Dongeng: Kisah Sang Buaya Perampok
Rabu, 05 November 2014
Pada jaman dahulu, Sungai Tulang Bawang sangat populer akan keganasan buayanya. Sehingga orang yang berlayar disana maupun para penduduk yang tinggal disana perlu untuk sangat berhati-hati. Menurut cerita, sudah banyak insan yang hilang begitu saja disana. Pada suatu hari, insiden yang menyedihkan itu terulang kembali. Orang yang hilang itu yaitu seorang gadis rupawan yang berjulukan Aminah. Anehnya, meskipun penduduk seluryh kampung tepi Sungai Tulang Bawang mencarinya. Tidak ada jejak yang tertinggal. Sepertinya ia sirna ditelan bumi.
Nun jauh dari insiden itu, di dalam sebuah gua besar tergoleklah Aminah. Ia gres saja tersadar dari pingsannya. Betapa terkejutnya ia dikala menyadari bahwa gua itu dipenuhi oleh harta benda yang ternilai harganya. Ada permata, emas, intan, maupun pakaian yang indah-indah. Harta benda itu mengeluarkan sinar yang berkilauan.
Belum habis rasa takjubnya, dari sudut gua terdengarlah sebuah bunyi yang besar, "janganlah takut gadis rupawan! Meskipun saya berwujud buaya, sebetulnya saya yaitu insan sepertimu juga. Aku dikutuk menjadi buaya alasannya perbuatanku dulu yang sangat jahat. Namaku dulu yaitu Somad, perampok ulung di Sungai Tulang Bawang. Dulu saya selalu merampok setiap saudagar yang berlayar disini. Semua hasil rampokanku kusimpan dalam gua ini. Kalau saya butuh masakan maka harta itu kujual sedikit di pasar desa tepi sungai. Tidak ada seorangpun yang tahu bahwa saya telah membangun terowongan di balik gua ini. Terowongan itu menghubungkan gua ini dengan desa tersebut."
Tanpa disengaja, si buaya perompak tersebut sudah membuka belakang layar gua daerah kediamannya. Secara seksama Aminah menyimak dan mengingat keterangan berharga itu. Buaya itu selalu memberinya hadiah perhiasan. Harapannya yaitu supaya Aminah mau tetap tinggal bersamanya. Namun impian Aminah untuk segera kembali ke kampung halamannya makin menjadi-jadi.
Pada suatu hari, buaya perompak tersebut sedikit lengah. Ia tertidur dan meninggalkan pintu guanya terbuka. Si Aminah pun keluar sambil berjingkat-jingkat. Di balik gua itu ditemukannya sebuah terowongan yang sempit. Setelah cukup usang menelusuri terowongan itu, tiba-tiba ia melihat sinar matahari. Betapa gembiranya ia dikala keluar dari lisan terowongan itu. Disana Aminah ditolong oleh penduduk desa yang mencari rotan. Lalu Aminah memberi mereka hadiah sebagian pelengkap yang dibawanya. Aminah akibatnya dapat kembali ke desanya dengan selamat. Ia pun selanjutnya hidup tenteram disana.
Nun jauh dari insiden itu, di dalam sebuah gua besar tergoleklah Aminah. Ia gres saja tersadar dari pingsannya. Betapa terkejutnya ia dikala menyadari bahwa gua itu dipenuhi oleh harta benda yang ternilai harganya. Ada permata, emas, intan, maupun pakaian yang indah-indah. Harta benda itu mengeluarkan sinar yang berkilauan.
Belum habis rasa takjubnya, dari sudut gua terdengarlah sebuah bunyi yang besar, "janganlah takut gadis rupawan! Meskipun saya berwujud buaya, sebetulnya saya yaitu insan sepertimu juga. Aku dikutuk menjadi buaya alasannya perbuatanku dulu yang sangat jahat. Namaku dulu yaitu Somad, perampok ulung di Sungai Tulang Bawang. Dulu saya selalu merampok setiap saudagar yang berlayar disini. Semua hasil rampokanku kusimpan dalam gua ini. Kalau saya butuh masakan maka harta itu kujual sedikit di pasar desa tepi sungai. Tidak ada seorangpun yang tahu bahwa saya telah membangun terowongan di balik gua ini. Terowongan itu menghubungkan gua ini dengan desa tersebut."
Tanpa disengaja, si buaya perompak tersebut sudah membuka belakang layar gua daerah kediamannya. Secara seksama Aminah menyimak dan mengingat keterangan berharga itu. Buaya itu selalu memberinya hadiah perhiasan. Harapannya yaitu supaya Aminah mau tetap tinggal bersamanya. Namun impian Aminah untuk segera kembali ke kampung halamannya makin menjadi-jadi.
Pada suatu hari, buaya perompak tersebut sedikit lengah. Ia tertidur dan meninggalkan pintu guanya terbuka. Si Aminah pun keluar sambil berjingkat-jingkat. Di balik gua itu ditemukannya sebuah terowongan yang sempit. Setelah cukup usang menelusuri terowongan itu, tiba-tiba ia melihat sinar matahari. Betapa gembiranya ia dikala keluar dari lisan terowongan itu. Disana Aminah ditolong oleh penduduk desa yang mencari rotan. Lalu Aminah memberi mereka hadiah sebagian pelengkap yang dibawanya. Aminah akibatnya dapat kembali ke desanya dengan selamat. Ia pun selanjutnya hidup tenteram disana.