Dongeng: Dongeng Perihal Tiga Sekawanan Babi
Senin, 27 Oktober 2014
Dahulu kala, hiduplah seekor Ibu Babi dengan 3 orang anaknya. Anak yang sulung sangat malas dan mengabaikan pekerjaannya. Anak yang tengah sangat rakus, tidak mau bekerja dan kerjanya hanya makan. Anak bungsunya tidak menyerupai kakaknya, ia anak yang rajin bekerja. Suatu dikala Ibu Babi berkata kepada anak-anaknya,"Karena kalian sudah dewasa, kalian harus hidup berdikari dan buatlah rumah masing-masing". Si bungsu berpikir rumah menyerupai apa yang akan didirikannya.
Si sulung tanpa mau bersusah payah menciptakan rumahnya dari jerami. Si bungsu berkata,"Kalau rumah jerami nanti akan hancur bila ada angin atau hujan". "Oh iya ya ! Kalau begitu saya akan menciptakan rumah dari kayu saja, semoga besar lengan berkuasa kalau ada angin", kata si tengah. Setelah selesai si bungsu kembali berkata,"kalau rumah kayu walau tahan angin tetapi akan hancur kalau dipukul". Si abang menjadi marah, "Kau sendiri lambat menciptakan rumah dari watu batamu itu, kalau hari telah sore serigala akan datang."
Si bungsu bertekad akan menciptakan rumah dari batu-bata yang besar lengan berkuasa yang tidak goyah dengan angin atau serangan serigala. Malampun tiba, pada dikala bulan purnama, si bungsu telah selesai. Esok harinya, si bungsu mengundang kedua kakaknya, kemudian mereka pergi ke rumah ibu Babi. "Hebat anak-anakku, mulai kini kalian hidup dengan mengolah ladang sendiri", ujar Ibu Babi. Kedua abang si bungsu menggerutu. "Tidak ah, cape……," gerutu mereka. Menjelang senja telah tiba, mereka pamit kepada Ibu mereka. Dalam perjalanan, tiba-tiba sekeor serigala membuntuti mereka. "Aku akan memakan babi malas yang tinggal di rumah jerami itu", kata serigala. Ketika hingga di depan pintu si sulung ia pribadi menendang pintu. "Buka pintu!" teriaknya. Si sulung terkejut dan cepat-cepat mengunci pintu. Tetapi serigala lebih cerdik. Ia pribadi meniup rumah jerami itu sehingga menjadi hancur.
Si sulung lari ketakutan ke rumah adiknya si Tengah yang terbuat dari kayu. Walaupun pintu telah dikunci, serigala pribadi mendobrak rumah kayu itu hingga hancur. Serigala mendekat ke arah kedua anak babi yang sedang berpelukan sebab ketakutan. Keduanya pribadi lari dengan sekuat tenaga menuju rumah si bungsu. "Cepat kunci pintunya!, nanti kita dimakan", kata si sulung. Si bungsu dengan tenang mengunci pintu. "Tak usah khawatir, rumahku tidak akan goyah", kata si bungsu sambil tertawa. Ketika serigal sampai, ia pribadi menendang, mendobrak berkali-kali tetapi malah si serigala yang badannya kesakitan. Serigala risikonya mengalah dan kemudian pribadi pulang. Sejak dikala itu, ketiga anak babi ini hidup bersama, dan sang serigala tidak pernah tiba lagi.
Suatu hari, ketiga anak babi pergi ke bukit untuk memetik apel. Tiba-tiba Serigala itu muncul disana. Anak-anak babi pribadi naik ke pohon menyelamatkan diri. Serigala yang tidak sanggup memanjat pohon menunggu di bawah pohon tersebut. Si bungsu berpikir, kemudian ia berteriak,"Serigala, kaupasti lapar. Apakah kamu mau apel ?", si bungsu segera melempar sebuah apel. Serigala yang sudah kelaparan pribadi mengejar apel yang menggelinding. "Sekarang ayo kita lari!". Akhirnya mereka semua selamat.
Beberapa hari kemudian, si serigala tiba ke rumah si bungsu dengan membawa tangga yang panjang. Serigala memanjat ke cerobong asap. Si bungsu yang melihat hal itu berteriak, "Cepat nyalakan api di tungku pemanas!". Si sulung menyalakan api, si bungsu membawa kuali yang berisi air panas. Serigala yang ada di cerobong asap, pantatnya kepanasan tak tertahankan. Malang bagi si serigala, ketika ia ingin melarikan diri, ia terpeleset dan jatuh sempurna ke dalam air yang mendidih. "Waaa…", serigala cepat-cepat lari. Karena seluruh badannya luka, maka ia menjadi serigala yang telanjang.
Sejak dikala itu, ketiga belum dewasa babi menjalani hidup dengan baik, dengan mengelola lading-ladang mereka. Si sulung dan si tengah kini menjadi rajin bekerja menyerupai si bungsu. Ibu babi merasa senang melihat anak-anaknya hidup dengan rukun dan damai.
TAMAT Pesan Moral : Jika kita bersatu, maka kita akan terhindar dari perpecahan.
Si sulung tanpa mau bersusah payah menciptakan rumahnya dari jerami. Si bungsu berkata,"Kalau rumah jerami nanti akan hancur bila ada angin atau hujan". "Oh iya ya ! Kalau begitu saya akan menciptakan rumah dari kayu saja, semoga besar lengan berkuasa kalau ada angin", kata si tengah. Setelah selesai si bungsu kembali berkata,"kalau rumah kayu walau tahan angin tetapi akan hancur kalau dipukul". Si abang menjadi marah, "Kau sendiri lambat menciptakan rumah dari watu batamu itu, kalau hari telah sore serigala akan datang."
Si bungsu bertekad akan menciptakan rumah dari batu-bata yang besar lengan berkuasa yang tidak goyah dengan angin atau serangan serigala. Malampun tiba, pada dikala bulan purnama, si bungsu telah selesai. Esok harinya, si bungsu mengundang kedua kakaknya, kemudian mereka pergi ke rumah ibu Babi. "Hebat anak-anakku, mulai kini kalian hidup dengan mengolah ladang sendiri", ujar Ibu Babi. Kedua abang si bungsu menggerutu. "Tidak ah, cape……," gerutu mereka. Menjelang senja telah tiba, mereka pamit kepada Ibu mereka. Dalam perjalanan, tiba-tiba sekeor serigala membuntuti mereka. "Aku akan memakan babi malas yang tinggal di rumah jerami itu", kata serigala. Ketika hingga di depan pintu si sulung ia pribadi menendang pintu. "Buka pintu!" teriaknya. Si sulung terkejut dan cepat-cepat mengunci pintu. Tetapi serigala lebih cerdik. Ia pribadi meniup rumah jerami itu sehingga menjadi hancur.
Si sulung lari ketakutan ke rumah adiknya si Tengah yang terbuat dari kayu. Walaupun pintu telah dikunci, serigala pribadi mendobrak rumah kayu itu hingga hancur. Serigala mendekat ke arah kedua anak babi yang sedang berpelukan sebab ketakutan. Keduanya pribadi lari dengan sekuat tenaga menuju rumah si bungsu. "Cepat kunci pintunya!, nanti kita dimakan", kata si sulung. Si bungsu dengan tenang mengunci pintu. "Tak usah khawatir, rumahku tidak akan goyah", kata si bungsu sambil tertawa. Ketika serigal sampai, ia pribadi menendang, mendobrak berkali-kali tetapi malah si serigala yang badannya kesakitan. Serigala risikonya mengalah dan kemudian pribadi pulang. Sejak dikala itu, ketiga anak babi ini hidup bersama, dan sang serigala tidak pernah tiba lagi.
Suatu hari, ketiga anak babi pergi ke bukit untuk memetik apel. Tiba-tiba Serigala itu muncul disana. Anak-anak babi pribadi naik ke pohon menyelamatkan diri. Serigala yang tidak sanggup memanjat pohon menunggu di bawah pohon tersebut. Si bungsu berpikir, kemudian ia berteriak,"Serigala, kaupasti lapar. Apakah kamu mau apel ?", si bungsu segera melempar sebuah apel. Serigala yang sudah kelaparan pribadi mengejar apel yang menggelinding. "Sekarang ayo kita lari!". Akhirnya mereka semua selamat.
Beberapa hari kemudian, si serigala tiba ke rumah si bungsu dengan membawa tangga yang panjang. Serigala memanjat ke cerobong asap. Si bungsu yang melihat hal itu berteriak, "Cepat nyalakan api di tungku pemanas!". Si sulung menyalakan api, si bungsu membawa kuali yang berisi air panas. Serigala yang ada di cerobong asap, pantatnya kepanasan tak tertahankan. Malang bagi si serigala, ketika ia ingin melarikan diri, ia terpeleset dan jatuh sempurna ke dalam air yang mendidih. "Waaa…", serigala cepat-cepat lari. Karena seluruh badannya luka, maka ia menjadi serigala yang telanjang.
Sejak dikala itu, ketiga belum dewasa babi menjalani hidup dengan baik, dengan mengelola lading-ladang mereka. Si sulung dan si tengah kini menjadi rajin bekerja menyerupai si bungsu. Ibu babi merasa senang melihat anak-anaknya hidup dengan rukun dan damai.
TAMAT Pesan Moral : Jika kita bersatu, maka kita akan terhindar dari perpecahan.