Dongeng: Petualangan Sinbad
Senin, 27 Oktober 2014
Dahulu, di kawasan Baghdad, timur tengah, ada seorang cowok berjulukan Sinbad yang kerjanya memanggul barang-barang yang berat dengan upah yang sedikit, sehingga hidupnya tergolong miskin. Suatu hari, Sinbad beristirahat di depan pintu rumah saudagar kaya alasannya ialah sangat lelah dan kepanasan. Sambil istirahat, ia menyanyikan lagu. "Namaku Sinbad, hidupku sangat malang, berapapun saya bekerja dengan memanggul beban di punggung tetaplah penderitaan yang kurasakan." Tak berapa usang muncul pelayan rumah itu, menyuruh Sinbad masuk alasannya ialah dipanggil tuannya.
"Apakah namamu Sinbad ?", "Benar Tuan". "Namaku juga Sinbad", kata sang saudagar. Ia pun mulai bercerita, "Dulu saya seorang pelaut. Ketika mendengar nyanyianmu, saya sangat sedih alasannya ialah kau berpikir hanya kau sendiri yang bernasib buruk, dulu nasibku juga buruk, orangtua ku meninggalkan banyak warisan, tetapi saya hanya bermain dan menghabiskan harta saja. Setelah jatuh miskin saya bertekad menjadi seorang pelaut. Aku menjual rumah dan semua perabotannya untuk membeli kapal dan seisinya. Karena sudah usang tidak menemui daratan, ketika ada daratan yang terlihat kami segera merapatkan kapal. Para awak kapal segera mempersiapkan makan siang. Mereka mengkremasi daging dan ikan. Tiba-tiba , permukaan tanah bergoyang. Pulau itu bergerak ke atas, para pelaut berjatuhan ke laut. Begitu jatuh ke laut, saya sempat melihat ke pulau itu, ternyata pulau tersebut, berada di atas tubuh ikan paus. Karena ikan paus itu sudah usang tak bergerak, tubuhnya ditumbuhi pohon dan rumput, ibarat mirip pulau. Mungkin alasannya ialah panas dari api unggun, ia mulai bergerak liar.
Mereka yang terjatuh ke bahari di libas ekor ikan paus sehingga tenggelam. Aku berusaha menyelamatkan diri dengan memeluk sebuah gentong, hingga saya pun terapung-apung di laut. Beberapa hari kemudian, saya berhasil hingga ke daratan. Aku haus, disana ada pohon kelapa. Kemudian saya memanjatnya dan mengambil buah dan meminum airnya. Tiba-tiba saya melihat ada sebutir telur yang sangat besar. Ketika turun, dan mendekati telur itu, tiba-tiba dari arah langit, terdengar bunyi yang menyeramkan disertai bunyi kepakan saya yang mengerikan. Ternyata, seekor burung naga yang amat besar.
Setelah hingga disarangnya, burung naga itu tertidur sambil mengerami telurnya. Sinbad menyelinap dikaki burung itu, dan mengikat erat badannya di kaki burung naga dengan kainnya. "Kalau ia bangun, niscaya ia pribadi terbang dan pergi ke tempat di mana insan tinggal." Benar, esoknya burung naga terbang mencari makanan. Ia terbang melewati pegunungan dan kesannya tampak sebuah daratan. Burung naga turun di sebuah tempat yang dalam di ujung jurang. Sinbad segera melepas ikatan kainnya di kaki burung dan bersembunyi di balik batu. Sekarang Sinbad berada di dasar jurang. Sinbad tertegun, melihat disekelilingnya banyak berlian.
Pada ketika itu, "Bruk" ada sesuatu yang jatuh. Ternyata gundukan daging yang besar. Di gundukan daging itu melekat banyak berlian yang bersinar-sinar. Untuk mengambil berlian, insan sengaja menjatuhkan daging ke jurang yang nantinya akan diambil oleh burung naga dengan berlian yang sudah melekat didaging itu. Sinbad memiliki ide. Ia segera mengikatkan dirinya ke gundukan daging. Tak berapa usang burung naga tiba dan mengambil gundukan daging, kemudian terbang dari dasar jurang. Tiba-tiba, "Klang! Klang! Terdengar bunyi gong dan suling yang bergema. Burung naga yang terkejut menjatuhkan gundukan daging dan cepat-cepat terbang tinggi. Orang-orang yang tiba untuk mengambil berlian, terkejut ketika melihat Sinbad.
