Cintaku Pada Suamiku Tapi Cintaku Bukan Untuk Mertuaku - Cerpen Sedih
Senin, 27 April 2015
CINTAKU PADA SUAMIKU TAPI CINTAKU BUKA UNTUK MERTUAKU
Karya Maya Winandra Nova
Rumah kecil berdiding tepas bambu, dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan bantalan berlantaikan tanah, disitu tinggalah satu keluarga yang hidup serba kekurangan. Sebut saja namanya nek Anom. Beliau tinggal bersama cucunya yang berjulukan Bagus dan kek Paijan. Hidup yang penuh kekurangan tidak menimbulkan keluarga ini melaksanakan yang tidak terpuji. Biarpun sudah tua, mereka masih saja bekerja demi sesuap nasi dan demi menghidupi cucunya yang tinggal bersamanya.
“Gus....bagus.... ooo..gus!! dimanalah kau nak, udah jam segini kok gak siap-siap ke sekolah, ntar kau terlambat ke sekolah. Terdengar bunyi nenek yang memanggil cucunya dari gubuk bambu.
Bagus yakni cucu nek Anom. Dia diasuh semenjak kecil. Orangtuanya sudah usang menitipkannya kepada nek Anom, sebab mereka harus bekerja keluar negeri sebagai TKW. Jika bicara wacana bagus, Ya.... ia anak yang sanggup dibilang sedikit bodoh, sebab faktor ekonomi menciptakan ia kurang mendapat gizi baik dikala pertumbuhanya sehingga menginjak 9 tahun ia masih belum sanggup baca dan tulis. Melihat kehidupan mereka, kepala desa daerah ia tinggal memberi sumbangan kepada mereka dan menyekolahkan cucunya dengan Cuma-Cuma. Semua biaya sekolah ditanggung pihak desa setempat. Namun, sebab anggun punya sifat yang agak idiot tidak ingin melanjutkan sekolah.
Rumah kecil berdiding tepas bambu, dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan bantalan berlantaikan tanah, disitu tinggalah satu keluarga yang hidup serba kekurangan. Sebut saja namanya nek Anom. Beliau tinggal bersama cucunya yang berjulukan Bagus dan kek Paijan. Hidup yang penuh kekurangan tidak menimbulkan keluarga ini melaksanakan yang tidak terpuji. Biarpun sudah tua, mereka masih saja bekerja demi sesuap nasi dan demi menghidupi cucunya yang tinggal bersamanya.
“Gus....bagus.... ooo..gus!! dimanalah kau nak, udah jam segini kok gak siap-siap ke sekolah, ntar kau terlambat ke sekolah. Terdengar bunyi nenek yang memanggil cucunya dari gubuk bambu.
Bagus yakni cucu nek Anom. Dia diasuh semenjak kecil. Orangtuanya sudah usang menitipkannya kepada nek Anom, sebab mereka harus bekerja keluar negeri sebagai TKW. Jika bicara wacana bagus, Ya.... ia anak yang sanggup dibilang sedikit bodoh, sebab faktor ekonomi menciptakan ia kurang mendapat gizi baik dikala pertumbuhanya sehingga menginjak 9 tahun ia masih belum sanggup baca dan tulis. Melihat kehidupan mereka, kepala desa daerah ia tinggal memberi sumbangan kepada mereka dan menyekolahkan cucunya dengan Cuma-Cuma. Semua biaya sekolah ditanggung pihak desa setempat. Namun, sebab anggun punya sifat yang agak idiot tidak ingin melanjutkan sekolah.
Cintaku pada Suamiku Tapi Cintaku bukan untuk Mertuaku |
Hari lebaran yang ditunggu-tunggu umat islam telah tiba. Dimana banyak warga sekitar yang sibuk mempersiapkan untuk menyambut datangnya hari kemenangan itu. Ada yang pergi untuk membeli pakaian bagus-bagus untuk digunakan dihari raya, ada yang membersihkan rumah dan mengiasa rumah, ada yang sibuk di dapur untuk memasak. Namun tidak untuk keluarga nek Anom. Keluarga yang tinggal menumpang dengan warga itu hanya sanggup duduk termangu dan tidak melaksanakan hal yang istimewa untuk menyambut hari senang itu. Jangankan untuk membeli pakaian bagus, untuk makan sehari-hari saja mereka kekurangan.
Nek Anom duka melihat cucunya Bagus. Dalam hati kecilnya nek Anom ingin sekali membelikan baju untuk bagus. Tapi ia hanya sanggup berniat dalam hati. Orangtuanya yang menjadi TKW tidak pernah mengirimkan uang kepadanya. Bahkan untuk menanyakan kabar wacana mereka saja tak ada.
Kek Paijan yang bekerja mencari pucuk padi di sawah-sawah tentangga tidak sanggup diperlukan lebih untuk mewujudkan niat itu. Ditambah lagi dengan kondisi kek Paijan yang cacat, dimana kaki kanannya tidak sanggup berfungsi semenjak ia lahir.
Melihat itu kadang tentangga memberi sumbangan berupa makanan, dan pakaian bekas yang sanggup mereka gunakan. Yang lebih duka bila tanah yang mereka tumpangi itu harus direlakan digunakan kembali oleh si pemilik tanah itu. Sedihlah nek Anom dan kek Paijan untuk mencari daerah tinggal walaupun hanya sekedar menumpang.
Jauh dari kondisi ekonomi nek Anom, ada salah satu anak nek Anom yang sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak dan mereka tinggal disekitar itu juga. Pak kijan yakni anak nek anom yang menikah dengan istrinya yang berjulukan Ijum. Kehidupan mereka serba kecukupan. Rumah berdindingkan batu, berlantai keramik dan mempunyai beberapa sawah yang tidak mengecewakan lebar. Dengan kondisi yang begitu mewah, tak terlintas dipikiran ijum untuk membawa mertuanya tinggal bersamanya bahkan memperlihatkan tupangan tanah pun enggan ia lakukan.
Idulfitri pun ia lewatkan untuk bersilahturahmi ke rumah mertuanya yang miskin itu. Seperti kisah malin kudang saja yang lupa dengan ibunya. Tapi ini kasatmata apa adanya. Sungguh malang nasib nek Anom yang miskin dan harus menahan perih dari prilaku menantunya itu.
Sampai suatu dikala kek Paijan jatuh sakit yang cukup lama, ijum menantu nek Anom tidak ada sedikitpun melihat ataupun menjenguknya. Hanya anak lelakinya saja yang melihat tetapi sumbangan uang atau yang lainnya tidak didapat untuk kek Paijan. Sungguh tega si ijum kepada mertuanya itu. Harta yang berlimpah begitu tak sanggup ia sisakan sedikit untuk membantu. Hari kehari kondisi kek Paijan sungguh memperhatinkan. Warga yang iba melihatnya memberi sumbangan untuk mengobati penyakitnya. Tapi dengan kondisi yang sudah tak muda lagi, kek Paijan tidka sanggup bertahan lama. Selang berobat beberapa minggu, kek Paijan menghembuskan nafas terakhirnya di gubuk renta yang ia tinggali.
Sejak kepergian kek Paijan, kehidupan nek Anom semakin memburuk. Khusunya kondisi ekonomi yang kian tak sanggup ia penuhi. Nek Anom bekerja kesana kemari membantu warga untuk mendapat uang untuk kehidupannya. Dengan susah payah nek Anom bertahan hidup, sedikitpun tak ada niat si ijum untuk membantunya apa lagi membawa mertuanya tinggal. Ia biarkan saja mertuanya itu hidup dalam kesusahan.
1 tahun berlalu semenjak kepergian kek Paijan, nek Anom masih sanggup bertahan menyambung hidupnya dan cucunya. Ya... si anggun cucunya mempunyai terbelakangan mental sudah tumbuh menjadi anak cukup umur tanggung. Dia mulai sanggup bekerja untuk membantu kehidupan ekonomi neneknya itu. Kadang ia bekerja sebagai kuli batu, atau bekerja dengan tentangga lainnya. Sedikit demi sedikit si anggun sanggup menyembuhkan kondisi keuangan neneknya itu.
Malang tak sanggup ditolak takdir tak sanggup dihindar. Mungkin itu kata-kata yang sanggup digunakan untuk menantunya nek Anom. Musim panen padi yang lalu, si ijum gagal panen dan merugi besar jawaban yang kerusakan padi. Padi yang ia tanam terjangkit hama penyakit yang menimbulkan gagal panen. Selang beberapa bulan, suami si ijum meninggal dunia sebab darah tinggi. Kepergian suaminya itu tak juga membuka mata hatinya kepada mertuanya. Apa lagi suaminya sudah tidak ada, ia bahkan lebih tega dan lupa kepada mertuanya itu. Ibarat kacang lupa dengan kulitnya. Meskipun ia tinggal dengan anak-anaknya tetapi perilaku besar kepala dan sombongnya juga tidak berubah. Ditambah lagi kondisi ekonominya yang mulai merosot tanjam jauh dari kesuksesannya tidak juga menyadarkan ia kepada keluarganya.
Sungguh menantu yang tidak tau balas budi. Cinta dengan anaknya tak cinta dengan keluarganya, mau dengan hartanya tak mau dengan kesusahan keluarganya. Ternyata Allah tidak tidak tidur dengan apa yang ia perbuat. Apa pun yang ia tanam di sawah selalu gagal. Dan waktu pesta ijab kabul anak gadisnya menjadi ancur-ancuran. Dimana ujan deras melanda tak ada hentinya, para usul juga enggan tiba dengan kondisi cuaca itu. Dengan kegagal tersebut hutang pun menumpuk. Sedikit demi sedikit sawah yang ia punya terjual juga.
Sedangkan nek Anom kini tinggal jauh dari menantunya itu dan ikut bersama anak ia yang lain. Mungkin cobaan akan terus terjadi kepada orang yang sudah tidak tau balas budi. Kini si ijum hidup sudah hampir sama dengan kondisi mertuanya dulu. Semoga aja ini menimbulkan pelajaran kepada kita biar tidak menjadi anak yang durhaka kepada siapa pun. Hidup janganlah sombong dan jadilah orang yang bersifat berilmu dan baik.