Dongeng: Kisah Kelelawar Yang Penakut
Jumat, 31 Oktober 2014
Di sebuah padang rumput di Afrika, seekor Singa sedang menyantap makanan. Tiba-tiba seekor burung elang terbang rendah dan menyambar kuliner kepunyaan Singa. “Kurang ajar” kata singa. Sang Raja hutan itu sangat murka sehingga memerintahkan seluruh hewan untuk berkumpul dan menyatakan perang terhadap bangsa burung.
“Mulai kini segala jenis burung yaitu musuh kita”, usir mereka semua, jangan disisakan !” kata Singa. Binatang lain baiklah lantaran mereka merasa telah diperlakukan sama oleh bangsa burung. Ketika malam mulai tiba, bangsa burung kembali ke sarangnya.
Kesempatan itu dipakai oleh para Singa dan anak buahnya untuk menyerang. Burung-burung kocar-kacir melarikan diri. Untung masih ada burung hantu yang sanggup melihat dengan terperinci di malam hari sehingga mereka semua sanggup lolos dari serangan singa dan anak buahnya.
Melihat bangsa burung kalah, sang kelelawar merasa cemas, sehingga dia bergegas menemui sang raja hutan. Kelelawar berkata,”Sebenarnya saya termasuk bangsa tikus, walaupun saya memiliki sayap. Maka izinkan saya untuk bergabung dengan kelompokmu, Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk bertempur melawan burung-burung itu”. Tanpa berpikir panjang singa pun menyetujui kelelawar masuk dalam kelompoknya.
Malam berikutnya kelompok yang dipimpin singa kembali menyerang kelompok burung dan berhasil mengusirnya. Keesokan harinya, menjelang pagi, saat kelompok Singa sedang istirahat kelompok burung menyerang balik mereka dengan melempari kelompok singa dengan kerikil dan kacang-kacangan. “Awas hujan batu,” teriak para hewan kelompok singa sambil melarikan diri. Sang kelelawar merasa cemas dengan hal tersebut sehingga dia berpikiran untuk kembali bergabung dengan kelompok burung. Ia menemui sang raja burung yaitu burung Elang. “Lihatlah sayapku, Aku ini seekor burung menyerupai kalian”. Elang mendapatkan kelelawar dengan bahagia hati.
Pertempuran berlanjut, kera-kera menunggang gajah atau rino sambil memegang busur dan anak panah. Kepala mereka dilindungi dengan topi dari tempurung kelapa biar tidak mempan dilempari batu. Setelah kelompok singa menang, apa yang dilakukan kelelawar ?. Ia bolak balik berpihak kepada kelompok yang menang. Sifat pengecut dan tidak berpendirian yang dimiliki kelelawar usang kelamaan diketahui oleh kedua kelompok singa dan kelompok burung.
Mereka sadar bahwa tidak ada gunanya saling bermusuhan. Merekapun akrab kembali dan tetapkan untuk mengusir kelelawar dari lingkungan mereka. Kelelawar merasa sangat aib sehingga dia bersembunyi di gua-gua yang gelap. Ia gres menampakkan diri jika malam datang dengan cara sembunyi-sembunyi.
TAMAT
“Mulai kini segala jenis burung yaitu musuh kita”, usir mereka semua, jangan disisakan !” kata Singa. Binatang lain baiklah lantaran mereka merasa telah diperlakukan sama oleh bangsa burung. Ketika malam mulai tiba, bangsa burung kembali ke sarangnya.
Kesempatan itu dipakai oleh para Singa dan anak buahnya untuk menyerang. Burung-burung kocar-kacir melarikan diri. Untung masih ada burung hantu yang sanggup melihat dengan terperinci di malam hari sehingga mereka semua sanggup lolos dari serangan singa dan anak buahnya.
Melihat bangsa burung kalah, sang kelelawar merasa cemas, sehingga dia bergegas menemui sang raja hutan. Kelelawar berkata,”Sebenarnya saya termasuk bangsa tikus, walaupun saya memiliki sayap. Maka izinkan saya untuk bergabung dengan kelompokmu, Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk bertempur melawan burung-burung itu”. Tanpa berpikir panjang singa pun menyetujui kelelawar masuk dalam kelompoknya.
Malam berikutnya kelompok yang dipimpin singa kembali menyerang kelompok burung dan berhasil mengusirnya. Keesokan harinya, menjelang pagi, saat kelompok Singa sedang istirahat kelompok burung menyerang balik mereka dengan melempari kelompok singa dengan kerikil dan kacang-kacangan. “Awas hujan batu,” teriak para hewan kelompok singa sambil melarikan diri. Sang kelelawar merasa cemas dengan hal tersebut sehingga dia berpikiran untuk kembali bergabung dengan kelompok burung. Ia menemui sang raja burung yaitu burung Elang. “Lihatlah sayapku, Aku ini seekor burung menyerupai kalian”. Elang mendapatkan kelelawar dengan bahagia hati.
Pertempuran berlanjut, kera-kera menunggang gajah atau rino sambil memegang busur dan anak panah. Kepala mereka dilindungi dengan topi dari tempurung kelapa biar tidak mempan dilempari batu. Setelah kelompok singa menang, apa yang dilakukan kelelawar ?. Ia bolak balik berpihak kepada kelompok yang menang. Sifat pengecut dan tidak berpendirian yang dimiliki kelelawar usang kelamaan diketahui oleh kedua kelompok singa dan kelompok burung.
Mereka sadar bahwa tidak ada gunanya saling bermusuhan. Merekapun akrab kembali dan tetapkan untuk mengusir kelelawar dari lingkungan mereka. Kelelawar merasa sangat aib sehingga dia bersembunyi di gua-gua yang gelap. Ia gres menampakkan diri jika malam datang dengan cara sembunyi-sembunyi.
TAMAT