Pacar 6 Jam - Cerpen Cinta

PACAR 6 JAM
Karya Romaya Safitri

Apa yang akan kau lakukan kalau ada seseorang yang dengan terang mempermainkan perasaanmu? Dengan cepat ia membawamu terbang, kemudian dengan keras membantingmu ke bumi? Menangis? Jelas. Atau menyumpahi orang itu? Mungkin juga. Atau… tetap mencintainya dan ingin terus bersamanya? Jika itu yang kau lakukan, berarti kau sudah gila.

Kisahku berawal ketika saya memasuki dingklik SMA. Kala itu saya masih begitu lugu dan tak begitu mengerti wacana aturan alam percintaan di dunia ini. Pada awalnya saya tak begitu memperhatikan keberadaannya. Aku hanya menganggapnya sebagai sahabat biasa saja. Begitupun dengannya. Sampai pada akhirnya, jiwa kejahilanku keluar. Aku mencari tahu nomer handphone nya dan saya mengerjainya. Aku berkata bahwa saya dekat dengannya, dan saya sudah memgang semua kartunya. Aku tahu semua kebiasaannya dan juga saya berkata bahwa saya tahu semua tentangnya. Dia terlihat sedikit murka dan juga begitu ingin tau denganku. 

Pacar 6 Jam
Sampai pada akhirnya, kedokku terbuka juga. Aku mengaku bahwa akulah yang selama ini mengerjainya, dengan sms-sms yang tidak penting itu.
“Apa kau bilang ga penting?” katanya dengan nada yang sedikit tinggi. Apa saya salah bicara? Apakah sms-smsku selama ini benar-benar membuatnya muak dan menjadi sebegini marahnya?
“Aku minta maaf ya Yud, saya kan cuma becanda” kataku berharap ia akan memaafkanku
“Becanda…? Oh.. jadi begitu” perkataannya kali ini benar-benar membuatku bingung. Apa maksud dari “Oh… jadi begitu”. Aku benar-benar tak mengerti.
Dia berkata ia telah memaafkanku. Tetapi hubunganku dengannya tak seakrab dulu, ia menjauh dariku. Bahkan kita tidak pernah mengobrol lagi. Suasana di kelaspun menjadi tidak nyaman untukku. Aku begitu ingin menyapanya, tetapi setiap kali saya menyapanya ia bereaksi sangat dingin. Aku menjadi enggan. Sejak ketika itu saya menjadi sering memikirkannya. Aku selalu berpikir bagaimana cara untuk mendapat maaf darinya. Dari situlah, benih-benih cinta mulai tumbuh. Semakin hari semakin subur berkembang. Bagaimana sanggup ini terjadi? Aku semakin tersiksa dengan perasaan ini. Sikapnya yang begitu dingin membuatku semakin tertekan.
***

“C’mon Fir, you can! Kamu niscaya sanggup ilangin perasaan ini” kataku seraya memukul-mukuli kepalaku. Mencoba tersadar dari mimpi jelek yang akan menyerang hidupku. Bagaimana tidak, ketika ini Yudha tengah menjalin cinta dengan seorang wanita. Wanita itu yakni sahabat satu SMP-nya dulu, Karla namanya. Aku mustahil menjadi pihak ketiga yang akan menghancurkan kekerabatan mereka. Dan saya juga mustahil merebut Yudha dari perempuan itu. Hari demi hari kulalui dengan sangat berat. Mengapa ia terlihat begitu tepat di mataku. Bukankah ia tak begitu special. Jika dibandingkan dengan Galih dan Tomi, ia terang urutan ke-3. Galih pintar, ganteng dan juga kaya. Sedang Tomi, ia ganteng dan juga pintar. Lalu Yudha, ia hanya terlihat sedikit yummy dipandang. Hanya itu. Entahlah semenjak kapan saya mulai membanding-bandingkan mereka. Mungkin sebab saya yang tak sanggup menemukan alasan untuk melupakannya dan membuang rasa cinta ini untuknya.

Malam itu kucoba membenamkan kepalaku dalam empuknya bantal dihamparan kasur berseprei putihku. Memejamkan mata dan mulai berpikir bagaimana cara untuk melupakannya. Karena semakin lama, saya semakin menginginkannya. Namun.., wajah indah dan tenangnyalah yang terus-menerus appear. Tatapan mata yang teduh dan juga aroma amis tubuhnya yang sempat menyarang di otakku. Semuanya merajai hati dan pikiranku.
“Ah…!!! Bagaimana ini?” kataku setengah berteriak. Tak usang senyum simpul bertengger di bibirku. Mungkin menjadi seorang secret admirer tidak apa-apa. Kubiarkan perasaan ini menguasai segalanya. Aku tetap membuka lebar hatiku untuknya.

Tak tahu dari mana awalnya, perlahan kekerabatan pertemananku dengannya semakin membaik. Sungguh menggembirakan. Entah mengapa tiba-tiba ia menceritakan semua masalahnya padaku. Mulai dari keluarganya dan juga pacarnya, Karla. Aku berusaha menjadi good listener dan juga good counsellor. Semakin hari semuanya mulai terlihat membaik, bahkan lebih baik dari sebelumnya. Sampai pada akhirnya, ia memutuskan hubungannya dengan Karla.
“Kenapa?” tanyaku padanya ketika ia menceritakan wacana nasib hubungannya dengan Karla.
“Apa saya belum cerita? Dia tidak cocok denganku. Dia perfectionist. Dia ingin semuanya sempurna. Begitupun dengan perlakuanku kepadanya. Tak ada yang boleh melenceng dari apa yang sudah ia katakan dan rencanakan. Aku tertekan Fir. Aku ga sanggup” terangnya panjang lebar. Sesaat saya merasa begitu bahagia. Rasanya menyerupai menemukan oase di tengah gurun Sahara. Sejuk. Kini ia sendiri. Tak ada yang mengikatnya.

Hari demi hari kulalui dengan penuh kebahagiaan dan keceriaan. Aku dan Yudha pun semakin dekat. Sampai pada suatu ketika ia menanyakan hal yang tak pernah saya kira sebelumnya.
“Fir.., saya pingin ngomong ma kamu. Penting!!!” katanya dari ujung telephone.
“Mau ngomng apa?” kataku penasaran
“Nanti malem saya kerumahmu ya. Ga yummy ngomonginnya di telephone” saya pun mengiyakan permintaannya. Malam itu saya berdandan secantik mungkin. Dan sedikit berlatih di depan beling biar tidak terlihat gugup nantinya.

Tak usang ia datang, dengan stel-an jeans dan T-Shirt berwarna biru. Dia terlihat tampan. Aku pun menyuruhnya masuk. Awalnya kita hanya membahas hal-hal yang ringan, hingga pada risikonya ia bertanya
“Aku cuma pingin masti’in wacana satu hal ke kamu.” Katanya lagi. Aku hanya membisu seraya menatapnya penuh heran. Ada apa sebenarnya?
“Apa bener kau sayang sama aku?” tanyanya yang hampir menciptakan degupan jatungku terhenti. Apa ini? Bagaimana sanggup ia tahu akan hal ini? Dan apa yang harus saya katakan. Aku harus menjawab apa?
“Kok tanyanya gitu?” jawabku gugup dengan nada sedikit bergetar, mungkin lebih tepatnya gagap.
“Udah jawab aja” katanya lagi, seraya menatap mataku tajam. Mungkin ini waktu yang tepat untuk mengungkapkan segalanya. Akhirnya saya jawab dengan anggukkan pelan. Dia terlihat sedikit kaget. Namun ada sedikit kebahagiaan dari dalam matanya. Apakah ia juga mempunyai perasaan yang sama denganku?
Malam itu tepat pukul 20.55 saya resmi menjadi pacarnya. Sungguh senang hati ini. Akhirnya saya sanggup bersamanya. Mendapatkannya dan mempunyai hatinya. Seperti mendapat hujan dipenghujung trend panas. Begitulah rasanya. Malam itu yakni malam yang sangat indah. Yang tak akan pernah saya lupakan.

Tapi…, tepat pukul 01.50, mimpi jelek tiba tanpa permisi. Secara sepihak ia memutuskan kekerabatan yang gres saja terjalin selama 6 jam. Dan itu melalui pesan singkat yang ia kirim kepadaku. Rasanya sakit sekali. Awalnya ia membawaku terbang tinggi kemudian kemudian ia menghempaskanku dengan keras ke bumi. Rasanya sakit dan sesak sekali. What’s going on boy? Kalimat itulah yang pertama keluar dari mulutku. Ada apa dengannya? Pesan singkat mematikan itu kubuka dan kubaca dengan teliti. Berkali-kali saya membacanya, namun isinya masih tetap sama…
“Sorry, sehabis saya pikir-pikir. Aku ga mau bohong sama perasaanku sendiri. Sebenernya saya masih sayang sama Karla. Makara daripada kita pacaran sebab terpaksa, lebih baik k *sebagian teks hilang*”
Pesan yang tak lengkap, membuatku begitu muak !!!

28 April 2007

PROFIL PENULIS
Nama saya yakni Romaya Safitri. Saya yakni seorang mahasiswi disalah satu Sekolah Tinggi di Lampung dengan sub-jurusan Bahasa Inggris. Saat ini tengah menempuh semester 6.
Follow twitter @Maya_Jenita dan Facebook @Maya Shackella.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel