisah? Apa Mama ga tau kalo saya masih butuh Mama? Sejuta rasa penyesalan berkumpul menjadi satu di dalam hatinya, ia sadar mungkin yang terbaik untuk semuanya
Terimakasih Zetta |
Dua bulan berlalu, hingga pada suatu hari ketika Rio pulang sekolah ia melihat kendaraan beroda empat yang sangat ia kenal parkir di halaman rumahnya, segera ia masuk ke dalam rumah dan menemukan sang kakak sedang duduk di ruang keluarga
“Za!!! Kapan pulang lo? Ko ga ngabarin gue dulu si?”, tanya Rio beruntun “haahahha, emang lo mau ngapain kalo gue ngabarin lo? Mau cabut sekolah? Enak aja!!!”, jawab Reza sembari merangkul adiknya yang sudah usang tak dilihatnya
“Za!!! Kapan pulang lo? Ko ga ngabarin gue dulu si?”, tanya Rio beruntun “haahahha, emang lo mau ngapain kalo gue ngabarin lo? Mau cabut sekolah? Enak aja!!!”, jawab Reza sembari merangkul adiknya yang sudah usang tak dilihatnya
Keduanya berbincang melepas rindu. Rio menceritakan bahwa ia sedang jatuh cinta dengan sahabat sekelasnya. Dengan sangat antusias diceritakannya gadis yang membuatnya tergila-gila. Reza yang hanya mendengarkan ceritanya saja sudah mulai ingin tau dengan sosok gadis yang diidamkan adiknya. Namun dialog mereka terputus karna… “yaAllah Reza, kapan dateng nak? Ko ga telpon Mama?”, tanya Mama memeluk anak sulungnya “Mama kan sibuk, lagian saya kesini bareng temen ko. Dia juga orang rantau kayak saya hahha”, Jawabnya menenangkan sang Bunda. Akhirnya Mama memutuskan mengajak kedua anaknya untuk makan malam diluar sembari melepas rasa rindu. Walaupun tanpa kehadiran Papa, kedua kakak beradik ini tetap bersyukur karna masih sanggup berkumpul walaupun hanya sebentar karna lusa Reza akan kembali ke Jogja.
Selama tiga hari dirumah Rio selalu berusaha untuk pulang cepat semoga sanggup bermain dan menceritakan ihwal pujaan hatinya. Akan tetapi selama tiga hari itu juga Rio melihat ada perubahan dengan kelakuan Reza
“Za, ko lo minum air putih mulu dah? Ga kembung apa”, tanyanya sehabis mandi ketika melihat Reza sedang menegak air putih di dapur “biar seha dodol!!”, jawab Reza sekenanya. Rio yang menganggap itu cukup masuk nalar kemudian meninggalkannya. Malam hari ketika seisi rumah sudah tertidur ia melihat Reza keluar kamar dan menuju kamar mandi. Dipikirannya mungkin kakaknya ingin buang air kecil, tapi itu semua mulai diragukannya. Sudah hampir satu jam Reza di dalam dan belum keluar juga. Kecurigaan Rio makin kuat, di ketuknya pintu kamar mandi itu sambil mengajak Reza bicara “bang lo ngapain? Tidur?”, tanyanya semoga tidak terlihat mencurigakan. Bukannya menjawab pertanyaan adiknya Reza membuka pintu sambil menjitak kepala adiknya “ngapain lo? Sana tidur!”, kemudian berjalan ke arah kamar dan kembali tidur. Rio hanya mengikuti dibelakang sambil menggaruk kepala melihat kelakuan kakaknya
Keesokan harinya ketika hendak berangkat sekolah dipergokinya sang kakak sedang mengantongi plastik kecil ke dalam kantong celananya, namun ia cepat-cepat memalingkan wajah semoga Reza tidak melihatnya. Selama di perjalanan Rio bertanya ada apa dengan kakaknya, dalam hatinya Rio berdoa semoga kakaknya tidak terkena duduk kasus apa-apa.
Sesampainya di sekolah ia segera menuju kelasnya dan ketika itu juga bel masuk berdering. Hari itu semua pelajaran yang diterima Rio ibarat angin kemudian di kepalanya, pikirannya tertuju pada kakaknya. Perasaannya sungguh tidak enak. Ketika sedang mendapatkan materi pelajaran Biologi, ternyata kelas Rio sedang membahas ciri-ciri orang yang memakai narkoba. Seperti kulit pucat, mata merah,mulut kering,,pelupa,tanggapannya lambat, komunikasi dengan keluarga menurun, sering mendapatkan telpon secara membisu diam,mudah tersinggung,prestasi menurun,sering berlama-lama di kamar mandi,takut air,banyak botol mineral dll. Mendengar ciri-ciri yang dijelaskan oleh bu Emy, Rio teringat akan Reza. Berhubung Biologi ialah pelajaran terakhir pada hari itu Rio bergegas pulang sehabis dibunyikannya bel pulang.
Hari ini merupakan hari terakhir Reza di Jakarta.
“besok lo balik ya? Yah”, Rio memancing
“…. ha? Iyanih haha, jangan kangen ya lo Yo!”, jawab Reza agak terlambat. Batin Rio berguncang, ciri-ciri pengguna narkoba yang dijelaskan Bu Emy hampir menuju kearah Reza. Mulai dari caranya menjawab pertanyaan,lamanya Reza dikamar mandi, banyaknya Reza minum air mineral,dan ketika dipergokinya Reza mengantongi plastik kecil
“lo ga mau beli sesuatu Za buat temen lo di Jogja?”, tanya Rio lagi
“….hmm gitu ya? Yaudah deh yuk! Tempat biasa aja”, jawab Reza mengiyakan usul adiknya
Akhirnya sore itu mereka menuju distro langganan mereka. Saat sedang menentukan baju tiba tiba Reza menerima telpon dari seseorang, Rio tidak sanggup mendengar pembicaraan mereka. Saat dirinya mendekati Reza tiba tiba dimatikannya telpon itu dengan terburu buru. “siapa? Cewe lo? Ko dimatiin”, selidik Rio “… ah eh.. bukan ko, temen. Yaudah balik yuk entar gue telat. Bajunya udah kan?, jawabnya terburu-buru “ “iya udah”, Rio mengiyakan.
Selama perjalanan pulang Rio yang duduk di sebelah Reza yang sedang menyetir mengamati wajah sang kakak. Merasa diperhatikan Reza pun memecah keheningan “ngapain lo liatin gue?”, tanyanya agak rishi. “ha? GaPapa. Mata lo ko merah deh? Begadang?”. “ha?engga. kelilipan tadi”, jawabnya terdengar ragu-ragu
Rio kembali dalam lamunannya. Di dalam hatinya Rio berbicara ‘yaAllah Reza kenapa? Kenapa semua ciri-ciri itu ada sama dia? Kenapa harus dia? Za! Kenapa lo gini si? Emang Papa ngapain lo sampe lo gini?’. Lamunannya buyar karna Reza menyadarkannya jikalau mereka sudah hingga dirumah.
Keesokan paginya sempurna pukul 08.00 Reza berangkat ke Jogja dengan temannya yang berjulukan Bagas. Saat Rio melihat penampilan Bagas bergotong-royong ia agak kurang suka karna penampilannya sangat kumel tidak terurus, tapi apa boleh dikata kakaknya sudah berkenalan dan menjadi sahabat dengan Bagas. Keadaan ini semakin mendukung kecurigaan Rio jikalau Reza pemakai narkoba. Tapi itu semua tidak segera diberitaukannya kepada Mama.
Setahun telah berlalu, kini Rio sudah mendapatkan gadis pujaannya Azaliya. Ditelponya Reza, dalam hatinya ia ingin menyebarkan kesenangan dengan saudaranya “woi Za, kini gue udah jadian sama cewe itu. Udah 4bulan hahahha”, ucapnya sambil tersenyum “iya? Hmm elok deh lo ga abnormal karna beliau haha, eh Yo udah dulu ya lagi ada urusan gue. Minggu depan gue balik, lo kenalin cewe lo ke gue. Dah”, telpon ditutup sebelum Rio menjawab.
Minggu itu pun tiba
“Ya, nanti saya kenalin sama kakak saya ya. Kamu jangan kaget”, ujar Rio lewat telpon “oh beliau pulang hari ini? Okedeh sip. Kamu jemput saya jam berapa biar saya sanggup siap-siap?”, tanya Alya “abis Isya ya yang” “okedeh, assalamualaikum” “walaikumsalam”, jawab Rio kemudian mengantongi handphone nya.
Pukul 15.27 Reza tiba dirumah dengan membawa seorang gadis. Setelah berbincang bincang dengan Mama, Rio gres mengetahui jikalau gadis yang dibawa kakaknya itu ialah pacarnya. “cil! Kenalin nih calon kakak ipar lo”, panggil Reza “hai mba, Rio”, ujar Rio memperkenalkan dirinya “hahaha iya tau ko, Reza suka cerita. Aku Zetta”, jawabnya ramah. sehabis cukup usang mengakrabkan diri Rio pamit untuk menjemput Alya
Setelah menjemput Alya jadinya diperkenalkannya lah pujaan hatinya itu dengan Zetta dan Reza. “mba,Za kenalin bidadari gue hahaha”, Alya yang diperkenalkan hanya melempar senyum malu malu kepada Zetta dan Reza “Alya. Ka Zetta ya?” tanyanya ketika berjabat tangan. Zetta hanya tersenyum dan jadinya mereka semua larut dalam perbincangan yang mengakrabkan suasana, hingga Zetta menceritakan awal pertemuannya dengan Reza.
Zetta mengenal Reza ketika dengan tidak sengaja memergoki Reza sedang pesta narkoba dengan Bagas yang ternyata ialah sepupu Zetta di gudang belakang kampus. Ia tahu betul jikalau Bagus itu anak yang susah untuk diatur sebelum beliau mencicipi akhir perbuatannya sendiri. Bagas dan Reza sendiri merupakan sahabat satu jurusan, dan keadaan keluarga Bagas memang sama ibarat keadaan keluarga Reza, maka dengan mudahnya Bagas sanggup merayu Reza untuk ikut menikmati barang haram itu. Selain Karena keadaan keluarganya, Reza mengaku jikalau Ayahnya jarang memperhatikannya. Bahkan ketika dirinya tidak pulang kerumah selama seminggu Ayahnya juga tidak mencarinya. Karena merasa kasihan dengan Reza jadinya Zetta memutuskan untuk menjadi sahabat Reza. Diselidikinya alasan-alasan yang menciptakan Reza mau mendapatkan usul Bagas, sehabis tau apa sebabnya Zetta mulai mencurahkan semua perhatiannya untuk Reza dan usang kelamaan rasa sayang itu tiba dan rupanya itu juga dirasakan Reza. Berkat Zetta, Reza mau masuk panti rehabilitasi dan mulai berusaha untuk meninggalkan dunia haram itu. Dengan kehadiran Zetta ternyata Reza sadar bahwa tindakannya itu salah, dan pada jadinya nanti dialah yang akan menyesal dan bukan hanya itu saja keluarganya pun akan murung bahkan malu.
Selama setahun belakangan ini Zetta membawa perubahan yang elok untuk Reza. nilai-nilai mata kuliah Reza yang turun kini berhasil ditingkatkannya lagi. Sholat lima waktu yang dulu ditinggalkannya kini sudah mulai dilakukannya lagi. Sifat Zetta yang amat bertolak belakang dengannya menciptakan dirinya malu dengan sendirinya, dan berawal dari rasa malu itu yang menciptakan Reza kini sudah terbiasa.
Setelah Zetta selesai bercerita, jadinya dengan mata yang berkaca Reza bicara
“Ta, makasih ya kau udah nyadarin aku. Kalo ga ada kau mungkin kini saya masih jadi pemake atau malah saya udah mati….”, air mata Reza jatuh “… makasih buat semua yang kau lakuin buat aku. Kamu cewe terhebat yang pernah saya punya selain Mamaku”, kemudian mengecup kening Zetta yang jadinya menciptakan Zetta ikut menitikan air mata, kemudian menanggapi Reza “Janagn ngelakuin hal terbelakang lagi. Inget Mama kau disini. Biarin Bagas rusak, tapi jangan kamu. Kamu yang masih waras karna kau masih sanggup berubah” ungkapnya dengan nada sedih. Rio dan Alya yang mendengar dongeng itu hanya saling memandang, kemudian Alya memecah keharuan itu dengan celetukannya “Awas aja ya Yo kalo kau pake narkoba!! Aku eksklusif minta putus trus semua ihwal kau saya apus!!” ucapnya sambil menghapus air mata di pipinya. Rio yang disindir hanya membalas dengan kata kata manis “aku dapetin kau aja susah, gemana sanggup saya nyia-nyiain kamu?” kemudian mencubit pipi tembem Alya. Melihat kelakuan adiknya Reza dan Zetta tertawa terbahak-bahak hingga menciptakan mereka jadinya tertawa semua.
Di dalam hati Rio bersyukur karna kakaknya sudah sadar dan sudah meninggallkan dunia hitamnya. Dan jadinya Rio sadar bahwa kekuatan wanita itu sangat luar biasa. Ka Zetta terimakasih sudah menyayangi Reza dengan tulus.
PROFIL PENULIS
Nama : Farah Amellia Hawa Nurazis
TTL : Tegal 3 November 1994
Add facebook : farah amellia hawa nurazis/ mameng.zone@yahoo.com
Follow twitter : @frhawa
Nama : Farah Amellia Hawa Nurazis
TTL : Tegal 3 November 1994
Add facebook : farah amellia hawa nurazis/ mameng.zone@yahoo.com
Follow twitter : @frhawa