Sinbad menceritakan semua insiden yang dialaminya. Kemudian orang-orang pengambil berlian mengantarkan Sinbad ke pelabuhan untuk kembali ke negaranya. Sinbad menjual berlian yang didapatnya dan membeli sebuah kapal yang besar dengan awak kapal yang banyak. Ia berangkat berlayar sambil melaksanakan perdagangan. Suatu hari, kapal Sinbad dirampok oleh para perompak. Kemudian Sinbad dijadikan budak yang kesannya dijual kepada seorang pemburu gajah. "Apakah kau sanggup memanah?" Tanya pemburu gajah. Sang pemburu memberi Sinbad busur dan anak panah dan diajaknya ke padang rumput luas. "Ini ialah jalan gajah. Naiklah ke atas pohon, tunggu mereka tiba kemudian bunuh gajah itu". "Baik tuan," jawab Sinbad ketakutan.
Esok pagi, tiba gerombolan gajah. Saat itu pemimpin gajah melihat Sinbad dan pribadi menyerang pohon yang dinaiki Sinbad. Sinbad jatuh sempurna di depan gajah. Gajah itu kemudian menggulung Sinbad dengan belalainya yang panjang. Sinbad menerka ia niscaya akan dibunuh atau di banting ke tanah. Ternyata, gajah itu membawa Sinbad dengan kelompok mereka ke sebuah gunung batu. Akhirnya terlihat sebuah penderasan besar. Dengan membawa Sinbad, gajah itu masuk ke dalam penderasan menuju ke sebuah gua. "Ku..kuburan gajah!" Sinbad terperanjat. Di gua yang luas bertumpuk tulang dan gading gajah. Pemimpin gajah berkata,"kalau kau ingin gading ambillah seperlunya. Sebagai gantinya, berhentilah membunuh kami." Sinbad berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Ia pulang dengan memanggul gading gajah dan menyerahkan ke tuannya dengan syarat tuannya tidak akan membunuh gajah lagi. Tuannya berjanji dan kemudian memperlihatkan Sinbad uang.
"Sampai disini dulu ceritaku", ujar Sinbad yang sudah menjadi saudagar kaya. "Aku sanggup menjadi orang kaya, alasannya ialah kerja keras dengan uang itu. Jangan putus asa, hingga kapanpun, apalagi jikalau kita masih muda," lanjut sang saudagar.
TAMAT.
"Apakah namamu Sinbad ?", "Benar Tuan". "Namaku juga Sinbad", kata sang saudagar. Ia pun mulai bercerita, "Dulu saya seorang pelaut. Ketika mendengar nyanyianmu, saya sangat sedih alasannya ialah kau berpikir hanya kau sendiri yang bernasib buruk, dulu nasibku juga buruk, orangtua ku meninggalkan banyak warisan, tetapi saya hanya bermain dan menghabiskan harta saja. Setelah jatuh miskin saya bertekad menjadi seorang pelaut. Aku menjual rumah dan semua perabotannya untuk membeli kapal dan seisinya. Karena sudah usang tidak menemui daratan, ketika ada daratan yang terlihat kami segera merapatkan kapal. Para awak kapal segera mempersiapkan makan siang. Mereka mengkremasi daging dan ikan. Tiba-tiba , permukaan tanah bergoyang. Pulau itu bergerak ke atas, para pelaut berjatuhan ke laut. Begitu jatuh ke laut, saya sempat melihat ke pulau itu, ternyata pulau tersebut, berada di atas tubuh ikan paus. Karena ikan paus itu sudah usang tak bergerak, tubuhnya ditumbuhi pohon dan rumput, ibarat mirip pulau. Mungkin alasannya ialah panas dari api unggun, ia mulai bergerak liar.
Mereka yang terjatuh ke bahari di libas ekor ikan paus sehingga tenggelam. Aku berusaha menyelamatkan diri dengan memeluk sebuah gentong, hingga saya pun terapung-apung di laut. Beberapa hari kemudian, saya berhasil hingga ke daratan. Aku haus, disana ada pohon kelapa. Kemudian saya memanjatnya dan mengambil buah dan meminum airnya. Tiba-tiba saya melihat ada sebutir telur yang sangat besar. Ketika turun, dan mendekati telur itu, tiba-tiba dari arah langit, terdengar bunyi yang menyeramkan disertai bunyi kepakan saya yang mengerikan. Ternyata, seekor burung naga yang amat besar.
Setelah hingga disarangnya, burung naga itu tertidur sambil mengerami telurnya. Sinbad menyelinap dikaki burung itu, dan mengikat erat badannya di kaki burung naga dengan kainnya. "Kalau ia bangun, niscaya ia pribadi terbang dan pergi ke tempat di mana insan tinggal." Benar, esoknya burung naga terbang mencari makanan. Ia terbang melewati pegunungan dan kesannya tampak sebuah daratan. Burung naga turun di sebuah tempat yang dalam di ujung jurang. Sinbad segera melepas ikatan kainnya di kaki burung dan bersembunyi di balik batu. Sekarang Sinbad berada di dasar jurang. Sinbad tertegun, melihat disekelilingnya banyak berlian.
Pada ketika itu, "Bruk" ada sesuatu yang jatuh. Ternyata gundukan daging yang besar. Di gundukan daging itu melekat banyak berlian yang bersinar-sinar. Untuk mengambil berlian, insan sengaja menjatuhkan daging ke jurang yang nantinya akan diambil oleh burung naga dengan berlian yang sudah melekat didaging itu. Sinbad memiliki ide. Ia segera mengikatkan dirinya ke gundukan daging. Tak berapa usang burung naga tiba dan mengambil gundukan daging, kemudian terbang dari dasar jurang. Tiba-tiba, "Klang! Klang! Terdengar bunyi gong dan suling yang bergema. Burung naga yang terkejut menjatuhkan gundukan daging dan cepat-cepat terbang tinggi. Orang-orang yang tiba untuk mengambil berlian, terkejut ketika melihat Sinbad.
Sinbad menceritakan semua insiden yang dialaminya. Kemudian orang-orang pengambil berlian mengantarkan Sinbad ke pelabuhan untuk kembali ke negaranya. Sinbad menjual berlian yang didapatnya dan membeli sebuah kapal yang besar dengan awak kapal yang banyak. Ia berangkat berlayar sambil melaksanakan perdagangan. Suatu hari, kapal Sinbad dirampok oleh para perompak. Kemudian Sinbad dijadikan budak yang kesannya dijual kepada seorang pemburu gajah. "Apakah kau sanggup memanah?" Tanya pemburu gajah. Sang pemburu memberi Sinbad busur dan anak panah dan diajaknya ke padang rumput luas. "Ini ialah jalan gajah. Naiklah ke atas pohon, tunggu mereka tiba kemudian bunuh gajah itu". "Baik tuan," jawab Sinbad ketakutan.
Esok pagi, tiba gerombolan gajah. Saat itu pemimpin gajah melihat Sinbad dan pribadi menyerang pohon yang dinaiki Sinbad. Sinbad jatuh sempurna di depan gajah. Gajah itu kemudian menggulung Sinbad dengan belalainya yang panjang. Sinbad menerka ia niscaya akan dibunuh atau di banting ke tanah. Ternyata, gajah itu membawa Sinbad dengan kelompok mereka ke sebuah gunung batu. Akhirnya terlihat sebuah penderasan besar. Dengan membawa Sinbad, gajah itu masuk ke dalam penderasan menuju ke sebuah gua. "Ku..kuburan gajah!" Sinbad terperanjat. Di gua yang luas bertumpuk tulang dan gading gajah. Pemimpin gajah berkata,"kalau kau ingin gading ambillah seperlunya. Sebagai gantinya, berhentilah membunuh kami." Sinbad berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Ia pulang dengan memanggul gading gajah dan menyerahkan ke tuannya dengan syarat tuannya tidak akan membunuh gajah lagi. Tuannya berjanji dan kemudian memperlihatkan Sinbad uang.
"Sampai disini dulu ceritaku", ujar Sinbad yang sudah menjadi saudagar kaya. "Aku sanggup menjadi orang kaya, alasannya ialah kerja keras dengan uang itu. Jangan putus asa, hingga kapanpun, apalagi jikalau kita masih muda," lanjut sang saudagar.
TAMAT.