Dasi Abu-Abu - Cerpen Kritik Sosial

DASI ABU-ABU
Oleh Anggarani

“Saya berjanji bila saya menjadi pemimpin nanti,seluruh warga desa Pare ini akan makmur,saya akan membantu permodalan usaha warga,bahkan saya rela apapun yg saya miliki untuk kesejahteraan warga sealiyan”,ucapan para kader-kader kampung yang begitu semangat merayu warga.
“Jono berangkat dulu ya buk?””iya Jon,hati-hati ya,belajar yang rajin semoga jadi pejabat,”pesan ibu pagi itu”pejabat??ibu mau jono jadi pejabat?biar dapat berperut buncit ya bu?”sahut ku atas cita-cita ibu yang menginginkan saya untuk jadi pejabat kelak,tapi itu cita-cita ibu,bukan keinginanku,orang-orang yang telah menentukan kader-kader yg mengobral kesepakatan itu sama saja mereka perlahan menyuapi kader-kader itu dengan per detik nyawa mereka..itu sangat di sayang kan..”sudah sana berngkat..,telat lho”tangan ibu dengan lembut mendorong ku keluar rumah untuk berangkat sekolah.
* * *

“ok,anak-anak pelajaran kita sudahi,sedikit pengumuman ,besok sekolah kita akan dihadiri oleh pejabat sentra kitayaitu bapak Sudion,jadi besok kita akan menyambut dia di aula sekolah kita,maka dari itu ibu akan menunjuk 3 anak dari kelas ini untuk berkesempatan memberikan 3 pertanyaan kepada bapak Sudiono besok.Yang pertama Ririn kusuma,ke dua Erik marko,dan yang ke tiga Jono sudibyo,terimakasih perhatian nya,kalian boleh pulang sekarang” pengumuman bu Erlin sontak membuat suasana sekolah jadi riuh,semua siswa,guru,karyawan yang ku temui siang itu semangat membicrakan Sudiono yang populer dengan kedermawanan nya.tpi itu tak merubah pandangan ku perihal pejabat yang bukan pejabat lagi tapi cenderung sudah menjadi penjahat.
* * *

Dasi Abu-abu
Malam semakin larut tak satupun inspirasi pertanyaan untuk sang pejabat terlintas,”kanapa Jon?melamun saja…!ngerjain PR blum?”Tanya ibu yang lagi-lagi dengan lembut membelai rambut ku,”sudah bu,tapi ini ada 1 PR yg sudah ku pikirkan dari 2 jam yang kemudian tapi tak berhasil bu.”keluhku pada ibu berharap ibu dapat membantuku.”coba ibu baca..eemmm buat pertanyaan untuk pak pejabat?gampang..tanya saja apa diam-diam nya dapat sukses,atau Tanya saja usaha hidup beliau,atau mungkin kau dapat Tanya perihal proyek-proyek nya untuk pendidikan negeri ini?bisa kan””eeemmm boleh juga bu..makasihya bu..””iya saying..klo sudah selesai tidur ya..””eemm”jawab q singkat,aku pun menulis apa yang ibu ucapkan tadi,dank u tutup buku ku ,ku tarik nfas q dalam-dalam”eeeeeeeehhhhhhmmmmm hhhhaaaaahhhh”ku pejamkan mata ku dan terpulas aq di ranjang kecil kamarku.
* * *

“Buk dasi jono mana?”pagi yang sibuk untuk bertemu dengan sang pejabat.”tumben pakai dasi,oo alasannya ialah mau ketemu pak pejabat ya?”jawab ibu sembari menyiapkan sarapan.”iya buk,mana cepet bu””sabar to jon..seminggu yang kemudian siapa yang membuang dasi nya ke sungai..”.”o iya Jono lupa buk…,ya sudah Jono enggak usah pakai dasi”.
Seminggu yang kemudian ditelevisi banyak tersiar gosip perihal koruptor yang lari ke luar negri ..sungguh geram hati ku ketika itu,mereka seakan dengan simpel nya mempermainkn bangsa ini..saat itu saya melihat di TV dia yang korupsi ialah orang-orang mulia yang berdasi..saking geram nya saya membuang dasi sekolah yang saya pakai ketika itu ke sungai.
* * *

Jalanan menuju sekolah ku pagi itu sangat ramai,dipenuhi para rakyat yang menunggu kendaraan beroda empat pejabat itu lewat,di sana saya bertemu dengan Vita,dia gadis kecil berusia 8 tahun,dia sahabat sekelas adiku,”mas Jono…!”suara mungil nya sukses menghentikan langkah ku.”Vita,kok nggak sekolah?”Tanya ku pada nya.”enggak mas,aku ingin beremu dengan pak pejabat,,”jawab nya semangat sekali”o ya ,mau apa?””aku mau minta dasi nya pak pejabat..”jawab gadis mungil itu,”ooo buat apa?”tanya ku sembari mengelus rambut kriting nya”kemarin saya mendengar ayah bertengkar dengan ibu,lalu ayah bilang menyerupai ini”andai saja saya menjadi orang yang berdasi,pasti keluarga kita akan jauh lebih baik”maka dari itu kak saya mau menarik dasi dari lehernya pak pejabat buat ayahku,biar tidak bertengkar lagi”lagi-lagi gadis kecil itu menjawab dengan nada bunyi yang penuh semangat,”oo yasudah semoga sukses ya...!”aku meninggalkan gadis kecil itu segera alasannya ialah jam sudah menerangkan ke arah pukul 07.00 dan waktunya ini saya bertemu dengan pak pejabat yang terhormat.
***

Sepanjang perjalanan saya tak henti memikirkan gadis kecil berjulukan Vita tadi,dia sungguh bersemangat,hanya untuk sebuah dasi yang penuh dengan kebohongan...
“Ok pertanyaan yang cantik dari Erik,yaitu perihal usaha bapak Sudiono dalam meniti karier nya,dan selanjutnya 3 pertanyaan terakhir dari Jono,silahkan jono”dengan disaksikan ratusan bahkan mungkin seribu pasang mata yang memenuhi aula sekolah ku,bu Erlin menyuruh ku untuk segera memulai 3 pertanyaan dari ku,rasa jantung ini deg-degan,ku tarik nafas panjang dan saya pun mulai bertanya”heeekkkhh hhhaahhh,eemmm per perta paertanyaan pertama saya,dasi bapak sangat bagus,dari sini terlihat berkilau pak,berapa harga dasi bapak??”semua mata siang itu sontak dengan cepat menertawakan ku”sudah-sudah,saya akan menjawab nya,emmm harga dasi saya ini cukup mahal,”jawab pejabat itu sembari menahan tawa nya pada ku.”kalau begitu lebih berharga mana antara harga dasi bapak dengan harga diri rakyat?”lagi-lagi semua mata tertuju pada ku dan mereka semua serentak berkata “Ha..!””jelas lebih berharga harga diri rakyatku,”jawab pejabat itu sembari seditit mengencangkan dasi nya,”pertanyaan ke 2,eemmmm dasi bapak bermotif unik,bergaris-garis dan berkilau,bapak beli dasi itu di mana?”
“Jono,cukup,,,..!”bu Erlin membentak sembari melotot pada ku,”tenang bu,saya akan menjawab nya,saya beli dasi ini di Paris,saat tahun kemudian saya berlibur ke sana se keluarga”

Jawab pejabat itu,”pasti bapak sangat menginginkan dasi itu waktu dulu pertama kali bapak melihat nya?”sahut ku lagi penuh semangat,”ya tentu”pejabat itu menjawab dengan singkat,”kalau begitu lebih penting mana antara cita-cita bapak sendiri dengan cita-cita rakyat?”Tanya ku lagi.Raut wajah pejabat itu semakin memucat dan sontak suasana aula siang itu berubah sunyi seakan mereka,seribu pasang mata itu ingin mendengar pertanyaan-pertanyaan ku lagi,”heeekkkhhhh hheehhh,jelas lebih penting cita-cita rakyat ku.”jawab pejabat itu lagi.
“baik pak,sekarang pertanyaan terakhir pak,bolehkah saya menarik dasi itu dari leher bapak?”
Pertanyaan terakir ku ini lagi-lagi sukses membuat seribu pasang mata itu bergejolak,”Jono,apa-apa an kau itu,hentikan”suara sedikit cempreng yang keluar dari verbal bu Erlin membuat saya kaget dan takut,”tidak bu,tak papa….”jawab pejabat itu sembari lagi-lagi mengencangkan dasi nya,”baik anak muda,jika saya memperbolehkan kau mengambil dasi ku,apa yang akan kau lakukan?”pejabat itu melontarkan pertanyaan nya dengan melotot pada ku.”aku akan membuang nya ke sungai,”jawab ku itu sekali lagi membuat reaksi yg sama pada bu Erlin ataupun seribu pasang mata yg menyaksikan 

Tanya jawab siang itu,”kenapa anak muda?”lagi pejabat itu bertanya pada ku,,”seminggu yang kemudian saya melihat di TV kawan-kawan anda tertangkap oleh pihak yang berwajib,mereka dengan tega nya menguras kantong-kantong kecil milik rakyat,dan hampir semua dari mereka ialah orang-orang yang berdasi,karena saya kesal dan murka akan hal itu makasaya membuang dasi sekolah saya ke sungai,dan saya tak ingin anda pun melaksanakan hal yang sama dengan teman-teman anda pak”jawab ku itu membuat sang pejabat seketika menitihkan air mata,beliau membungkuk dan mempersembahkan dasi nya untuk ku,”nak,ambilah dasi ku ini,hanya kau lah yang berhak menarik dasi ku ini dari leherku,ambilah dan buanglah ke sungai yang air nya sangatttttt deras,bahkan sungai yang paling deras sekalipun,larilah nak larilah sekencang mungkin,buanglah jauh-jauh dasi ini.”pernyataan pak Pejabat itu sontak membuat seribu pasang mata yang menyaksikan siang itu terkagum dan menunjukkan tepuktangan untuk kami,
***

Aku berlari dan terus berlari,ku dobrak pintu gerbang sekolah dan terus berlari,rasa besar hati menggelayut di hati ku,bungah hati ku ini tak terkira rasa nya,aku sudah mengalahkan seorang pejabat yang populer dengan kedermawanan nya itu.Namun….semua sirna sudah ketika saya melihat seonggok bendera kuning terkibar di ujung gang ,itu sukses membuat langkahku terhenti”Permisi pak,kalau boleh tau yang meninggal siapa ya pak?”Tanya ku pada bapak-bapak sol sepatu di ujung gang itu,”oooo Vita mas,”jawab bapak itu santai “maksud bapak Vita si gadis kecil yang tadi ikut menyambut pak pejabat itu pak?”kembali Tanya ku dengan nada sedikit keras,”iya mas,kasohan lho,masih kecil tapi meninggal nya tragis,dia mati terinjak-injak ketika ingin bertemu pak pejabat tadi pagi mas”bapak sol sepatu itu melanjutkan pekerjaan nya.
Tubuhku mendingin semua gemetar rasanya,aku tak percaya,gadis itu mati alasannya ialah ingin menarik dasi pak pejabat,sedangkan saya dengan simpel mendapat dasi itu,kalau saya begini berarti saya sama saja dengan koruptor-koruptor itu.
***

“Permisi”suara lemahku memasuki rumah Vita si gadis malang itu yang sudah di penuhi para pelayat-pelayat,”Vitaaaaa,,heeeeeeeeeeVitaaaa bangkit sayang,maafkan ibu nak,Vitaaaaaaaaa”
Suara lemah itu ialah jeritan seorang ibu yang kehilangan anak gadis nya yang gres berusia 8 tahun.Jerit tangis nya berulang kali ku dengar,,saat dia menangis sang suami hanya bias memeluk dan tertunduk lesu di sampingnya sambil sesekali mencoba tersenyum pada pelayat untuk menutupi rasa sedih nya.”Vitaaaaaaaaa,, haaaaaaaaaaaa haaaaaa,”lagi saya mendengar tangis seorang ibu itu yang begitu deras,dan diiringi dengan tak sadarkan diri nya.Aku hanya bias tertunduk di bangku pelayat saya tak kuasa melihat gadis itu,aku genggam erat dasi sang pejabat itu dan saya harus melakukas sesuatu untuk nya”pak,tadi pagi Vita ketemu saya di jalan dia bialng dia mau bertemu pak pejabat dan menarik dasi nya untuk bapak,karena kemarin dia mendengar bapak bertengkar dengan ibu dan berkata“andai saja saya menjadi orang-orang kaya yang berdasi,pasti keluarga kita akan jauh lebih baik”,maka dari ibu dia ada di sana ketika itu pak,bu,dan dasi ini saya ambilakan eksklusif dari leher pak pajabat,ini saya berikan be pada bapak,ini untuk Vita pak.”aku menyarahakan dasi itu ke ayah dan ibu nya Vitasontak mereka menangis dan memeluk jasad Vita.
***

Langkah ku lemah menuju sekolahku”nak apa kau sudah membuang dasi bapak,lihatlah bapak sudah tidak menggunakan dasi lagi sekarang”kata pak pejabat sambil menepuk-nepuk punggung ku di kantor sekolah ku,”sudah pak,aku membuang nya ke sungai yang air nya sangaaaaaaattttttt deras,bahkan deras nya melebihi apapun di dunia ini,”jawabku lesu”sungai di tempat mana?”Tanya pak pejabat itu lagi”sungai di hati seorang ibu,airmata seorang ibu yang kehilangan anak nya yang mati terinjak-injak ketika ada seorang pejabat gemar memberi yang tiba ke tempat ini pagi tadi, anak kecil berusia 8 tahun yang ingin menarik dasi sang pejabat itu terinjak dan mati sehingga membuat sungai yang amat sangat deras,sungai dari air mata ibu nya yang selalu memeluk jasad nya pak..”jawabku panjang lebar..sang pejabat itu hanya bernafas panjang danberkata”seorang yang baik tidak dapat dinilai dari dasi yang dia kenakan,seorang yang jahat tidak dapat dinilai dari tato di lengan nya,semua itu tinggal bagai mana kita memahami dia dan segala tingkah laku
nya,bapak harap kau mengerti nak...bapak memang berdasi tapi bapak tidak pernah menggunakan dasi bapak untuk menjerat leher rakyat ku..pahami itu.”pejabat gemar memberi itu pergi melenggang menuju kendaraan beroda empat pribadinya.
***

Siang semakin larut,ramai nya sekolah ketika itu terasa sunyi bagi ku,melangkah lemas dan tak berdaya dasi abu-abu terus terngiang di pikiran ku,semua bunyi yang membicarakan gadis kecil malang itu serasa terus terdengar di telingaku.Jalanan terasa begitu ramai,pejabat gemar memberi menjadi topik yang hangat ketika itu,pikir ku terus melayang tak berhenti memikirkan peristiwa dasi abu-abu hari ini,langkah ku terhenti ketika formasi dasi tertata di sebuah toko,”permisi bu,apa di sini menjual dasi abu-abu?”tanya ku pada pemilik toko,”tentu sebentar saya ambilkan,di toko ini ada 3 jenis dasi abu-abu,kamu mau yang polos untuk anak Sekolah Menengan Atas atau bergaris-garis menyerupai para pegawai atau dasi abu-abu bergaris-garis dan berkilau menyerupai para pejabat sekarang.?”ibu pemilik toko menjelaskan dengan atusias.Semua dasi di hadapanku tak kuasa ku tolak namun saya sadar apa yang saya butuhkan sekarang,bukan yang bergaris bukan juga yang berkilau,”saya pilih dasi yang polos bu,ini uang nya”ku ambil dasi itu,di lorong jalan setapak desa ku tak kuasadengan apa yang saya lakukan hari ini kata-kata pak pejabat dan gadis kecil malang itu terus terngiang di pikiran ku.”oohhh pak pejabat,silahkan masuk pak...”triak bapak-bapak renta yang semangat menyalami pak pejabat itu,langkah ku lagi-lagi terhenti sempurna di samping bendera maut di ujung gang bersahabat rumah gadis kecil malang itu,sang pejabat terlihat masuk ke rumah sederhana yang sedang berduka itu,hati ku semakin tak karuan serasa begitu memalukan nya saya hari ini,ku tinggalkan bendera itu sendiri di ujung gang,ku lanjutkan lagi langkah lemas ku untuk pulang.

Dasi yang ku genggam,ku tatap,ku pandangi jahitan demi jahitan yang terangkai di sekeliling nya,ku tarik nafas panjang dan ku pastikan masa depan ku mulai dari sekarang,dasi yang saya genggam ialah dasi abu-abu polos bila sudah tiba waktunya nanti dasi ini akan saya rubah menjadi dasi abu-abu bergaris yang indah dan suatu ketika nanti dasi bergaris ini akan menjadi dasi abu-abu bergaris yang berkilauan,demi rakyat indonesia,jiwaku berbakti dan raga ku mengabdi dengan dasi abu-abu kan ku ukir masa depan bangsa tanpa mencekik leher rakyat dengan dasi yang ku kenakan nanti.

TAMAT

PROFIL PENULIS
Namaku Anggarani rismita,biasa si panggil Anggar atau Ang,lahir 18 tahun yang lalu,tinggal di solo,jawa tengah.Fb:D'legend ofAng/anggar_ani@yahoo.co.id,
suka menulis semenjak SD,saat mulai mengenal cerita-cerita atau puisi-puisi di buku paket waktu SD.dan inilah ceritaku,,,

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel