Relakan Daku Pergi - Cerpen Sedih

RELAKAN DAKU PERGI
Karya Yulis Setianti

Langit senja tersenyum dibalik awan.Terasa letih jejak kenangan hari ini.Kurebahkan tubuhku ke ranjang dan saya pribadi mengambil buku diaryku.Ku buka perlahan halaman demi halaman hingga dihalaman terakhir saya menatap foto-fotoku bersama teman-temanku dan juga kekasihku Farel.Ku tatapi satu persatu album foto dibalik diaryku.Fotoku bersama seseorang yang bertahta dihatiku.Ya Farel.Sudah 6 bulan saya menjalin kekerabatan dengannya.Bagiku enam bulan itu yaitu waktu yang cukup singkat.Aku ingin lebih usang lagi bersama Farel,tapi saya sadar usiaku tidak akan usang lagi.Aku ingin menjalani sisa waktuku bersama seseorang yang kini telah menyediakan sedikit waktunya untukku.Aku ingin selalu bersama Farel,orang yang kucintai hari ini,esok dan selamanya.
“Aku sangat menyayangimu,Rel.Aku tidak ingin kehilangan kamu.”gumamku lirih.

Relakan Daku Pergi
Tok..tok..tok..
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku.Aku tersentak seketika.Kuletakkan diaryku di atas meja belajarku dan saya pribadi membuka pintu.
“Ada apa kak?” tanyaku pada kak Syafira,kakak pertamaku.
“Nggak ada apa-apa.Makan yuk,Ayah sama Bunda udah nunggu di bawah” ajak kak Fira setengah merayu.
“Iya kak,kakak duluan aja.Nanti Nisa nyusul” jawabku lemah.
“Ya udah,kakak duluan ya?” ucap kak Fira seraya pergi.

Sepeninggal kak Fira,aku kembali sibuk pada fikiranku sendiri.Hatiku bergelora tetapi jiwaku berkelana.Entah apa yang ada dalam fikiranku ketika ini.Yang terperinci saya ingin bertemu dengan Farel,aku ingin menceritakan semuanya dengan dia,meskipun saya sendiri tak tahu apa reaksinya sesudah saya menceritakan hal ini.Yang ku tahu ketika ini yaitu saya ingin beliau tahu kalau saya sangat menyayangi dia,meski terkadang saya sadar saya tidak pantas untuk dicintai olehnya.Aku yaitu perempuan yang di belenggu penyakit yang mungkin tidak akan usang lagi penyakit ini akan memisahkanku dari orang-orang yang menyayangiku.

Sudahlah Annisa,kamu jangan terlalu memikirkan penyakitmu.Kamu harus percaya kalau penyakitmu itu niscaya akan sembuh.Kamu dihentikan putus asa.Masih panjang jalan yang harus kau tempuh.Masih ada orang yang benar-benar menyayangimu,yang tidak ingin kehilangan kamu.Apa kau ingin melihat mereka sedih lantaran kehilangan kamu?Annisa,Lupakan penyakitmu sejenak,anggap saja kau akan hidup selamanya,maka berusahalah untuk terus berjuang melawan penyakitmu”Bisik bunyi kecil dalam hatiku.
Akhirnya,dengan langkah yang seringan mungkin saya berjalan menuju meja makan.Di sana sudah ada ayah,bunda,Kak Syafira dan Kak Almira.Aku pasang tampang sok serius yang bergotong-royong saya sedang sibuk dengan fikiranku sendiri.

Oh ya,namaku Annisa Mar’atus Shalihah.Aku anak bungsu dari tiga bersaudara.Aku bersekolah di salah satu Sekolah Menengah kejuruan ternama dikotaku.Kakak ku yang pertama Syafira Mukhafaqoh,yang biasa di panggil Fira,sudah bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa dikotaku.Kakak ku yang kedua Almira Faizah sedang kuliah Jurusan Akuntansi di salah satu perguruan tinggi tinggi di kotaku.
Bisa dibilang saya anak yang manja,karena semua yang saya inginkan harus dituruti.Aku tahu saya dibesarkan di lingkungan yang cukup mewah,maka dari itu saya tumbuh menjadi anak yang sedikit egois.Terkadang ,aku tak pernah mau menyerah biarpun itu dengan kakak ku sendiri.Tapi,tetap saja walaupun sifatku egois dan keras kepala,ayah dan bunda tetap saja mendidik ku menjadi anak yang shalihah.Kalau problem agama,bisa di bilang imanku cukup kuat.Hehe.

Aku juga tahu kenapa ayah dan bunda selalu memanjakan ku,melebihkan saya dibanding kedua kakak ku,itu lantaran enam bulan berdasarkan diagnosa dokter rumah sakit dimana kala itu saya dirawat selama dua ahad saya divonis dokter menderita penyakit kanker otak,dan diperkirakan umurku tidak akan usang lagi bertahan.Mungkin lantaran hal itu,sehingga kakak ku tak pernah berkomentar ketika ayah dan bunda memanjakanku.
“Annisa,kamu kenapa sayang,kok wajahmu pucat sekali?” Tanya bunda dengan nada khawatir.
“Nisa nggak kenapa-napa kok Nda” jawabku dengan tersenyum.

Tiba-tiba kepalaku tersa sakit,seperti ditusuk ribuan jarum.Aku menggigit bibirku untuk menahan rasa sakit ini.
“Ayah,bunda.Kalau nanti Annisa udah pergi,Annisa minta tolong sama ayah dan bunda,jangan pernah ayah ataupun bunda memberitahu Farel perihal penyakit Annisa.Nisa nggak mau Farel menyesal telah mengasihi Nisa.Nisa juga nggak mau buat Farel sedih dan mikiran Nisa ketika Nisa udah nggak ada.” Kataku ketika kami sudah selesai makan malam.
“Kamu kenapa bicara ibarat itu sayang?” Tanya bunda seraya membelai kepalaku.
“Annisa tahu Yah,Bunda.Umur Nisa udah nggak usang lagi lantaran penyakit ini.Makanya Nisa pengen sebelum Nisa benar-benar menutup mata kelak,Nisa pengen me nyampaikan hal ini sama ayah dan bunda” kataku memohon.
“Annisa,percayalah Nak.Nisa niscaya sembuh kok.Ayah dan Bunda akan selalu menunjukkan yang terbaik buat Nisa.Nisa nggak boleh bicara ibarat itu” ucap bunda dengan berurai air mata dan pribadi memeluk ku.
“Annisa nggak yakin Nda kalau Nisa akan sembuh lantaran Bunda tahu sendiri,penyakit Nisa udah stadium akhir,dan itu artinya umur Nisa..umur Nisa nggak usang lagi.” Kataku dengan tangis.
“Iya bunda tahu Nak,tapi bunda mohon jangan bicara ibarat itu lagi ya.Bunda mohon dengan sangat.” Sahut bunda.

Aku mengangguk pelan,meski lagi-lagi kepalaku terasa sangat sakit.Aku meraih tangan bunda.Tiba-tiba dunia di sekelilingku sangat gelap dan saya tak ingat apa-apa lagi.Hanya teriakan bunda yang memanggil namaku.
“Annisa…”
***

Pagi mulai menyapa,ku paksakan diriku berdiri dari peraduan maski seluruh tubuhku terasa sangat lemah.Aku ingin memulai hari ini dengan sesuatu yang bisa menciptakan diriku akan bahagia.Aku ingin cepat-cepat hingga sekolah,aku ingin bertemu dengan seseorang yang semenjak tadi malam menghantui anganku.
“Ayah,bunda..Nisa pergi dulu ya” ucapku setengah berteriak.
“Iya.Hati-hati di jalan.Jangan lupa nanti siang obatnya diminum” pesan bunda.

Aku segera melangkahkan kakiku menuju teras rumah,Alfi sudah menungguku dengan motornya.
“Cie,lagi happy ya Nis,kok tumben wajahmu ceria banget” ucap Alfi.
“Pagi yang cerah harus di sambut dengan senyum yang cerah pula untuk menyongsong hari depan yang indah” ucapku puitis.
“Aduh susah ya,kalau bicara sama pujangga,pasti di jawab dengan puitis” dengus Alfi kesal.

Aku hanya membalas dengan tersenyum.
“Berangkat kini yuk,nanti kita terlambat lagi..” ajak ku semangat.
Tanpa menunggu arahan lagi kami pun segera melaju menuju sekolah.Semoga hari ini akan membawa seribu harapan untuk hari depan kelak,seperti mentari yang selalu menunjukkan sinarnya pada bumi.Doaku dalam hati.

Sesampainya di sekolah,aku pribadi menuju ruang kelasku dilantai 2 gedung sekolah.Namun,belum hingga di depan kelasku,sesosok badan yang ku kenal menghampiriku.Ya,aku tahu.Itu Farel.Seorang lelaki yang selama enam bulan terakhir ini sungguh menarikku dalam aura pesonanya.Matanya yang selalu memancarkan kasih sayang menatapku lembut.Aku sadar,perkenalanku dengannya masih terbilang belum lama.Saat itu saya tak sengaja menabraknya,karena saya terlalu terburu-buru hingga saya tak melihat beliau yang sedang berjalan dengan arah yang berlawanan denganku.Kata maafpun seketika terlontar dari mulutku ketika itu,tapi beliau justru tak menanggapi permintamaafanku.Dia pergi begitu saja.Aku kesal padanya.Hingga keesokkan harinya,dia mendatangiku ke kelas.
“Annisa,” ucapnya kala itu.
“Kamu ngapain kesini?” tanyaku polos.
“Maafin saya ya,karena kemarin saya pergi gitu aja waktu kau ngucapin kata maaf samaku” ucapnya tenang.
“Ya,nggak papa kok” jawabku berbohong.Sebenarnya saya masih murka padanya.Enak aja,aku udah bener-bener minta maaf sama dia,eh beliau malah nyuekin aku.”Emangnya kemarin kenapa?” sambungku berusaha dekat.
“Hmm..Kemarin saya lagi ada problem sama Andini” jawabnya.

Aku sedikit mengenyitkan keningku.Siapa Andini?Maklum,aku tidak terlalu hafal nama-nama sahabat yang lainnya,biarpun satu angkatan.Walaupun saya terbilang aktif di aneka macam acara sekolah,tapi tetap saja kepribadianku ini yang tak bisa ku rubah.
“Andini itu siapa?” tanyaku.Aku berusaha menerka-nerka,Andini itu niscaya kekasihnya,kalau tidak mungkin orang terdekat dihatinya.
“Andini itu pacarku” jawabnya.
“Ooowh” kilahku.Aku menatapnya lama.
“Annisa,aku boleh jadi sahabat kamu”katanya.Tiba-tiba beliau menatapku.Membuat jantungku melompat-lompat,karena semenjak tadi saya menatapnya.Refleks,aku pribadi mengalihkan pandanganku ke papan tulis.
“Aku butuh seseorang yang bisa jadi kawasan curhat.Aku butuh seseorang yang bisa membuatku berpengaruh buat ngejalani hari-hariku.” Sambungnya.

Aku resah dengan pernyataanya,aku hanya tidak yakin bisa masuk dalam kehidupannya lebih jauh lagi.Ragu-ragu,akupun menjawabnya dengan anggukkan kecil.
“Makasih ya Annisa.” Ucapnya.

Akupun tersenyum.Sejak ketika itu kekerabatan kami menjadi lebih dekat.Aku sering meluangkan waktuku sejenak untuk beliau bercerita padaku.Ya walaupun yang sering beliau ceritakan padaku perihal hubungannya dengan Andini,tapi saya senang bisa menjadi seseorang yang bersahabat dengannya.Saat emosinya mulai memuncak,aku selalu mengarahkan arah pembicaraan ke mata pelajaran yang tentunya jauh berbeda.Aku hanya ingin beliau fokus pada pelajaran.
“Nda” panggil sosok itu yang kini telah berada didepanku.Aku tersentak.Seketika buyarlah lamunan perihal perkenalanku dengannya.Mataku beralih pada sosok yang sedari tadi memenuhi fikiranku.
“Ya Rel” jawabku.
“Pagi-pagi nggak bolah melamun” sarannya.
“Iya-iya,” jawabku manja.
“Nda,ikut yuk” ajaknya.
“kemana?” tanyaku.
“Ayolah..”

Belum sempat saya mengiyakan.Tanganku sudah digandengnya.
“Kita mau kemana sih Rel” tanyaku
“Udah,ikut aja”

Setelah usang berjalan karenanya kami hingga di sebuah taman.
“Farel,ngapain sih kau ngajak saya kesini.Ini udah jam berapa coba?Nanti kita terlambat masuk kelas” ucapku berusaha mengingatkan Farel atas kelakuannya.
“Iya bawel,aku juga tahu.Tapi,apa kau nggak punya sedikit waktu buat saya kali ini aja” kilahnya setengah memohon.
“Biarin bawel,yang penting tetep cinta” selaku dengan agak sedikit kesal.Enak aja saya dibilang bawel.Mendengar jawabanku Farel pribadi tersenyum.
“Kamu benar cinta samaku?” tanyanya lembut.
“Iya,kalau nggak mana mungkin saya nerima kau jadi pacarku” jawabku ngasal.

Aku mengerlingkan mataku.
“Kita ngapain sih kesini Rel?” sambungku.
“Aku mau ngomong sesuatu sama kamu”
“Mau ngomong apa sih.Emngnya penting banget ya Rel kok saya samapa di ajak kesini”kataku.
Farel hanya memandangku tersenyum.Farel,aku mau kau tahu kalau saya pengen kita kayak gini terus.Sampai nanti,sampai waktuku telah usai.Sampai Allah memanggilku,kataku bergumam.Kami masih berjalan bergandengan menuju ke kawasan Farel mengajak ku.

Tak usang kemudian Aku dan Farel sudah hingga disebuah pohon yang rindang.Disekelilingnya terdapat bunga mawar yang tumbuh dengan angkuhnya.Di bersahabat pohon ada sebuah kolam yang jernih.Percikkan air kolam menambah suasana menjadi sangat hening.Aku tak ingin apa yang Farel berikan padaku hari ini akan menjadi yang terakhir dalam hidup aku.Kalau saya boleh meminta pada Yang Kuasa saya ingin hidup lebih usang lagi kalau perlu seribu tahun lagi untuk bersama orang yang benar-benar mencintaiku setulus hati.
“Annisa,aku sengaja ngajak kau kesini lantaran saya pengen ngomong sesuatu sama kamu” katanya Farel membuka pembicaraan.
“Mau ngomong apa Rel” tanyaku berusaha santai.

Tiba-tiba kurasakan gerakan ragu-ragu darinya yang ingin lebih mendekatkan tubuhnya padaku.Farel menggenggam tanganku.
“Annisa,maafkan aku” ucapnya lirih.
“Maaf untuk apa Rel” tanyaku penasaran.
“Aku sangat menyayangimu Nis.Aku nggak mau ninggalin kamu.” Jawabnya bimbang.
‘Maksud kau apa Rel?Kenapa kau ngomong kayak gitu?” tanyaku lagi.
“Aku tahu Nis,ini bakal ngejutin kamu.Tapi saya harus tetap kisah sama kamu.”

Aku makin kalut dengan apa yang dikatakan Farel.Apa maksudnya?kenapa beliau ngomong kayak gitu.Apa beliau mau ninggalin saya dan memutuskan kekerabatan ini?kalau emang iya lantas kenapa?
“Annisa,maafkan saya sebelumnya.Kalau saya ingin mengakhiri kekerabatan ini.Ayah menyuruhku untuk memutuskanmu dan menjalin kekerabatan dengan gadis lain.Aku resah ketika ini,karena saya dihadapkan dengan dua pilihan yang sangat sulit.”
Air mataku pribadi berderai seketika.Apa?Apa maksud dari semua ini?mengatakan hal yang sangat menyakitkan ditempat yang saya harapkan menjadi kawasan terindahku bersama orang yang kucintai.Harapan untuk mengakibatkan hari ini hari terindah dalam hidupku seketika buyarlah sudah.Niat hati ingin memeluk gunung apalah daya tangan tak sampai.Kejadian yang ibarat ini tak pernah terlintas dalam benakku sebelumnya.Aku ingin jikalau kekerabatan kami ini harus usai,aku ingin usainya dengan simpulan yang senang tanpa harus ada paksaan lantaran ada kawasan bagi orang ketiga.

“Aku tahu,aku udah mengkhianati cinta kita,aku udah menggoreskan luka dihati kamu,aku udah nyakitin kamu.Tapi satu yang harus kau tahu.Aku menentukan beliau bukan atas dasar cinta,aku terpaksa Nis lantaran Ayah menyuruhku untuk menjalin kekerabatan dengannya lantaran beliau terserang penyakit Leukimia yang menciptakan hidupnya tidak usang lagi.Dan ajakan terakhirnya sebelum beliau pergi yaitu beliau ingin saya menjadi kekasihnya disisa umurnya.Aku mohon sama sama kau Nis,tolong ngertiin aku.”
Air mataku tak sanggup kubendung lagi dan karenanya membentuk cabangnya di kedua mataku.Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan.Kekasih yang kucintai menentukan perempuan lain yang takdirnya sama denganku.Untuk ketika ini saya benar-benar bingung.
Bel tanda masuk berdering.Aku tak peduli.Aku ingin semuanya tuntas dan tak ada yang disembunyikan dari kami sedikitpun.

Farel,kalau kau menentukan Dia hanya lantaran kau lebih mengedepankan rasa kemanusiaan lantaran beliau terserang penyakit,Lantas saya bagaimana?Aku ingin menceritakan perihal diriku bergotong-royong sama kamu,tapi saya nggak sanggup Rel,aku takut perasaanmu ke saya akan berubah.Kalau kau dulu mencintaiku dengan tulus,aku takut jikalau saya kisah sama kamu,kamu akan mencintaiku dengan rasa kasihan,Aku nggak mau Rel.Bisikku perlahan.
“Baiklah Rel,aku ngerti kondisi kau ketika ini.Dan jikalau saya berada di posisi kau pun,aku akan melaksanakan hal yang sama.” Putusku karenanya dengan mencoba memendam gejolak di dada.
“Makasih Nis.Aku akan selalu menyayangimu biarpun saya telah bersama orang lain,tapi saya tak akan pernah mencintainya ibarat saya mencintaimu.” Kata Farel lembut seraya memelukku.
“Rel,aku harap kau tak akan pernah melupakanku” pintaku padanya.
“Aku komitmen Nis,aku nggak akan pernah nglupakan kamu.Kamu berarti dan akan selalu terpahat dalam hatiku.” Katanya lembut.
“Rel,aku boleh tahu siapa cewek yang kau pilih itu?” tanyaku di sela-sela tangisku.
“Untukmu apa yang nggak boleh” guraunya hangat.
“Iih,masih sempat-sempatnya bergurau” kataku cemberut.
“Dia orang yang sangat bersahabat denganmu Nis” jawabnya tenang.
“Siapa?” tanyaku lagi.
“Dia Asyifa” kata Farel perlahan.

Aku bagai disambar petir disiang bolong ketika Farel menyampaikan nama itu.Asyifa…ya Asyifa yaitu sahabatku dari kecil.Memang sudah seminggu ini beliau tak masuk sekolah.Tapi..Tapi tak pernah terlintas dalam fikiranku kalau orang yang selama ini bersahabat denganku menderita penyakit yang cukup mengerikan,orang yang sudah menjadi separuh hidupku justru menjalin kekerabatan dengan kekasihku,orang yang setiap hari menjadi rujukan segala dukaku ketika saya berselisih dengan Farel justru menginginkan Farel menjadi kekasihnya.Ya Allah cobaan apalagi ini?Kenapa Asyifa tak pernah memberitahuku perihal penyakitnya?Aku tak tahu bagaimana perasaanku ketika ini.Marahkah atau sedihkah?Aku sedih lantaran sahabatku sedang kritis.Tapi saya juga tidak mungkin murka pada Asyifa orang yang begitu berarti dalam hidupku.

Aku hanya ingin,Asyifa senang bersama Farel dan semoga hal itu membuatnya akan tetap semangat untuk menjalani hari-harinya,meskipun saya tak tahu bagaimana perasaanku nanti ketika melihat mereka berdua bersama.Aku tidak mempedulikan bagaimana perasaanku,yang ku tahu yaitu saya ingin Asyifa meraih mimpinya,yaitu senang bersama Farel.

Aku mengerti,ya sangat mengerti.Aku tak mungkin bersikap egois disaat ibarat ini.Menginginkan Farel untuk tetap ada disampingku,itu mustahil.Itu sama saja dengan saya menghancurkan perasaan sahabatku sendiri.
“Farel,aku mohon sama kamu.Bahagiakan Asyifa.Jangan buat beliau kecewa apalagi bersedih.Jangan buat beliau menyesal lantaran sudah mencintaimu.Aku tulus bila harus berpisah darimu asalkan Asyifa senang bersamamu.Farel kau maukan?” ucapku memohon.
“Ya Nisya,apapun akan saya lakuin.Demi kamu.” Ucapnya.

Aku memetik bunga mawar putih disampingku dan menyelipkan di indera pendengaran Farel.Sungguh,aku merasa hari ini yaitu hari terakhir saya bersamanya,hari yang sesungguhnya ingin saya lalui dengan kebahagiaan,tapi justru tangis yang kudapat.
“Farel,jika hari ini hari terakhir saya bersamamu,maka saya ingin bunga inilah lambang cintaku padamu” ucapku pelan.
“Kamu ngomong apa sih?” Tanya Farel dengan nada kesal.
“Rel,jika saya diberi kesempatan saya ingin hidup seribu tahun lagi.Aku ingin menghabiskan sisa waktuku ini hanya bersamamu.Tapi saya tahu,aku sadar itu tak mungkin terjadi.”
“Udahlah Nisya,kamu kalau ngomong nggak usah kayak gitulah.Kamu buat saya jadi ngrasa bersalah lantaran tidak memilihmu.”
“Nggak Rel,kamu nggak salah.Aku yang bersalah kalau saya terus berharap untuk bisa bersamamu.”
Farel terdiam dalam lamunannya.Aku tak tahu apa yang sedang difikirkannya.Perkataanku atau Asyifa yang kini sedang terbaring lemah denagn selang infus yang mengalirkan cairan ke dalam tubuhnya.

Maafkan saya Rel.Aku nggak bermaksud bikin kau sedih.Aku hanya ingin mengucapkan apa yang selama ini mengganjal dihatiku.Banyak hal yang harus kau tahu Rel mengenai diriku yang terbelenggu penyakit yang mungkin sebentar lagi akan merenggut nyawaku.Rel,sebenarnya saya bersyukur dengan berakhirnya kekerabatan kita ini,karena saya nggak mau kau menyesal telah mencintaiku yang tak tepat ini,aku nggak mau kau sedih ketika tiba waktu dimana saya sudah tak ada lagi di dunia yang Fana ini.Aku tidak ingin didetik-detik kematianku nanti saya mengecewakan orang yang sangat ku sayangi.Biarlah kita berpisah ketika ini,karena saya takut kau akan terpukul ketika kau tahu kita akan berpisah lantaran kematian.Maafkan Aku,kekasihku.Ratapku dalam hati.
“Farel..”panggilku
Sosok yang kusayang itu menoleh kearahku dan menatapku dengan senyum tulusnya.Aku tak sanggup bila harus menatapnya lama.
Tiba-tiba saya mencicipi sakit kepala yang luar biasa.Aku menggapai-gapai tanganku kearah Farel persis orang buta yang kehilangan tongkat.Farel pribadi memelukku yang sudah tak berdaya,aku benar-benar tak tahu apa yang terjadi padaku,yang kutahu tubuhku rebah dalam pelukan Farel.

Rabu,06 Juni 2012,pukul 17.05
Ku buka mataku perlahan.Aku tak tahu dimana saya ketika ini.Yang ku tahu saya ibarat di sebuah alam yang Maha Luas tanpa batas.Apakah ini alam kematian?Hati kecilku bertanya lirih.
Tidaak..!!

Aku masih hidup..Aku belum mau mati..!!! Pekik ku tak tertahan.Ya Allah,dimana saya kini?
Suster yang tiba ke kamarku bagaikan jelmaan malaikat suci yang ingin mencabut nyawaku.Jangan….jangan…Aku belum mau mati..Aku masih ingin hidup….!! Teriakku histeris.Sinar mentari yang tembus dari jendela kamar rumah sakit yang tersingkap tirai membuatku sadar kembali kalau saya masih hidup.
Tidak berselang usang suster itu pergi,Ayah dan Bunda menghampiriku.
“Alhamdulillah,kamu sudah sadar Nak..”ucap Bunda seraya memelukku.
“Bunda..Annisa nggak mau mati Nda,Annisa masih ingin hidup…” rengekku ibarat anak kecil.
“Iya sayang Bunda tahu..Bunda tahu.” Kata bunda.

Aku menatap sosok Ibuku.Matanya semakin cekung lantaran jarang tidur,mungkin lantaran menjagaku setiap malam.Tangannya juga semakin ringkih.Ya Allah,betapa berdosanya Aku menciptakan ibuku menjadi ibarat ini?Ibu yang melahirkanku,membesarkanku,mendidikku,dan menunjukkan nasehat-nasehat yang selama ini masih tercetak terperinci dalam benakku.Ya Allah,beri saya kesempatan untuk membahagiakan ibuku,aku tidak ingin mati dalam keadaan berdosa pada ibuku.Bathinku miris.
“Bunda akan selalu mendoakan semoga kau sembuh Nak,kamu semangat ya Nak.Bunda tidak ingin kehilangan kamu” kata Bunda seraya memelukku.Ku rasakan bahuku terasa hangat lantaran tetesan air mata bunda.Sudah betapa banyak saya menciptakan air mata bunda menetes.Ya Allah,Ampuni dosaku lantaran sudah menciptakan air mata ibuku menetes karenaku.
“Ya,Nda.” Jawabku lemah.

Setelah itu,tak ada lagi percakapan antara saya dengan bunda maupun ayah,padahal boleh jadi inilah senja terakhir saya bersama kedua orang tuaku.Tal usang kemudian,samar-samar kudengar langkah kaki menuju kamarku,ternyata Kak Fira,Kak Almira,teman-temanku,dan Farel.Aku kaget ketika Farel tiba dan pribadi memelukku.Pelukan erat dari Farel hanya ku balas dengan tenagaku yang tersisa.
“Annisa,kamu harus berpengaruh dan semangat ya.Aku komitmen saya akan selalu ada disini buat menjaga kamu.” Bisiknya bersahabat ditelingaku.
“Farel..kamu.Kamu kenapa kesini?Bukannya kamu…”

Belum selesai saya bicara,Farel sudah memotong pembicaraanku.
“Yang ku pentingkan kini yaitu kau dan hanya kamu.”

Aku tersenyum lemah.Tak berapa usang kemudian,ternyata kedua orang renta Farel juga tiba menjengukku.
“Annisa,kenapa kau nggak pernah kisah samaku perihal penyakit yang kau derita?” Tanya Farel lembut.
“Aku tak ingin kau tahu keadaan saya yang sebenarnya,aku takut perilaku kau akan berubah ketika kau tahu hidupku tidak usang lagi.”
“Emangnya kenapa kalau saya tahu?Aku mencintaimu tulus.Aku tak pernah menginginkan yang lebih dari kamu.Buat saya kau segalanya Nis,”
“Udahalh Rel,aku nggak mau bahas hal-hal yang menurutku itu yaitu imipianku semata”
“Maksud kamu?”
“Kamu tahu kan Rel,aku di diagnosa dokter menderita penyakit kanker otak dan sudah parah.Dan itu artinya hidupku tak akan usang lagi.Maka dari itu,aku hanya menginginkan yang terbaik buat kamu.Kamu harus bahagiain Asyifa,perempuan yang sangat mencintaimu.”
“Aku tak ingin membahagiakan seseorang yang sama sekali tak pernah kucintai.Aku hanya ingin membahagiakan kau perempuan yang kucintai sesungguhnya.”

Farel,Farel…kamu selalu saja membuatku tersanjung.Bathinku lemah.
“Rel,kalau nanti saya udah nggak ada.Aku harap kau tabah ya.Menjalani hari-hari yang indah tanpaku lagi.” Pintaku.
“Nisya,aku yakin kau sembuh.Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu lagi”
“Rel,manusia hidup di muka bumi hanya sebagai lakon dalam suatu pentas.Setiap cerita,pasti ada akhirnya.Begitu juga usia insan berakhir,tak ada yang tahu kecuali Allah Yang Kuasa.Semuanya akan menjadi teka-teki belaka yang akan semakin menciptakan kita bingung.Jika hari ini kita sedih,bukan tidak mungkin hari esok kita akan bahagia.Kehilangan seseorang yang kita cintai itu bukanlah simpulan dari segalanya.Pelangi masih akan selalu tersenyum sesudah rintik hujan tiba menghujam.”
“Annisa,sudah.Cukup”
“Jangan salahkan Takdir jikalau hari ini kita kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup,karena percayalah akan ada seseorang yang tiba menggantikan.Senja masih akan selalu menyapa hingga waktu telah letih berputar”
“Annisa,cukup kataku.Cukup”
“Usia insan sudah digariskan oleh Allah.Tinggal kita sendiri yang akan mempersiapkan apa yang akan kita bawa ketika maut itu menjemput”
“Annisa,..” ucap Farel seraya menangis.

Pukul 20.10
Aku mencicipi sakit dikepalaku.Ku genggam tangan Farel yang disampingku.Merasakan genggaman tanganku Farel terbangun.
“Annisa,,Kamu damai dulu.Aku panggilkan dokter” kata Farel dengan panik.

Tak usang kemudian dokter yang memeriksaku pun datang.Dan pribadi menyuntikkan cairan bening kedalam tubuhku.Jarum yang menusuk kulitku tak sanggup kurasakan lagi.Dan dalam detik yang memuncak itu,aku berkata pada Bundaku.
“Bunda,ma..ma..afkan sega..la kesalahan Annisa.Ni..nisa sayang bun..nda”

Bunda pribadi memelukku.
“Farel,maaf..kan a..ku Rel.Relakan saya pergi.Se..selamat tinggal”
Aku meninggal dalam pangkuan bundaku tersayang.Bunda,maafkan putrimu ini yang telah pergi sebelummu.Maafkan segala kesalahan Annisa yang pergi tanpa dedikasi sedikitpun untuk Bunda.Bunda,Annisa berharap kita akan kembali bertemu di dimensi waktu yang berbeda.
***

Dari dunia kecilku kini saya melihat seorang lelaki duduk bersimpuh menangis dan menyesali sebuah makam yang masih basah,di tangannya menggenggam sebuas kertas berwarna biru.
Pekanbaru,05 Juni 2012

Dear Farel Mahardika.
Farel,maafkan aku.Aku pergi lebih pagi sebelummu.
Banyak hal yang harus kau tahu.Aku sangat menyayangimu,Rel.
Waktu kau menyampaikan bahwa kau telah mendapat yang lebih baik dariku,hatiku sakit mendengarnya.Aku nggak mau kehilangan kau yang terindah dalam hidupku.Aku nggak sanggup buat merelakan kau bersama Asyifa,biarpun beliau yaitu sahabatku sendiri.Aku harap kau akan tetap menjadi Farel yang dulu ibarat ketika kita bertemu.Kamu harus tetap tegar dan bersemangat menjalani hari-harimi meski tanpaku lagi disisimu.
Kamu nggak boleh terus bersedih lantaran kalau kau bersedih saya nggak damai disini.Kamu harus merelakan saya pergi untuk menjemput kebahagiaanku yang abadi.
Farel,.. Di hidupku yang singkat ini,aku hanya punya satu cinta.Yaitu kamu,cinta pertama dan terakhirku.Aku nggak akan pernah nglupain kamu.
Oh ya Rel,aku titip Suci kita ya.Rawat dan jangan lupa siram beliau setiap pagi.Jangan hingga beliau mati,karena suci yaitu lambang cinta tulusku padamu.
Udah dulu ya Rel,aku capek mau istirahat.Aku akan selalu menyayangimu,Farel.Biarpun kita sudah terpisahkan oleh jarak dan waktu tapi saya akan selalu mencintaimu.I Will Always Love You Until Here After.

Ku Nanti Kau Disana. Dariku,Annisa Mar’atus Shalihah
“Kenapa kau pergi secepat ini Nis,” rintih lelaki itu seraya memeluk watu pusara yang bertuliskan nama Annisa Mar’atus Shalihah.Nama kekasihnya yang awet dihatinya.
“Aku komitmen Nis,aku akan bersemangat menjalani hari-hariku didepan sana meski tanpamu lagi.Aku akan meraih cita-citaku dan membahagiakan kedua orang tuaku.Bukankah itu yang kau harapkan dariku?”
“Farel,pulang yuk” ajak seorang perempuan yang ternyata yaitu Asyifa.

Lelaki itu mengangguk pelan dan berdiri meninggalkan makam kekasihnya.
“Annisa saya sayang kamu” ucap lelaki itu seraya melangkah pergi.
“Selamat tinggal Nis…tidak.Bukan selamat tinggal tapi selamat jalan.Selamat jalan saudaraku,selamat jalan sahabatku,selamat jalan kekasihku.Kita akan tetap berjalan bersama,walau tak bergandengan.Kau jalani jalanmu dan saya akan jalani jalanku.Aku masih harus terus berjalan walau kini kau tak mungkin lagi mengulurkan tanganmu ketika saya terjatuh,walau tak akan ada lagi yang akan merangkulku dalam perjalanan ini,walau kau tak mungkin bisa lagi memapahku ketika saya letih,walau tak akan ada lagi senyum indahmu yang bisa membuatku tegar.Aku masih akan terus berjalan,menatap kedepan lantaran masa depanku menungguku.” Ucap lelaki itu seraya melangkah pergi meninggalkan sejuta kenangan yang terasa menyedihkan.

Kini Annisa telah tertanam dibawah tanah untuk selama-lamanya.Meninggalkan jejak kenangan indah di hati Farel.Perjalanan hidupnya mencatat sebuah pengorbanan cinta demi sahabatnya.Bagi Farel,terlalu pagi kepergian Annisa dari sisi Farel.Kepergian Annisa menunjukkan sebuah pelajaran hidup perihal arti sebuah persahabatan,percintaan dan mengasihi seseorang meski dengan segala keterbatasan.

**THE END**

PROFIL PENULIS
Nama : Munawarah
TTL : Pariaman,01 Juli 1996
Alamat : Jl.Imam Bonjol Gg.Kopi II Pekanbaru
Sekolah: Sekolah Menengah kejuruan Labor Binaan FKIP UNRI Pekanbaru
E-Mail: munaanekejodianatadipura@yahoo.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel