Pupus - Cerpen Cinta Remaja
Jumat, 28 Agustus 2015
PUPUS
Karya Triana Agustin
Karya Triana Agustin
Langit mulai menapakkan gelap, tampaknya sore ini akan turun hujan lagi. Andai Tuhan izinkan saya hanya ingin satu permintaan, tolong jangan turunkan hujan sore ini saya hanya ingin melihatnya dan bertemu dengannya.
Namaku Trisya dan kini saya duduk dikelas 3 SMA, gak kerasa sebentar lagi saya akan pergi meninggalkan sekolah yang begitu penuh dengan kenangan ku. Menjalani hari-hari ku disekolah ialah kebahagiaan terindah dalam hidupku alasannya ialah disana ada Mario yang selalu saya cintai tapi cinta ku ini hanya cinta semu, alasannya ialah sehabis ku persembahkan hidup ku untuknya dan telah ku relakan hatiku padanya ia masih belum sanggup membalas ketulusan cintaku. Sekarang saya sedang menikmati masa liburan semester ku dan saya hanya sanggup habiskan masa liburan sekolahku sendiri. Dalam status hubungan saya memang kekasihnya namun dalam hatinya saya bukan siapa-siapa, sejak hati dan juga jiwanya terluka oleh Shela ia pun kini enggan untuk membuka hatinya pada siapapun termasuk aku. Ku dengar kini Mario tengah sibuk dengan dunianya, ia ialah panitia pameran film fisika yang akan diadakan ahad depan dan mungkin tak akan ada waktu banyak untuk ku.
Pupus |
Lima hari sudah ku lalui masa liburanku ini hanya dengan tangis kesedihan, saya selalu menangisinya, menangisi setiap cara yang ia berikan untukku. Rasanya sakit hati ini menerimanya sehabis saya benar-benar lapang dada mencintainya tapi ia hanya anggap semua itu biasa saja.
Tanpa terasa hari-hari liburan sekolah pun telah berlalu, semua berlalu tanpa arti bagiku. Kini saya sudah hadir di bulan januari dan yang ku tau, bulan januari ini ialah bulan kelahirannya tepatnya tanggal 24 nanti ia genap berusia 17 tahun. Sebenarnya saya sudah merencanakan sesuatu untuknya memang bukan sesuatu yang special tapi setidaknya saya ingin ia selalu mengenang setiap detik yang ku hadirkan hanya untuknya. Dalam duniaku hanya berisikan perihal Mario dan dalam dunia Mario saya tak pernah ada.
“bantu gue yah, gue pengen bikin surprise kecil buat dia” pintaku pada Sirius, bekerjsama namanya Shinee hanya saja saya senang memanggilnya Sirius.
“emangnya lo udah punya planning apa buat dia” saya pun berbisik di pendengaran Shinee dan memberitahukan apa rencanaku.
Aku hanya mempunyai planning yang sederhana, hanya sekedar ingin membawakan camilan manis tar kecil untuknya dengan lilin-lilin yang akan menghiasi harapannya. “ummp oke gue bantu lo”
“thanks ya” ucap ku dengan senyum sumbringah.
Hari demi hari cepat berlalu dan terus bergulir begitu saja, kadang ingin ku tanyakan untuk siapa hatinya kini tapi rasanya percuma ku tanyakan itu. Aku memang mencintainya tapi ia tak pernah jujur akan rasa sayang dan cintanya padaku. Aku gundah dengan semua ini, menyayangi seseorang tanpa sebuah kepastian yang niscaya dan hal ini sangat menyakitkan.
Esoknya sepulang sekolah saya dan Shinee pergi mencari camilan manis tar cantik, walau harganya tak mahal supaya camilan manis itu bermakna untuknya.
“Sya..sya… liat deh, cantikkan kuenya”
“ikh mungil banget, yaudah deh gue beli yang itu aja kali ya”
“ohiya namanya belum di tulis” ucap Shinee mengingatkanku.
“eh iya hampir gue lupa, mba tulis nama ini ya Happy Birthday 17 Mario Ashidik”
“baik mba” ucap seorang pelayan toko camilan manis ini.
“kapan lo mau kasih ni kue?”
“ya besoklah kan ultahnya besok, paling pulang sekolah deh”
“umm sukses yah”
“pasti, thanks yah”. Aku gak sabar menunggu hari esok bagaimana ya ekspresinya dikala saya bawa camilan manis ini, hanya itu yang selalu ku pikirkan.
Malam pun telah berganti, dan tiba saatnya untuk ku kembali menjalankan rutinitas hari-hariku yaitu sekolah, berguru dan bertemu dengan dia. Hatiku tak sanggup diam, sesekali ku lihat jam didinding rupanya belum saatnya untuk pulang sekolah. Dan tak usang sehabis itu bel tanda berakhirnya jam pelajaran terakhirpun berbunyi. Senangnya hatiku hasilnya saya sanggup bertemu dengannya dan menawarkan kejutan ini.
Dengan cepat saya keluar dari kelasku dan membawa camilan manis itu, sesampainya didepan kelas Mario, saya terdiam, hatiku tercengang melihat ia sudah dikerumuni oleh sahabat-sahabat terdekatnya, disana ada Lilian dan juga Merlin. Mereka telah mempersiapkan kejutan besar yang lebih istimewa untuk Mario,seketika senyum senang yang sedari tadi ku kembangkan dalam wajahku menjelma tangis dan kekecewaan. Disana tak hanya ada sahabat-sahabatnya tapi disana juga ada Shela. Aku tak sanggup lagi berharap ia akan melihatku dan mendapatkan hadiah dariku alasannya ialah ku tau hadiah dari ku ini tak ada artinya dibandingkan dengan hadiah yang sudah mereka persembahkan untuknya.
“Trisya, kok kau berdiri didepan pintu? ayo masuk” ucap Benny yang sedari tadi sudah berdiri disampingku.
“eh engga deh, tampaknya percuma saya masuk…”
“tapikan kau pacarnya Mario”
“aku gak apa-apa kok, ohiya Ben boleh saya minta tolong”
“boleh”
“tolong kau berikan ini untuk Mario, ohiya ini kado untuk dia”
“tapi kenapa gak kau aja”
“aku gak mau merusak kebahagiaan ia hari ini” ucapku lirih dengan mata yang mulai berkaca-kaca, sehabis Benny benar-benar telah mendapatkan dua kotak dariku, saya pun dengan segera pergi meninggalkan kelas Mario tanpa Mario tau kedatanganku. Setelah kepergianku ku rasakan semilir angin yang menerbangkan aroma badan Mario keluar dari kelasnya dan menemui Benny.
“hai Ben?”
“hei yo, ohiya Happy Birthday”
“iya thanks, itu buat siapa?”
“ini buat lo yo” kemudian Mario pun membuka kotak camilan manis itu
“kue itu dari pacar lo”
“Trisya tadi kesini?” Benny hanya menganggug, kemudian kemudian Mario meletakkan camilan manis itu dan pergi meninggalkan Benny untuk kemudian mengejar ku.
Rasanya kaki ku lemas untuk melangkah, semua yang ku harapkan pupus begitu saja. Saat ku lihat Mario tertawa senang tanpa kehadiranku, dikala ku lihat saya tak pernah sanggup membuka hatinya untukku. Saat itu saya menyebrang tanpa melihat arah ku sendiri, tak ku sangka dari arah belakangku telah melaju sebuah kendaraan beroda empat dan menabrakku. Ku dengar ada bunyi teriakkan yang sangat kencang dan kurasa saya mengenali betul bunyi itu, iya itu ialah bunyi hangat Mario, bunyi yang tak pernah lagi kudengar. Lalu saya mencicipi tubuhku terangkat dalam pelukkan, saya masih sanggup melihat ia walaupun semu tapi saya masih sanggup merasakannya, ia memelukku dan menangisiku. Untuk pertama kalinya saya melihat ia menangisiku. Aku tak sanggup bergerak rasanya lengan ku sakit dan darah segar tak hentinya berhenti bercucuran dari kepalaku. Aku hanya ingin mengucapkan sesuatu untuknya, ku mohon bantu saya Tuhan untuk katakan bahwa saya mencintainya.
“Sya, kau harus bertahan” ucapnya kemudian kurasakan tetesan air matanya jatuh sempurna di pipiku. Ku coba meraih tangannya, saya berusaha mengumpulkan sisa-sisa tenaga ku.
“Ma..ma..rio” ucapku terbata-bata.
“iya sayang ada apa”. Aku senang kala ia memanggil ku dengan sebutan sayang, sebutan yang tak pernah lagi ku dengar darinya.
“selamat ulang tahun, saya hanya ingin ucapkan ini untuk kamu. Aku senang melihatmu bahagia”
“maafin saya Sya, saya terlalu sibuk dengan duniaku”
“Ma..rio…aku gak kuat”
“kamu gak boleh ngomong gitu, kau harus berpengaruh Sya. Ku mohon bertahanlah”
“aku…aku menyayangi ka…mu” suaraku semakin melemah dan menghilang, wajahnya tak lagi terlihat oleh ku dan saya mencicipi hambar yang amat sangat menghantam tubuhku kemudian ku hembuskan nafas terakhirku dalam pelukkan Mario. Tuhan membawa ku pergi secepat kilat dan kini saya tak sanggup lagi ada disamping Mario.
“Trisya bangun, Sya…aku belum sempat menyampaikan saya juga menyayangi kau Trisya” Bisiknya di telingaku.
Aku tak pernah menyesal mengenalmu bahkan telah ku relakan semuanya untukmu. Aku tak tau bagaimana nanti kau mengenangku, ku serahkan semuanya padamu. Dan andai saya sanggup menentukan antara kini atau masa lalu, saya ingin hidup dalam masa kemudian masa dimana saya hidup tanpa air mata dan juga kecewa. Tuhan andai saya sanggup kembali, saya ingin ia tau bahwa saya akan selalu mencintainya dan menyayanginya.
Selesai
Tanpa terasa hari-hari liburan sekolah pun telah berlalu, semua berlalu tanpa arti bagiku. Kini saya sudah hadir di bulan januari dan yang ku tau, bulan januari ini ialah bulan kelahirannya tepatnya tanggal 24 nanti ia genap berusia 17 tahun. Sebenarnya saya sudah merencanakan sesuatu untuknya memang bukan sesuatu yang special tapi setidaknya saya ingin ia selalu mengenang setiap detik yang ku hadirkan hanya untuknya. Dalam duniaku hanya berisikan perihal Mario dan dalam dunia Mario saya tak pernah ada.
“bantu gue yah, gue pengen bikin surprise kecil buat dia” pintaku pada Sirius, bekerjsama namanya Shinee hanya saja saya senang memanggilnya Sirius.
“emangnya lo udah punya planning apa buat dia” saya pun berbisik di pendengaran Shinee dan memberitahukan apa rencanaku.
Aku hanya mempunyai planning yang sederhana, hanya sekedar ingin membawakan camilan manis tar kecil untuknya dengan lilin-lilin yang akan menghiasi harapannya. “ummp oke gue bantu lo”
“thanks ya” ucap ku dengan senyum sumbringah.
Hari demi hari cepat berlalu dan terus bergulir begitu saja, kadang ingin ku tanyakan untuk siapa hatinya kini tapi rasanya percuma ku tanyakan itu. Aku memang mencintainya tapi ia tak pernah jujur akan rasa sayang dan cintanya padaku. Aku gundah dengan semua ini, menyayangi seseorang tanpa sebuah kepastian yang niscaya dan hal ini sangat menyakitkan.
Esoknya sepulang sekolah saya dan Shinee pergi mencari camilan manis tar cantik, walau harganya tak mahal supaya camilan manis itu bermakna untuknya.
“Sya..sya… liat deh, cantikkan kuenya”
“ikh mungil banget, yaudah deh gue beli yang itu aja kali ya”
“ohiya namanya belum di tulis” ucap Shinee mengingatkanku.
“eh iya hampir gue lupa, mba tulis nama ini ya Happy Birthday 17 Mario Ashidik”
“baik mba” ucap seorang pelayan toko camilan manis ini.
“kapan lo mau kasih ni kue?”
“ya besoklah kan ultahnya besok, paling pulang sekolah deh”
“umm sukses yah”
“pasti, thanks yah”. Aku gak sabar menunggu hari esok bagaimana ya ekspresinya dikala saya bawa camilan manis ini, hanya itu yang selalu ku pikirkan.
Malam pun telah berganti, dan tiba saatnya untuk ku kembali menjalankan rutinitas hari-hariku yaitu sekolah, berguru dan bertemu dengan dia. Hatiku tak sanggup diam, sesekali ku lihat jam didinding rupanya belum saatnya untuk pulang sekolah. Dan tak usang sehabis itu bel tanda berakhirnya jam pelajaran terakhirpun berbunyi. Senangnya hatiku hasilnya saya sanggup bertemu dengannya dan menawarkan kejutan ini.
Dengan cepat saya keluar dari kelasku dan membawa camilan manis itu, sesampainya didepan kelas Mario, saya terdiam, hatiku tercengang melihat ia sudah dikerumuni oleh sahabat-sahabat terdekatnya, disana ada Lilian dan juga Merlin. Mereka telah mempersiapkan kejutan besar yang lebih istimewa untuk Mario,seketika senyum senang yang sedari tadi ku kembangkan dalam wajahku menjelma tangis dan kekecewaan. Disana tak hanya ada sahabat-sahabatnya tapi disana juga ada Shela. Aku tak sanggup lagi berharap ia akan melihatku dan mendapatkan hadiah dariku alasannya ialah ku tau hadiah dari ku ini tak ada artinya dibandingkan dengan hadiah yang sudah mereka persembahkan untuknya.
“Trisya, kok kau berdiri didepan pintu? ayo masuk” ucap Benny yang sedari tadi sudah berdiri disampingku.
“eh engga deh, tampaknya percuma saya masuk…”
“tapikan kau pacarnya Mario”
“aku gak apa-apa kok, ohiya Ben boleh saya minta tolong”
“boleh”
“tolong kau berikan ini untuk Mario, ohiya ini kado untuk dia”
“tapi kenapa gak kau aja”
“aku gak mau merusak kebahagiaan ia hari ini” ucapku lirih dengan mata yang mulai berkaca-kaca, sehabis Benny benar-benar telah mendapatkan dua kotak dariku, saya pun dengan segera pergi meninggalkan kelas Mario tanpa Mario tau kedatanganku. Setelah kepergianku ku rasakan semilir angin yang menerbangkan aroma badan Mario keluar dari kelasnya dan menemui Benny.
“hai Ben?”
“hei yo, ohiya Happy Birthday”
“iya thanks, itu buat siapa?”
“ini buat lo yo” kemudian Mario pun membuka kotak camilan manis itu
“kue itu dari pacar lo”
“Trisya tadi kesini?” Benny hanya menganggug, kemudian kemudian Mario meletakkan camilan manis itu dan pergi meninggalkan Benny untuk kemudian mengejar ku.
Rasanya kaki ku lemas untuk melangkah, semua yang ku harapkan pupus begitu saja. Saat ku lihat Mario tertawa senang tanpa kehadiranku, dikala ku lihat saya tak pernah sanggup membuka hatinya untukku. Saat itu saya menyebrang tanpa melihat arah ku sendiri, tak ku sangka dari arah belakangku telah melaju sebuah kendaraan beroda empat dan menabrakku. Ku dengar ada bunyi teriakkan yang sangat kencang dan kurasa saya mengenali betul bunyi itu, iya itu ialah bunyi hangat Mario, bunyi yang tak pernah lagi kudengar. Lalu saya mencicipi tubuhku terangkat dalam pelukkan, saya masih sanggup melihat ia walaupun semu tapi saya masih sanggup merasakannya, ia memelukku dan menangisiku. Untuk pertama kalinya saya melihat ia menangisiku. Aku tak sanggup bergerak rasanya lengan ku sakit dan darah segar tak hentinya berhenti bercucuran dari kepalaku. Aku hanya ingin mengucapkan sesuatu untuknya, ku mohon bantu saya Tuhan untuk katakan bahwa saya mencintainya.
“Sya, kau harus bertahan” ucapnya kemudian kurasakan tetesan air matanya jatuh sempurna di pipiku. Ku coba meraih tangannya, saya berusaha mengumpulkan sisa-sisa tenaga ku.
“Ma..ma..rio” ucapku terbata-bata.
“iya sayang ada apa”. Aku senang kala ia memanggil ku dengan sebutan sayang, sebutan yang tak pernah lagi ku dengar darinya.
“selamat ulang tahun, saya hanya ingin ucapkan ini untuk kamu. Aku senang melihatmu bahagia”
“maafin saya Sya, saya terlalu sibuk dengan duniaku”
“Ma..rio…aku gak kuat”
“kamu gak boleh ngomong gitu, kau harus berpengaruh Sya. Ku mohon bertahanlah”
“aku…aku menyayangi ka…mu” suaraku semakin melemah dan menghilang, wajahnya tak lagi terlihat oleh ku dan saya mencicipi hambar yang amat sangat menghantam tubuhku kemudian ku hembuskan nafas terakhirku dalam pelukkan Mario. Tuhan membawa ku pergi secepat kilat dan kini saya tak sanggup lagi ada disamping Mario.
“Trisya bangun, Sya…aku belum sempat menyampaikan saya juga menyayangi kau Trisya” Bisiknya di telingaku.
Aku tak pernah menyesal mengenalmu bahkan telah ku relakan semuanya untukmu. Aku tak tau bagaimana nanti kau mengenangku, ku serahkan semuanya padamu. Dan andai saya sanggup menentukan antara kini atau masa lalu, saya ingin hidup dalam masa kemudian masa dimana saya hidup tanpa air mata dan juga kecewa. Tuhan andai saya sanggup kembali, saya ingin ia tau bahwa saya akan selalu mencintainya dan menyayanginya.
Selesai
PROFIL PENULIS
Nama Lengkap : Triana Agustin
Nama Pena : Odette Princess
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 18 November 1994
Alamat : Krajan II RT 10/05 Sukamerta-Rawamerta
Sekolah : SMAN 2 Karawang
Kelas : XII IPA
Nama Lengkap : Triana Agustin
Nama Pena : Odette Princess
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 18 November 1994
Alamat : Krajan II RT 10/05 Sukamerta-Rawamerta
Sekolah : SMAN 2 Karawang
Kelas : XII IPA