Dear Diary - Cerpen Cinta

DEAR DIARY
Karya Rahayu Nur Rahmawati

Kringg........kringg.......kring...kring.......!!!!!!
Suara alarm yang membangunkan Raya, seoarang gadis cukup umur berkulit putih dengan rambut bergelombang sebahu yang hitam dan lembut dari mimpi indahnya, jari-jari mungilnya mengusap kedua matanya,matanya terasa masih lengket dan rasanya masih belum siap untuk melihat dunia. Dia harus rela membebaskan diri dari rasa ngantuknya, ia harus segera pergi ke sekolah. Setelah mengenakan seragam, ia berdiri di depan cermin, melihat tubuhnya yang masih tetap mungil. ‘’kenapa saya belum setinggi kakak’’ fikirnya. Ia memang kalah tinggi dengan kakaknya, kak Radit. Tinggi Raya memang hanya sebahu kak Radit, dan maka dari itu kakaknya sering memanggil Raya dengan sebutan’’kecil’’. Setelah ia selesai siap-siap, ia menuju ruang makan, dan telah ia lihatnya mama dan papanya, serta abang laki-lakinya Radit.
‘’ pagi kecil ” sapa kak Radit
‘’ pagi juga abang buruk “

Dear Diary
Raya kemudian duduk disamping kakaknya itu, kemudian mengambil roti beserta selai coklat kesukaannya.
‘’mau berangkat bareng abang nggak?’’
‘’nggak ,aku mau naik sepeda aja “
‘’ dasar kecil, padahal kampus abang kan searah, tetep aja mau naik sepeda “
Raya tertawa sambil mengunyah roti yang ada dalam mulutnya, sedangkan kedua orang renta mereka hanya nyengar-nyengir melihat kedua anaknya itu.
Sesaat sesudah sarapan, Raya segera berangkat ke sekolah. Saat hingga di sekolah ia terburu-buru masuk ke kelas sebab ini hari pertamanya masuk di kelas 2 SMA, ia tak mau telat sedikitpun dikala masuk sekolah. Karena terburu-buru sampai-sampai ia menabrak anak perjaka yang berjalan berlawanan arah dengannya.
‘’ aduh, ma’af ya, saya buru-buru “ ucap Raya
‘’ iya nggak ..” anak itu tak melanjutkan ucapannya dikala kedua matanya berhadapan eksklusif dengan wajah Raya.
Dan Rayapun merasa ada yang aneh dengan dirinya, matanya juga kagum dikala melihat anak perjaka tersebut. Jantungnya berdetak begitu hebat. Tak usang kemudian Raya tersadar dari lamunannya.
‘’ kau nggak apa-apakan?’’ tanya Raya
‘’ iya nggak apa-apa kok “ balas perjaka itu sambil memperlihatkan senyum yang begitu manis
‘’ saya ke kelas dulu ya “
‘’iya”

Raya kemudian berlari kembali ke kelas, dikala dikelas ia sudah melihat Siska sahabatnya yang telah menantinya.
‘’lama banget sih kamu, dari mana aja sih?’’ tanya Siska
‘’ Aku dari...’’ Raya masih belum ingin memberi tahukan kapada Siska wacana kejadian yang gres saja ia alami
‘’dari mana ?’’
‘’em, tadi ke toilet dulu sis” Raya nyengir, supaya Siska nggak marah
Beberapa dikala kemudian, wali kelasnya masuk kelas. Bersamaan dengan wali kelasnya ia melihat perjaka yang tadi pagi bertabrakan dengannya. ‘’ Oh my god, jadi beliau satu kelas sama saya “ fikir Raya. Saat dikelas Raya selalu mencari kesempatan untuk melihat ataupun melirik perjaka itu, ia merasa senang bisa satu kelas dengan perjaka itu. Saat jam istirahat, Siska mengajak Raya ke kantin, tapi Raya mau meminjam buku di perpustakaan. Jadi, hasilnya Siska ke kantin sendirian dan Raya juga ke perpustakaan sendirian. Di perpustakaan Raya asyik memilih-milih buku edisi terbaru di perpusnya, terutama Novel. Tiba-tiba terdengar bunyi yang tampaknya berbicara dengannya.
‘’ suka baca Novel ya?’’
‘’eh,iya “ Raya menoleh
‘’kenalkan saya Faisal “ perjaka itu mengulurkan tangannya
‘’em, saya Raya “
Raya semakin merasa aneh dengan dirinya, dikala ia memegang eksklusif tangan Faisal.
‘’ nggak nyangka ya, kita satu kelas”
‘’iya, sal “ raya tersenyum simpul
Raya merasa hari pertamanya di kelas 11 ini begitu indah, dan begitu banyak hal yang tak terduga yaitu kenal dengan Faisal.

Saat dirumah ia eksklusif masuk kekamar, dan segara membuka laci kemudian mengambil sebuah buku yang begitu sangat berharga bagi Raya, buku Diary .

‘’ dear diary....
Hari ini hari pertamaku masuk di kelas 11, dan saya menemukan hal gres disini, saya bertemu dengan seseorang yang bikin saya salting, dan dikala saya menatap dia, berkenalan dengan dia, jantungku berdebar begitu hebat. Perasaan apa ini ?? saya tak mengerti, Sungguh saya tak mengerti.
‘’ FAISAL  “

Beberapa hari kemudian dikala jam istirahat, Raya makan di kantin bersama Siska. Dan Faisal tiba menyapa mereka berdua dengan memperlihatkan senyum yang begitu indah.
‘’oh Faisal, manis banget senyumnya “ ucap Siska
‘’iya “
‘’eh, Ray, saya mau curhat nih “
‘’curhat apa?’’
‘’sebenarnya aku.....”
‘’Kamu kenapa sis?’’
‘’aku suka sama Faisal!!’’
Raya tersedak, dikala mendengar ucapan Siska itu.
‘’ Kamu nggak apa-apa Ray?’’
‘’aku nggak apa-apa sis !!’’
‘’ kau mau nggak bantuin saya supaya dekat sama Faisal?’’
Nafas Raya terasa sesak, ia tak bisa berkata-kata,tapi ia mencoba mengumpulkan tenaga untuk menjawab pertanyaan Raya yang sungguh menciptakan hatinya remuk.
‘’ iya, aku...aku mau kok sis”
Siska tersenyum bahagia, mendengar persetujuan dari sahabatnya itu. Raya terdiam, ia masih tak mengerti kenapa ia merasa hancur dikala Siska bilang kalau ia menyukai Faisal. Seperti ada hantaman kerikil yang sangat keras di dadanya, yang menciptakan ia susah untuk bernafas.
Saat berada di rumah, tak ada keinginan lain, selain mencurahkan semua yang terjadi hari ini pada Diarynya.

Dear diary....
Kenapa hatiku terasa begitu sakit, dikala Siska menyampaikan kalau ia menyukainya. Apa yang bekerjsama terjadi padaku? Bukankah seharusnya saya bahagia, karna Siska sahabatku sedang bahagia. Tapi kenapa saya merasa sangat sakit !! tuhan, apa yang terjadi bekerjsama pada saya ini !! 

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Raya.
‘’ adik kecil, abang boleh masuk nggak?’’
‘’ boleh kak, masuk aja’’
‘’ di kamar aja sih, keluar yuk !!’’
‘’ nggak kak, males saya “
‘’ kau nulis apa nih ‘’
‘’ idih, abang kepo banget sih, mau tau aja urusan saya !!’’
‘’ abang kan Cuma pengen tau aja, abang liat kau hobby banget nulis-nulis kayak gini “
‘’ ini Diary kak, tiap kejadian yang berkesan niscaya saya tulis disini “
‘’ abang boleh baca?’’
‘’ ih, ya nggak dong, ini tuh privacyku, abang buruk “
‘’ iya,iya adik kecil, ya uda ayo nonton tv sama abang !!’’
Akhirnya sesudah dibujuk, Raya mau keluar dari kamarnya.

Keesokan harinya, dikala pelajaran seni rupa,anak-anak di beri kiprah untuk menciptakan kliping gambar yang mempunyai unsur seni yang kemudian tiap-tiap gambar di berikan penjelasan. Raya sibuk memilah-milah gambar apa saja yang akan ia gunakan.
‘’ perlu sumbangan buat milih gambarnya?’’ kata Faisal
‘’ eh, kau Sal, kalau kau nggak keberatan bantu juga nggak apa-apa kok !” Raya menjawab, sambil memperlihatkan sedikit senyum
‘’ ini bagus nggak?’’ Faisal menyodorkan sebuah gambar lukisan abstrak
‘’ bagus juga nih, trus penjelasannya?’’
‘’ ini kan lukisan, berarti seni rupa 2 dimensi, media yang dipakai kanvas cat minyak...’’
‘’faisal, berdasarkan kau gambar ini yang bagus yang mana? Siska memotong pembicaraan faisal dengan Raya, sambil menyodorkan sebuah gambar batik dan guci.
‘’ bagus semua kok Sis’’
‘’ kalau gitu bantu saya menciptakan penjelasannya ya !!’’
‘’tapi, saya belum selesai membantu Raya”
‘’oh, nggak apa-apa kok Sal, saya kerjain sendiri aja, tadi kan juga uda kau bantu” sela Raya
‘’tapi, Ray “
‘’Raya aja nggak apa-apa kau bantu saya Sal, jadi maukan bantu aku?’’ tanya Siska, dengan wajah yang memelas
Raya kemudian meninggalkan mereka berdua, Raya rasanya nggak sanggup melihat Faisal dan Siska sedekat itu. Walaupun Siska itu sahabatnya sendiri, tapi tetap nggak rela bila ia harus melepaskan Faisal untuk Siska, berat banget rasanya.

Setelah klipingnya sudah jadi dan sudah dikumpulkan, Raya dan Siska pergi ke perpustakaan. Seperti biasa Raya mencari novel-novel terbaru yang belum pernah ia baca.
‘’ hoby banget sih kau baca novel Ray?’’ tanya Siska
‘’novel itu seru, asyik bisa menghilangkan stres, dan novel itu menjadi salah satu sumber ide pembuatan sebuah film, dan kebanyakan film-film yang di angkat dari novel itu bagus dan menggemparkan dunia perfilman’’
‘’ masak gitu? Kalau saya sih, makasih aja ya kalau disuruh baca novel, apalagi novel kan tebal banget, bisa-bisa habis baca novel saya ngabisin 5 botol obat tetes mata “
‘’ idih lebay banget kamu”
‘’hem, ngomong-ngomong dari tadi kau nyari novel apa sih, kok nggak dapet-dapet, nyampek kram nih kaki nungguin kamu”
‘’itu lho, saya nyari novel ‘Saga Breaking Dawn’, dari dulu nyampek kini tiap saya nyari niscaya nggak ada’’
‘’ kau sih telat !!’’
‘’ kayaknya uda tiap hari deh saya nyari, masak masih telat juga!’’
Siska hanya menganggkat bahunya.

Raya kemudian berjalan menuju ibu penjaga perpustakaan.
‘’bu, novel Saga Breaking Dawnnya di pinjam siapa?’’
‘’aduh, ibu lupa namanya, anak perjaka kelas 11. Tapi hari ini seharusnya beliau mengembalikan”
‘’ya uda, nanti kasih tau saya ya bu, kalau hari ini beliau mengembalikan”
Raya kemudian menghampiri Siska yang sedang asyik liat-liat majalahnya waktu kelas 10.
‘’tumben banget ya, anak perjaka suka sama novel”
‘’ siapa Ray?’’
‘’nggak tau tuh, Saga Breaking Dawnnya kini lagi di pinjem sama anak cowok”
Lalu Raya ikut-ikutan liat majalahnya kelas 10, mereka tertawa riang dikala melihat majalah itu,tanpa mereka sadari Faisal tlah berdiri di samping mereka.
‘’hay, katanya ada yang nyari Saga Breaking Dawn ya?’’
Raya dan Siska kaget mendengar bunyi itu, mereka lekas berpaling mencari arah datangnya bunyi itu, dan mereka melongo dikala melihat Faisal dan menyodorkan sebuah novel ‘Saga Breaking Dawn’.
‘’jadi, kau yang...??’’ ucap Raya dan Siska serentak sambil menunujuk ke arah Faisal
‘’ iya, saya yang pinjam novel ini, siapa di antara kalian yang mau pinjam?’’
‘’ yang pinjam ak...”
‘’yang pinjam saya Sal,” kata Siska memotong ucapan Raya

Raya kaget bukan main, dikala Siska mengaku kalau ia yang akan pinjam novel itu. Padahal gres saja ia menyampaikan kalau ia tidak suka baca novel.
‘’ya uda ini Sis” faisal meyerahkan novel itu kepada Siska
‘’iya, makasih ya Sal’’
‘’iya, kalau gitu saya pergi dulu ya”
Raya dan Siska hanya menganggukan kepalanya.
‘’nih Ray, novelnya”
‘’kok tadi kau bilang, kalau kau yang akan minjem?’’
‘’ya, nggak apa-apakan? Biar Faisal ngira aja kalau saya juga suka baca novel kayak dia!!’’
‘’oh, gitu ya’’
‘’kamu nggak suka ya Ray, saya ngomong kayak tadi?’’
‘’oh, nggak kok, saya suka-suka aja sis”
Setelah mendapatkan novel itu hasilnya mereka berdua kembali ke kelas.
Saat di kelas Siska berpura-pura membaca novel itu, padahal bekerjsama kepalanya sudah pusing sebab ngliat buku setebal itu.
‘’Raya, saya boleh minta tolong nggak sama kamu?’’ bisik Siska
‘’ minta tolong apa?’’
‘’comblangin saya sama Faisal dong, please” Siska memohon kepada Raya
‘’aku tuh nggak hebat nyomblangin Sis”
‘’ayo lah Ray, Cuma kau yang bisa saya andalkan, saya nggak mau kalau hingga Faisal dimiliki sama orang lain’’
Terasa nafasnya begitu sesak, dikala Raya mendengar ucapan Siska itu, secara tidak eksklusif Siska juga nggak bakalan rela kalau Faisal jadi milik Raya. Dia membisu terpaku, terasa darahnya tlah berhenti mengalir.
‘’ Ray, gimana maukan?’’ tanya Siska lagi
Mulutnya terasa kaku untuk bicara, tapi beliau mencoba mengumpulkan segenap tenaganya yang tersisa untuk menjawab pertanyaan Siska.
‘’i, iya..aku.. ma..mau Sis’’

Saat berada di rumah, ia tak henti-hentinya memandangi fotonya bersama Siska yang ia letakkan di meja kamarnya. Dan ia kemudian mengambil Diarynya yang ia letakkan di samping foto itu.

Dear Diary...
Semua ini begitu sulit tuk ku bayangkan, seorang sahabatku sendiri memintaku untuk mendekatkannya dengan seseorang yang telah buat hidupku berwarna. Apa kelak saya sanggup tuk menyaksikan mereka berdua bersatu?
Sungguh saya tak kan sanggup mendapatkan kenyataan pahit itu.

‘’ Faisal and Siska “

Setelah menulisnya ke Diary, Raya lekas menuju ke taman belakang rumahnya, di sana telah ia liat Radit kakaknya yang tengah asyik bertelfon dengan kekasihnya. Saat mengetahui kedatangan Raya, Radit segera mengakhiri telfonnya.
‘’kok udahan telfonnya kak?’’
‘’habis ada kau sih”
‘’emang kenapa kalau ada saya ?’’
‘’nanti kau ganggu”
Raya kemudian duduk disamping kakaknya itu.
‘’kurang kerjaan aja, ganggu orang pacaran”
Radit tertawa dan ia mencubit pipi adiknya itu.
‘’ adik buruk abang mungkin nggak ganggu, tapi nanti jadi kepengen, kan belum punya pacar!!’’
‘’idih, siapa juga yang pengen, nggak deh ya !!’’
‘’hem, kau nggak pengen ya punya pacar?’’
Raya hanya membisu dan tak bisa menjawab pertanyaan kakaknya itu.
‘’kamu nggak bosen apa, kayak gini terus? ‘’ tambah kak Radit
‘’enaknya punya pacar apa?’’
‘’hidup kita akan berwarna, bawaannya seneng mulu’,ada yang perhatiin,terus...apa lagi ya, ya pokoknya seru deh!!’’
Raya menatap mata kakaknya dalam-dalam.
‘’hidupku sudah berwarna kak, dengan kehadiran kakak, mama papa dan semua orang-orang terdekatku, dan saya sudah senang sebab mereka semua selalu membuatku tersenyum, dan mereka selalu beriku perhatian yang lebih, yang hasilnya bisa buatku tetap berdiri tagak disini’’
mata Raya mulai berkaca-kaca, seketika kak Radit memeluk erat tubuh Raya.
‘’kakak tak akan pernah biarkan kau terjatuh, bahkan terpeleset sedikitpun Ray, tegur abang bila abang sedikitpun tak memberi pegangan di dikala kau akan terjatuh’’
Air mata Raya jatuh tak tertahan lagi dalam pelukan kakaknya.

Bel tanda pelajaran ke dua selesaipun telah terdengar, siska bergegas pergi ke kantin, sedangkan Raya hanya membisu dan duduk di bangkunya. Dia lebih asyik melanjutkan membaca novelnya.
‘’suka juga ya baca novel itu?’’
Raya kaget nggak karuan dikala melihat Faisal sudah duduk di sampingnya.
‘’em,aku Cuma...”
‘’kamu sama Siska memang sahabat sejati ya, sama-sama penggemar novel”
Raya tersenyum, ‘’ dan kami pun sama-sama menyukai kau sal’’ batin Raya
‘’oh ya Ray, boleh nggak saya minta nomer hp kamu?’’
‘’buat apa?’’
‘’ya mungkin kalau suatu dikala saya ada perlu sama kamu, boleh ya please !!’’
‘’iya”
Raya menyobek sebuah kertas, dan ditulisnya nomer handphonenya di kertas itu, dan dengan segera ia berikan kertas itu kepada Faisal.
‘’terimakasih ya Ray”
‘’iya Sal sama-sama”
Kemudian mereka ngobrol dan bersenda gurau, terlihat begitu akrab. Hati Raya begitu bahagia, ia merasa begitu damai dan nyaman berada di sisi Faisal. Angannya melayang, andaikan Siska tidak mencicipi hal sama menyerupai yang ia rasakan, mungkin Raya bisa bebas dan tidak takut bila dekat dengan Faisal.

Setelah pulang sekolah Raya dan Siska mampir ke mall, Siska mau beli sepatu baru, dikala sedang menentukan sepatu tiba-tiba handphone Raya berdering dan di lihatnya ada nomer yang tak ia kenal menghubunginya, kemudian Raya mengangkat telfon tersebut dan agak menjauh dari Siska.
“ halo”
‘’ini Raya?’’
‘’iya”
‘’Ray, ini saya Faisal”
“oh kau Sal, ada apa?’’
‘’kamu lagi sibuk nggak?’’
‘’nggak kok”
‘’gini lho, nanti kau mau nggak mencar ilmu bareng aku?’’
‘’kamu serius mau mencar ilmu bareng aku?’’
‘’iya, kau mau kan?’’
‘’em..mau kok, tapi dimana?’’
‘’di rumah kau aja gimana?’’
‘’ya uda, nanti saya smsin alamatku”
‘’iya Ray, met ketemu nanti malam ya?’’
‘’iya Sal”
Setelah mendapatkan telfon dari Faisal, Raya begitu senang apalagi dikala Faisal bilang mau mencar ilmu bareng sama dia. Raya senyum-senyum sendiri sambil meluk-meluk handphonenya. Siska kaget ngliat tingkah Raya yang aneh.
‘’ kenapa kau Ray, kok senyum-senyum sendiri”
‘’em, nggak apa-apa kok”
‘’beneran?emang tadi telfon dari siapa?’’
‘’ dari.....’’ raya tak mau memberi tahu kalau Faisal mengajaknya belajar, sebab itu niscaya menciptakan Siska sedih
‘’dari siapa Ray?’’
‘’dari kak Radit Sis’’
Mereka kemudian memilih-milih kembali sepatu yang cocok untuk Siska, dalam hati Raya, Raya berharap malam cepat datang, sebab ia sudah tak sabar lagi untuk mencar ilmu bersama Faisal.

Terdengar ada bunyi yang mengetuk pintu rumah Raya, Raya segera membukakan pintunya dan sesosok perjaka yang sangat ia kagumi tepat berdiri di hadapannya.
‘’selamat malam Ray”
‘’malam Sal, ayo masuk”
Lalu mereka masuk dan mereka asyik menikmati kegiatan mencar ilmu mereka, dari kejauhan kak Radit mengamati adiknya yang terlihat begitu senang dikala bersama perjaka tersebut. Beberapa dikala kemudian Faisal pulang. Dan dengan segera kak Radit tiba menghampiri Raya yang sedang membereskan bukunya.
‘’siapa Ray perjaka itu??’’
‘’Faisal,temen saya kak?’’
Kak Radit kemudian duduk dihadapan adiknya itu.
‘’cuma teman?’’
‘’iya kak”
‘’tapi abang lihat ada yang berbeda di antara kalian berdua”
‘’nggak ada kak, biasa aja kok”
‘’kakak bisa tahu dari cara kau memandangi beliau Ray, cara kau berbicara dengan dia, mengisyaratkan sesuatu!’’
‘’apa kak?’’
‘’kamu suka kan sama perjaka tadi?’’
Raya terkejut mendengar ucapan kakaknya itu, Raya lekas berdiri dan berlari menuju kamar tanpa menjawab pertanyaan kakaknya. Terasa jantungnya mulai berdetak begitu kencang, ia memang harus mengakui bahwa ucapan kakaknya itu benar. Ia memang suka pada Faisal, ia memang menginginkan sesuatu yang lebih dari pada seorang teman. Raya kemudian meletakkan buku-bukunya di meja dan ia mengambil Diarynya di laci.

Dear diary....
Kita semakin dekat, beliau begitu menyenangkan, rasanya ingin selalu saya berada di dekatnya, tak mau lepas darinya. Tuhan, saya mencintainya, saya menyayanginya...
Tapi kenapa saya harus menutupi begitu keras perasaan ini..
Aku tak sanggup menghindari perasaan ini, apa yang harus ku perbuat?
Sungguh saya tak tahu !!!!
‘’ faisal”

Sekarang ini tiap hari Faisal dan Raya mencar ilmu bareng, dan itu tanpa di ketahui oleh Siska.
Suatu hari di sekolah dikala jam istirahat, Raya dan Siska sedang duduk di depan kelas. Tiba-tiba Faisal tiba menghampiri mereka.
‘’hai, boleh gabung nggak?’’
‘’boleh banget sal” ucap Siska dengan penuh semangat
Lalu siska berpindah kawasan duduk di samping Faisal.
‘’Sal, kau nggak ke kantin?’’tanya Siska
‘’nggak Sis, nggak ada temannya jadi males ke kantin deh’’
‘’aku temenin mau nggak?’’
‘’ya, boleh deh’’
‘’ya uda, ayo’’
Siska berdiri dan menggandeng tangan Faisal.
‘’Ray, ayo’’ajak Faisal
‘’em..kalian berdua aja, saya nggak ikut”
‘’ya uda, kalo gitu, kita berdua aja Sal” kata Siska
Siska eksklusif menggandeng erat-erat tangan Faisal dan segera ke kantin.
Hati Raya terasa hancur, melihat Faisal dan Siska begitu dekat, tapi ia tetap berusaha sabar dan ia telah berjanji untuk menyatukan mereka berdua, meski hati Raya semakin sakit.

Saat pulang sekolah, Siska eksklusif ikut ke rumah Raya dan mereka berbincang-bincang dikamar Raya,mereka berbaring di kawasan tidur.
‘’Ray, gimana dong nih,aku mau lebih deket sama Faisal!’’
‘’bukannya kini kalian uda deket?’’
‘’iya sih, tapi biar lebih lebih deket lagi gitu lho Ray”
Raya melihat ke jendela yang terarah eksklusif dengan taman di rumahnya.
‘’kalian jalan berdua aja !!’’ ucap Raya
‘’bagaimana caranya?’’
‘’biar saya yang mengatur semuanya Sis”
Siska tersenyum lebar kepada Raya, ia merasa beruntung mempunyai seorang sahabat menyerupai Raya yang selalu bisa membantunya.
Raya kemudian mengambil handphonenya dan mengirim pesan ke Faisal
‘’ nanti malam tak perlu mencar ilmu ke rumahku, kau eksklusif aja pergi ke Cafe Ceria jam 7 malam”

Raya kemudian mengajak berdiri Siska, dan memegang pundak Siska.
‘’ nanti malam pergilah kau ke Cafe Ceria ‘’
Siska segera meraih Tasnya yang ada di kawasan tidur, dan ia memeluk tubuh Raya.
‘’makasih ya Ray,aku nggak akan menyia-nyiakan kesempatan ini’’
Siska kemudian meninggalkan Raya, Raya mencicipi tubuhnya begitu lemas tak berdaya. Ia memang harus merelakan orang yang ia suka demi seorang sahabatnya.

Pukul 7 malam di Cafe Ceria, terlihat Siska yang memakai gaun berwarna merah dengan rambut panjangnya yang di gerai dan di biarkan berkibar dikala tertiup angin telah duduk sendiri sambil menunggu gelisah. Tak usang kemudian dari kejauhan di lihatnya sosok seorang anak perjaka yang tak asing baginya, dengan tubuh yang tinggi dan tegap, memakai celana jeans serta kemeja lengan panjang berwarna biru tua.
Siska melambaikan tangannya sambil memanggil Faisal. Faisal tiba menghampiri Siska, dan Faisal sangat terkejut melihat Siska.
‘’ Siska kau kok disini?’’
‘’iya Sal, saya disuruh Raya ke sini”
‘’ Raya nyuruh kau kesini? Raya juga nyuruh saya kesini’’
‘’kebetulan gini ya”
‘’iya, kemudian Raya kemana?’’
‘’aku juga nggak tahu Sal’’
‘’ ya uda, saya hubungin dulu ya”
‘’eh, nggak usah Sal, kalau beliau nggak datang, kita bisa berdua aja kan?’’
Mereka kemudian duduk dan memesan makanan, mereka berbincang-bincang dan bersenda gurau.
Siska mencicipi begitu senang bisa begitu dekat dengan Faisal, sesudah beberapa dikala bersenda gurau mereka bertukar nomer handphone.

Setelah hingga dirumah, faisal segera menghubungi Raya.
‘’ malam Ray’’
‘’iya Sal,ada apa?’’
‘’kamu kok tadi nggak tiba sih?’’
‘’em, saya tadi program sal’’
‘’oh, padahal saya harap tadi kau datang”
‘’lha gimana dinner kau sama Siska tadi,sukses kan?’’
‘’iya sukses kok’’
‘’oh, ya uda Sal saya mau tidur dulu ya, see u”
Belum sempat Faisal membalas ucapan Raya, Raya sudah menutup telfonnya terlebih dahulu. Faisal menghempaskan tubuhnya ke kawasan tidur dan ia segera memejamkan matanya, serasa hilang semua kejenuhan yang ia rasakan hari ini.

Ke esokan harinya,saat hingga di sekolah Raya melihat Siska dan Faisal telah berduaan di kantin,mereka terlihat begitu mesra. Raya kemudian mengurungkan niatnya untuk pergi ke kantin dan ia menentukan untuk menyendiri di dalam kelas.
Beberapa dikala kemudian Siska dan Faisal masuk ke kelas, Siska segera duduk dan memeluk tubuh Raya.
‘’Raya, saya seneng banget”
‘’kenapa Sis?’’
Siska melepaskan pelukannya
‘’tadi saya minta Faisal buat nganterin saya pulang dan ternyata beliau mau”
‘’oh, ya?’’
‘’iya saya seneng banget nih’’
‘’aku juga ikut senang sis’’

Saat hingga di rumah, kak Radit telah menunggu Raya di depan rumah.
‘’muka kau kenapa Ray,kok murung gitu?’’
‘’nggak kenapa-napa kok kak’’
‘’beneran?tapi kok....’’
‘’aku nggak apa-apa kak,mungkin Cuma capek aja’’
Raya segera masuk ke dalam rumah, tapi kak Radit segera menarik tangan Raya.
‘’ada problem sama Faisal Ray?’’
‘’apa’an sih abang ini”
‘’ayo lah Ray,jujur aja sama kakak’’
Raya membalikan badannya, dan bertatap muka eksklusif dengan kakaknya itu.
‘’Raya sudah jujur kak, dan nggak ada sangkut pautnya sama Faisal’’
Kak Radit melepaskan genggaman tangannya, dan Raya segera berlari ke kamarnya. Dan hanya satu benda yang ada dalam fikirannya,Diary segera ia raih dan segera ia membuka lembaran yang masih kosong.

Dear diary...
Aku memang nggak bisa melihat kalian bersama, tapi saya juga nggak bisa bila harus menciptakan kalian jauh..
Tuhan...
Beri saya kekuatan sebab mungkin saya akan selalu melihat mereka bersama...
Beri saya keikhlasan untuk melepas Faisal demi Siska...
Meski saya tahu ini begitu berat bagiku ....

Tak terasa air mata Raya menetes beriringan dengan tiap kalimat yang ia tulis dalam Diary, ia tak bisa berbohong kalau ia memang menyayangi Faisal, dan ia harus bisa merelakan jikalau Siska dan Faisal suatu dikala akan menjalin suatu hubungan.
Tak berapa usang terdengar bunyi mamanya yang memanggil Raya, Raya segera mencari arah dari mana munculnya bunyi itu.
Saat Raya menemui mamanya, tak sengaja kak Radit melewati kamar Raya dan ia menengok ke arah kamar itu yang dalam keadaan pintu terbuka, ada sebuah dorongan supaya ia segera menginjakan kakinya di kamar itu. Dan hasilnya ia masuk dan dilihatnya Diary Raya yang masih terbuka, di bacanya dengan penuh perasaan Diary itu. Sesaat sesudah membaca Diary itu, hatinya tersentuh, tak di sangkanya adik yang selama ini ia kenal manja, ternyata telah melaksanakan suatu pengorbanan yang begitu besar untuk sahabatnya. Karena tak ingin di ketahui oleh Raya, hasilnya ia segera keluar dari kamar adiknya itu.

Malam tiba, dan menyerupai biasa Faisal tiba ke rumah Raya untuk mencar ilmu bersama.
Dan yang membukakan pintu untuk Faisal kali ini yakni Radit, Faisal terkejut dengan sosok yang ada di balik pintu itu.
‘’malam kak’’
‘’iya malam, ayo masuk’’
Mereka masuk ke dalam rumah dan duduk berdampingan.
‘’kamu begitu dekat dengan adikku,apa yang kau mau dari dia?’’
‘’maksud abang apa? Kita memang dekat, beliau sahabat yang menyenangkan!’’
‘’teman?kau anggap beliau teman?’’
Faisal semakin terkejut dengan pertanyaan aneh yang di berikan oleh kak Radit, belum sempat ia menjawab pertanyaan itu, Raya sudah datang.
‘’kak Radit, sana pergi saya mau belajar”
‘’iya, kecil’’
Kak Radit berdiri dan mengusap rambut Raya. Faisal masih tetap terbayang-bayang dengan pertanyaan-pertanyaan kakaknya Raya yang sangat mengganggu fikirannya.
Setelah selesai belajar, mereka segera membereskan buku-bukunya.
‘’oh ya Sal, kau kini ini makin deket aja ya sama Siska ‘’
‘’em, iya sih, tiap hari ketemu masak nggak deket”
‘’menurut kau beliau itu gimana?’’
‘’dia anak yang baik, lucu, nyenengin dan asyik kok di ajak ngobrol’’
‘’gitu ya’’
Semakin hancur perasaan Raya mendengar semua ucapan yang keluar dari lisan Faisal.
Setelah Faisal pulang rasanya Raya ingin teriak, ingin nangis, tapi ia harus tetap menyembunyikan semua perasaan itu. Saat ia membalikan badannya, Raya terkejut sebab kakaknya tiba-tiba mendekap tubuhnya.
‘’ kenapa kak?’’
‘’menangislah kalau memang kau mau menangis Ray, abang di sini siap menghapus tiap air matamu’’
‘’aku nggak mengerti kak, ada apa ini sebenarnya’’
‘’meski kau nggak mau jujur sama kakak, abang tahu yang terjadi’’
Semakin erat pelukan kak Radit pada Raya, dan Raya hanya terdiam menikmati pelukan yang begitu hangat itu, dengan penuh tanda tanya yang berkeliaraan di fikirannya, wacana apa yang di ketahui oleh kak Radit sebenarnya.

Bel istirahat telah terdengar,Raya dan Siska pergi ke perpustakaan. Di perpustakaan Siska asyik melihat buku tahunan, sedangkan Raya yang terlihat agak jauh dari Siska hanya duduk dan terdiam saja. Ia merasa kali ini tak ada sedikitpun minatnya berburu novel terbaru di perpustakaan. Melihat Raya yang sedari tadi hanya diam, ibu penjaga perpustakaan tiba menghampiri Raya dan duduk tepat di hadapan Raya.
‘’ kenapa kau hanya membisu di sini, ada beberapa novel terbaru “
‘’ iya, kapan-kapan saja saya pinjam novel-novel itu”
‘’kapan-kapan? Ibu nggak salah dengar, bukannya kau selalu menjadi orang pertama yang membaca novel-novel tebaru di sini?’’
‘’ kini ini saya lagi nggak kepengen baca novel dulu’’
‘’ seberat itukah problem yang kau hadapi?’’
‘’ masalah?’’
‘’ iya, masalah. Benarkan kau kini sedang dilanda sebuah dilema? Dan itu merupakan problem yang serius bagi kau !’’
‘’ nggak kok bu, saya nggak ada problem apa-apa kok’’
‘’ bibir kau mungkin bisa berbohong, tapi tidak dengan mata kamu, ibu tahu apa yang sedang kau rasakan ‘’
‘’ dari mana ibu tahu wacana apa yang saya rasakan, saya saja nggak pernah dongeng dengan siapapun !’’
‘’ mungkin kau memang tidak bercerita dengan saya atau siapapun, tapi tanpa kau sangka mata kau telah berbicara. Perasaan kau nggak bisa kau sembunyikan dengan rapi’’

Raya merasa gugup mendengar semua ucapan dari ibu penjaga perpustakaan, ia segera berdiri dan menarik tangan Siska.
‘’ayo Sis, kita ke pergi’’
‘’eh, bentar dong pelan-pelan Ray’’
Raya semakin berpengaruh menarik dan menggenggam tangan Siska.
‘’aduh Ray, sakit nih lepasin dong dan jalannya pelan-pelan aja, lagian kan belum bel’’

Raya kemudian melepaskan tangan Siska, dan ia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
‘’kamu kenapa Ray?’’
‘’aku nggak apa-apa kok”
‘’kalau nggak ada apa-apa, kok kau aneh gini sih?’’
‘’aneh gimana Sis,aku biasa aja kok’’
‘’kamu terlihat gugup, dan nggak biasanya lho kau ngajak saya buru-buru pergi dari perpus’’
Raya menarik panjang nafasnya.
‘’ Sis, saya tuh nggak apa-apa, mungkin saya laper aja, makanya saya kelihatan kayak orang gugup dan saya mau ngajak kau ke kantin, nanti kalau keburu bel’’
Raya memperlihatkan sedikit senyuman polosnya,agar Siska percaya dan nggak curiga sama dia.
Dan hasilnya mereka pergi ke kantin. Beberapa dikala kemudian bel terdengar dan mereka segera masuk kelas. Dan dikala itu mereka mendapatkan pelajaran Sejarah.
‘’oh ya anak-anak, kali ini ibu akan berikan kiprah yang harus kalian kumpulkan ahad depan,tugas ini kalian kerjakan secara kelompok. Dan satu kelompok 3 orang ibu rasa itu cukup, kelompoknya kalian pilih sendiri, dan ingat satu kelompok harus ada yang pria dan ada yang wanita ‘’
‘’iya bu’’
‘’tugasnya masih wacana materi yang ibu jelaskan tadi, yaitu kebudayaan, jadi kalian harus menciptakan artikel wacana kebudayaan-kebudayaan tradisional yang masih tetap di lestarikan di indonesia. Minimal ada 6 artikel, dan ibu nggak mau kalau kalian Cuma copas aja, kalian harus bisa menyusun sendiri se kreatif mungkin, tapi kalian tetap boleh mencari sumber-sumber lain untuk memperkuat artikel tersebut. Kalian mengerti ?’’
‘’mengerti bu’’
‘’kalau begitu ibu tinggal dulu’’

Setelah pelajaran selesai para siswa sibuk berdiskusi wacana kiprah tersebut, begitupun Raya dan Siska.
‘’Sis, enaknya kelompok kita siapa aja nih, kita kurang satu anak dan harus anak perjaka lagi’’
‘’em, siapa ya enaknya’’
Mereka sama-sama berfikir dan melihat sekitar mereka, dan mata mereka tertuju pada arah yang sama, kemudian mereka tersenyum dan saling berhadapan.
‘’Faisal’’
Mereka bebarengan mengucap nama Faisal, kemudian mereka tertawa.
‘’aku coba tanya Faisal ya Ray, mungkin aja beliau mau’’
‘’iya Sis’’
Lalu Siska menghampiri Faisal.
‘’ Sal, uda dapet kelompok belum?’’
‘’belum nih Sis’’
‘’kebetulan banget kalau gitu, gabung sama saya dan Raya, mau nggak?’’

Faisal kemudian melihat ke arah Raya, terlihat Raya yang tersenyum manis kepadanya,
‘’oke Sis, dengan senang hati saya mau gabung dengan kalian’’
‘’beneran mau?’’
‘’iya’’
‘’ya uda makasih ya Sal’’
Siska menghampiri Raya dan kembali ke kawasan duduknya.
‘’Faisal mau Ray’’
‘’akhirnya lengkap juga kelompok kita’’
‘’iya Ray, dan saya seneng banget bisa satu kelompok sama Faisal’’
‘’aku juga seneng Sis’’
‘’kalau kayak gini kan saya bisa makin deket sama Faisal, dan mungkin ini membuktikan kalau saya sama Faisal jodoh, makanya kita di beri jalan buat selalu bersama. Iya nggak Ray?’’
Raya bertahap menghilangkan senyumnya, ia gres menyadari kalau beliau akan semakin sering melihat Faisal dan Siska bersama, dan itu akan menambah luka di hatinya.
‘’Ray, kok membisu aja nggak di jawab lagi pertanyaanku’’
Raya tersentak kaget mendengar Siska berbicara
‘’em, iya Sis, mungkin memang kalian jodoh’’
Siska seketika memeluk tubuh Raya.
‘’makasih Raya, saya senang banget, dan saya berjanji kau akan menjadi orang pertama yang tahu kalau nanti saya benar-benar jadian sama Faisal’’
‘’iya sis’’
Dengan bunyi yang melemah, dan penuh kehancuran ia menjawab semua ucapan Siska.
Tiba-tiba Faisal tiba menghampiri mereka.
‘’hay, kenapa kok pada pelukan kayak teletubies aja’’
‘’eh, kau Sal’’
‘’aku Cuma mau tanya, kapan kita ngerjain tugasnya?’’
‘’em, gimana kalau besok aja, besok kan hari minggu’’ ucap Raya
‘’iya saya sepakat banget” sambung Siska
‘’ ya uda, besok ya’’
‘’eh, tapi mana mungkin kita bisa ngerjain hanya dalam waktu sehari’’ ucap Siska
‘’iya juga sih, kalau gitu besok kita atur rencana lagi kapan mau nglanjutin, dan buat besok sebaiknya kita nyari materi dari beberapa sumber dulu, gimana?’’usul Raya
‘’ cemerlang, saya setuju’’ ucap Faisal dengan menyodorkan ibu jarinya
‘’ya uda saya juga setuju, dan kita ngumpul dimana?’’ tambah Siska
‘’ Cafe Ceria’’ ucap Raya dan Faisal bersamaan.
‘’iya, jadinya kita nggak terlalu stres, sambil ngerjain kiprah sambil have fun’’ ucap faisal
‘’oke, kita masing-masing besok bawa buku atau sumber yang lainnya yang bisa kita jadikan bahan’’ ujar Siska

Malam tiba, Raya sibuk ngacak-ngacak buku yang begitu banyak di almari khusus penyimpanan bukunya. Ia sedang sibuk mencari-cari buku untuk tugasnya. Kak radit yang lewat dan tak sengaja melihat Raya, kemudian masuk menghampiri Raya.
‘’eh, kecil ngapain kau acak-acak buku-buku itu? Kayak tikus aja kamu!’
‘’ih, abang ini, saya lagi nyari buku yang ada wacana kebudayaannya kak, soalnya saya sanggup kiprah nih’’
‘’ dasar kau ya, uda tahu ini tuh malam minggu, waktunya santai, have fun, jalan-jalan, eh malah masih mikirin tugas!’’
‘’iya sih kak, tapi besok mau saya kerjain sama Siska dan Faisal kak, jadi kini saya nyari bahannya dulu”
‘’ gitu aja repot kamu, beli aja di toko buku atau nggak tinggal tanya mbah google kan enak’’
‘’iya sih, tapi kayaknya tuh saya punya buku yang mengulas wacana kebudayaan indonesia, tapi dimana ya, kok dari tadi saya nyari nggak ketemu’’
‘’oh, buku itu’’
‘’iya kak, aduh dimana sih bukunya’’

Kak Radit kemudian memperhatikan seisi kamar adiknya itu.
‘’ bukunya bersampul coklat ya?’’
‘’kayaknya iya kak !’’
‘’sampulnya bercorak batik, terus ada gambar wayang dan orang nari ya?’’
‘’sepertinya juga gitu kak’’
`` ‘’bukunya tebal?’’
‘’iya kak’’
‘’judulnya, CULTURE IS OUR LIFE?
‘’Iya kak, bener banget, kok abang tahu?’’
‘’tuh,di meja samping kawasan tidur apa’an?
Raya berbalik dan melihat meja tersebut, kemudian ia berjalan menghampiri meja tersebut kemudian segera meraih buku itu dan Diary di samping buku tersebut terjatuh sebab tersenggol buku tersebut.
‘’oh, iya ini bukunya kak’’ Raya nyengir
‘’sampai kepalamu botak nyariin buku tersebut di almari juga nggak bakalan ketemu Ray’’
‘’iya kak makasih ya,aku gres inget kalau kemarin saya habis baca nih buku’’
Kak Radit menghampiri Raya dan mengusap rambut Raya.
‘’makanya jadi orang jangan pikun’’
‘’iya abang ku yang paling jelek, ya uda kak saya mau ambil minum dulu haus nih, abang mau nggak?’’
‘’iya, abang tunggu di ruang keluarga ya!’’
Lalu Raya keluar dari kamarnya, dan dikala kak Radit mau keluar kakinya menginjak sesuatu dan di lihatnya itu yakni Diary. Dan dengan penuh ingin tau ia melihat dan membaca tiap lembar Diary tersebut.

Setelah membaca Diary tersebut, ia semakin mengerti wacana apa yang terjadi pada adiknya itu, dan ia mengerti perasaan adiknya itu. Dalam hatinya sungguh tak rela kalau adiknya harus mencicipi sakit hati, ia merasa kalau ia harus berbuat sesuatu untuk adiknya. Tiba-tiba terdengar bunyi teriakan adiknya memanggil dirinya. Dan ia gres sadar kalau ia harus segera menuju ke ruang keluarga, dengan tergesa-gesa ia berlari ke ruang keluarga.
‘’kakak ini usang banget sih, uda saya bikinin minum nih, dari mana aja sih?’’
‘’em, tadi abang terima telfon dulu’’
‘’oh, dari pacar abang ya?’’
‘’ya iya lah, biasa ngajakin keluar, tapi abang males nih pengen di rumah aja nemenin adik kecil ini’’
Mereka bercanda dan bersenda gurau, kak Radit berusaha menciptakan adiknya tersenyum dan bahagia.

Keesokan harinya, Raya berkemas-kemas untuk pergi mengerjakan tugas. Saat hingga di depan rumah dilihatnya kak Radit yang sudah berdandan rapi bersandar di mobilnya.
‘’kakak mau kemana, rapi benget?’’
‘’ya mau nganterin kau lah Ray”
‘’mau nganterin saya kak?’’
‘’iya, ayo masuk nanti kau telat’’
‘’tapikan saya nggak minta abang buat nganterin aku’’
‘’walaupun kau nggak minta, abang akan tetap nganterin kamu’’
‘’tapi kak’’
‘’nggak usah tapi-tapi an, ayo masuk’’
Kak Radit menarik tangan Raya dan mengajaknya masuk ke mobil.
‘’oh ya, selain abang ini nganterin kamu, nanti abang juga bakalan nemenin hingga kau selesai ngerjain tugas’’
‘’apa?’’
Kak Radit hanya tersenyum melihat reaksi adiknya yang shock mendengar ucapannya itu.
Saat hingga di cafe, ternyata Siska dan Faisal uda lebih dulu datang, dan langkah Raya terhenti ia serasa ingin berbalik tubuh dikala melihat Siska dan Faisal bersenda gurau dan begitu akrab.
‘’Ray, kau kenapa, ayo jalan’’

Kak Radit menarik tangan Raya dan memaksanya untuk berjalan, ia tahu bahwa bekerjsama hati adiknya itu begitu sakit sebab melihat Siska dan Faisal begitu dekat.
‘’hay Siska, hay Faisal?’’ sapa kak Radit
‘’kak Radit, Raya ayo silakan duduk’’ ucap Siska
‘’ma’af ya Sis,kita telat, usang ya nunggunya? Tanya kak Radit
‘’nggak kok kak, kita gres aja hingga sini”
‘’kita?’’ tanya Raya penasaran
‘’iya, tadi kita berangkat bareng, Faisal jemput aku”
Raya kembali merenung dan terdiam, beliau masih bertanya-tanya, apakah beliau sanggup melihat semua ini? Dan suasanapun hening.
‘’oh iya, saya disini ikut gabung nggak problem kan? Sambil nungguin Raya?’’kak Radit memecah keheningan
‘’oh iya kak, nggak problem kak, kalau gini kan jadi tambah rame, iya kan sal?’’
‘’em, iya kak, bener kata Siska tadi’’
Lalu mereka segera mengeluarkan buku-buku mereka, mereka mulai membahas wacana tugasnya, tak jarang Siska da Faisal bertukar pendapat, sedangkan Raya hanya bisa sendiri dan tak berani bertanya kepada Siska ataupun Faisal. Melihat adiknya yang merenung melihat buku-buku yang tercecer di depannya, muncul perasaan ibanya kepada Raya. Lalu ia mendekati adiknya itu.
‘’ada yang bisa abang bantu Ray?’’
‘’eh, kakak, iya nih kak’’
Akhirnya Raya bertukar pendapat dengan kakaknya itu, dan ia merasa tak sia-sia kakaknya ikut sebab itu bisa mengurangi kesedihan yang ia rasakan. Beberapa dikala kemudian, masing-masing dari mereka telah selesai mencari materi yang bakalan mereka pakai buat artikel.
‘’jadwal hari ini selesai, kita semua uda mempunyai materi buat artikel kita, terus kapan kita bakalan nglanjutin kiprah ini?’’ tanya Faisal
‘’em, kapan ya enaknya”
‘’kalau lusa aja gimana, habis pulang sekolah?’’ undangan Siska
‘’setuju” ucap Faisal dan Raya bersamaan
‘’dan kita juga harus punya gambarnya juga kan?’’ tanya Faisal
‘’oh,iya, ya..ya uda lusa kita bareng-bareng cari gambarnya’’ ujar Raya
‘’oke,kita eksklusif minta sumbangan sama mbah google aja ya?’’ sambung Siska
‘’siipp deh” jawab Raya dan Faisal yang lagi-lagi bersamaan
Kemudian mereka pulang, sebab hari juga sudah semakin sore. Di perjalanan Raya dan Kak Radit berbincang-bincang.
‘’kak, makasih ya uda nemenin aku’’
‘’iya’’
‘’kalau nggak ada kakak, mungkin saya sudah...’’Raya tak melanjutkan kalimatnya dan tiba-tiba wajahnya murung
‘’sudah apa Ray?’’
‘’em, nggak apa-apa kok kak, lupain aja’’
Raya merenung dan terdiam, kak Radit sesekali memperhatikan adiknya itu.
Saat hingga di rumah, Raya eksklusif masuk ke dalam kamar dan tak menghiraukan kakaknya. Saat hingga di kamarnya, tiba-tiba handphone berdering dan dilihatnya, ternyata dari Siska.
‘’ya Sis, ada apa?’’
‘’kamu sudah hingga rumah Ray?’’
‘’sudah, kenapa?’’
‘’oh, nggak apa-apa kok, saya Cuma mau kasih tau kau aja kalau saya lagi seneng banget hari ini’’
‘’oh, ya kenapa emang?’’
‘’kamu tahu nggak, kini saya lagi dimana?’’
‘’emang dimana?’’ Raya semakin penasaran
‘’aku lagi di mall sama Faisal,Ray!’’
‘’sama Faisal?’’
‘’iya, saya seneng banget,tadi beliau nanya mau eksklusif pulang atau kemana dulu, ya saya buru-buru jawab dong, kalau saya mau ke mall dulu beli baju, terus beliau mau nganterin aku’’
‘’oh, saya juga ikut senang Sis’’
‘’em, uda dulu ya Ray, nggak lezat sama Faisal nih”
‘’iya’’
Tak terasa air mata Raya menetes, semakin jauh angannya dari Faisal, ia merasa kalau memang ia tak mungkin dan tak ada cita-cita untuk bersatu dengan Faisal. Handphone digenggamnya begitu erat dan ia bantingkan ke kawasan tidur,kedua tangannya mengusap wajah hingga rambutnya. Lalu ia melihat Diarynya, dan ia eksklusif meraih Diary tersebut.

Dear Diary....
Semakin pupus harapanku untuk bersama dengan Faisal, ia mungkin memang tak menyimpan perasaan yang sama dengan ku ini...
Ia sudah semakin dekat dengan Siska, dan mungkin mereka memang di takdirkan untuk bersama...
Sedangkan saya hanya di takdirkan untuk mencicipi yang namanya Patah Hati, hanya sakit yang kian bertambah yang bisa saya nikmati...
Dan mungkin memang ini takdir yang engkau gariskan buat saya Tuhan....

Keesokan harinya, dikala berangkat sekolah, sepeda yang Raya kendarai tiba-tiba bannya kempes. Padahal jarak yang ia tempuh masih cukup jauh, dikala ia lihat sekitarnya tak ada kawasan tambal ban, dan dikala ia mencari angkutan umum, tak satupun angkutan umum yang lewat menuju ke sekolahnya. Ia semakin bingung, badannya sudah di penuhi dengan keringat. tiba-tiba dari kejauhan terlihat sebuah kendaraan beroda empat hitam yang ia rasa ia mengenal kendaraan beroda empat itu, kemudian kendaraan beroda empat itu berhenti tepat di sebelahnya dan orang yang muncul dari balik pintu kendaraan beroda empat tersebut yakni Faisal.
‘’Raya, sepeda kau kenapa?’’
‘’em, ini Sal, bannya kempes’’
‘’ ya uda, kau ikut kendaraan beroda empat saya aja ya?’’
‘’nggak usah Sal, ngrepotin kamu”
‘’ya nggak lah Ray, saya nggak ngrasa direpotin malahan saya seneng bisa bantu kamu”
‘’iya, tapi..’’
‘’nggak usah pake tapi-tapian ini sudah siang, nanti kau malah telat’’
Setelah berfikir sejenak, hasilnya Raya mengambil keputusan untuk ikut kendaraan beroda empat Faisal.
‘’ya uda, saya mau, tapi bentar ya saya nitipin sepeda ku ini di warung itu ya’’

Raya menunjuk sebuah warung kecil yang tak jauh dari kawasan beliau berdiri. Setelah sepedanya di titipkan, Raya segera masuk ke dalam mobil. Lalu Faisal menyodorkan tissue untuk mengusap keringat Raya.
‘’kenapa kau nggak dianterin sopir atau nggak bareng sama kak Radit aja Ray, kan lebih enak’’
‘’em, iya sih tapi nggak tahu ya, kok saya lebih suka naik sepeda’’
‘’aneh ya, padahal kebanyakan cewek nggak suka kalau naik sepeda, apalagi panas-panasan kayak gini’’
‘’emang sih, tapi berdasarkan saya naik sepeda itu seru, dan juga dengan kita naik sepeda kita bisa mengurangi polusi udara, bener nggak?’’
‘’iya juga sih, nggak nyangka lho ada cewek secantik kau yang masih peduli dengan polusi, kebanyakan malah berfikir kalau naik sepeda kulit mereka akan terkena polusi, dan kulit mereka bisa hitam gara-gara terkena sinar matahari secara langsung’’
‘’em, kau bilang apa tadi? Aku cantik?’’
‘’iya, kenapa salah ya? Kamu memang anggun dan juga baik ‘’
Raya tersipu malu mendengar kebanggaan yang di lontarkan Faisal untuknya.
‘’kenapa Ray,kok diem?’’
‘’nggak apa-apa kok Sal, kalau boleh tahu saya sama Siska cantikan mana?’’
‘’kok kau nanyanya gitu, emang kenapa?’’
‘’nggak kok, Cuma tanya aja’’
‘’kalian sama-sama anggun dan baik, kalian berdua sama-sama cewek yang perfect’’
Raya kembali menunduk dan terdiam ‘’ di depanku pun Faisal tak bisa memilih, di antara saya dan Siska, dan ia pun tak bisa menyampaikan apa yang lebih dari saya dari pada Siska. Memang sungguh, tidak ada perasaan yang lebih, buat saya dari Faisal’’ fikir Raya.

Saat hingga di sekolah, ternyata Siska melihat Raya dan Faisal berangkat bersama’an, kemudian Siska menghampiri mereka yang gres saja turun dari mobil. Raya terkejut melihat kedatangan Siska, ia takut kalau Siska murka padanya.
‘’eh, Sis..siska ‘’ Raya gugup
‘’kalian kok bisa barengan? Dan mana sepeda kau Ray?’’
‘’oh, tadi itu sepeda saya bannya kempes dan tiba-tiba ada Faisal, jadi saya numpang mobilnya Faisal’’
‘’eh, sory ya saya ke kelas duluan “ Faisal memotong pembicaraan.
Lalu Faisal berlari menuju kelas, dan tinggallah Raya dan Siska yang beradu pandangan.
‘’Sis, kau nggak usah mikir aneh-aneh ya, saya tadi tuh Cuma kebetulan aja ketemu sama Faisal’’
Siska tiba-tiba tertawa, dan Raya bingung, apa yang lucu dan kenapa dengan Siska.
‘’kok kau malah ketawa sih Sis, bukannya kau murka sama aku?’’
‘’marah? Untuk apa saya murka sama kamu, dan kenapa saya harus marah?’’
‘’ya sebab saya tadi berangkat bareng sama Faisal”

Siska memegang pundak sahabatnya itu.
‘’kamu itu sahabat aku, mau kau berangkat bareng sama Faisal, itu bukan problem besar buat aku. Karena saya percaya kau nggak akan menikam saya dari belakang, dan saya tahu kalian itu Cuma teman’’
‘’jadi kau nggak murka sama aku?’’
‘’nggak sama sekali Ray’’
Raya tersenyum kecil.
‘’kamu ngapain tegang gitu sih Ray, santai aja dong’’
Siska kemudian menggandeng tangan Raya dan mengajak Raya masuk ke kelas. ‘’ Siska percaya kalau saya nggak mungkin menyimpan perasaan lebih pada Faisal, dan apa yang terjadi kelak jikalau ia tahu perasaan ku yang sesungguhnya pada Faisal?’’ batin Raya.
Pada dikala jam istirahat Raya duduk di dingklik depan kelas sambil mendengarkan musik dari handphone dengan memasang headset. Lalu Siska tiba dari kantin dengan membawa beberapa buah kuliner kecil dan minuman.
‘’nih Ray, sesuai pesenan kamu’’
‘’makasih ‘’
‘’Raya kau tahu nggak kemarin waktu di mall itu seru banget, ternyata Faisal itu asyik juga lho kalau dimintai pendapat wacana baju, nyambung banget ternyata tuh anak’’
‘’oh iya?’’
‘’iya, hem..jadi makin sayang saya sama dia’’
‘’terus, kau nggak jalan lagi sama dia?’’
‘’em, belum ada rencana sih, tapi do’ain aja ya semoga saya bisa jalan lagi sama dia’’

Tiba-tiba Faisal tiba menghampiri mereka.
‘’Siska, nanti pulang sekolah ada program nggak?’’
‘’nanti? Nggak ada kok,kenapa Sal?’’
‘’mau nggak nemenin saya beli kado buat mama aku?’’
‘’serius? Tentu saja saya mau, dengan senang hati Sal’’
Serasa air mata Raya ingin segera menetes, tapi dengan sekuat tenaga ia menahan semua itu, ia memaksakan diri untuk tersenyum walaupun bekerjsama hatinya telah menangis.
‘oh ya, Ray nanti kau saya anterin pulang dulu ya, jadi habis nganterin kau pulang, saya sama Siska eksklusif pergi buat nyari kado’’
‘’em, nggak usah Sal’’
‘’oh,atau kau ikut aja sekalian?’’ tawar Faisal
‘’iya Ray, kau ikut aja sekalian !!’’ bujuk Siska
‘’nggak perlu kok, nanti saya di jemput sama kak Radit, kalian berdua aja!’’
‘’beneran nggak mau ikut?’’ tanya Siska
‘’iya Sis’’

Saat pulang sekolah, Raya melihat kendaraan beroda empat kakaknya tlah terparkir di depan gerbang, sedangkan Siska dan Faisal berangkat buat nyari kado. Raya bergegas berlari menuju kendaraan beroda empat kakaknya.
‘’eh, kau kenapa Ray, kok muka kau aneh gitu?’’
‘’aku nggak apa-apa kak, aneh gimana? Biasa aja kok’’
‘’oh ya tadi itu kayaknya Faisal sama Siska ya?’’
‘’iya”
‘’mereka mau kemana, kok barengan gitu?’’
‘’mereka mau jalan”
Terlihat Raya begitu berat mengucap semua itu, dan kak Radit telah mencicipi apa yang bekerjsama Raya rasakan, adiknya sedang mencicipi sebuah sakit yang begitu menyiksanya.

Raya berbaring di kawasan tidurnya sambil memandangi jendela yang tertuju eksklusif pada taman di rumahnya. Lalu tangannya meraih Diarynya.

Dear Diary....
Sakit banget rasanya...
Dan entah hingga kapan, saya bisa menahan sakit ini...
Aku sungguh tak sanggup menghadapi ini semua...
Bantu saya tuk menghilangkan sakit ini...
Karena saya sungguh, sungguh tak sanggup lagi...

Raya sudah tak sanggup lagi, hingga hasilnya ia meneteskan air mata.
‘’kenapa harus menyerupai ini, kenapa Tuhan? Baru saya mencicipi yang namanya cinta, dan kenapa saya juga harus mencicipi sakit ini? Kenapa tuhan, kenapa? Ini semua nggak adil bagiku” teriak Raya, sambil mengusap wajah hingga rambutnya dan kemudian membuang semua barang yang ada didekatnya. Tiba-tiba terasa tubuhnya dipeluk dari belakang oleh seseorang yang ia kenal, kak Radit.
‘’Ray, damai Ray, kau harus tenang”
‘’kakak”
‘’kakak tahu apa yang sedang terjadi, abang tahu semua”
‘’dari mana abang tahu?’’
‘’ma’af kan kakak, dikala itu abang nggak sengaja baca Diary kamu’’
Raya melepaskan dirinya dari pelukan kak Radit, kemudian berbalik menghadap kak Radit.
‘’kakak lancang, abang nggak seharusnya baca Diary aku, ini tuh privacy saya kak, abang harus ngehargain itu dong,’’
‘’ma’afin abang Ray, kalau nggak kayak gitu, mungkin hingga kini abang nggak tahu apa yang telah terjadi diantara kamu, Siska dan Faisal.’’
Faisal memegang kedua tangan Raya, kemudian mengusap air mata Raya.
‘’ma’afin abang ya Ray, abang nggak ada maksud apa-apa, abang Cuma nggak mau kalau kau mencicipi sakit ini sendirian’’
Lalu kak Radit memeluk Raya lagi. Tangisan Raya semakin kuat, dan di peluknya dengan erat tubuh kakaknya itu.
‘’kakak, saya nggak mau kayak gini, ini nggak adil buat saya kak”
‘’jangan ngomong kayak gitu Ray, niscaya akan ada hikmahnya di balik semua ini’’
‘’apa, kak? Aku sakit, saya sakit sebab Cintaku sama Faisal, bila saya bisa memilih, saya akan menentukan saya tidak mempunyai perasaan sayang sama Faisal’’
‘’semua ini telah ada yang mengatur Ray, kita sebagia insan hanya bisa menjalaninya’’
Raya melepaskan pelukannya.
‘’dan kenapa harus saya kak, dan kenapa ini terjadi pada dikala saya gres saja mencicipi apa itu Cinta, saya gres tahu ini rasanya cinta kak”
‘’dan dengan ini kau juga tahu, apa yang dinamakan dengan sakit hati’’
‘’tapi saya nggak sanggup menghadapi ini semua kak, saya tak tahu hingga kapan saya harus menyembunyikan ini semua’’
‘’kamu harus sanggup, kau nggak boleh nyerah gitu aja, kau telah hingga di tengah perjalanan Ray, kau niscaya bisa melewatinya, sebab abang tahu, kau itu berpengaruh kau itu hebat.’’
‘’kakak yakin?’’
‘’sangat Yakin, abang akan selalu di belakang kamu, abang akan menahan kau bila kau akan jatuh, percaya sama kakak, abang nggak akan pernah membiarkan kau terjatuh’’
‘’kakak’’
‘’masih ada abang Ray, abang ada buat kamu, kapan pun kau mau, abang selalu ada!’’
Kak Radit mengusap air mata Raya, dan ia memeluk erat tubuh Raya.
‘’kakak sayang banget sama kau Ray, abang nggak akan pernah ngebiarin kau mencicipi sakit ini sendiri, abang nggak mau kalau kau lemah dan nyerah dengan semua ini’’

Saat mau berangkat ke sekolah, ternyata kak Radit telah menunggu Raya di garasi.
‘’kakak belum berangkat?’’
‘’gimana mau berangkat, kau aja gres nongol’’
‘’lhoh, abang nungguin aku?’’
‘’iya lah Ray, mau nungguin siapa lagi kalau nggak kamu, ayo masuk’’
‘’masuk?’’
‘’iya, ayo cepat masuk mobil, mulai hari ini abang nggak akan ngebiarin kau pergi sendirian, jadi berangkat dan pulang sekolah bareng sama kakak’’
Kak Radit menarik tangan Raya, dan memaksanya masuk ke dalam mobil.
‘’kamu itu terlalu banyak mikir Ray, tinggal nurut omongan abang aja apa susahnya sih’’

Saat di sekolah, menyerupai biasa Raya dan Siska ngobrol di depan kelas. Lalu Faisal datang.
‘’Ray, sory ya semalam saya nggak bisa mencar ilmu ke rumah kamu, soalnya saya sama keluarga lagi dinner ngrayain ulang tahunnya mama aku’’
‘’em..’’ Raya Gugup
‘’eh, tunggu deh, apa kau bilang tadi sal? Belajar bareng?’’potong Siska
‘’iya Sis, mencar ilmu bareng, saya sama Raya kan hampir setiap malam mencar ilmu bareng di rumahnya Raya”
‘’sudah lama?’’
‘’ya, tidak mengecewakan usang kok’’
Siska melihat Raya yang sudah gugup.
‘’kamu kok nggak ngomong sih Ray, kalau selama ini kalian berdua mencar ilmu bareng?’’
‘’em..a..aku..’’
‘’apa Ray? Kamu tega ya nyembunyiin ini semua sama aku, apa sih maksud kau Ray?’’
‘’aku bisa jelasin ini semua Sis”
‘’nggak perlu ada penjelasan, saya nggak mau dengar apa pun dari kamu”
Siska kemudian berlari ke dalam kelas.
‘’Sis tunggu’’
Saat Raya mau mengejar Siska, Faisal menarik tangan Raya.
‘’sebenarnya kenapa sih Ray? Apa ada yang salah kalau kita mencar ilmu bareng?’’
‘’ya, nggak, tapi...’’
‘’tapi apa Ray? Aku nggak ngerti deh, kenapa sih sebenarnya, apa ada yang nggak saya ketahui dari kalian berdua?’’
Raya memandang wajah Faisal yang penuh dengan kebingungan, dan meneteslah air matanya. Lalu ia melepaskan tangannya dari genggaman tangan Faisal, tanpa mengucap sepatah katapun ia pergi ke kelas meninggalkan Faisal. Lalu Raya duduk di samping Siska.
‘’Sis, dengerin klarifikasi saya ya’’
‘’nggak ada yang perlu kau jelasin Ray, sebab percuma saya nggak akan mau dengerin semua klarifikasi kamu’’
Lalu Siska mengambil sebuah Flashdisk di tasnya, dan ia berikan kepada Raya.
‘’apa ini Sis?’’
‘’di sini ada beberapa gambar wacana kebudayaan yang buat artikel kita, untung aja semalem saya iseng-iseng nyari, jadi nanti saya nggak perlu ikut ngerjain’’
‘’tapi Sis, kau nggak bisa gini dong, kau harus ikut”
‘’untuk apa, untuk ngliat para penghianat? Iya?’’
Lalu Siska berdiri dan menjauh dari Raya, sedangkan Raya hanya bisa membisu dan menangis. Tak sanggup ia bayangkan semarah apakah Siska, bila Siska tahu bekerjsama ia juga menyayangi dan ingin mempunyai Faisal.

Saat pulang sekolah, Raya, kak Radit dan Faisal menuju ke Cafe Ceria. Saat sampi di Cafe mereka segera memesan makan, kak Radit memperhatikan sekitar.
‘’Lhoh, kok Cuma berdu’a, Siska mana?’’
‘’dia nggak ikut kak” jawab Faisal
‘’kenapa?’’
‘’dia murka sama kita, dan terutama sama aku” jawab Raya
‘’marah kenapa Ray?’’
‘’karena selama ini saya nggak ngasih tahu dia, kalau saya sama Faisal selalu mencar ilmu bareng’’
Lalu pesanan mereka pun datang.
‘’aku, permisi ke toilet dulu ya’’ kata Raya
Raya pergi ke toilet.
‘’Sal,’’
‘’iya kak”
‘’sedekat apa kau sama adikku dan juga Siska?’’
‘’ya, kita cukup deket kak, ya kayak kini ini, kerja kelompok pun kita bertiga’’
‘’apa yang kau rasakan?’’
‘’yang saya rasakan, saya seneng kak bisa kenal mereka berdua’’
‘’senang? Kalau kau di kasih pilihan, kau akan milih Raya atau Siska?’’
Faisal tekejut mendengar pertanyaan kak Radit yang sungguh aneh buatnya.
‘’maksud kak Radit apa?’’
‘’apa kurang terang pertanyaanku, Siska atau Raya?’’
‘’ak..akuu...’’
‘’jangan jadi pengecut Sal, kau anak cowok, menentukan dan mengambil keputusan itu sangat perlu’’
Raya kemudian tiba dan serentak memecah ketegangan di antara Faisal dan Kak Radit.
‘’kok pada tegang gitu sih?kenapa?’’
‘’nggak ada apa-apa kok Ray’’ jawab kak Radit
‘’ya uda Sal, ayo ngerjain, nanti keburu sore’’
Mereka segera mengerjakan tugasnya. Dan beberapa dikala kemudian mereka tlah selesai menyusun beberapa gambar yang akan mereka gunakan pada artikel mereka. Dan hasilnya mereka pulang.

Setelah selesai makan malam, Raya segera masuk kemar dan mengunci pintu kamarnya. Ia segera mengambil Diarynya yang ada di laci.

Dear Diary....

Apa yang harus saya perbuat, untuk menciptakan Siska nggak murka lagi sama aku...
Aku sungguh tak bisa melihat Siska menjauhi ku..
Dan saya tak siap bila beliau membenciku...
Tuhan...tolong..
Aku nggak mau kehilangan sahabat menyerupai Siska..

Setelah itu, Raya meraih handphone dan ia menelfon Siska.
‘’ada apa kau telfon aku?’’
‘’Sis, saya Cuma mau jelasin sama kau wacana semua ini’’
‘’sudahlah Ray, nggak perlu ada yang kau jelasin lagi’’
Belum sempat Raya menjawab, Siska sudah lebih dulu menutup telfonnya, dan dikala Raya mencoba menghubungi lagi, ternyata handphone Siska sudah tidak aktif.
Raya kemudian menghempaskan tubuhnya di kawasan tidur, dan memejamkan matanya mencoba menjernihkan kembali fikirannya, melepaskan beban yang begitu barat hari ini.

Keesokan harinya, dikala smpai dikelas, Raya segera mencari Siska,dan dikala ia sudah menemukan Siska, ia segera menghampirinya.
‘’Sis, saya mohon, ma’afin saya ya, saya nggak punya maksud apa-apa kok, saya Cuma...’’
‘’cuma apa? Berusaha buat deketin Faisal juga?’’
‘’eh, nggak Sis, nggak kok, saya Cuma ...Cuma berusaha cari tahu aja wacana Faisal, dan itu semua saya lakuin buat kamu’’
‘’ buat aku?’’
‘’iya Sis, jadi dengan saya sama Faisal mencar ilmu bareng kemudian kita dekat, beliau bisa lebih leluasa buat dongeng apa pun ke aku, termasuk wacana kamu”
‘’terus?’’
‘’dan ternyata beliau itu seneng bisa kenal kamu, dan beliau seneng bisa deket kamu”
‘’kamu nggak bohong kan?’’
‘’ng...nggak..nggak kok Sis,memang itu rencana aku, dan beliau juga bilang kalau kau itu baik dan cantik’’

Siska seraya memeluk tubuh Raya.
‘’Raya ma’afin saya ya, saya uda berprasangka buruk sama kamu, saya nggak tahu kalau kau nglakuin ini semua buat aku’’
‘iya Sis, nggak apa-apa kok, saya juga minta ma’af sebab saya nggak ngomong dulu sama kamu’’
‘’iya Ray, nggak apa-apa kok’’

Malam ini Faisal kembali tiba ke rumah Raya untuk mencar ilmu bareng, di sela-sela mencar ilmu mereka, mereka berbincang-bincang.
‘’oh ya Ray, gimana kau sama Siska, uda baikan?’’
‘’uda kok Sal’’
‘’Ray, kau belum jawab pertanyaanku kemarin kan?’’
‘’pertanyaan yang mana Sal?’’
‘’apa ada yang salah kalau kita mencar ilmu bareng?’’
‘’nggak ada yang salah”
‘’lha trus, kenapa Siska murka ?’’

Raya lagi-lagi gugup mendengar pertanyaan Faisal.
‘’Raya, kok kau diem sih?’’
‘’em..,’’
‘Ray, ?’’
Raya kemudian membolak-balikan bukunya, dilihatnya salah satu Soal Matematika yang belum bisa di jawab olehnya.
‘’eh, Sal soal ini gimana cara nyelesainnya? Aku nggak bisa nih’’ Raya menunujuk salah satu soal dengan bolpoinnya.
Dan hasilnya Faisal menuntaskan soal tersebut, Raya sedikit lega kerena Faisal sudah bisa di alihkan dari pertanyaan yang sangat membingungkan bagi Raya.

Di dikala kak Radit menjemput Raya, kak Radit melihat Faisal, dan seketika kak Radit menghampiri Faisal.
‘’Sendirian aja Sal?’’
‘’kak Radit, iya kak”
‘’nggak sama Siska?’’
‘’nggak nih kak, emang kenapa kak?’’
‘’nggak apa-apa kok,biasanya kan kalian berdua terus’’
‘’ya sih kak, tapi juga nggak sering-sering banget kok’’
Tiba-tiba Raya tiba dan menghampiri mereka.
‘’kak Radit’’ teriak Raya
‘’eh, kecil’’
‘’ngapain kak, kok disini?’’
‘’nggak kok, tadi abang ngliat Faisal, trus abang samperin aja buat temen ngobrol’’
‘’oh, ya uda ayo pulang kak, saya laper nih’’
‘’Sal, kita pulang dulu ya” kata kak Radit
‘’iya kak, Ray hingga ketemu nanti malem ya’’
Raya dan kak Radit hanya tersenyum pada Faisal. Kemudian Raya dan kak Radit masuk ke dalam mobil.
‘’Ray, kita makan di luar aja ya’’
‘’emang kenapa kak?’’
‘’nggak kok, pengen aja’’
‘’ya uda kak, ayo lah’’
Beberapa dikala kemudian Raya dan kak Faisal hingga di Cafe, kemudian mereka memesan makanan.
‘’kamu nggak ada problem kan hari ini di sekolah Ray?’’
‘’nggak ada kak, semuanya baik-baik saja kok’’
‘’kakak seneng kalau kau seneng Ray’’
Lalu pesanan mereka pun datang.
‘’ye...makanan datang, waktunya makan’’ kata Raya riang
‘’seneng banget ngliat makanan’’
‘’ya dong kak, saya kan laper banget’’
‘’makan banyak kok tetap aja kau kecil ya Ray’’ kak Radit tersenyum
‘’kakak ini, mentang-mentang abang tinggi trus ngejekin aku’’
‘’habis abang ini seneng banget kalau ngliat kau manyun kayak gitu’’
‘’huh, kakak’’
Sambil makan, mereka saling bercanda dan bersenda gurau. Setelah makan mereka pulang, dikala di kendaraan beroda empat ternyata Raya ketiduran. Dan dikala hingga di rumah Raya belum juga bangun, hasilnya kak Radit menggendong adiknya itu. Saat hingga di kamar Raya, dibaringkannya Raya di kawasan tidur. Lalu di usapnya rambut Raya.
‘’kakak akan selalu berusaha menciptakan kau tersenyum Ray’’
Di ciumnya kening adiknya tersebut, kemudian ia meninggalkan adiknya dan membiarkan adiknya istirahat.


Saat jam istirahat, Raya, Siska dan Faisal meluangkan waktu untuk membahas kiprah mereka.
‘’tugas kita sebentar lagi selesai nih”kata Siska
‘’iya nih’’ jawab Raya
‘’oh ya, kita besok jalan bareng gimana?’’ tanya Faisal
‘’aku mau Sal’’ jawab Siska
‘’Ray, kau ikut kan?’’ tanya Faisal
‘’em...aku..’’
‘’pokoknya kau harus ikut Ray’’bujuk Siska
‘’gimana ya..aku..’’
‘’ayo lah Ray, kapan sih kau mau ikut kita jalan?’’ kata Faisal
‘’iya nih, pokoknya kau ikut, nggak boleh nggak’’
‘’oke,oke..aku ikut kok’’
Beberapa dikala kemudian bel sudah terdengar, dan mereka segera masuk ke kelas.


Malam tiba, terdengar ada yang mengetuk pintu rumah Raya, Raya segera membuka pintu tersebut, sebab ia tahu bahwa yang tiba yakni Faisal. Saat membuka pintu, Raya terkejut dikala melihat benda yang dipegang Faisal di tangan kanannya.
‘’malam Ray’’
‘’malam Sal, ayo masuk’’
Lalu mereka masuk dan duduk berhadapan.
‘’ini Ray, bunga buat kamu’’
‘’buat saya Sal?’’
‘’iya, buat kamu”
‘’makasih ya Sal, bagus banget bunganya’’
Raya merasa sangat senang dikala mendapatkan bunga tersebut, ia tak menyangka kalau Faisal memberinya bunga yang begitu indah.
‘’kamu suka Ray?’’
‘’suka banget’’
‘’apa semua cewek suka bunga?’’
‘’hampir semua cewek suka Sal’’
‘’kalau saya nyatain cinta ke cewek dengan bunga gimana?’’
‘’itu so sweet banget Sal’’
‘’kamu suka kalau ada perjaka yang nyatain cinta pake’ bunga?’’
‘’suka banget Sal’’
‘’serius suka banget?’’
‘’iya Sal, emang kenapa Sal?’’
‘’aku mau nyatain cinta saya Ray’’
‘’cinta? Sama siapa?’’ Raya terkejut
‘’seseorang’’
‘’siapa Sal?’’ tegas Raya
‘’kamu nanti akan tahu sendiri’’
‘’apa saya kenal dia?’’
Faisal menatap dalam-dalam mata Raya
‘’kamu mengenal dia, lebih dari siapapun’’

Raya merasa nafasnya begitu sesak, tubuhnya begitu lemas mendengar semua ucapan Faisal. Raya merasa kalau ia tak sanggup lagi berada di depan Faisal, air matanya telah siap untuk menetes.
‘’Sal, tampaknya malam ini kita nggak bisa belajar, tiba-tiba saya nggak lezat badan’’
Raya kemudian pergi meninggalkan Faisal.
‘’Raya, tunggu Raya’’
‘’kau apakan adik ku?’’ kata kak Radit yang tiba-tiba tlah berada di samping Faisal
‘’aku nggak tahu kak, beliau bilang kalau beliau nggak lezat badan’’
‘’apa maksud kau ngasih bunga itu?’’
‘’aku Cuma nanya aja, apa beliau suka bila saya kasih bunga’’
‘’cuma itu?’’
‘’ya, saya bilang ke beliau kalau saya akan menyampaikan cinta pada seseorang, dan Raya mengenalnya lebih dari siapapun’’
‘’kamu ngomong gitu sama dia?’’
‘’iya kak’’
‘’sebaiknya kau pergi kini juga’’
‘’tapi kak’’
‘’aku bilang pergi, cepat kau pergi’’ teriak kak Radit
Akhirnya Faisal pergi dengan penuh kebingungan, ia sangat tak mengerti dengan semua yang terjadi, apa yang terjadi dengan Raya dan juga kak Radit. Bahkan semua ucapan kak Radit selama ini menyerupai menjadi teka-teki baginya, yang hingga kini belum terpecahkan.


Raya membuang bunga dari Faisal, tangisannya tak terbendung lagi.


Dear Diary...

Aku kira bunga ini memang tulus buatku...
Ku kira bunga ini sebagai membuktikan kasihmu untukku...
Tapi apa yang kau beri padaku...
Bunga itu hanya mediator kesakitan yang ku rasa...
Memang benar, cintaku bertepuk sebelah tangan....
Cinta yang ku rasakan, ternyata tak kau rasakan...
Cintamu bukan untuk aku...
Dan ternyata cintamu untuk dia.. 

Kak Radit kemudian masuk ke kamar Raya, dan duduk di sebelah Raya, Raya menyandarkan kepalanya di pundak kak Radit.
‘’menangislah kalau memang kau ingin menangis Ray’’
‘’kak, saya nggak sanggup lagi’’
‘’kamu harus kuat, adik abang nggak boleh lemah’’
‘’tapi saya sudah nggak punya kekuatan kak’’
‘’kamu harus tetap berpengaruh Ray’’
‘’kak, saya capek, capek banget’’
‘’kamu tenangin diri aja dulu ya’’
‘’iya kak, saya mau tidur ya kak, biar saya tenang’’

Faisal membaringkan tubuh adiknya di kawasan tidur, di usapnya rambut Raya dengan penuh kasih sayang.
‘’kamu istirahat ya sayang’’
‘’iya kak, Raya mau tidur, Raya pengen ngilangin semua problem ini’’
‘’iya Ray, tidur yang nyenyak ya’’
Kak Radit kemudian berdiri dan beranjak pergi, tapi belum sempat kakinya melangkah, Raya memegang tangan kak Radit.
‘’Raya sayang kakak, Raya sayang mama dan papa kak’’
‘’kakak juga sayang kau Ray, begitupun mama dan papa,kita semua sayang kau Ray’’

Kak Radit mencium dengan penuh kasih sayang kening Raya, dan entah mengapa air mata nya menetes.
‘’kak, temenin Raya dulu ya hingga Raya tidur dengan nyenyak’’
‘’iya Ray, abang temenin’’

Saat berada di sekolah, terlihat Raya selalu murung, beliau hanya terdiam dan tak sedikitpun senyum yang terlihat. Tiba-tiba Siska tiba menghampiri Raya.
‘’Ray, kau kenapa, kok murung gitu?’’
‘’nggak kok Sis, saya nggak apa-apa’’
‘’kamu sakit ya?’’
‘’aku baik-baik saja kok Sis’’
‘’kalau kau ada problem dongeng dong Ray, kita kan sahabatan, masak kau nggak mau cerita’’
‘’aku nggak ada problem Sis’’
‘’Ray, saya tahu kamu, saya kenal kamu, kau niscaya ada problem kan?’’
‘’Sis, beneran saya nggak ada masalah’’
‘’kalau gitu kau senyum dong Ray’’
Raya menmperhatikan wajah Siska, senyum Raya mulai nampak sedikit demi sedikit.
‘’ gitu dong, ini gres sahabatku’’

Raya memeluk tubuh Siska dengan begitu erat.
‘’Sis, apapun yang terjadi kita tetap sahabat kan?’’
‘’apapun yang terjadi kita tetap sahabat Ray’’
‘’Ray, ma’afin saya ya kalau saya punya salah sama kamu’’
‘’iya Sis, kayak lebaran aja kau ini’’

Raya melepaskan pelukannya.
‘’aku capek Sis, bener-bener capek, saya Cuma insan biasa yang penuh dengan dosa. Dan saya nggak mau kalau kesalahan dan dosaku sama kau menciptakan saya nggak tenang’’
‘’kamu ngomong apa’an sih, kayak mau mati aja kamu’’
‘’nanti jangan lupa ya’’ Faisal yang tiba-tiba tiba dan memotong pembicaraan mereka
‘’oke Sal, kita nggak bakalan lupa kok’’ jawab Siska
‘’nanti ada yang mau saya jemput nggak?’’ tawar Faisal
‘’boleh deh Sal’’ jawab Siska dengan penuh semangat
‘’aku berangkat sendirian aja, kita nanti eksklusif ketemu di cafe’’
‘’ ya uda, yang penting kau harus tiba ya Ray’’
‘’iya, saya dateng kok’’


Raya bersolek di depan cermin,ia rapikan rambutnya hitam dan indh itu. Ia merasa ingin segera bertemu dengan Faisal. Ia mulai beranjak pergi, kak Radit tengah duduk santai di depan rumah, dikala ia melihat Raya, ia terkejut.
‘’Raya, kau mau kemana? Cantik banget’’
‘’aku mau jalan sama Siska dan Faisal kak’’
‘’kakak anterin ya’’
‘’nggak usah kak, saya mau sendiri aja’’
‘’tapi Ray, abang nggak mau kenapa-napa Ray’’
‘’Raya akan baik-baik saja kak, percaya ya sama Raya’’
Raya kemudian segera berlari meninggalkan kakaknya, dan mencari taxi.
Setelah hingga di Cafe, Raya segera mencari Faisal dan Siska, dikala Raya telah menemukan keberadaan Siska dan Faisal ia segera menghampiri mereka, tapi dadanya begitu sesak dikala melihat Faisal memperlihatkan bunga kepada Siska, Raya menitihkan air mata dan ia tak sanggup lagi melihat mereka berdua, Raya berbalik dan berlari pergi, tangisannya tak terbendung, hatinya begitu sakit, ia merasa kalau ia tak kan pernah sanggup melihat kenyataan bahwa Faisal benar-benar menyatakan cinta kepada Siska. Raya terus berlari hingga ke jalanan, dikala ia akan menyeberang jalan tiba-tiba ada sebuah kendaraan beroda empat yang melaju kencang menabrak Raya, hingga Raya tak sadarkan diri.

Tiba-tiba foto Raya di rumah jatuh tepat didekat kak Radit yang sedang duduk santai di ruang keluarga, perasaannya mulai tak menentu, tiba-tiba ia kepikiran dengan Raya. Lalu handphonenya berdering.
‘’halo’’
‘’ma’af apakah saya sedang berbicara dengan saudara Radit?’’
‘’iya, saya sendiri’’
‘’apakah anda mengenal saudari Raya?’’
‘’Raya itu adik saya, kenapa ya?’’
‘’sekarang ini saudari Raya sedang berada di rumah sakit sebab kecelakaan’’
‘’apa? Ya uda di rumah sakit mana?’’
‘’Rumah Sakit Medika’’
‘’baik, saya kesana sekarang’’

Kak Radit kemudian segera menghubungi orang tuanya, dan ia segera menuju ke rumah sakit. Saat ia hingga di rumah sakit, air matanya mulai menetes. Ada sebuah penyesalan dalam dirinya, jikalau ia tetap memaksa Raya supaya mau diantarnya, mungkin nggak akan menyerupai ini. Beberapa dikala kemudian dokter yang menangani Raya keluar.
‘’dok, gimana keadaan adik saya?’’
‘’kami sudah berusaha sekuat tenaga, tapi beliau telah kehilangan banyak darah,dan juga benturan di kepalanya sangat keras, berdo’a lah supaya terjadi sebuah keajaiban’’

Lalu dokter tersebut pergi meninggalkan kak Radit, ia masuk dan dikala melihat adiknya terbaring lemah perasaannya begitu hancur, diusapnya rambut Raya, digenggamnya dengan erat tangan adiknya itu. Lalu ia teringat Diary Raya.
‘’halo ma’’
‘’ia Radit, gimana keadaan adik kamu? Mama dan papa sudah dijalan’’
‘’mama sama papa kembali ke rumah dulu’’
‘’ngapain Dit?’’
‘’ambil Diary di kamar Raya, cepat ma, itu penting buat Raya’’
‘’iya, iya mama akan ambil’’

Tak berapa usang kemudian mama dan papanya datang, mereka serentak memeluk tubuh Raya, tangisan tak terbendung lagi.
‘’Radit, apa yang dokter tadi katakan?’’ tanya mama
‘’dokter bilang, kalau Raya tadi kehilangan banyak darah kemudian benturan di kepalanya juga sangat keras dan...’’
‘’dan apa Dit?’’
‘’dokter bilang, semoga ada keajaiban untuk Raya’’

Tangisan makin tak terbendung lagi, dikala kata-kata itu keluat dari lisan Radit.
‘’ini semua memang salah aku, andaikan saya mengantarkan Raya, kejadiannya nggak mungkin menyerupai ini’’
‘’Radit, kau nggak boleh nyalahin diri kau kayak gini, ini semua memang sudah di takdirkan, kita berdo’a saja semoga Raya di berikan kesembuhan dan keselamatan’’ ucap papa yang mencoba menenangkan Radit.


Sedangkan di cafe, Faisal dan Siska resah menunggu kedatangan Raya, mereka belum mengetahui kalau Raya kecelakaan.
‘’Raya kemana ya, kok nggak datang-datang’’ Ucap Faisal
‘’iya nih, tumben banget beliau telat selama ini’’
‘’coba kau telfon deh Sis’’

Lalu Siska berulang-ulang kali mencoba menghubungi Raya, tapi selalu tidak bisa.
‘’nggak bisa dihubungin Sal’’
‘’Raya kemana sih, dan kenapa perasaanku nggak lezat gini ya’’
‘’kamu damai dulu ya Sal’’
‘’kamu tahu kan, saya deg-degan banget, soalnya saya mau bilang cinta sama Raya, tapi hingga kini beliau belum tiba juga’’
‘’jadi dari dulu emang kau uda suka ya sama Raya?’’
‘’iya Sis, saya uda dari dulu suka sama Raya’’
‘’semoga kau dan Raya bisa cepat jadian ya’’
‘’makasih Sis, tapi kenapa kok muka kau duka gitu?’’
‘’Sal, bekerjsama selama ini aku....’’
‘’kenapa?’’
‘’aku juga suka sama kau Sal’’
‘’kamu suka sama saya Sis?’’
‘’iya Sal, dan selama ini saya meminta sumbangan Raya supaya mendekatkan saya sama kamu’’
‘’jadi, apakah selama ini Raya nggak pernah gabung sama kita, supaya kita bisa berdu’a dan kita bisa semakin dekat?’’
‘’em, mungkin memang itu potongan dari rencana Raya’’
‘’dan apakah kau murka sama Raya dikala saya sama beliau mencar ilmu bareng itu gara-gara kau cemburu dan mengira kalau Raya akan menghianati kamu?’’
‘’iya Sal, itu semua memang benar’’
‘’aku nggak pernah membayangkan kalau saya akan berada di posisi ini ‘’
‘’aku juga Sal, padahal saya kira kau juga suka sama aku’’
‘’ma’afin saya Sis, kalau selama ini kau menganggap kalau saya memberi harapan, bekerjsama selama ini saya mendekati kau supaya saya sanggup informasi wacana Raya, kalian berdu’a kan sahabatan, dan kemungkinan besar kalian mempunyai kesamaan, jadi saya mencari semua itu dari kamu, sebab saya nggak punya nyali bila berhadapan eksklusif dengan Raya, sekali lagi saya minta ma’af sama kamu’’
‘’iya Sal , nggak apa-apa kok, saya akan relakan kau untuk Raya, saya nggak akan marah’’
‘’makasih ya Sis, dan makasih juga sebab tadi kau uda mau bantu aku, dan ngajarin saya gimana caranya nyatain cinta’’
‘’sama-sama Sal, saya akan senang kalau kau dan Raya juga bahagia’’
Siska merasa kalau memang yang terbaik yakni melepas Raya sahabat baiknya untuk seseorang yang ia sayang. Dan ia berharap kalau nantinya Raya akan mendapatkan cinta Faisal.


Lama menunggu dengan penuh kekhawatiran yang disertai do’a, tiba-tiba terjadi sedikit keajaiban, bertahap Raya menggerakkan jemari tangannya kemudian Raya mulai membuka matanya.
‘’mama, papa, Raya sudah sadar, Raya siuman’’ teriak kak Radit dengan penuh kebahagiaan
‘’kak Radit, mama, papa’’ ucap Raya dengan lemah
‘’iya sayang kita di sini’’ jawab mama
‘’kita senang kau sudah sadar nak’’ kata papa
‘’Raya baik-baik saja ma, pa’’
‘’kita semua senang kalau kau baik-baik saja’’ ucap mama
‘’kalian nggak usah nangis dong, Raya nggak mau kalau kalian nangis’’
‘’kita nggak nangis Ray, mama Cuma sangat senang sebab kau sudah siuman’’
‘’janji ya sama Raya, kalau nggak akan ada yang pernah nangisin Raya, Raya nggak suka kalau kalian nangisin Raya’’
‘’kita kesepakatan Ray’’
‘’makash ya kak, mama, papa, Raya sayang kalian semua’’
‘’kita juga sayang Raya’’ucap mama, papa, kak Radit

Beberapa dikala kemudian mama dan papa Raya meninggalkan Raya dan kak Radit,mereka pulang untuk mengambil beberapa pakaian Raya dan kak Radit.
‘’Raya, abang tahu apa yang sedang kau fikirkan sekarang’’
‘’apa kak?’’
Kak Radit mengambil suatu benda yang ia letakkan di meja.
‘’ini dia’’
‘’Diary ku, abang tahu aja kalau saya sedang menginginkan Diary ini’’
‘’iya dong, abang gitu lho’’
‘’ya uda kak, saya bakalan nulis semua kejadian hari ini’’


Dear Diary....

Kini ku berada di ujung kepedihan...
Orang yang selama ini ku cintai telah menyatakan cintanya buat sahabatku sendiri....
Sakit memang, tapi ini memang harus ku terima...
Dan saya hanya bisa berdo’a supaya mereka selalu bahagia...
Diary....
Entah kenapa saya sudah merasa lelah dengan semua drama kehidupan ini...
Aku lelah memainkan kiprah ini...
Dan saya merasa kalau saya butuh beristirahat...
Aku merasa sudah tak berhasil menjalankan kiprah ini...
Aku senang dengan apa yang ku sanggup selama ini...
Semuanya sudah cukup untukku...
Tuhan....
Aku ingin meminta...
Tolong jaga semua orang yang ku sayang...
Beri kan mereka senyum...
Karene saya nggak akan pernah rela bila mereka mencicipi sakit...
Untuk mama dan papa...
Kalian yakni orang renta terhebat dan paling sempurna...
Kak Radit...
Terimakasih ya, abang selalu menjadi perisai buatku...
Kakak selalu buatku tersenyum dan bahagia...
Siska...
Kau yakni sahabat terbaikku, saya begitu beruntung mempunyai sahabat menyerupai kamu...
Faisal..
Terima kasih, kau telah fatwa saya yang namanya cinta..
Meski saya nggak bisa milikin kamu, tapi saya senang bisa mengasihi kamu...
Terima kasih tuhan..
Kau telah kirimkan mereka semua untukku...


‘’kak, ini tadi lembar terakhir dari Diary aku’’
‘’ya uda, nanti abang belikan yang gres yang banyak’’
‘’nggak perlu kak’’
‘’kok nggak perlu’’
‘’aku sudah nggak akan menulis Diary lagi’’
‘’kenapa Ray, bukannya itu hoby kau ya?’’
‘’iya kak, memang Cuma Diary yang bisa menampung semua hal yang berkesan buatku’’
‘’lalu kenapa kau nggak mau nulis lagi?’’
‘’karena saya sudah lelah kak’’
‘’ya uda, kini kau ngomong sama kakak, apa yang terjadi tadi, hingga kau kayak gini?’’
‘’tadi saya liat Faisal memperlihatkan bunga untuk Siska, dan itu brarti Faisal nyatain cintanya buat Siska kan kak, kemudian saya pergi dan ada kendaraan beroda empat yang nabrak aku, ini semua salahku sebab saya nggak hati-hati kak’’
‘’ya uda, kau nggak usah fikirin Faisal dan Siska lagi ya,pasti akan ada pesan yang tersirat di balik semua ini Ray’’
‘’iya kak, oh ya kak, tolong simpan Diary saya ya, saya merasa kondusif kalau Diary ini bersama kakak’’
‘’kenapa kau nggak simpan ini sendiri?’’
‘’aku nggak mungkin menyimpannya, jadi abang aja ya’’
‘’tapi Ray..’’
‘’Raya mohon ya kak’’
Raya memegang erat tangan kak Radit. Kak Radit tersenyum dan menganggukan kepalanya.

Tiba-tiba handphone kak Radit berdering di lihatnya dari Siska.
‘’bentar ya Ray, abang keluar angkat telfon dulu, kau disini sendiri nggak apa-apa kan?’’
‘’iya kak, nggak apa-apa kok’’

Kak Radit keluar dan mengangkat telfonnya.
‘’halo’’
‘’halo kak, kak, Raya dimana ya kok dari tadi jam 3 sore hingga kini jam 10 malam kok nggak datang- tiba ke Cafe kawasan kita janjian, terus handphone juga nggak bisa dihubungin’’
‘’kamu kini ada dimana Sis?’’
‘’aku masih di Cafe dari tadi jam 3, Faisal nggak mau saya ajak pulang, beliau tetap mau nunggu Raya’’
‘’sampai kapan kalian disana dan nunggu Raya?’’ tanya kak Radit dengan nada keras
‘’emang Raya kemana kak?’’
‘’Raya kini terbaring lemah di rumah sakit, menanti datangnya sebuah keajaiban yang akan menyelamatkan nyawanya’’
‘’maksud abang apa?’’
‘’tadi Raya kecelakaan’’
‘’apa? Raya...sekarang di rumah sakit mana kak?’’
‘’rumah sakit medika’’

Kak radit kemudian menutup telfonnya, tiba-tiba dokter tiba menghampirinya.
‘’saya akan memriksa keadaan saudari Raya’’
‘’iya dok, silahkan’’

Beberapa dikala kemudian dokter tersebut keluar.
‘’gimana keadaan Raya dok?’’
‘’teruslah berdo’a untuknya’’
‘’kondisinya sudah membaik kan dok, buktinya beliau sudah siuman’’
‘’iya, tapi...’’
‘’tapi apa dok?’’
‘’benturan yang keras pada kepalanya, mengakibatkan luka yang begitu parah, walaupun tadi sudah di laksakan operasi, itu belum bisa menjamin 100% keselamatannya, sebab kita tahu sendiri beliau kehilangan banyak darah’’
‘’tapi masih ada kemungkinan adik saya sehat total kan dok?’’
‘’berdo’a lah, semoga Allah memperlihatkan kesehatan pada Raya’’
Air mata kak Radit mulai mengalir, dan dokter tersebut pergi. Dan ternyata Faisal serta Siska, telah berada disana dan mendengar semua ucapan dokter.
‘’kak Radit’’ ucap Siska

Tak berbeda dengan kak Radit, Siska dan Faisalpun telah menitihkan air mata. Kak Radit melihat ke arah mereka berdua, di hampirinya Fasial, dan dengan sekuat tenaga tangan kak Radit memukul pipi sebelah kiri Faisal.
‘’ini semua gara-gara kamu’’ teriak kak Radit sambil menunjuk Faisal
‘’kak, ma’afin aku,,aku ...’’
‘’minta ma’af? Apa dengan ma’af kau bisa menciptakan adikku sehat total? Iya?’’
‘’jika kesehatan ku dan Raya bisa di tukar, saya akan melakukannya kak, saya juga nggak rela kalau Raya harus terbaring lemah menyerupai itu’’
‘’Raya sudah dongeng semua, tadi Raya ngliat kau nyatain cinta pada Siska, kemudian beliau pergi dan ia mengalami kecelakaan ini’’
‘’jadi, Raya ngliat semua itu?’’
‘’iya, puas kau sudah bikin adikku sakit?’’
‘’aku bisa jelasin semuanya kak’’
‘’apa yang kau jelaskan?lihat Diary yang ditanganku ini, lihat!! Semuanya ada disini, kini kalian baca baik-baik!!’’

Kak Radit memperlihatkan Diary itu pada Faisal dan Siska, kemudian mereka membaca Diary itu, air mata mereka semakin deras mengalir.
‘’ kenapa Raya nggak pernah bilang kalau beliau juga suka sama Faisal’’ kata Siska
‘’dia nggak bilang, sebab ia lebih mementingkan perasaan kau Sis, beliau nggak mau ngliat sahabatnya duka dan terluka, hingga hasilnya beliau selalu menutupi perasaannya’’ jawab kak Radit
‘’ini semua salahku, Raya ma’afin aku’’
‘’kak, bekerjsama tadi saya Cuma latihan nyatain cinta, yang saya cintai yakni Raya, dari awal saya cintanya sama Raya kak, saya usang menunggu hari ini, abang lihat bunga yang saya bawa ini, ini bunga yang saya siapkan Istimewa untuk Raya, sebab saya cinta sama Raya’’ ucap Faisal
‘’kak, izinkan kami bertemu Raya’’ pinta Siska
‘’baiklah ayo masuk’’
Akhirnya mereka masuk.
‘’Raya’’ panggil Siska

Siska memeluk tubuh sahabatnya itu dengan penuh isak tangis.
‘’Siska, saya senang kau ada di sini, tapi saya nggak suka ngliat kau nangis, kau nggak boleh nangis Sis, kau harus bahagia’’
‘’bagaimana saya bisa bahagia, kalau saya ngliat sahabatku terbaring lemah di sini dan itu semua gara-gara aku’’
‘’ini bukan gara-gara kau Sis’’
‘’Raya, saya bisa jelasin semuanya, tadi itu sebenaryna Faisal mau bilang cinta sama kau bukan sama aku, tadi faisal Cuma latihan, supaya nggak gugup depan kamu’’
‘’iya Ray, benar apa kata Siska, saya mau bilang kalau saya cinta kamu, saya mau kau jadi potongan dalam hidupku Ray’’
‘’Faisal kamu...tapi Siska’’
‘’aku nggak apa-apa, saya lebih senang kalau kau jadian sama Faisal, saya nrimo Ray, saya nggak marah, dan saya nggak sakit hati sama kamu’’
‘’Faisal, saya juga cinta kamu’’ rintih Raya

Faisal kemudian memperlihatkan bunga itu pada Raya.
‘’kamu cepat sembuh ya sayang, nanti kita bisa mencar ilmu bareng lagi dan kita bisa berburu novel bersama-sama’’ ucap Faisal dengan airmata yang berlinang dan di genggamnya dengan erat tangan Raya
‘’sayang? Panggilan yang indah itu keluar dari lisan kamu’’
‘’iya sayang,sekarang saya sudah tahu apa maksud dari semua ucapan kak Radit sama aku, dan ini jawabannya, yaitu kamu.. saya menentukan kau Ray sebagai cintaku, sebagai perhiasan hidupku, kau harus tahu kalau kau itu yakni kenyataan yang paling indah, dan saya percaya bahwa dewa memang mengirimkan kau malaikat kecil yang selalu memberi warna pada tiap hariku’’
‘’dan saya juga percaya kalau kau yakni final terindahku’’ ucap Raya lirih

Faisal menciup kening Raya dengan penuh kaih sayang.
‘’kak Radit’’ panggil Raya
‘’iya Raya’’
‘’kakak kok nangis sih? Kakak kan uda kesepakatan nggak bakalan nangis’’
‘’iya Ray, kini abang uda nggak nangis kok’’ kak Radit menghapus air mta yang mengalir di pipinya
‘’Siska, kau juga nggak boleh nangis, saya nggak mau kalau kau nangis’’

Siska menganggukan kepala dan mengusap air matanya.
‘’Sayang, kau juga jangan nangis, kau harus senyum’’
Raya mengusap air mata Faisal.

Kak Radit memegang tangan kiri Raya, sedangkan Faisal memegang erat ajun Raya, Siska berdiri tepat disamping kak Radit.
‘’kak Radit, terimakasih ya kak, selama ini abang selalu menciptakan Raya tersenyum, dan sampaikan terima kasih ku sama mama dan papa, kalau saya besar hati mempunyai orang renta menyerupai mereka, Siska makasih ya, kau yakni sahabat terbaikku, dan Faisal Sayang, terimakasih ya, kau telah memberiku cinta yang begitu indah dan tulus’’
‘’ Raya kau kok ngomong gitu sih..’’ucap Siska
‘’aku sayang dan cinta sama kalian semua’’ rintih Raya

Perlahan-lahan nafas Raya mulai habis dan ia menutup matanya.
‘’Raya, berdiri Raya’’teriak kak Radit
‘’Raya kau kenapa?’’
‘’Raya sayang kau kenapa? Bangun’’

Orang renta Raya datang, dan mereka terkejut melihat keadaan Raya yang sudah tak sadarkan diri, mamanya Raya pingsan seketika.
‘’Raya, jangan tinggalin aku, saya cinta sama kau Raya, saya butuh kamu, kau itu hidup saya Raya, ayo bangun’’ teriak Faisal sambil mengusap rambut Raya
‘’Raya, bangun,ini abang Ray, bangun’’
‘’Raya....’’teriak Siska
Mereka semua memeluk tubuh Raya untuk yang terakhir kalinya, tangisan tak terbendung lagi. Raya kini telah pergi, pergi untuk selamanya, meninggalkan semua orang yang di sayanginya. Raya meninggalkan sejuta kenangan yang tak bisa di lupakan dengan mudah. Hubungan yang begitu sangat singkat dengan Faisal memperlihatkan kebahagian tersendiri untuk Raya, sebab di final hidupnya seseorang yang selama ini ia cintai telah menjadi mliknya, meski hanya sesaat. Dan ini merupakan kepergian terindah untuk Raya,di final hidupnya ia di dampingi oleh orang-orang yang ia cinta dan ia sayang.

THE END

Dear Diary
Kringg........kringg.......kring...kring.......!!!!!!
Suara alarm yang membangunkan Raya, seoarang gadis cukup umur berkulit putih dengan rambut bergelombang sebahu yang hitam dan lembut dari mimpi indahnya, jari-jari mungilnya mengusap kedua matanya,matanya terasa masih lengket dan rasanya masih belum siap untuk melihat dunia. Dia harus rela membebaskan diri dari rasa ngantuknya, ia harus segera pergi ke sekolah. Setelah mengenakan seragam, ia berdiri di depan cermin, melihat tubuhnya yang masih tetap mungil. ‘’kenapa saya belum setinggi kakak’’ fikirnya. Ia memang kalah tinggi dengan kakaknya, kak Radit. Tinggi Raya memang hanya sebahu kak Radit, dan maka dari itu kakaknya sering memanggil Raya dengan sebutan’’kecil’’. Setelah ia selesai siap-siap, ia menuju ruang makan, dan telah ia lihatnya mama dan papanya, serta abang laki-lakinya Radit.
‘’ pagi kecil ” sapa kak Radit
‘’ pagi juga abang buruk “
Raya kemudian duduk disamping kakaknya itu, kemudian mengambil roti beserta selai coklat kesukaannya.
‘’mau berangkat bareng abang nggak?’’
‘’nggak ,aku mau naik sepeda aja “
‘’ dasar kecil, padahal kampus abang kan searah, tetep aja mau naik sepeda “
Raya tertawa sambil mengunyah roti yang ada dalam mulutnya, sedangkan kedua orang renta mereka hanya nyengar-nyengir melihat kedua anaknya itu.
Sesaat sesudah sarapan, Raya segera berangkat ke sekolah. Saat hingga di sekolah ia terburu-buru masuk ke kelas sebab ini hari pertamanya masuk di kelas 2 SMA, ia tak mau telat sedikitpun dikala masuk sekolah. Karena terburu-buru sampai-sampai ia menabrak anak perjaka yang berjalan berlawanan arah dengannya.
‘’ aduh, ma’af ya, saya buru-buru “ ucap Raya
‘’ iya nggak ..” anak itu tak melanjutkan ucapannya dikala kedua matanya berhadapan eksklusif dengan wajah Raya.
Dan Rayapun merasa ada yang aneh dengan dirinya, matanya juga kagum dikala melihat anak perjaka tersebut. Jantungnya berdetak begitu hebat. Tak usang kemudian Raya tersadar dari lamunannya.
‘’ kau nggak apa-apakan?’’ tanya Raya
‘’ iya nggak apa-apa kok “ balas perjaka itu sambil memperlihatkan senyum yang begitu manis
‘’ saya ke kelas dulu ya “
‘’iya”

Raya kemudian berlari kembali ke kelas, dikala dikelas ia sudah melihat Siska sahabatnya yang telah menantinya.
‘’lama banget sih kamu, dari mana aja sih?’’ tanya Siska
‘’ Aku dari...’’ Raya masih belum ingin memberi tahukan kapada Siska wacana kejadian yang gres saja ia alami
‘’dari mana ?’’
‘’em, tadi ke toilet dulu sis” Raya nyengir, supaya Siska nggak marah
Beberapa dikala kemudian, wali kelasnya masuk kelas. Bersamaan dengan wali kelasnya ia melihat perjaka yang tadi pagi bertabrakan dengannya. ‘’ Oh my god, jadi beliau satu kelas sama saya “ fikir Raya. Saat dikelas Raya selalu mencari kesempatan untuk melihat ataupun melirik perjaka itu, ia merasa senang bisa satu kelas dengan perjaka itu. Saat jam istirahat, Siska mengajak Raya ke kantin, tapi Raya mau meminjam buku di perpustakaan. Jadi, hasilnya Siska ke kantin sendirian dan Raya juga ke perpustakaan sendirian. Di perpustakaan Raya asyik memilih-milih buku edisi terbaru di perpusnya, terutama Novel. Tiba-tiba terdengar bunyi yang tampaknya berbicara dengannya.
‘’ suka baca Novel ya?’’
‘’eh,iya “ Raya menoleh
‘’kenalkan saya Faisal “ perjaka itu mengulurkan tangannya
‘’em, saya Raya “
Raya semakin merasa aneh dengan dirinya, dikala ia memegang eksklusif tangan Faisal.
‘’ nggak nyangka ya, kita satu kelas”
‘’iya, sal “ raya tersenyum simpul
Raya merasa hari pertamanya di kelas 11 ini begitu indah, dan begitu banyak hal yang tak terduga yaitu kenal dengan Faisal.

Saat dirumah ia eksklusif masuk kekamar, dan segara membuka laci kemudian mengambil sebuah buku yang begitu sangat berharga bagi Raya, buku Diary .

‘’ dear diary....
Hari ini hari pertamaku masuk di kelas 11, dan saya menemukan hal gres disini, saya bertemu dengan seseorang yang bikin saya salting, dan dikala saya menatap dia, berkenalan dengan dia, jantungku berdebar begitu hebat. Perasaan apa ini ?? saya tak mengerti, Sungguh saya tak mengerti.
‘’ FAISAL  “

Beberapa hari kemudian dikala jam istirahat, Raya makan di kantin bersama Siska. Dan Faisal tiba menyapa mereka berdua dengan memperlihatkan senyum yang begitu indah.
‘’oh Faisal, manis banget senyumnya “ ucap Siska
‘’iya “
‘’eh, Ray, saya mau curhat nih “
‘’curhat apa?’’
‘’sebenarnya aku.....”
‘’Kamu kenapa sis?’’
‘’aku suka sama Faisal!!’’
Raya tersedak, dikala mendengar ucapan Siska itu.
‘’ Kamu nggak apa-apa Ray?’’
‘’aku nggak apa-apa sis !!’’
‘’ kau mau nggak bantuin saya supaya dekat sama Faisal?’’
Nafas Raya terasa sesak, ia tak bisa berkata-kata,tapi ia mencoba mengumpulkan tenaga untuk menjawab pertanyaan Raya yang sungguh menciptakan hatinya remuk.
‘’ iya, aku...aku mau kok sis”
Siska tersenyum bahagia, mendengar persetujuan dari sahabatnya itu. Raya terdiam, ia masih tak mengerti kenapa ia merasa hancur dikala Siska bilang kalau ia menyukai Faisal. Seperti ada hantaman kerikil yang sangat keras di dadanya, yang menciptakan ia susah untuk bernafas.
Saat berada di rumah, tak ada keinginan lain, selain mencurahkan semua yang terjadi hari ini pada Diarynya.

Dear diary....
Kenapa hatiku terasa begitu sakit, dikala Siska menyampaikan kalau ia menyukainya. Apa yang bekerjsama terjadi padaku? Bukankah seharusnya saya bahagia, karna Siska sahabatku sedang bahagia. Tapi kenapa saya merasa sangat sakit !! tuhan, apa yang terjadi bekerjsama pada saya ini !! 

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Raya.
‘’ adik kecil, abang boleh masuk nggak?’’
‘’ boleh kak, masuk aja’’
‘’ di kamar aja sih, keluar yuk !!’’
‘’ nggak kak, males saya “
‘’ kau nulis apa nih ‘’
‘’ idih, abang kepo banget sih, mau tau aja urusan saya !!’’
‘’ abang kan Cuma pengen tau aja, abang liat kau hobby banget nulis-nulis kayak gini “
‘’ ini Diary kak, tiap kejadian yang berkesan niscaya saya tulis disini “
‘’ abang boleh baca?’’
‘’ ih, ya nggak dong, ini tuh privacyku, abang buruk “
‘’ iya,iya adik kecil, ya uda ayo nonton tv sama abang !!’’
Akhirnya sesudah dibujuk, Raya mau keluar dari kamarnya.

Keesokan harinya, dikala pelajaran seni rupa,anak-anak di beri kiprah untuk menciptakan kliping gambar yang mempunyai unsur seni yang kemudian tiap-tiap gambar di berikan penjelasan. Raya sibuk memilah-milah gambar apa saja yang akan ia gunakan.
‘’ perlu sumbangan buat milih gambarnya?’’ kata Faisal
‘’ eh, kau Sal, kalau kau nggak keberatan bantu juga nggak apa-apa kok !” Raya menjawab, sambil memperlihatkan sedikit senyum
‘’ ini bagus nggak?’’ Faisal menyodorkan sebuah gambar lukisan abstrak
‘’ bagus juga nih, trus penjelasannya?’’
‘’ ini kan lukisan, berarti seni rupa 2 dimensi, media yang dipakai kanvas cat minyak...’’
‘’faisal, berdasarkan kau gambar ini yang bagus yang mana? Siska memotong pembicaraan faisal dengan Raya, sambil menyodorkan sebuah gambar batik dan guci.
‘’ bagus semua kok Sis’’
‘’ kalau gitu bantu saya menciptakan penjelasannya ya !!’’
‘’tapi, saya belum selesai membantu Raya”
‘’oh, nggak apa-apa kok Sal, saya kerjain sendiri aja, tadi kan juga uda kau bantu” sela Raya
‘’tapi, Ray “
‘’Raya aja nggak apa-apa kau bantu saya Sal, jadi maukan bantu aku?’’ tanya Siska, dengan wajah yang memelas
Raya kemudian meninggalkan mereka berdua, Raya rasanya nggak sanggup melihat Faisal dan Siska sedekat itu. Walaupun Siska itu sahabatnya sendiri, tapi tetap nggak rela bila ia harus melepaskan Faisal untuk Siska, berat banget rasanya.

Setelah klipingnya sudah jadi dan sudah dikumpulkan, Raya dan Siska pergi ke perpustakaan. Seperti biasa Raya mencari novel-novel terbaru yang belum pernah ia baca.
‘’ hoby banget sih kau baca novel Ray?’’ tanya Siska
‘’novel itu seru, asyik bisa menghilangkan stres, dan novel itu menjadi salah satu sumber ide pembuatan sebuah film, dan kebanyakan film-film yang di angkat dari novel itu bagus dan menggemparkan dunia perfilman’’
‘’ masak gitu? Kalau saya sih, makasih aja ya kalau disuruh baca novel, apalagi novel kan tebal banget, bisa-bisa habis baca novel saya ngabisin 5 botol obat tetes mata “
‘’ idih lebay banget kamu”
‘’hem, ngomong-ngomong dari tadi kau nyari novel apa sih, kok nggak dapet-dapet, nyampek kram nih kaki nungguin kamu”
‘’itu lho, saya nyari novel ‘Saga Breaking Dawn’, dari dulu nyampek kini tiap saya nyari niscaya nggak ada’’
‘’ kau sih telat !!’’
‘’ kayaknya uda tiap hari deh saya nyari, masak masih telat juga!’’
Siska hanya menganggkat bahunya.

Raya kemudian berjalan menuju ibu penjaga perpustakaan.
‘’bu, novel Saga Breaking Dawnnya di pinjam siapa?’’
‘’aduh, ibu lupa namanya, anak perjaka kelas 11. Tapi hari ini seharusnya beliau mengembalikan”
‘’ya uda, nanti kasih tau saya ya bu, kalau hari ini beliau mengembalikan”
Raya kemudian menghampiri Siska yang sedang asyik liat-liat majalahnya waktu kelas 10.
‘’tumben banget ya, anak perjaka suka sama novel”
‘’ siapa Ray?’’
‘’nggak tau tuh, Saga Breaking Dawnnya kini lagi di pinjem sama anak cowok”
Lalu Raya ikut-ikutan liat majalahnya kelas 10, mereka tertawa riang dikala melihat majalah itu,tanpa mereka sadari Faisal tlah berdiri di samping mereka.
‘’hay, katanya ada yang nyari Saga Breaking Dawn ya?’’
Raya dan Siska kaget mendengar bunyi itu, mereka lekas berpaling mencari arah datangnya bunyi itu, dan mereka melongo dikala melihat Faisal dan menyodorkan sebuah novel ‘Saga Breaking Dawn’.
‘’jadi, kau yang...??’’ ucap Raya dan Siska serentak sambil menunujuk ke arah Faisal
‘’ iya, saya yang pinjam novel ini, siapa di antara kalian yang mau pinjam?’’
‘’ yang pinjam ak...”
‘’yang pinjam saya Sal,” kata Siska memotong ucapan Raya

Raya kaget bukan main, dikala Siska mengaku kalau ia yang akan pinjam novel itu. Padahal gres saja ia menyampaikan kalau ia tidak suka baca novel.
‘’ya uda ini Sis” faisal meyerahkan novel itu kepada Siska
‘’iya, makasih ya Sal’’
‘’iya, kalau gitu saya pergi dulu ya”
Raya dan Siska hanya menganggukan kepalanya.
‘’nih Ray, novelnya”
‘’kok tadi kau bilang, kalau kau yang akan minjem?’’
‘’ya, nggak apa-apakan? Biar Faisal ngira aja kalau saya juga suka baca novel kayak dia!!’’
‘’oh, gitu ya’’
‘’kamu nggak suka ya Ray, saya ngomong kayak tadi?’’
‘’oh, nggak kok, saya suka-suka aja sis”
Setelah mendapatkan novel itu hasilnya mereka berdua kembali ke kelas.
Saat di kelas Siska berpura-pura membaca novel itu, padahal bekerjsama kepalanya sudah pusing sebab ngliat buku setebal itu.
‘’Raya, saya boleh minta tolong nggak sama kamu?’’ bisik Siska
‘’ minta tolong apa?’’
‘’comblangin saya sama Faisal dong, please” Siska memohon kepada Raya
‘’aku tuh nggak hebat nyomblangin Sis”
‘’ayo lah Ray, Cuma kau yang bisa saya andalkan, saya nggak mau kalau hingga Faisal dimiliki sama orang lain’’
Terasa nafasnya begitu sesak, dikala Raya mendengar ucapan Siska itu, secara tidak eksklusif Siska juga nggak bakalan rela kalau Faisal jadi milik Raya. Dia membisu terpaku, terasa darahnya tlah berhenti mengalir.
‘’ Ray, gimana maukan?’’ tanya Siska lagi
Mulutnya terasa kaku untuk bicara, tapi beliau mencoba mengumpulkan segenap tenaganya yang tersisa untuk menjawab pertanyaan Siska.
‘’i, iya..aku.. ma..mau Sis’’

Saat berada di rumah, ia tak henti-hentinya memandangi fotonya bersama Siska yang ia letakkan di meja kamarnya. Dan ia kemudian mengambil Diarynya yang ia letakkan di samping foto itu.

Dear Diary...
Semua ini begitu sulit tuk ku bayangkan, seorang sahabatku sendiri memintaku untuk mendekatkannya dengan seseorang yang telah buat hidupku berwarna. Apa kelak saya sanggup tuk menyaksikan mereka berdua bersatu?
Sungguh saya tak kan sanggup mendapatkan kenyataan pahit itu.

‘’ Faisal and Siska “

Setelah menulisnya ke Diary, Raya lekas menuju ke taman belakang rumahnya, di sana telah ia liat Radit kakaknya yang tengah asyik bertelfon dengan kekasihnya. Saat mengetahui kedatangan Raya, Radit segera mengakhiri telfonnya.
‘’kok udahan telfonnya kak?’’
‘’habis ada kau sih”
‘’emang kenapa kalau ada saya ?’’
‘’nanti kau ganggu”
Raya kemudian duduk disamping kakaknya itu.
‘’kurang kerjaan aja, ganggu orang pacaran”
Radit tertawa dan ia mencubit pipi adiknya itu.
‘’ adik buruk abang mungkin nggak ganggu, tapi nanti jadi kepengen, kan belum punya pacar!!’’
‘’idih, siapa juga yang pengen, nggak deh ya !!’’
‘’hem, kau nggak pengen ya punya pacar?’’
Raya hanya membisu dan tak bisa menjawab pertanyaan kakaknya itu.
‘’kamu nggak bosen apa, kayak gini terus? ‘’ tambah kak Radit
‘’enaknya punya pacar apa?’’
‘’hidup kita akan berwarna, bawaannya seneng mulu’,ada yang perhatiin,terus...apa lagi ya, ya pokoknya seru deh!!’’
Raya menatap mata kakaknya dalam-dalam.
‘’hidupku sudah berwarna kak, dengan kehadiran kakak, mama papa dan semua orang-orang terdekatku, dan saya sudah senang sebab mereka semua selalu membuatku tersenyum, dan mereka selalu beriku perhatian yang lebih, yang hasilnya bisa buatku tetap berdiri tagak disini’’
mata Raya mulai berkaca-kaca, seketika kak Radit memeluk erat tubuh Raya.
‘’kakak tak akan pernah biarkan kau terjatuh, bahkan terpeleset sedikitpun Ray, tegur abang bila abang sedikitpun tak memberi pegangan di dikala kau akan terjatuh’’
Air mata Raya jatuh tak tertahan lagi dalam pelukan kakaknya.

Bel tanda pelajaran ke dua selesaipun telah terdengar, siska bergegas pergi ke kantin, sedangkan Raya hanya membisu dan duduk di bangkunya. Dia lebih asyik melanjutkan membaca novelnya.
‘’suka juga ya baca novel itu?’’
Raya kaget nggak karuan dikala melihat Faisal sudah duduk di sampingnya.
‘’em,aku Cuma...”
‘’kamu sama Siska memang sahabat sejati ya, sama-sama penggemar novel”
Raya tersenyum, ‘’ dan kami pun sama-sama menyukai kau sal’’ batin Raya
‘’oh ya Ray, boleh nggak saya minta nomer hp kamu?’’
‘’buat apa?’’
‘’ya mungkin kalau suatu dikala saya ada perlu sama kamu, boleh ya please !!’’
‘’iya”
Raya menyobek sebuah kertas, dan ditulisnya nomer handphonenya di kertas itu, dan dengan segera ia berikan kertas itu kepada Faisal.
‘’terimakasih ya Ray”
‘’iya Sal sama-sama”
Kemudian mereka ngobrol dan bersenda gurau, terlihat begitu akrab. Hati Raya begitu bahagia, ia merasa begitu damai dan nyaman berada di sisi Faisal. Angannya melayang, andaikan Siska tidak mencicipi hal sama menyerupai yang ia rasakan, mungkin Raya bisa bebas dan tidak takut bila dekat dengan Faisal.

Setelah pulang sekolah Raya dan Siska mampir ke mall, Siska mau beli sepatu baru, dikala sedang menentukan sepatu tiba-tiba handphone Raya berdering dan di lihatnya ada nomer yang tak ia kenal menghubunginya, kemudian Raya mengangkat telfon tersebut dan agak menjauh dari Siska.
“ halo”
‘’ini Raya?’’
‘’iya”
‘’Ray, ini saya Faisal”
“oh kau Sal, ada apa?’’
‘’kamu lagi sibuk nggak?’’
‘’nggak kok”
‘’gini lho, nanti kau mau nggak mencar ilmu bareng aku?’’
‘’kamu serius mau mencar ilmu bareng aku?’’
‘’iya, kau mau kan?’’
‘’em..mau kok, tapi dimana?’’
‘’di rumah kau aja gimana?’’
‘’ya uda, nanti saya smsin alamatku”
‘’iya Ray, met ketemu nanti malam ya?’’
‘’iya Sal”
Setelah mendapatkan telfon dari Faisal, Raya begitu senang apalagi dikala Faisal bilang mau mencar ilmu bareng sama dia. Raya senyum-senyum sendiri sambil meluk-meluk handphonenya. Siska kaget ngliat tingkah Raya yang aneh.
‘’ kenapa kau Ray, kok senyum-senyum sendiri”
‘’em, nggak apa-apa kok”
‘’beneran?emang tadi telfon dari siapa?’’
‘’ dari.....’’ raya tak mau memberi tahu kalau Faisal mengajaknya belajar, sebab itu niscaya menciptakan Siska sedih
‘’dari siapa Ray?’’
‘’dari kak Radit Sis’’
Mereka kemudian memilih-milih kembali sepatu yang cocok untuk Siska, dalam hati Raya, Raya berharap malam cepat datang, sebab ia sudah tak sabar lagi untuk mencar ilmu bersama Faisal.

Terdengar ada bunyi yang mengetuk pintu rumah Raya, Raya segera membukakan pintunya dan sesosok perjaka yang sangat ia kagumi tepat berdiri di hadapannya.
‘’selamat malam Ray”
‘’malam Sal, ayo masuk”
Lalu mereka masuk dan mereka asyik menikmati kegiatan mencar ilmu mereka, dari kejauhan kak Radit mengamati adiknya yang terlihat begitu senang dikala bersama perjaka tersebut. Beberapa dikala kemudian Faisal pulang. Dan dengan segera kak Radit tiba menghampiri Raya yang sedang membereskan bukunya.
‘’siapa Ray perjaka itu??’’
‘’Faisal,temen saya kak?’’
Kak Radit kemudian duduk dihadapan adiknya itu.
‘’cuma teman?’’
‘’iya kak”
‘’tapi abang lihat ada yang berbeda di antara kalian berdua”
‘’nggak ada kak, biasa aja kok”
‘’kakak bisa tahu dari cara kau memandangi beliau Ray, cara kau berbicara dengan dia, mengisyaratkan sesuatu!’’
‘’apa kak?’’
‘’kamu suka kan sama perjaka tadi?’’
Raya terkejut mendengar ucapan kakaknya itu, Raya lekas berdiri dan berlari menuju kamar tanpa menjawab pertanyaan kakaknya. Terasa jantungnya mulai berdetak begitu kencang, ia memang harus mengakui bahwa ucapan kakaknya itu benar. Ia memang suka pada Faisal, ia memang menginginkan sesuatu yang lebih dari pada seorang teman. Raya kemudian meletakkan buku-bukunya di meja dan ia mengambil Diarynya di laci.

Dear diary....
Kita semakin dekat, beliau begitu menyenangkan, rasanya ingin selalu saya berada di dekatnya, tak mau lepas darinya. Tuhan, saya mencintainya, saya menyayanginya...
Tapi kenapa saya harus menutupi begitu keras perasaan ini..
Aku tak sanggup menghindari perasaan ini, apa yang harus ku perbuat?
Sungguh saya tak tahu !!!!
‘’ faisal”

Sekarang ini tiap hari Faisal dan Raya mencar ilmu bareng, dan itu tanpa di ketahui oleh Siska.
Suatu hari di sekolah dikala jam istirahat, Raya dan Siska sedang duduk di depan kelas. Tiba-tiba Faisal tiba menghampiri mereka.
‘’hai, boleh gabung nggak?’’
‘’boleh banget sal” ucap Siska dengan penuh semangat
Lalu siska berpindah kawasan duduk di samping Faisal.
‘’Sal, kau nggak ke kantin?’’tanya Siska
‘’nggak Sis, nggak ada temannya jadi males ke kantin deh’’
‘’aku temenin mau nggak?’’
‘’ya, boleh deh’’
‘’ya uda, ayo’’
Siska berdiri dan menggandeng tangan Faisal.
‘’Ray, ayo’’ajak Faisal
‘’em..kalian berdua aja, saya nggak ikut”
‘’ya uda, kalo gitu, kita berdua aja Sal” kata Siska
Siska eksklusif menggandeng erat-erat tangan Faisal dan segera ke kantin.
Hati Raya terasa hancur, melihat Faisal dan Siska begitu dekat, tapi ia tetap berusaha sabar dan ia telah berjanji untuk menyatukan mereka berdua, meski hati Raya semakin sakit.

Saat pulang sekolah, Siska eksklusif ikut ke rumah Raya dan mereka berbincang-bincang dikamar Raya,mereka berbaring di kawasan tidur.
‘’Ray, gimana dong nih,aku mau lebih deket sama Faisal!’’
‘’bukannya kini kalian uda deket?’’
‘’iya sih, tapi biar lebih lebih deket lagi gitu lho Ray”
Raya melihat ke jendela yang terarah eksklusif dengan taman di rumahnya.
‘’kalian jalan berdua aja !!’’ ucap Raya
‘’bagaimana caranya?’’
‘’biar saya yang mengatur semuanya Sis”
Siska tersenyum lebar kepada Raya, ia merasa beruntung mempunyai seorang sahabat menyerupai Raya yang selalu bisa membantunya.
Raya kemudian mengambil handphonenya dan mengirim pesan ke Faisal
‘’ nanti malam tak perlu mencar ilmu ke rumahku, kau eksklusif aja pergi ke Cafe Ceria jam 7 malam”

Raya kemudian mengajak berdiri Siska, dan memegang pundak Siska.
‘’ nanti malam pergilah kau ke Cafe Ceria ‘’
Siska segera meraih Tasnya yang ada di kawasan tidur, dan ia memeluk tubuh Raya.
‘’makasih ya Ray,aku nggak akan menyia-nyiakan kesempatan ini’’
Siska kemudian meninggalkan Raya, Raya mencicipi tubuhnya begitu lemas tak berdaya. Ia memang harus merelakan orang yang ia suka demi seorang sahabatnya.

Pukul 7 malam di Cafe Ceria, terlihat Siska yang memakai gaun berwarna merah dengan rambut panjangnya yang di gerai dan di biarkan berkibar dikala tertiup angin telah duduk sendiri sambil menunggu gelisah. Tak usang kemudian dari kejauhan di lihatnya sosok seorang anak perjaka yang tak asing baginya, dengan tubuh yang tinggi dan tegap, memakai celana jeans serta kemeja lengan panjang berwarna biru tua.
Siska melambaikan tangannya sambil memanggil Faisal. Faisal tiba menghampiri Siska, dan Faisal sangat terkejut melihat Siska.
‘’ Siska kau kok disini?’’
‘’iya Sal, saya disuruh Raya ke sini”
‘’ Raya nyuruh kau kesini? Raya juga nyuruh saya kesini’’
‘’kebetulan gini ya”
‘’iya, kemudian Raya kemana?’’
‘’aku juga nggak tahu Sal’’
‘’ ya uda, saya hubungin dulu ya”
‘’eh, nggak usah Sal, kalau beliau nggak datang, kita bisa berdua aja kan?’’
Mereka kemudian duduk dan memesan makanan, mereka berbincang-bincang dan bersenda gurau.
Siska mencicipi begitu senang bisa begitu dekat dengan Faisal, sesudah beberapa dikala bersenda gurau mereka bertukar nomer handphone.

Setelah hingga dirumah, faisal segera menghubungi Raya.
‘’ malam Ray’’
‘’iya Sal,ada apa?’’
‘’kamu kok tadi nggak tiba sih?’’
‘’em, saya tadi program sal’’
‘’oh, padahal saya harap tadi kau datang”
‘’lha gimana dinner kau sama Siska tadi,sukses kan?’’
‘’iya sukses kok’’
‘’oh, ya uda Sal saya mau tidur dulu ya, see u”
Belum sempat Faisal membalas ucapan Raya, Raya sudah menutup telfonnya terlebih dahulu. Faisal menghempaskan tubuhnya ke kawasan tidur dan ia segera memejamkan matanya, serasa hilang semua kejenuhan yang ia rasakan hari ini.

Ke esokan harinya,saat hingga di sekolah Raya melihat Siska dan Faisal telah berduaan di kantin,mereka terlihat begitu mesra. Raya kemudian mengurungkan niatnya untuk pergi ke kantin dan ia menentukan untuk menyendiri di dalam kelas.
Beberapa dikala kemudian Siska dan Faisal masuk ke kelas, Siska segera duduk dan memeluk tubuh Raya.
‘’Raya, saya seneng banget”
‘’kenapa Sis?’’
Siska melepaskan pelukannya
‘’tadi saya minta Faisal buat nganterin saya pulang dan ternyata beliau mau”
‘’oh, ya?’’
‘’iya saya seneng banget nih’’
‘’aku juga ikut senang sis’’

Saat hingga di rumah, kak Radit telah menunggu Raya di depan rumah.
‘’muka kau kenapa Ray,kok murung gitu?’’
‘’nggak kenapa-napa kok kak’’
‘’beneran?tapi kok....’’
‘’aku nggak apa-apa kak,mungkin Cuma capek aja’’
Raya segera masuk ke dalam rumah, tapi kak Radit segera menarik tangan Raya.
‘’ada problem sama Faisal Ray?’’
‘’apa’an sih abang ini”
‘’ayo lah Ray,jujur aja sama kakak’’
Raya membalikan badannya, dan bertatap muka eksklusif dengan kakaknya itu.
‘’Raya sudah jujur kak, dan nggak ada sangkut pautnya sama Faisal’’
Kak Radit melepaskan genggaman tangannya, dan Raya segera berlari ke kamarnya. Dan hanya satu benda yang ada dalam fikirannya,Diary segera ia raih dan segera ia membuka lembaran yang masih kosong.

Dear diary...
Aku memang nggak bisa melihat kalian bersama, tapi saya juga nggak bisa bila harus menciptakan kalian jauh..
Tuhan...
Beri saya kekuatan sebab mungkin saya akan selalu melihat mereka bersama...
Beri saya keikhlasan untuk melepas Faisal demi Siska...
Meski saya tahu ini begitu berat bagiku ....

Tak terasa air mata Raya menetes beriringan dengan tiap kalimat yang ia tulis dalam Diary, ia tak bisa berbohong kalau ia memang menyayangi Faisal, dan ia harus bisa merelakan jikalau Siska dan Faisal suatu dikala akan menjalin suatu hubungan.
Tak berapa usang terdengar bunyi mamanya yang memanggil Raya, Raya segera mencari arah dari mana munculnya bunyi itu.
Saat Raya menemui mamanya, tak sengaja kak Radit melewati kamar Raya dan ia menengok ke arah kamar itu yang dalam keadaan pintu terbuka, ada sebuah dorongan supaya ia segera menginjakan kakinya di kamar itu. Dan hasilnya ia masuk dan dilihatnya Diary Raya yang masih terbuka, di bacanya dengan penuh perasaan Diary itu. Sesaat sesudah membaca Diary itu, hatinya tersentuh, tak di sangkanya adik yang selama ini ia kenal manja, ternyata telah melaksanakan suatu pengorbanan yang begitu besar untuk sahabatnya. Karena tak ingin di ketahui oleh Raya, hasilnya ia segera keluar dari kamar adiknya itu.

Malam tiba, dan menyerupai biasa Faisal tiba ke rumah Raya untuk mencar ilmu bersama.
Dan yang membukakan pintu untuk Faisal kali ini yakni Radit, Faisal terkejut dengan sosok yang ada di balik pintu itu.
‘’malam kak’’
‘’iya malam, ayo masuk’’
Mereka masuk ke dalam rumah dan duduk berdampingan.
‘’kamu begitu dekat dengan adikku,apa yang kau mau dari dia?’’
‘’maksud abang apa? Kita memang dekat, beliau sahabat yang menyenangkan!’’
‘’teman?kau anggap beliau teman?’’
Faisal semakin terkejut dengan pertanyaan aneh yang di berikan oleh kak Radit, belum sempat ia menjawab pertanyaan itu, Raya sudah datang.
‘’kak Radit, sana pergi saya mau belajar”
‘’iya, kecil’’
Kak Radit berdiri dan mengusap rambut Raya. Faisal masih tetap terbayang-bayang dengan pertanyaan-pertanyaan kakaknya Raya yang sangat mengganggu fikirannya.
Setelah selesai belajar, mereka segera membereskan buku-bukunya.
‘’oh ya Sal, kau kini ini makin deket aja ya sama Siska ‘’
‘’em, iya sih, tiap hari ketemu masak nggak deket”
‘’menurut kau beliau itu gimana?’’
‘’dia anak yang baik, lucu, nyenengin dan asyik kok di ajak ngobrol’’
‘’gitu ya’’
Semakin hancur perasaan Raya mendengar semua ucapan yang keluar dari lisan Faisal.
Setelah Faisal pulang rasanya Raya ingin teriak, ingin nangis, tapi ia harus tetap menyembunyikan semua perasaan itu. Saat ia membalikan badannya, Raya terkejut sebab kakaknya tiba-tiba mendekap tubuhnya.
‘’ kenapa kak?’’
‘’menangislah kalau memang kau mau menangis Ray, abang di sini siap menghapus tiap air matamu’’
‘’aku nggak mengerti kak, ada apa ini sebenarnya’’
‘’meski kau nggak mau jujur sama kakak, abang tahu yang terjadi’’
Semakin erat pelukan kak Radit pada Raya, dan Raya hanya terdiam menikmati pelukan yang begitu hangat itu, dengan penuh tanda tanya yang berkeliaraan di fikirannya, wacana apa yang di ketahui oleh kak Radit sebenarnya.

Bel istirahat telah terdengar,Raya dan Siska pergi ke perpustakaan. Di perpustakaan Siska asyik melihat buku tahunan, sedangkan Raya yang terlihat agak jauh dari Siska hanya duduk dan terdiam saja. Ia merasa kali ini tak ada sedikitpun minatnya berburu novel terbaru di perpustakaan. Melihat Raya yang sedari tadi hanya diam, ibu penjaga perpustakaan tiba menghampiri Raya dan duduk tepat di hadapan Raya.
‘’ kenapa kau hanya membisu di sini, ada beberapa novel terbaru “
‘’ iya, kapan-kapan saja saya pinjam novel-novel itu”
‘’kapan-kapan? Ibu nggak salah dengar, bukannya kau selalu menjadi orang pertama yang membaca novel-novel tebaru di sini?’’
‘’ kini ini saya lagi nggak kepengen baca novel dulu’’
‘’ seberat itukah problem yang kau hadapi?’’
‘’ masalah?’’
‘’ iya, masalah. Benarkan kau kini sedang dilanda sebuah dilema? Dan itu merupakan problem yang serius bagi kau !’’
‘’ nggak kok bu, saya nggak ada problem apa-apa kok’’
‘’ bibir kau mungkin bisa berbohong, tapi tidak dengan mata kamu, ibu tahu apa yang sedang kau rasakan ‘’
‘’ dari mana ibu tahu wacana apa yang saya rasakan, saya saja nggak pernah dongeng dengan siapapun !’’
‘’ mungkin kau memang tidak bercerita dengan saya atau siapapun, tapi tanpa kau sangka mata kau telah berbicara. Perasaan kau nggak bisa kau sembunyikan dengan rapi’’

Raya merasa gugup mendengar semua ucapan dari ibu penjaga perpustakaan, ia segera berdiri dan menarik tangan Siska.
‘’ayo Sis, kita ke pergi’’
‘’eh, bentar dong pelan-pelan Ray’’
Raya semakin berpengaruh menarik dan menggenggam tangan Siska.
‘’aduh Ray, sakit nih lepasin dong dan jalannya pelan-pelan aja, lagian kan belum bel’’

Raya kemudian melepaskan tangan Siska, dan ia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
‘’kamu kenapa Ray?’’
‘’aku nggak apa-apa kok”
‘’kalau nggak ada apa-apa, kok kau aneh gini sih?’’
‘’aneh gimana Sis,aku biasa aja kok’’
‘’kamu terlihat gugup, dan nggak biasanya lho kau ngajak saya buru-buru pergi dari perpus’’
Raya menarik panjang nafasnya.
‘’ Sis, saya tuh nggak apa-apa, mungkin saya laper aja, makanya saya kelihatan kayak orang gugup dan saya mau ngajak kau ke kantin, nanti kalau keburu bel’’
Raya memperlihatkan sedikit senyuman polosnya,agar Siska percaya dan nggak curiga sama dia.
Dan hasilnya mereka pergi ke kantin. Beberapa dikala kemudian bel terdengar dan mereka segera masuk kelas. Dan dikala itu mereka mendapatkan pelajaran Sejarah.
‘’oh ya anak-anak, kali ini ibu akan berikan kiprah yang harus kalian kumpulkan ahad depan,tugas ini kalian kerjakan secara kelompok. Dan satu kelompok 3 orang ibu rasa itu cukup, kelompoknya kalian pilih sendiri, dan ingat satu kelompok harus ada yang pria dan ada yang wanita ‘’
‘’iya bu’’
‘’tugasnya masih wacana materi yang ibu jelaskan tadi, yaitu kebudayaan, jadi kalian harus menciptakan artikel wacana kebudayaan-kebudayaan tradisional yang masih tetap di lestarikan di indonesia. Minimal ada 6 artikel, dan ibu nggak mau kalau kalian Cuma copas aja, kalian harus bisa menyusun sendiri se kreatif mungkin, tapi kalian tetap boleh mencari sumber-sumber lain untuk memperkuat artikel tersebut. Kalian mengerti ?’’
‘’mengerti bu’’
‘’kalau begitu ibu tinggal dulu’’

Setelah pelajaran selesai para siswa sibuk berdiskusi wacana kiprah tersebut, begitupun Raya dan Siska.
‘’Sis, enaknya kelompok kita siapa aja nih, kita kurang satu anak dan harus anak perjaka lagi’’
‘’em, siapa ya enaknya’’
Mereka sama-sama berfikir dan melihat sekitar mereka, dan mata mereka tertuju pada arah yang sama, kemudian mereka tersenyum dan saling berhadapan.
‘’Faisal’’
Mereka bebarengan mengucap nama Faisal, kemudian mereka tertawa.
‘’aku coba tanya Faisal ya Ray, mungkin aja beliau mau’’
‘’iya Sis’’
Lalu Siska menghampiri Faisal.
‘’ Sal, uda dapet kelompok belum?’’
‘’belum nih Sis’’
‘’kebetulan banget kalau gitu, gabung sama saya dan Raya, mau nggak?’’

Faisal kemudian melihat ke arah Raya, terlihat Raya yang tersenyum manis kepadanya,
‘’oke Sis, dengan senang hati saya mau gabung dengan kalian’’
‘’beneran mau?’’
‘’iya’’
‘’ya uda makasih ya Sal’’
Siska menghampiri Raya dan kembali ke kawasan duduknya.
‘’Faisal mau Ray’’
‘’akhirnya lengkap juga kelompok kita’’
‘’iya Ray, dan saya seneng banget bisa satu kelompok sama Faisal’’
‘’aku juga seneng Sis’’
‘’kalau kayak gini kan saya bisa makin deket sama Faisal, dan mungkin ini membuktikan kalau saya sama Faisal jodoh, makanya kita di beri jalan buat selalu bersama. Iya nggak Ray?’’
Raya bertahap menghilangkan senyumnya, ia gres menyadari kalau beliau akan semakin sering melihat Faisal dan Siska bersama, dan itu akan menambah luka di hatinya.
‘’Ray, kok membisu aja nggak di jawab lagi pertanyaanku’’
Raya tersentak kaget mendengar Siska berbicara
‘’em, iya Sis, mungkin memang kalian jodoh’’
Siska seketika memeluk tubuh Raya.
‘’makasih Raya, saya senang banget, dan saya berjanji kau akan menjadi orang pertama yang tahu kalau nanti saya benar-benar jadian sama Faisal’’
‘’iya sis’’
Dengan bunyi yang melemah, dan penuh kehancuran ia menjawab semua ucapan Siska.
Tiba-tiba Faisal tiba menghampiri mereka.
‘’hay, kenapa kok pada pelukan kayak teletubies aja’’
‘’eh, kau Sal’’
‘’aku Cuma mau tanya, kapan kita ngerjain tugasnya?’’
‘’em, gimana kalau besok aja, besok kan hari minggu’’ ucap Raya
‘’iya saya sepakat banget” sambung Siska
‘’ ya uda, besok ya’’
‘’eh, tapi mana mungkin kita bisa ngerjain hanya dalam waktu sehari’’ ucap Siska
‘’iya juga sih, kalau gitu besok kita atur rencana lagi kapan mau nglanjutin, dan buat besok sebaiknya kita nyari materi dari beberapa sumber dulu, gimana?’’usul Raya
‘’ cemerlang, saya setuju’’ ucap Faisal dengan menyodorkan ibu jarinya
‘’ya uda saya juga setuju, dan kita ngumpul dimana?’’ tambah Siska
‘’ Cafe Ceria’’ ucap Raya dan Faisal bersamaan.
‘’iya, jadinya kita nggak terlalu stres, sambil ngerjain kiprah sambil have fun’’ ucap faisal
‘’oke, kita masing-masing besok bawa buku atau sumber yang lainnya yang bisa kita jadikan bahan’’ ujar Siska

Malam tiba, Raya sibuk ngacak-ngacak buku yang begitu banyak di almari khusus penyimpanan bukunya. Ia sedang sibuk mencari-cari buku untuk tugasnya. Kak radit yang lewat dan tak sengaja melihat Raya, kemudian masuk menghampiri Raya.
‘’eh, kecil ngapain kau acak-acak buku-buku itu? Kayak tikus aja kamu!’
‘’ih, abang ini, saya lagi nyari buku yang ada wacana kebudayaannya kak, soalnya saya sanggup kiprah nih’’
‘’ dasar kau ya, uda tahu ini tuh malam minggu, waktunya santai, have fun, jalan-jalan, eh malah masih mikirin tugas!’’
‘’iya sih kak, tapi besok mau saya kerjain sama Siska dan Faisal kak, jadi kini saya nyari bahannya dulu”
‘’ gitu aja repot kamu, beli aja di toko buku atau nggak tinggal tanya mbah google kan enak’’
‘’iya sih, tapi kayaknya tuh saya punya buku yang mengulas wacana kebudayaan indonesia, tapi dimana ya, kok dari tadi saya nyari nggak ketemu’’
‘’oh, buku itu’’
‘’iya kak, aduh dimana sih bukunya’’

Kak Radit kemudian memperhatikan seisi kamar adiknya itu.
‘’ bukunya bersampul coklat ya?’’
‘’kayaknya iya kak !’’
‘’sampulnya bercorak batik, terus ada gambar wayang dan orang nari ya?’’
‘’sepertinya juga gitu kak’’
`` ‘’bukunya tebal?’’
‘’iya kak’’
‘’judulnya, CULTURE IS OUR LIFE?
‘’Iya kak, bener banget, kok abang tahu?’’
‘’tuh,di meja samping kawasan tidur apa’an?
Raya berbalik dan melihat meja tersebut, kemudian ia berjalan menghampiri meja tersebut kemudian segera meraih buku itu dan Diary di samping buku tersebut terjatuh sebab tersenggol buku tersebut.
‘’oh, iya ini bukunya kak’’ Raya nyengir
‘’sampai kepalamu botak nyariin buku tersebut di almari juga nggak bakalan ketemu Ray’’
‘’iya kak makasih ya,aku gres inget kalau kemarin saya habis baca nih buku’’
Kak Radit menghampiri Raya dan mengusap rambut Raya.
‘’makanya jadi orang jangan pikun’’
‘’iya abang ku yang paling jelek, ya uda kak saya mau ambil minum dulu haus nih, abang mau nggak?’’
‘’iya, abang tunggu di ruang keluarga ya!’’
Lalu Raya keluar dari kamarnya, dan dikala kak Radit mau keluar kakinya menginjak sesuatu dan di lihatnya itu yakni Diary. Dan dengan penuh ingin tau ia melihat dan membaca tiap lembar Diary tersebut.

Setelah membaca Diary tersebut, ia semakin mengerti wacana apa yang terjadi pada adiknya itu, dan ia mengerti perasaan adiknya itu. Dalam hatinya sungguh tak rela kalau adiknya harus mencicipi sakit hati, ia merasa kalau ia harus berbuat sesuatu untuk adiknya. Tiba-tiba terdengar bunyi teriakan adiknya memanggil dirinya. Dan ia gres sadar kalau ia harus segera menuju ke ruang keluarga, dengan tergesa-gesa ia berlari ke ruang keluarga.
‘’kakak ini usang banget sih, uda saya bikinin minum nih, dari mana aja sih?’’
‘’em, tadi abang terima telfon dulu’’
‘’oh, dari pacar abang ya?’’
‘’ya iya lah, biasa ngajakin keluar, tapi abang males nih pengen di rumah aja nemenin adik kecil ini’’
Mereka bercanda dan bersenda gurau, kak Radit berusaha menciptakan adiknya tersenyum dan bahagia.

Keesokan harinya, Raya berkemas-kemas untuk pergi mengerjakan tugas. Saat hingga di depan rumah dilihatnya kak Radit yang sudah berdandan rapi bersandar di mobilnya.
‘’kakak mau kemana, rapi benget?’’
‘’ya mau nganterin kau lah Ray”
‘’mau nganterin saya kak?’’
‘’iya, ayo masuk nanti kau telat’’
‘’tapikan saya nggak minta abang buat nganterin aku’’
‘’walaupun kau nggak minta, abang akan tetap nganterin kamu’’
‘’tapi kak’’
‘’nggak usah tapi-tapi an, ayo masuk’’
Kak Radit menarik tangan Raya dan mengajaknya masuk ke mobil.
‘’oh ya, selain abang ini nganterin kamu, nanti abang juga bakalan nemenin hingga kau selesai ngerjain tugas’’
‘’apa?’’
Kak Radit hanya tersenyum melihat reaksi adiknya yang shock mendengar ucapannya itu.
Saat hingga di cafe, ternyata Siska dan Faisal uda lebih dulu datang, dan langkah Raya terhenti ia serasa ingin berbalik tubuh dikala melihat Siska dan Faisal bersenda gurau dan begitu akrab.
‘’Ray, kau kenapa, ayo jalan’’

Kak Radit menarik tangan Raya dan memaksanya untuk berjalan, ia tahu bahwa bekerjsama hati adiknya itu begitu sakit sebab melihat Siska dan Faisal begitu dekat.
‘’hay Siska, hay Faisal?’’ sapa kak Radit
‘’kak Radit, Raya ayo silakan duduk’’ ucap Siska
‘’ma’af ya Sis,kita telat, usang ya nunggunya? Tanya kak Radit
‘’nggak kok kak, kita gres aja hingga sini”
‘’kita?’’ tanya Raya penasaran
‘’iya, tadi kita berangkat bareng, Faisal jemput aku”
Raya kembali merenung dan terdiam, beliau masih bertanya-tanya, apakah beliau sanggup melihat semua ini? Dan suasanapun hening.
‘’oh iya, saya disini ikut gabung nggak problem kan? Sambil nungguin Raya?’’kak Radit memecah keheningan
‘’oh iya kak, nggak problem kak, kalau gini kan jadi tambah rame, iya kan sal?’’
‘’em, iya kak, bener kata Siska tadi’’
Lalu mereka segera mengeluarkan buku-buku mereka, mereka mulai membahas wacana tugasnya, tak jarang Siska da Faisal bertukar pendapat, sedangkan Raya hanya bisa sendiri dan tak berani bertanya kepada Siska ataupun Faisal. Melihat adiknya yang merenung melihat buku-buku yang tercecer di depannya, muncul perasaan ibanya kepada Raya. Lalu ia mendekati adiknya itu.
‘’ada yang bisa abang bantu Ray?’’
‘’eh, kakak, iya nih kak’’
Akhirnya Raya bertukar pendapat dengan kakaknya itu, dan ia merasa tak sia-sia kakaknya ikut sebab itu bisa mengurangi kesedihan yang ia rasakan. Beberapa dikala kemudian, masing-masing dari mereka telah selesai mencari materi yang bakalan mereka pakai buat artikel.
‘’jadwal hari ini selesai, kita semua uda mempunyai materi buat artikel kita, terus kapan kita bakalan nglanjutin kiprah ini?’’ tanya Faisal
‘’em, kapan ya enaknya”
‘’kalau lusa aja gimana, habis pulang sekolah?’’ undangan Siska
‘’setuju” ucap Faisal dan Raya bersamaan
‘’dan kita juga harus punya gambarnya juga kan?’’ tanya Faisal
‘’oh,iya, ya..ya uda lusa kita bareng-bareng cari gambarnya’’ ujar Raya
‘’oke,kita eksklusif minta sumbangan sama mbah google aja ya?’’ sambung Siska
‘’siipp deh” jawab Raya dan Faisal yang lagi-lagi bersamaan
Kemudian mereka pulang, sebab hari juga sudah semakin sore. Di perjalanan Raya dan Kak Radit berbincang-bincang.
‘’kak, makasih ya uda nemenin aku’’
‘’iya’’
‘’kalau nggak ada kakak, mungkin saya sudah...’’Raya tak melanjutkan kalimatnya dan tiba-tiba wajahnya murung
‘’sudah apa Ray?’’
‘’em, nggak apa-apa kok kak, lupain aja’’
Raya merenung dan terdiam, kak Radit sesekali memperhatikan adiknya itu.
Saat hingga di rumah, Raya eksklusif masuk ke dalam kamar dan tak menghiraukan kakaknya. Saat hingga di kamarnya, tiba-tiba handphone berdering dan dilihatnya, ternyata dari Siska.
‘’ya Sis, ada apa?’’
‘’kamu sudah hingga rumah Ray?’’
‘’sudah, kenapa?’’
‘’oh, nggak apa-apa kok, saya Cuma mau kasih tau kau aja kalau saya lagi seneng banget hari ini’’
‘’oh, ya kenapa emang?’’
‘’kamu tahu nggak, kini saya lagi dimana?’’
‘’emang dimana?’’ Raya semakin penasaran
‘’aku lagi di mall sama Faisal,Ray!’’
‘’sama Faisal?’’
‘’iya, saya seneng banget,tadi beliau nanya mau eksklusif pulang atau kemana dulu, ya saya buru-buru jawab dong, kalau saya mau ke mall dulu beli baju, terus beliau mau nganterin aku’’
‘’oh, saya juga ikut senang Sis’’
‘’em, uda dulu ya Ray, nggak lezat sama Faisal nih”
‘’iya’’
Tak terasa air mata Raya menetes, semakin jauh angannya dari Faisal, ia merasa kalau memang ia tak mungkin dan tak ada cita-cita untuk bersatu dengan Faisal. Handphone digenggamnya begitu erat dan ia bantingkan ke kawasan tidur,kedua tangannya mengusap wajah hingga rambutnya. Lalu ia melihat Diarynya, dan ia eksklusif meraih Diary tersebut.

Dear Diary....
Semakin pupus harapanku untuk bersama dengan Faisal, ia mungkin memang tak menyimpan perasaan yang sama dengan ku ini...
Ia sudah semakin dekat dengan Siska, dan mungkin mereka memang di takdirkan untuk bersama...
Sedangkan saya hanya di takdirkan untuk mencicipi yang namanya Patah Hati, hanya sakit yang kian bertambah yang bisa saya nikmati...
Dan mungkin memang ini takdir yang engkau gariskan buat saya Tuhan....

Keesokan harinya, dikala berangkat sekolah, sepeda yang Raya kendarai tiba-tiba bannya kempes. Padahal jarak yang ia tempuh masih cukup jauh, dikala ia lihat sekitarnya tak ada kawasan tambal ban, dan dikala ia mencari angkutan umum, tak satupun angkutan umum yang lewat menuju ke sekolahnya. Ia semakin bingung, badannya sudah di penuhi dengan keringat. tiba-tiba dari kejauhan terlihat sebuah kendaraan beroda empat hitam yang ia rasa ia mengenal kendaraan beroda empat itu, kemudian kendaraan beroda empat itu berhenti tepat di sebelahnya dan orang yang muncul dari balik pintu kendaraan beroda empat tersebut yakni Faisal.
‘’Raya, sepeda kau kenapa?’’
‘’em, ini Sal, bannya kempes’’
‘’ ya uda, kau ikut kendaraan beroda empat saya aja ya?’’
‘’nggak usah Sal, ngrepotin kamu”
‘’ya nggak lah Ray, saya nggak ngrasa direpotin malahan saya seneng bisa bantu kamu”
‘’iya, tapi..’’
‘’nggak usah pake tapi-tapian ini sudah siang, nanti kau malah telat’’
Setelah berfikir sejenak, hasilnya Raya mengambil keputusan untuk ikut kendaraan beroda empat Faisal.
‘’ya uda, saya mau, tapi bentar ya saya nitipin sepeda ku ini di warung itu ya’’

Raya menunjuk sebuah warung kecil yang tak jauh dari kawasan beliau berdiri. Setelah sepedanya di titipkan, Raya segera masuk ke dalam mobil. Lalu Faisal menyodorkan tissue untuk mengusap keringat Raya.
‘’kenapa kau nggak dianterin sopir atau nggak bareng sama kak Radit aja Ray, kan lebih enak’’
‘’em, iya sih tapi nggak tahu ya, kok saya lebih suka naik sepeda’’
‘’aneh ya, padahal kebanyakan cewek nggak suka kalau naik sepeda, apalagi panas-panasan kayak gini’’
‘’emang sih, tapi berdasarkan saya naik sepeda itu seru, dan juga dengan kita naik sepeda kita bisa mengurangi polusi udara, bener nggak?’’
‘’iya juga sih, nggak nyangka lho ada cewek secantik kau yang masih peduli dengan polusi, kebanyakan malah berfikir kalau naik sepeda kulit mereka akan terkena polusi, dan kulit mereka bisa hitam gara-gara terkena sinar matahari secara langsung’’
‘’em, kau bilang apa tadi? Aku cantik?’’
‘’iya, kenapa salah ya? Kamu memang anggun dan juga baik ‘’
Raya tersipu malu mendengar kebanggaan yang di lontarkan Faisal untuknya.
‘’kenapa Ray,kok diem?’’
‘’nggak apa-apa kok Sal, kalau boleh tahu saya sama Siska cantikan mana?’’
‘’kok kau nanyanya gitu, emang kenapa?’’
‘’nggak kok, Cuma tanya aja’’
‘’kalian sama-sama anggun dan baik, kalian berdua sama-sama cewek yang perfect’’
Raya kembali menunduk dan terdiam ‘’ di depanku pun Faisal tak bisa memilih, di antara saya dan Siska, dan ia pun tak bisa menyampaikan apa yang lebih dari saya dari pada Siska. Memang sungguh, tidak ada perasaan yang lebih, buat saya dari Faisal’’ fikir Raya.

Saat hingga di sekolah, ternyata Siska melihat Raya dan Faisal berangkat bersama’an, kemudian Siska menghampiri mereka yang gres saja turun dari mobil. Raya terkejut melihat kedatangan Siska, ia takut kalau Siska murka padanya.
‘’eh, Sis..siska ‘’ Raya gugup
‘’kalian kok bisa barengan? Dan mana sepeda kau Ray?’’
‘’oh, tadi itu sepeda saya bannya kempes dan tiba-tiba ada Faisal, jadi saya numpang mobilnya Faisal’’
‘’eh, sory ya saya ke kelas duluan “ Faisal memotong pembicaraan.
Lalu Faisal berlari menuju kelas, dan tinggallah Raya dan Siska yang beradu pandangan.
‘’Sis, kau nggak usah mikir aneh-aneh ya, saya tadi tuh Cuma kebetulan aja ketemu sama Faisal’’
Siska tiba-tiba tertawa, dan Raya bingung, apa yang lucu dan kenapa dengan Siska.
‘’kok kau malah ketawa sih Sis, bukannya kau murka sama aku?’’
‘’marah? Untuk apa saya murka sama kamu, dan kenapa saya harus marah?’’
‘’ya sebab saya tadi berangkat bareng sama Faisal”

Siska memegang pundak sahabatnya itu.
‘’kamu itu sahabat aku, mau kau berangkat bareng sama Faisal, itu bukan problem besar buat aku. Karena saya percaya kau nggak akan menikam saya dari belakang, dan saya tahu kalian itu Cuma teman’’
‘’jadi kau nggak murka sama aku?’’
‘’nggak sama sekali Ray’’
Raya tersenyum kecil.
‘’kamu ngapain tegang gitu sih Ray, santai aja dong’’
Siska kemudian menggandeng tangan Raya dan mengajak Raya masuk ke kelas. ‘’ Siska percaya kalau saya nggak mungkin menyimpan perasaan lebih pada Faisal, dan apa yang terjadi kelak jikalau ia tahu perasaan ku yang sesungguhnya pada Faisal?’’ batin Raya.
Pada dikala jam istirahat Raya duduk di dingklik depan kelas sambil mendengarkan musik dari handphone dengan memasang headset. Lalu Siska tiba dari kantin dengan membawa beberapa buah kuliner kecil dan minuman.
‘’nih Ray, sesuai pesenan kamu’’
‘’makasih ‘’
‘’Raya kau tahu nggak kemarin waktu di mall itu seru banget, ternyata Faisal itu asyik juga lho kalau dimintai pendapat wacana baju, nyambung banget ternyata tuh anak’’
‘’oh iya?’’
‘’iya, hem..jadi makin sayang saya sama dia’’
‘’terus, kau nggak jalan lagi sama dia?’’
‘’em, belum ada rencana sih, tapi do’ain aja ya semoga saya bisa jalan lagi sama dia’’

Tiba-tiba Faisal tiba menghampiri mereka.
‘’Siska, nanti pulang sekolah ada program nggak?’’
‘’nanti? Nggak ada kok,kenapa Sal?’’
‘’mau nggak nemenin saya beli kado buat mama aku?’’
‘’serius? Tentu saja saya mau, dengan senang hati Sal’’
Serasa air mata Raya ingin segera menetes, tapi dengan sekuat tenaga ia menahan semua itu, ia memaksakan diri untuk tersenyum walaupun bekerjsama hatinya telah menangis.
‘oh ya, Ray nanti kau saya anterin pulang dulu ya, jadi habis nganterin kau pulang, saya sama Siska eksklusif pergi buat nyari kado’’
‘’em, nggak usah Sal’’
‘’oh,atau kau ikut aja sekalian?’’ tawar Faisal
‘’iya Ray, kau ikut aja sekalian !!’’ bujuk Siska
‘’nggak perlu kok, nanti saya di jemput sama kak Radit, kalian berdua aja!’’
‘’beneran nggak mau ikut?’’ tanya Siska
‘’iya Sis’’

Saat pulang sekolah, Raya melihat kendaraan beroda empat kakaknya tlah terparkir di depan gerbang, sedangkan Siska dan Faisal berangkat buat nyari kado. Raya bergegas berlari menuju kendaraan beroda empat kakaknya.
‘’eh, kau kenapa Ray, kok muka kau aneh gitu?’’
‘’aku nggak apa-apa kak, aneh gimana? Biasa aja kok’’
‘’oh ya tadi itu kayaknya Faisal sama Siska ya?’’
‘’iya”
‘’mereka mau kemana, kok barengan gitu?’’
‘’mereka mau jalan”
Terlihat Raya begitu berat mengucap semua itu, dan kak Radit telah mencicipi apa yang bekerjsama Raya rasakan, adiknya sedang mencicipi sebuah sakit yang begitu menyiksanya.

Raya berbaring di kawasan tidurnya sambil memandangi jendela yang tertuju eksklusif pada taman di rumahnya. Lalu tangannya meraih Diarynya.

Dear Diary....
Sakit banget rasanya...
Dan entah hingga kapan, saya bisa menahan sakit ini...
Aku sungguh tak sanggup menghadapi ini semua...
Bantu saya tuk menghilangkan sakit ini...
Karena saya sungguh, sungguh tak sanggup lagi...

Raya sudah tak sanggup lagi, hingga hasilnya ia meneteskan air mata.
‘’kenapa harus menyerupai ini, kenapa Tuhan? Baru saya mencicipi yang namanya cinta, dan kenapa saya juga harus mencicipi sakit ini? Kenapa tuhan, kenapa? Ini semua nggak adil bagiku” teriak Raya, sambil mengusap wajah hingga rambutnya dan kemudian membuang semua barang yang ada didekatnya. Tiba-tiba terasa tubuhnya dipeluk dari belakang oleh seseorang yang ia kenal, kak Radit.
‘’Ray, damai Ray, kau harus tenang”
‘’kakak”
‘’kakak tahu apa yang sedang terjadi, abang tahu semua”
‘’dari mana abang tahu?’’
‘’ma’af kan kakak, dikala itu abang nggak sengaja baca Diary kamu’’
Raya melepaskan dirinya dari pelukan kak Radit, kemudian berbalik menghadap kak Radit.
‘’kakak lancang, abang nggak seharusnya baca Diary aku, ini tuh privacy saya kak, abang harus ngehargain itu dong,’’
‘’ma’afin abang Ray, kalau nggak kayak gitu, mungkin hingga kini abang nggak tahu apa yang telah terjadi diantara kamu, Siska dan Faisal.’’
Faisal memegang kedua tangan Raya, kemudian mengusap air mata Raya.
‘’ma’afin abang ya Ray, abang nggak ada maksud apa-apa, abang Cuma nggak mau kalau kau mencicipi sakit ini sendirian’’
Lalu kak Radit memeluk Raya lagi. Tangisan Raya semakin kuat, dan di peluknya dengan erat tubuh kakaknya itu.
‘’kakak, saya nggak mau kayak gini, ini nggak adil buat saya kak”
‘’jangan ngomong kayak gitu Ray, niscaya akan ada hikmahnya di balik semua ini’’
‘’apa, kak? Aku sakit, saya sakit sebab Cintaku sama Faisal, bila saya bisa memilih, saya akan menentukan saya tidak mempunyai perasaan sayang sama Faisal’’
‘’semua ini telah ada yang mengatur Ray, kita sebagia insan hanya bisa menjalaninya’’
Raya melepaskan pelukannya.
‘’dan kenapa harus saya kak, dan kenapa ini terjadi pada dikala saya gres saja mencicipi apa itu Cinta, saya gres tahu ini rasanya cinta kak”
‘’dan dengan ini kau juga tahu, apa yang dinamakan dengan sakit hati’’
‘’tapi saya nggak sanggup menghadapi ini semua kak, saya tak tahu hingga kapan saya harus menyembunyikan ini semua’’
‘’kamu harus sanggup, kau nggak boleh nyerah gitu aja, kau telah hingga di tengah perjalanan Ray, kau niscaya bisa melewatinya, sebab abang tahu, kau itu berpengaruh kau itu hebat.’’
‘’kakak yakin?’’
‘’sangat Yakin, abang akan selalu di belakang kamu, abang akan menahan kau bila kau akan jatuh, percaya sama kakak, abang nggak akan pernah membiarkan kau terjatuh’’
‘’kakak’’
‘’masih ada abang Ray, abang ada buat kamu, kapan pun kau mau, abang selalu ada!’’
Kak Radit mengusap air mata Raya, dan ia memeluk erat tubuh Raya.
‘’kakak sayang banget sama kau Ray, abang nggak akan pernah ngebiarin kau mencicipi sakit ini sendiri, abang nggak mau kalau kau lemah dan nyerah dengan semua ini’’

Saat mau berangkat ke sekolah, ternyata kak Radit telah menunggu Raya di garasi.
‘’kakak belum berangkat?’’
‘’gimana mau berangkat, kau aja gres nongol’’
‘’lhoh, abang nungguin aku?’’
‘’iya lah Ray, mau nungguin siapa lagi kalau nggak kamu, ayo masuk’’
‘’masuk?’’
‘’iya, ayo cepat masuk mobil, mulai hari ini abang nggak akan ngebiarin kau pergi sendirian, jadi berangkat dan pulang sekolah bareng sama kakak’’
Kak Radit menarik tangan Raya, dan memaksanya masuk ke dalam mobil.
‘’kamu itu terlalu banyak mikir Ray, tinggal nurut omongan abang aja apa susahnya sih’’

Saat di sekolah, menyerupai biasa Raya dan Siska ngobrol di depan kelas. Lalu Faisal datang.
‘’Ray, sory ya semalam saya nggak bisa mencar ilmu ke rumah kamu, soalnya saya sama keluarga lagi dinner ngrayain ulang tahunnya mama aku’’
‘’em..’’ Raya Gugup
‘’eh, tunggu deh, apa kau bilang tadi sal? Belajar bareng?’’potong Siska
‘’iya Sis, mencar ilmu bareng, saya sama Raya kan hampir setiap malam mencar ilmu bareng di rumahnya Raya”
‘’sudah lama?’’
‘’ya, tidak mengecewakan usang kok’’
Siska melihat Raya yang sudah gugup.
‘’kamu kok nggak ngomong sih Ray, kalau selama ini kalian berdua mencar ilmu bareng?’’
‘’em..a..aku..’’
‘’apa Ray? Kamu tega ya nyembunyiin ini semua sama aku, apa sih maksud kau Ray?’’
‘’aku bisa jelasin ini semua Sis”
‘’nggak perlu ada penjelasan, saya nggak mau dengar apa pun dari kamu”
Siska kemudian berlari ke dalam kelas.
‘’Sis tunggu’’
Saat Raya mau mengejar Siska, Faisal menarik tangan Raya.
‘’sebenarnya kenapa sih Ray? Apa ada yang salah kalau kita mencar ilmu bareng?’’
‘’ya, nggak, tapi...’’
‘’tapi apa Ray? Aku nggak ngerti deh, kenapa sih sebenarnya, apa ada yang nggak saya ketahui dari kalian berdua?’’
Raya memandang wajah Faisal yang penuh dengan kebingungan, dan meneteslah air matanya. Lalu ia melepaskan tangannya dari genggaman tangan Faisal, tanpa mengucap sepatah katapun ia pergi ke kelas meninggalkan Faisal. Lalu Raya duduk di samping Siska.
‘’Sis, dengerin klarifikasi saya ya’’
‘’nggak ada yang perlu kau jelasin Ray, sebab percuma saya nggak akan mau dengerin semua klarifikasi kamu’’
Lalu Siska mengambil sebuah Flashdisk di tasnya, dan ia berikan kepada Raya.
‘’apa ini Sis?’’
‘’di sini ada beberapa gambar wacana kebudayaan yang buat artikel kita, untung aja semalem saya iseng-iseng nyari, jadi nanti saya nggak perlu ikut ngerjain’’
‘’tapi Sis, kau nggak bisa gini dong, kau harus ikut”
‘’untuk apa, untuk ngliat para penghianat? Iya?’’
Lalu Siska berdiri dan menjauh dari Raya, sedangkan Raya hanya bisa membisu dan menangis. Tak sanggup ia bayangkan semarah apakah Siska, bila Siska tahu bekerjsama ia juga menyayangi dan ingin mempunyai Faisal.

Saat pulang sekolah, Raya, kak Radit dan Faisal menuju ke Cafe Ceria. Saat sampi di Cafe mereka segera memesan makan, kak Radit memperhatikan sekitar.
‘’Lhoh, kok Cuma berdu’a, Siska mana?’’
‘’dia nggak ikut kak” jawab Faisal
‘’kenapa?’’
‘’dia murka sama kita, dan terutama sama aku” jawab Raya
‘’marah kenapa Ray?’’
‘’karena selama ini saya nggak ngasih tahu dia, kalau saya sama Faisal selalu mencar ilmu bareng’’
Lalu pesanan mereka pun datang.
‘’aku, permisi ke toilet dulu ya’’ kata Raya
Raya pergi ke toilet.
‘’Sal,’’
‘’iya kak”
‘’sedekat apa kau sama adikku dan juga Siska?’’
‘’ya, kita cukup deket kak, ya kayak kini ini, kerja kelompok pun kita bertiga’’
‘’apa yang kau rasakan?’’
‘’yang saya rasakan, saya seneng kak bisa kenal mereka berdua’’
‘’senang? Kalau kau di kasih pilihan, kau akan milih Raya atau Siska?’’
Faisal tekejut mendengar pertanyaan kak Radit yang sungguh aneh buatnya.
‘’maksud kak Radit apa?’’
‘’apa kurang terang pertanyaanku, Siska atau Raya?’’
‘’ak..akuu...’’
‘’jangan jadi pengecut Sal, kau anak cowok, menentukan dan mengambil keputusan itu sangat perlu’’
Raya kemudian tiba dan serentak memecah ketegangan di antara Faisal dan Kak Radit.
‘’kok pada tegang gitu sih?kenapa?’’
‘’nggak ada apa-apa kok Ray’’ jawab kak Radit
‘’ya uda Sal, ayo ngerjain, nanti keburu sore’’
Mereka segera mengerjakan tugasnya. Dan beberapa dikala kemudian mereka tlah selesai menyusun beberapa gambar yang akan mereka gunakan pada artikel mereka. Dan hasilnya mereka pulang.

Setelah selesai makan malam, Raya segera masuk kemar dan mengunci pintu kamarnya. Ia segera mengambil Diarynya yang ada di laci.

Dear Diary....

Apa yang harus saya perbuat, untuk menciptakan Siska nggak murka lagi sama aku...
Aku sungguh tak bisa melihat Siska menjauhi ku..
Dan saya tak siap bila beliau membenciku...
Tuhan...tolong..
Aku nggak mau kehilangan sahabat menyerupai Siska..

Setelah itu, Raya meraih handphone dan ia menelfon Siska.
‘’ada apa kau telfon aku?’’
‘’Sis, saya Cuma mau jelasin sama kau wacana semua ini’’
‘’sudahlah Ray, nggak perlu ada yang kau jelasin lagi’’
Belum sempat Raya menjawab, Siska sudah lebih dulu menutup telfonnya, dan dikala Raya mencoba menghubungi lagi, ternyata handphone Siska sudah tidak aktif.
Raya kemudian menghempaskan tubuhnya di kawasan tidur, dan memejamkan matanya mencoba menjernihkan kembali fikirannya, melepaskan beban yang begitu barat hari ini.

Keesokan harinya, dikala smpai dikelas, Raya segera mencari Siska,dan dikala ia sudah menemukan Siska, ia segera menghampirinya.
‘’Sis, saya mohon, ma’afin saya ya, saya nggak punya maksud apa-apa kok, saya Cuma...’’
‘’cuma apa? Berusaha buat deketin Faisal juga?’’
‘’eh, nggak Sis, nggak kok, saya Cuma ...Cuma berusaha cari tahu aja wacana Faisal, dan itu semua saya lakuin buat kamu’’
‘’ buat aku?’’
‘’iya Sis, jadi dengan saya sama Faisal mencar ilmu bareng kemudian kita dekat, beliau bisa lebih leluasa buat dongeng apa pun ke aku, termasuk wacana kamu”
‘’terus?’’
‘’dan ternyata beliau itu seneng bisa kenal kamu, dan beliau seneng bisa deket kamu”
‘’kamu nggak bohong kan?’’
‘’ng...nggak..nggak kok Sis,memang itu rencana aku, dan beliau juga bilang kalau kau itu baik dan cantik’’

Siska seraya memeluk tubuh Raya.
‘’Raya ma’afin saya ya, saya uda berprasangka buruk sama kamu, saya nggak tahu kalau kau nglakuin ini semua buat aku’’
‘iya Sis, nggak apa-apa kok, saya juga minta ma’af sebab saya nggak ngomong dulu sama kamu’’
‘’iya Ray, nggak apa-apa kok’’

Malam ini Faisal kembali tiba ke rumah Raya untuk mencar ilmu bareng, di sela-sela mencar ilmu mereka, mereka berbincang-bincang.
‘’oh ya Ray, gimana kau sama Siska, uda baikan?’’
‘’uda kok Sal’’
‘’Ray, kau belum jawab pertanyaanku kemarin kan?’’
‘’pertanyaan yang mana Sal?’’
‘’apa ada yang salah kalau kita mencar ilmu bareng?’’
‘’nggak ada yang salah”
‘’lha trus, kenapa Siska murka ?’’

Raya lagi-lagi gugup mendengar pertanyaan Faisal.
‘’Raya, kok kau diem sih?’’
‘’em..,’’
‘Ray, ?’’
Raya kemudian membolak-balikan bukunya, dilihatnya salah satu Soal Matematika yang belum bisa di jawab olehnya.
‘’eh, Sal soal ini gimana cara nyelesainnya? Aku nggak bisa nih’’ Raya menunujuk salah satu soal dengan bolpoinnya.
Dan hasilnya Faisal menuntaskan soal tersebut, Raya sedikit lega kerena Faisal sudah bisa di alihkan dari pertanyaan yang sangat membingungkan bagi Raya.

Di dikala kak Radit menjemput Raya, kak Radit melihat Faisal, dan seketika kak Radit menghampiri Faisal.
‘’Sendirian aja Sal?’’
‘’kak Radit, iya kak”
‘’nggak sama Siska?’’
‘’nggak nih kak, emang kenapa kak?’’
‘’nggak apa-apa kok,biasanya kan kalian berdua terus’’
‘’ya sih kak, tapi juga nggak sering-sering banget kok’’
Tiba-tiba Raya tiba dan menghampiri mereka.
‘’kak Radit’’ teriak Raya
‘’eh, kecil’’
‘’ngapain kak, kok disini?’’
‘’nggak kok, tadi abang ngliat Faisal, trus abang samperin aja buat temen ngobrol’’
‘’oh, ya uda ayo pulang kak, saya laper nih’’
‘’Sal, kita pulang dulu ya” kata kak Radit
‘’iya kak, Ray hingga ketemu nanti malem ya’’
Raya dan kak Radit hanya tersenyum pada Faisal. Kemudian Raya dan kak Radit masuk ke dalam mobil.
‘’Ray, kita makan di luar aja ya’’
‘’emang kenapa kak?’’
‘’nggak kok, pengen aja’’
‘’ya uda kak, ayo lah’’
Beberapa dikala kemudian Raya dan kak Faisal hingga di Cafe, kemudian mereka memesan makanan.
‘’kamu nggak ada problem kan hari ini di sekolah Ray?’’
‘’nggak ada kak, semuanya baik-baik saja kok’’
‘’kakak seneng kalau kau seneng Ray’’
Lalu pesanan mereka pun datang.
‘’ye...makanan datang, waktunya makan’’ kata Raya riang
‘’seneng banget ngliat makanan’’
‘’ya dong kak, saya kan laper banget’’
‘’makan banyak kok tetap aja kau kecil ya Ray’’ kak Radit tersenyum
‘’kakak ini, mentang-mentang abang tinggi trus ngejekin aku’’
‘’habis abang ini seneng banget kalau ngliat kau manyun kayak gitu’’
‘’huh, kakak’’
Sambil makan, mereka saling bercanda dan bersenda gurau. Setelah makan mereka pulang, dikala di kendaraan beroda empat ternyata Raya ketiduran. Dan dikala hingga di rumah Raya belum juga bangun, hasilnya kak Radit menggendong adiknya itu. Saat hingga di kamar Raya, dibaringkannya Raya di kawasan tidur. Lalu di usapnya rambut Raya.
‘’kakak akan selalu berusaha menciptakan kau tersenyum Ray’’
Di ciumnya kening adiknya tersebut, kemudian ia meninggalkan adiknya dan membiarkan adiknya istirahat.


Saat jam istirahat, Raya, Siska dan Faisal meluangkan waktu untuk membahas kiprah mereka.
‘’tugas kita sebentar lagi selesai nih”kata Siska
‘’iya nih’’ jawab Raya
‘’oh ya, kita besok jalan bareng gimana?’’ tanya Faisal
‘’aku mau Sal’’ jawab Siska
‘’Ray, kau ikut kan?’’ tanya Faisal
‘’em...aku..’’
‘’pokoknya kau harus ikut Ray’’bujuk Siska
‘’gimana ya..aku..’’
‘’ayo lah Ray, kapan sih kau mau ikut kita jalan?’’ kata Faisal
‘’iya nih, pokoknya kau ikut, nggak boleh nggak’’
‘’oke,oke..aku ikut kok’’
Beberapa dikala kemudian bel sudah terdengar, dan mereka segera masuk ke kelas.


Malam tiba, terdengar ada yang mengetuk pintu rumah Raya, Raya segera membuka pintu tersebut, sebab ia tahu bahwa yang tiba yakni Faisal. Saat membuka pintu, Raya terkejut dikala melihat benda yang dipegang Faisal di tangan kanannya.
‘’malam Ray’’
‘’malam Sal, ayo masuk’’
Lalu mereka masuk dan duduk berhadapan.
‘’ini Ray, bunga buat kamu’’
‘’buat saya Sal?’’
‘’iya, buat kamu”
‘’makasih ya Sal, bagus banget bunganya’’
Raya merasa sangat senang dikala mendapatkan bunga tersebut, ia tak menyangka kalau Faisal memberinya bunga yang begitu indah.
‘’kamu suka Ray?’’
‘’suka banget’’
‘’apa semua cewek suka bunga?’’
‘’hampir semua cewek suka Sal’’
‘’kalau saya nyatain cinta ke cewek dengan bunga gimana?’’
‘’itu so sweet banget Sal’’
‘’kamu suka kalau ada perjaka yang nyatain cinta pake’ bunga?’’
‘’suka banget Sal’’
‘’serius suka banget?’’
‘’iya Sal, emang kenapa Sal?’’
‘’aku mau nyatain cinta saya Ray’’
‘’cinta? Sama siapa?’’ Raya terkejut
‘’seseorang’’
‘’siapa Sal?’’ tegas Raya
‘’kamu nanti akan tahu sendiri’’
‘’apa saya kenal dia?’’
Faisal menatap dalam-dalam mata Raya
‘’kamu mengenal dia, lebih dari siapapun’’

Raya merasa nafasnya begitu sesak, tubuhnya begitu lemas mendengar semua ucapan Faisal. Raya merasa kalau ia tak sanggup lagi berada di depan Faisal, air matanya telah siap untuk menetes.
‘’Sal, tampaknya malam ini kita nggak bisa belajar, tiba-tiba saya nggak lezat badan’’
Raya kemudian pergi meninggalkan Faisal.
‘’Raya, tunggu Raya’’
‘’kau apakan adik ku?’’ kata kak Radit yang tiba-tiba tlah berada di samping Faisal
‘’aku nggak tahu kak, beliau bilang kalau beliau nggak lezat badan’’
‘’apa maksud kau ngasih bunga itu?’’
‘’aku Cuma nanya aja, apa beliau suka bila saya kasih bunga’’
‘’cuma itu?’’
‘’ya, saya bilang ke beliau kalau saya akan menyampaikan cinta pada seseorang, dan Raya mengenalnya lebih dari siapapun’’
‘’kamu ngomong gitu sama dia?’’
‘’iya kak’’
‘’sebaiknya kau pergi kini juga’’
‘’tapi kak’’
‘’aku bilang pergi, cepat kau pergi’’ teriak kak Radit
Akhirnya Faisal pergi dengan penuh kebingungan, ia sangat tak mengerti dengan semua yang terjadi, apa yang terjadi dengan Raya dan juga kak Radit. Bahkan semua ucapan kak Radit selama ini menyerupai menjadi teka-teki baginya, yang hingga kini belum terpecahkan.


Raya membuang bunga dari Faisal, tangisannya tak terbendung lagi.


Dear Diary...

Aku kira bunga ini memang tulus buatku...
Ku kira bunga ini sebagai membuktikan kasihmu untukku...
Tapi apa yang kau beri padaku...
Bunga itu hanya mediator kesakitan yang ku rasa...
Memang benar, cintaku bertepuk sebelah tangan....
Cinta yang ku rasakan, ternyata tak kau rasakan...
Cintamu bukan untuk aku...
Dan ternyata cintamu untuk dia.. 

Kak Radit kemudian masuk ke kamar Raya, dan duduk di sebelah Raya, Raya menyandarkan kepalanya di pundak kak Radit.
‘’menangislah kalau memang kau ingin menangis Ray’’
‘’kak, saya nggak sanggup lagi’’
‘’kamu harus kuat, adik abang nggak boleh lemah’’
‘’tapi saya sudah nggak punya kekuatan kak’’
‘’kamu harus tetap berpengaruh Ray’’
‘’kak, saya capek, capek banget’’
‘’kamu tenangin diri aja dulu ya’’
‘’iya kak, saya mau tidur ya kak, biar saya tenang’’

Faisal membaringkan tubuh adiknya di kawasan tidur, di usapnya rambut Raya dengan penuh kasih sayang.
‘’kamu istirahat ya sayang’’
‘’iya kak, Raya mau tidur, Raya pengen ngilangin semua problem ini’’
‘’iya Ray, tidur yang nyenyak ya’’
Kak Radit kemudian berdiri dan beranjak pergi, tapi belum sempat kakinya melangkah, Raya memegang tangan kak Radit.
‘’Raya sayang kakak, Raya sayang mama dan papa kak’’
‘’kakak juga sayang kau Ray, begitupun mama dan papa,kita semua sayang kau Ray’’

Kak Radit mencium dengan penuh kasih sayang kening Raya, dan entah mengapa air mata nya menetes.
‘’kak, temenin Raya dulu ya hingga Raya tidur dengan nyenyak’’
‘’iya Ray, abang temenin’’

Saat berada di sekolah, terlihat Raya selalu murung, beliau hanya terdiam dan tak sedikitpun senyum yang terlihat. Tiba-tiba Siska tiba menghampiri Raya.
‘’Ray, kau kenapa, kok murung gitu?’’
‘’nggak kok Sis, saya nggak apa-apa’’
‘’kamu sakit ya?’’
‘’aku baik-baik saja kok Sis’’
‘’kalau kau ada problem dongeng dong Ray, kita kan sahabatan, masak kau nggak mau cerita’’
‘’aku nggak ada problem Sis’’
‘’Ray, saya tahu kamu, saya kenal kamu, kau niscaya ada problem kan?’’
‘’Sis, beneran saya nggak ada masalah’’
‘’kalau gitu kau senyum dong Ray’’
Raya menmperhatikan wajah Siska, senyum Raya mulai nampak sedikit demi sedikit.
‘’ gitu dong, ini gres sahabatku’’

Raya memeluk tubuh Siska dengan begitu erat.
‘’Sis, apapun yang terjadi kita tetap sahabat kan?’’
‘’apapun yang terjadi kita tetap sahabat Ray’’
‘’Ray, ma’afin saya ya kalau saya punya salah sama kamu’’
‘’iya Sis, kayak lebaran aja kau ini’’

Raya melepaskan pelukannya.
‘’aku capek Sis, bener-bener capek, saya Cuma insan biasa yang penuh dengan dosa. Dan saya nggak mau kalau kesalahan dan dosaku sama kau menciptakan saya nggak tenang’’
‘’kamu ngomong apa’an sih, kayak mau mati aja kamu’’
‘’nanti jangan lupa ya’’ Faisal yang tiba-tiba tiba dan memotong pembicaraan mereka
‘’oke Sal, kita nggak bakalan lupa kok’’ jawab Siska
‘’nanti ada yang mau saya jemput nggak?’’ tawar Faisal
‘’boleh deh Sal’’ jawab Siska dengan penuh semangat
‘’aku berangkat sendirian aja, kita nanti eksklusif ketemu di cafe’’
‘’ ya uda, yang penting kau harus tiba ya Ray’’
‘’iya, saya dateng kok’’


Raya bersolek di depan cermin,ia rapikan rambutnya hitam dan indh itu. Ia merasa ingin segera bertemu dengan Faisal. Ia mulai beranjak pergi, kak Radit tengah duduk santai di depan rumah, dikala ia melihat Raya, ia terkejut.
‘’Raya, kau mau kemana? Cantik banget’’
‘’aku mau jalan sama Siska dan Faisal kak’’
‘’kakak anterin ya’’
‘’nggak usah kak, saya mau sendiri aja’’
‘’tapi Ray, abang nggak mau kenapa-napa Ray’’
‘’Raya akan baik-baik saja kak, percaya ya sama Raya’’
Raya kemudian segera berlari meninggalkan kakaknya, dan mencari taxi.
Setelah hingga di Cafe, Raya segera mencari Faisal dan Siska, dikala Raya telah menemukan keberadaan Siska dan Faisal ia segera menghampiri mereka, tapi dadanya begitu sesak dikala melihat Faisal memperlihatkan bunga kepada Siska, Raya menitihkan air mata dan ia tak sanggup lagi melihat mereka berdua, Raya berbalik dan berlari pergi, tangisannya tak terbendung, hatinya begitu sakit, ia merasa kalau ia tak kan pernah sanggup melihat kenyataan bahwa Faisal benar-benar menyatakan cinta kepada Siska. Raya terus berlari hingga ke jalanan, dikala ia akan menyeberang jalan tiba-tiba ada sebuah kendaraan beroda empat yang melaju kencang menabrak Raya, hingga Raya tak sadarkan diri.

Tiba-tiba foto Raya di rumah jatuh tepat didekat kak Radit yang sedang duduk santai di ruang keluarga, perasaannya mulai tak menentu, tiba-tiba ia kepikiran dengan Raya. Lalu handphonenya berdering.
‘’halo’’
‘’ma’af apakah saya sedang berbicara dengan saudara Radit?’’
‘’iya, saya sendiri’’
‘’apakah anda mengenal saudari Raya?’’
‘’Raya itu adik saya, kenapa ya?’’
‘’sekarang ini saudari Raya sedang berada di rumah sakit sebab kecelakaan’’
‘’apa? Ya uda di rumah sakit mana?’’
‘’Rumah Sakit Medika’’
‘’baik, saya kesana sekarang’’

Kak Radit kemudian segera menghubungi orang tuanya, dan ia segera menuju ke rumah sakit. Saat ia hingga di rumah sakit, air matanya mulai menetes. Ada sebuah penyesalan dalam dirinya, jikalau ia tetap memaksa Raya supaya mau diantarnya, mungkin nggak akan menyerupai ini. Beberapa dikala kemudian dokter yang menangani Raya keluar.
‘’dok, gimana keadaan adik saya?’’
‘’kami sudah berusaha sekuat tenaga, tapi beliau telah kehilangan banyak darah,dan juga benturan di kepalanya sangat keras, berdo’a lah supaya terjadi sebuah keajaiban’’

Lalu dokter tersebut pergi meninggalkan kak Radit, ia masuk dan dikala melihat adiknya terbaring lemah perasaannya begitu hancur, diusapnya rambut Raya, digenggamnya dengan erat tangan adiknya itu. Lalu ia teringat Diary Raya.
‘’halo ma’’
‘’ia Radit, gimana keadaan adik kamu? Mama dan papa sudah dijalan’’
‘’mama sama papa kembali ke rumah dulu’’
‘’ngapain Dit?’’
‘’ambil Diary di kamar Raya, cepat ma, itu penting buat Raya’’
‘’iya, iya mama akan ambil’’

Tak berapa usang kemudian mama dan papanya datang, mereka serentak memeluk tubuh Raya, tangisan tak terbendung lagi.
‘’Radit, apa yang dokter tadi katakan?’’ tanya mama
‘’dokter bilang, kalau Raya tadi kehilangan banyak darah kemudian benturan di kepalanya juga sangat keras dan...’’
‘’dan apa Dit?’’
‘’dokter bilang, semoga ada keajaiban untuk Raya’’

Tangisan makin tak terbendung lagi, dikala kata-kata itu keluat dari lisan Radit.
‘’ini semua memang salah aku, andaikan saya mengantarkan Raya, kejadiannya nggak mungkin menyerupai ini’’
‘’Radit, kau nggak boleh nyalahin diri kau kayak gini, ini semua memang sudah di takdirkan, kita berdo’a saja semoga Raya di berikan kesembuhan dan keselamatan’’ ucap papa yang mencoba menenangkan Radit.


Sedangkan di cafe, Faisal dan Siska resah menunggu kedatangan Raya, mereka belum mengetahui kalau Raya kecelakaan.
‘’Raya kemana ya, kok nggak datang-datang’’ Ucap Faisal
‘’iya nih, tumben banget beliau telat selama ini’’
‘’coba kau telfon deh Sis’’

Lalu Siska berulang-ulang kali mencoba menghubungi Raya, tapi selalu tidak bisa.
‘’nggak bisa dihubungin Sal’’
‘’Raya kemana sih, dan kenapa perasaanku nggak lezat gini ya’’
‘’kamu damai dulu ya Sal’’
‘’kamu tahu kan, saya deg-degan banget, soalnya saya mau bilang cinta sama Raya, tapi hingga kini beliau belum tiba juga’’
‘’jadi dari dulu emang kau uda suka ya sama Raya?’’
‘’iya Sis, saya uda dari dulu suka sama Raya’’
‘’semoga kau dan Raya bisa cepat jadian ya’’
‘’makasih Sis, tapi kenapa kok muka kau duka gitu?’’
‘’Sal, bekerjsama selama ini aku....’’
‘’kenapa?’’
‘’aku juga suka sama kau Sal’’
‘’kamu suka sama saya Sis?’’
‘’iya Sal, dan selama ini saya meminta sumbangan Raya supaya mendekatkan saya sama kamu’’
‘’jadi, apakah selama ini Raya nggak pernah gabung sama kita, supaya kita bisa berdu’a dan kita bisa semakin dekat?’’
‘’em, mungkin memang itu potongan dari rencana Raya’’
‘’dan apakah kau murka sama Raya dikala saya sama beliau mencar ilmu bareng itu gara-gara kau cemburu dan mengira kalau Raya akan menghianati kamu?’’
‘’iya Sal, itu semua memang benar’’
‘’aku nggak pernah membayangkan kalau saya akan berada di posisi ini ‘’
‘’aku juga Sal, padahal saya kira kau juga suka sama aku’’
‘’ma’afin saya Sis, kalau selama ini kau menganggap kalau saya memberi harapan, bekerjsama selama ini saya mendekati kau supaya saya sanggup informasi wacana Raya, kalian berdu’a kan sahabatan, dan kemungkinan besar kalian mempunyai kesamaan, jadi saya mencari semua itu dari kamu, sebab saya nggak punya nyali bila berhadapan eksklusif dengan Raya, sekali lagi saya minta ma’af sama kamu’’
‘’iya Sal , nggak apa-apa kok, saya akan relakan kau untuk Raya, saya nggak akan marah’’
‘’makasih ya Sis, dan makasih juga sebab tadi kau uda mau bantu aku, dan ngajarin saya gimana caranya nyatain cinta’’
‘’sama-sama Sal, saya akan senang kalau kau dan Raya juga bahagia’’
Siska merasa kalau memang yang terbaik yakni melepas Raya sahabat baiknya untuk seseorang yang ia sayang. Dan ia berharap kalau nantinya Raya akan mendapatkan cinta Faisal.


Lama menunggu dengan penuh kekhawatiran yang disertai do’a, tiba-tiba terjadi sedikit keajaiban, bertahap Raya menggerakkan jemari tangannya kemudian Raya mulai membuka matanya.
‘’mama, papa, Raya sudah sadar, Raya siuman’’ teriak kak Radit dengan penuh kebahagiaan
‘’kak Radit, mama, papa’’ ucap Raya dengan lemah
‘’iya sayang kita di sini’’ jawab mama
‘’kita senang kau sudah sadar nak’’ kata papa
‘’Raya baik-baik saja ma, pa’’
‘’kita semua senang kalau kau baik-baik saja’’ ucap mama
‘’kalian nggak usah nangis dong, Raya nggak mau kalau kalian nangis’’
‘’kita nggak nangis Ray, mama Cuma sangat senang sebab kau sudah siuman’’
‘’janji ya sama Raya, kalau nggak akan ada yang pernah nangisin Raya, Raya nggak suka kalau kalian nangisin Raya’’
‘’kita kesepakatan Ray’’
‘’makash ya kak, mama, papa, Raya sayang kalian semua’’
‘’kita juga sayang Raya’’ucap mama, papa, kak Radit

Beberapa dikala kemudian mama dan papa Raya meninggalkan Raya dan kak Radit,mereka pulang untuk mengambil beberapa pakaian Raya dan kak Radit.
‘’Raya, abang tahu apa yang sedang kau fikirkan sekarang’’
‘’apa kak?’’
Kak Radit mengambil suatu benda yang ia letakkan di meja.
‘’ini dia’’
‘’Diary ku, abang tahu aja kalau saya sedang menginginkan Diary ini’’
‘’iya dong, abang gitu lho’’
‘’ya uda kak, saya bakalan nulis semua kejadian hari ini’’


Dear Diary....

Kini ku berada di ujung kepedihan...
Orang yang selama ini ku cintai telah menyatakan cintanya buat sahabatku sendiri....
Sakit memang, tapi ini memang harus ku terima...
Dan saya hanya bisa berdo’a supaya mereka selalu bahagia...
Diary....
Entah kenapa saya sudah merasa lelah dengan semua drama kehidupan ini...
Aku lelah memainkan kiprah ini...
Dan saya merasa kalau saya butuh beristirahat...
Aku merasa sudah tak berhasil menjalankan kiprah ini...
Aku senang dengan apa yang ku sanggup selama ini...
Semuanya sudah cukup untukku...
Tuhan....
Aku ingin meminta...
Tolong jaga semua orang yang ku sayang...
Beri kan mereka senyum...
Karene saya nggak akan pernah rela bila mereka mencicipi sakit...
Untuk mama dan papa...
Kalian yakni orang renta terhebat dan paling sempurna...
Kak Radit...
Terimakasih ya, abang selalu menjadi perisai buatku...
Kakak selalu buatku tersenyum dan bahagia...
Siska...
Kau yakni sahabat terbaikku, saya begitu beruntung mempunyai sahabat menyerupai kamu...
Faisal..
Terima kasih, kau telah fatwa saya yang namanya cinta..
Meski saya nggak bisa milikin kamu, tapi saya senang bisa mengasihi kamu...
Terima kasih tuhan..
Kau telah kirimkan mereka semua untukku...


‘’kak, ini tadi lembar terakhir dari Diary aku’’
‘’ya uda, nanti abang belikan yang gres yang banyak’’
‘’nggak perlu kak’’
‘’kok nggak perlu’’
‘’aku sudah nggak akan menulis Diary lagi’’
‘’kenapa Ray, bukannya itu hoby kau ya?’’
‘’iya kak, memang Cuma Diary yang bisa menampung semua hal yang berkesan buatku’’
‘’lalu kenapa kau nggak mau nulis lagi?’’
‘’karena saya sudah lelah kak’’
‘’ya uda, kini kau ngomong sama kakak, apa yang terjadi tadi, hingga kau kayak gini?’’
‘’tadi saya liat Faisal memperlihatkan bunga untuk Siska, dan itu brarti Faisal nyatain cintanya buat Siska kan kak, kemudian saya pergi dan ada kendaraan beroda empat yang nabrak aku, ini semua salahku sebab saya nggak hati-hati kak’’
‘’ya uda, kau nggak usah fikirin Faisal dan Siska lagi ya,pasti akan ada pesan yang tersirat di balik semua ini Ray’’
‘’iya kak, oh ya kak, tolong simpan Diary saya ya, saya merasa kondusif kalau Diary ini bersama kakak’’
‘’kenapa kau nggak simpan ini sendiri?’’
‘’aku nggak mungkin menyimpannya, jadi abang aja ya’’
‘’tapi Ray..’’
‘’Raya mohon ya kak’’
Raya memegang erat tangan kak Radit. Kak Radit tersenyum dan menganggukan kepalanya.

Tiba-tiba handphone kak Radit berdering di lihatnya dari Siska.
‘’bentar ya Ray, abang keluar angkat telfon dulu, kau disini sendiri nggak apa-apa kan?’’
‘’iya kak, nggak apa-apa kok’’

Kak Radit keluar dan mengangkat telfonnya.
‘’halo’’
‘’halo kak, kak, Raya dimana ya kok dari tadi jam 3 sore hingga kini jam 10 malam kok nggak datang- tiba ke Cafe kawasan kita janjian, terus handphone juga nggak bisa dihubungin’’
‘’kamu kini ada dimana Sis?’’
‘’aku masih di Cafe dari tadi jam 3, Faisal nggak mau saya ajak pulang, beliau tetap mau nunggu Raya’’
‘’sampai kapan kalian disana dan nunggu Raya?’’ tanya kak Radit dengan nada keras
‘’emang Raya kemana kak?’’
‘’Raya kini terbaring lemah di rumah sakit, menanti datangnya sebuah keajaiban yang akan menyelamatkan nyawanya’’
‘’maksud abang apa?’’
‘’tadi Raya kecelakaan’’
‘’apa? Raya...sekarang di rumah sakit mana kak?’’
‘’rumah sakit medika’’

Kak radit kemudian menutup telfonnya, tiba-tiba dokter tiba menghampirinya.
‘’saya akan memriksa keadaan saudari Raya’’
‘’iya dok, silahkan’’

Beberapa dikala kemudian dokter tersebut keluar.
‘’gimana keadaan Raya dok?’’
‘’teruslah berdo’a untuknya’’
‘’kondisinya sudah membaik kan dok, buktinya beliau sudah siuman’’
‘’iya, tapi...’’
‘’tapi apa dok?’’
‘’benturan yang keras pada kepalanya, mengakibatkan luka yang begitu parah, walaupun tadi sudah di laksakan operasi, itu belum bisa menjamin 100% keselamatannya, sebab kita tahu sendiri beliau kehilangan banyak darah’’
‘’tapi masih ada kemungkinan adik saya sehat total kan dok?’’
‘’berdo’a lah, semoga Allah memperlihatkan kesehatan pada Raya’’
Air mata kak Radit mulai mengalir, dan dokter tersebut pergi. Dan ternyata Faisal serta Siska, telah berada disana dan mendengar semua ucapan dokter.
‘’kak Radit’’ ucap Siska

Tak berbeda dengan kak Radit, Siska dan Faisalpun telah menitihkan air mata. Kak Radit melihat ke arah mereka berdua, di hampirinya Fasial, dan dengan sekuat tenaga tangan kak Radit memukul pipi sebelah kiri Faisal.
‘’ini semua gara-gara kamu’’ teriak kak Radit sambil menunjuk Faisal
‘’kak, ma’afin aku,,aku ...’’
‘’minta ma’af? Apa dengan ma’af kau bisa menciptakan adikku sehat total? Iya?’’
‘’jika kesehatan ku dan Raya bisa di tukar, saya akan melakukannya kak, saya juga nggak rela kalau Raya harus terbaring lemah menyerupai itu’’
‘’Raya sudah dongeng semua, tadi Raya ngliat kau nyatain cinta pada Siska, kemudian beliau pergi dan ia mengalami kecelakaan ini’’
‘’jadi, Raya ngliat semua itu?’’
‘’iya, puas kau sudah bikin adikku sakit?’’
‘’aku bisa jelasin semuanya kak’’
‘’apa yang kau jelaskan?lihat Diary yang ditanganku ini, lihat!! Semuanya ada disini, kini kalian baca baik-baik!!’’

Kak Radit memperlihatkan Diary itu pada Faisal dan Siska, kemudian mereka membaca Diary itu, air mata mereka semakin deras mengalir.
‘’ kenapa Raya nggak pernah bilang kalau beliau juga suka sama Faisal’’ kata Siska
‘’dia nggak bilang, sebab ia lebih mementingkan perasaan kau Sis, beliau nggak mau ngliat sahabatnya duka dan terluka, hingga hasilnya beliau selalu menutupi perasaannya’’ jawab kak Radit
‘’ini semua salahku, Raya ma’afin aku’’
‘’kak, bekerjsama tadi saya Cuma latihan nyatain cinta, yang saya cintai yakni Raya, dari awal saya cintanya sama Raya kak, saya usang menunggu hari ini, abang lihat bunga yang saya bawa ini, ini bunga yang saya siapkan Istimewa untuk Raya, sebab saya cinta sama Raya’’ ucap Faisal
‘’kak, izinkan kami bertemu Raya’’ pinta Siska
‘’baiklah ayo masuk’’
Akhirnya mereka masuk.
‘’Raya’’ panggil Siska

Siska memeluk tubuh sahabatnya itu dengan penuh isak tangis.
‘’Siska, saya senang kau ada di sini, tapi saya nggak suka ngliat kau nangis, kau nggak boleh nangis Sis, kau harus bahagia’’
‘’bagaimana saya bisa bahagia, kalau saya ngliat sahabatku terbaring lemah di sini dan itu semua gara-gara aku’’
‘’ini bukan gara-gara kau Sis’’
‘’Raya, saya bisa jelasin semuanya, tadi itu sebenaryna Faisal mau bilang cinta sama kau bukan sama aku, tadi faisal Cuma latihan, supaya nggak gugup depan kamu’’
‘’iya Ray, benar apa kata Siska, saya mau bilang kalau saya cinta kamu, saya mau kau jadi potongan dalam hidupku Ray’’
‘’Faisal kamu...tapi Siska’’
‘’aku nggak apa-apa, saya lebih senang kalau kau jadian sama Faisal, saya nrimo Ray, saya nggak marah, dan saya nggak sakit hati sama kamu’’
‘’Faisal, saya juga cinta kamu’’ rintih Raya

Faisal kemudian memperlihatkan bunga itu pada Raya.
‘’kamu cepat sembuh ya sayang, nanti kita bisa mencar ilmu bareng lagi dan kita bisa berburu novel bersama-sama’’ ucap Faisal dengan airmata yang berlinang dan di genggamnya dengan erat tangan Raya
‘’sayang? Panggilan yang indah itu keluar dari lisan kamu’’
‘’iya sayang,sekarang saya sudah tahu apa maksud dari semua ucapan kak Radit sama aku, dan ini jawabannya, yaitu kamu.. saya menentukan kau Ray sebagai cintaku, sebagai perhiasan hidupku, kau harus tahu kalau kau itu yakni kenyataan yang paling indah, dan saya percaya bahwa dewa memang mengirimkan kau malaikat kecil yang selalu memberi warna pada tiap hariku’’
‘’dan saya juga percaya kalau kau yakni final terindahku’’ ucap Raya lirih

Faisal menciup kening Raya dengan penuh kaih sayang.
‘’kak Radit’’ panggil Raya
‘’iya Raya’’
‘’kakak kok nangis sih? Kakak kan uda kesepakatan nggak bakalan nangis’’
‘’iya Ray, kini abang uda nggak nangis kok’’ kak Radit menghapus air mta yang mengalir di pipinya
‘’Siska, kau juga nggak boleh nangis, saya nggak mau kalau kau nangis’’

Siska menganggukan kepala dan mengusap air matanya.
‘’Sayang, kau juga jangan nangis, kau harus senyum’’
Raya mengusap air mata Faisal.

Kak Radit memegang tangan kiri Raya, sedangkan Faisal memegang erat ajun Raya, Siska berdiri tepat disamping kak Radit.
‘’kak Radit, terimakasih ya kak, selama ini abang selalu menciptakan Raya tersenyum, dan sampaikan terima kasih ku sama mama dan papa, kalau saya besar hati mempunyai orang renta menyerupai mereka, Siska makasih ya, kau yakni sahabat terbaikku, dan Faisal Sayang, terimakasih ya, kau telah memberiku cinta yang begitu indah dan tulus’’
‘’ Raya kau kok ngomong gitu sih..’’ucap Siska
‘’aku sayang dan cinta sama kalian semua’’ rintih Raya

Perlahan-lahan nafas Raya mulai habis dan ia menutup matanya.
‘’Raya, berdiri Raya’’teriak kak Radit
‘’Raya kau kenapa?’’
‘’Raya sayang kau kenapa? Bangun’’

Orang renta Raya datang, dan mereka terkejut melihat keadaan Raya yang sudah tak sadarkan diri, mamanya Raya pingsan seketika.
‘’Raya, jangan tinggalin aku, saya cinta sama kau Raya, saya butuh kamu, kau itu hidup saya Raya, ayo bangun’’ teriak Faisal sambil mengusap rambut Raya
‘’Raya, bangun,ini abang Ray, bangun’’
‘’Raya....’’teriak Siska
Mereka semua memeluk tubuh Raya untuk yang terakhir kalinya, tangisan tak terbendung lagi. Raya kini telah pergi, pergi untuk selamanya, meninggalkan semua orang yang di sayanginya. Raya meninggalkan sejuta kenangan yang tak bisa di lupakan dengan mudah. Hubungan yang begitu sangat singkat dengan Faisal memperlihatkan kebahagian tersendiri untuk Raya, sebab di final hidupnya seseorang yang selama ini ia cintai telah menjadi mliknya, meski hanya sesaat. Dan ini merupakan kepergian terindah untuk Raya,di final hidupnya ia di dampingi oleh orang-orang yang ia cinta dan ia sayang.

THE END
Kringg........kringg.......kring...kring.......!!!!!!
Suara alarm yang membangunkan Raya, seoarang gadis cukup umur berkulit putih dengan rambut bergelombang sebahu yang hitam dan lembut dari mimpi indahnya, jari-jari mungilnya mengusap kedua matanya,matanya terasa masih lengket dan rasanya masih belum siap untuk melihat dunia. Dia harus rela membebaskan diri dari rasa ngantuknya, ia harus segera pergi ke sekolah. Setelah mengenakan seragam, ia berdiri di depan cermin, melihat tubuhnya yang masih tetap mungil. ‘’kenapa saya belum setinggi kakak’’ fikirnya. Ia memang kalah tinggi dengan kakaknya, kak Radit. Tinggi Raya memang hanya sebahu kak Radit, dan maka dari itu kakaknya sering memanggil Raya dengan sebutan’’kecil’’. Setelah ia selesai siap-siap, ia menuju ruang makan, dan telah ia lihatnya mama dan papanya, serta abang laki-lakinya Radit.
‘’ pagi kecil ” sapa kak Radit
‘’ pagi juga abang buruk “
Raya kemudian duduk disamping kakaknya itu, kemudian mengambil roti beserta selai coklat kesukaannya.
‘’mau berangkat bareng abang nggak?’’
‘’nggak ,aku mau naik sepeda aja “
‘’ dasar kecil, padahal kampus abang kan searah, tetep aja mau naik sepeda “
Raya tertawa sambil mengunyah roti yang ada dalam mulutnya, sedangkan kedua orang renta mereka hanya nyengar-nyengir melihat kedua anaknya itu.
Sesaat sesudah sarapan, Raya segera berangkat ke sekolah. Saat hingga di sekolah ia terburu-buru masuk ke kelas sebab ini hari pertamanya masuk di kelas 2 SMA, ia tak mau telat sedikitpun dikala masuk sekolah. Karena terburu-buru sampai-sampai ia menabrak anak perjaka yang berjalan berlawanan arah dengannya.
‘’ aduh, ma’af ya, saya buru-buru “ ucap Raya
‘’ iya nggak ..” anak itu tak melanjutkan ucapannya dikala kedua matanya berhadapan eksklusif dengan wajah Raya.
Dan Rayapun merasa ada yang aneh dengan dirinya, matanya juga kagum dikala melihat anak perjaka tersebut. Jantungnya berdetak begitu hebat. Tak usang kemudian Raya tersadar dari lamunannya.
‘’ kau nggak apa-apakan?’’ tanya Raya
‘’ iya nggak apa-apa kok “ balas perjaka itu sambil memperlihatkan senyum yang begitu manis
‘’ saya ke kelas dulu ya “
‘’iya”

Raya kemudian berlari kembali ke kelas, dikala dikelas ia sudah melihat Siska sahabatnya yang telah menantinya.
‘’lama banget sih kamu, dari mana aja sih?’’ tanya Siska
‘’ Aku dari...’’ Raya masih belum ingin memberi tahukan kapada Siska wacana kejadian yang gres saja ia alami
‘’dari mana ?’’
‘’em, tadi ke toilet dulu sis” Raya nyengir, supaya Siska nggak marah
Beberapa dikala kemudian, wali kelasnya masuk kelas. Bersamaan dengan wali kelasnya ia melihat perjaka yang tadi pagi bertabrakan dengannya. ‘’ Oh my god, jadi beliau satu kelas sama saya “ fikir Raya. Saat dikelas Raya selalu mencari kesempatan untuk melihat ataupun melirik perjaka itu, ia merasa senang bisa satu kelas dengan perjaka itu. Saat jam istirahat, Siska mengajak Raya ke kantin, tapi Raya mau meminjam buku di perpustakaan. Jadi, hasilnya Siska ke kantin sendirian dan Raya juga ke perpustakaan sendirian. Di perpustakaan Raya asyik memilih-milih buku edisi terbaru di perpusnya, terutama Novel. Tiba-tiba terdengar bunyi yang tampaknya berbicara dengannya.
‘’ suka baca Novel ya?’’
‘’eh,iya “ Raya menoleh
‘’kenalkan saya Faisal “ perjaka itu mengulurkan tangannya
‘’em, saya Raya “
Raya semakin merasa aneh dengan dirinya, dikala ia memegang eksklusif tangan Faisal.
‘’ nggak nyangka ya, kita satu kelas”
‘’iya, sal “ raya tersenyum simpul
Raya merasa hari pertamanya di kelas 11 ini begitu indah, dan begitu banyak hal yang tak terduga yaitu kenal dengan Faisal.

Saat dirumah ia eksklusif masuk kekamar, dan segara membuka laci kemudian mengambil sebuah buku yang begitu sangat berharga bagi Raya, buku Diary .

‘’ dear diary....
Hari ini hari pertamaku masuk di kelas 11, dan saya menemukan hal gres disini, saya bertemu dengan seseorang yang bikin saya salting, dan dikala saya menatap dia, berkenalan dengan dia, jantungku berdebar begitu hebat. Perasaan apa ini ?? saya tak mengerti, Sungguh saya tak mengerti.
‘’ FAISAL  “

Beberapa hari kemudian dikala jam istirahat, Raya makan di kantin bersama Siska. Dan Faisal tiba menyapa mereka berdua dengan memperlihatkan senyum yang begitu indah.
‘’oh Faisal, manis banget senyumnya “ ucap Siska
‘’iya “
‘’eh, Ray, saya mau curhat nih “
‘’curhat apa?’’
‘’sebenarnya aku.....”
‘’Kamu kenapa sis?’’
‘’aku suka sama Faisal!!’’
Raya tersedak, dikala mendengar ucapan Siska itu.
‘’ Kamu nggak apa-apa Ray?’’
‘’aku nggak apa-apa sis !!’’
‘’ kau mau nggak bantuin saya supaya dekat sama Faisal?’’
Nafas Raya terasa sesak, ia tak bisa berkata-kata,tapi ia mencoba mengumpulkan tenaga untuk menjawab pertanyaan Raya yang sungguh menciptakan hatinya remuk.
‘’ iya, aku...aku mau kok sis”
Siska tersenyum bahagia, mendengar persetujuan dari sahabatnya itu. Raya terdiam, ia masih tak mengerti kenapa ia merasa hancur dikala Siska bilang kalau ia menyukai Faisal. Seperti ada hantaman kerikil yang sangat keras di dadanya, yang menciptakan ia susah untuk bernafas.
Saat berada di rumah, tak ada keinginan lain, selain mencurahkan semua yang terjadi hari ini pada Diarynya.

Dear diary....
Kenapa hatiku terasa begitu sakit, dikala Siska menyampaikan kalau ia menyukainya. Apa yang bekerjsama terjadi padaku? Bukankah seharusnya saya bahagia, karna Siska sahabatku sedang bahagia. Tapi kenapa saya merasa sangat sakit !! tuhan, apa yang terjadi bekerjsama pada saya ini !! 

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Raya.
‘’ adik kecil, abang boleh masuk nggak?’’
‘’ boleh kak, masuk aja’’
‘’ di kamar aja sih, keluar yuk !!’’
‘’ nggak kak, males saya “
‘’ kau nulis apa nih ‘’
‘’ idih, abang kepo banget sih, mau tau aja urusan saya !!’’
‘’ abang kan Cuma pengen tau aja, abang liat kau hobby banget nulis-nulis kayak gini “
‘’ ini Diary kak, tiap kejadian yang berkesan niscaya saya tulis disini “
‘’ abang boleh baca?’’
‘’ ih, ya nggak dong, ini tuh privacyku, abang buruk “
‘’ iya,iya adik kecil, ya uda ayo nonton tv sama abang !!’’
Akhirnya sesudah dibujuk, Raya mau keluar dari kamarnya.

Keesokan harinya, dikala pelajaran seni rupa,anak-anak di beri kiprah untuk menciptakan kliping gambar yang mempunyai unsur seni yang kemudian tiap-tiap gambar di berikan penjelasan. Raya sibuk memilah-milah gambar apa saja yang akan ia gunakan.
‘’ perlu sumbangan buat milih gambarnya?’’ kata Faisal
‘’ eh, kau Sal, kalau kau nggak keberatan bantu juga nggak apa-apa kok !” Raya menjawab, sambil memperlihatkan sedikit senyum
‘’ ini bagus nggak?’’ Faisal menyodorkan sebuah gambar lukisan abstrak
‘’ bagus juga nih, trus penjelasannya?’’
‘’ ini kan lukisan, berarti seni rupa 2 dimensi, media yang dipakai kanvas cat minyak...’’
‘’faisal, berdasarkan kau gambar ini yang bagus yang mana? Siska memotong pembicaraan faisal dengan Raya, sambil menyodorkan sebuah gambar batik dan guci.
‘’ bagus semua kok Sis’’
‘’ kalau gitu bantu saya menciptakan penjelasannya ya !!’’
‘’tapi, saya belum selesai membantu Raya”
‘’oh, nggak apa-apa kok Sal, saya kerjain sendiri aja, tadi kan juga uda kau bantu” sela Raya
‘’tapi, Ray “
‘’Raya aja nggak apa-apa kau bantu saya Sal, jadi maukan bantu aku?’’ tanya Siska, dengan wajah yang memelas
Raya kemudian meninggalkan mereka berdua, Raya rasanya nggak sanggup melihat Faisal dan Siska sedekat itu. Walaupun Siska itu sahabatnya sendiri, tapi tetap nggak rela bila ia harus melepaskan Faisal untuk Siska, berat banget rasanya.

Setelah klipingnya sudah jadi dan sudah dikumpulkan, Raya dan Siska pergi ke perpustakaan. Seperti biasa Raya mencari novel-novel terbaru yang belum pernah ia baca.
‘’ hoby banget sih kau baca novel Ray?’’ tanya Siska
‘’novel itu seru, asyik bisa menghilangkan stres, dan novel itu menjadi salah satu sumber ide pembuatan sebuah film, dan kebanyakan film-film yang di angkat dari novel itu bagus dan menggemparkan dunia perfilman’’
‘’ masak gitu? Kalau saya sih, makasih aja ya kalau disuruh baca novel, apalagi novel kan tebal banget, bisa-bisa habis baca novel saya ngabisin 5 botol obat tetes mata “
‘’ idih lebay banget kamu”
‘’hem, ngomong-ngomong dari tadi kau nyari novel apa sih, kok nggak dapet-dapet, nyampek kram nih kaki nungguin kamu”
‘’itu lho, saya nyari novel ‘Saga Breaking Dawn’, dari dulu nyampek kini tiap saya nyari niscaya nggak ada’’
‘’ kau sih telat !!’’
‘’ kayaknya uda tiap hari deh saya nyari, masak masih telat juga!’’
Siska hanya menganggkat bahunya.

Raya kemudian berjalan menuju ibu penjaga perpustakaan.
‘’bu, novel Saga Breaking Dawnnya di pinjam siapa?’’
‘’aduh, ibu lupa namanya, anak perjaka kelas 11. Tapi hari ini seharusnya beliau mengembalikan”
‘’ya uda, nanti kasih tau saya ya bu, kalau hari ini beliau mengembalikan”
Raya kemudian menghampiri Siska yang sedang asyik liat-liat majalahnya waktu kelas 10.
‘’tumben banget ya, anak perjaka suka sama novel”
‘’ siapa Ray?’’
‘’nggak tau tuh, Saga Breaking Dawnnya kini lagi di pinjem sama anak cowok”
Lalu Raya ikut-ikutan liat majalahnya kelas 10, mereka tertawa riang dikala melihat majalah itu,tanpa mereka sadari Faisal tlah berdiri di samping mereka.
‘’hay, katanya ada yang nyari Saga Breaking Dawn ya?’’
Raya dan Siska kaget mendengar bunyi itu, mereka lekas berpaling mencari arah datangnya bunyi itu, dan mereka melongo dikala melihat Faisal dan menyodorkan sebuah novel ‘Saga Breaking Dawn’.
‘’jadi, kau yang...??’’ ucap Raya dan Siska serentak sambil menunujuk ke arah Faisal
‘’ iya, saya yang pinjam novel ini, siapa di antara kalian yang mau pinjam?’’
‘’ yang pinjam ak...”
‘’yang pinjam saya Sal,” kata Siska memotong ucapan Raya

Raya kaget bukan main, dikala Siska mengaku kalau ia yang akan pinjam novel itu. Padahal gres saja ia menyampaikan kalau ia tidak suka baca novel.
‘’ya uda ini Sis” faisal meyerahkan novel itu kepada Siska
‘’iya, makasih ya Sal’’
‘’iya, kalau gitu saya pergi dulu ya”
Raya dan Siska hanya menganggukan kepalanya.
‘’nih Ray, novelnya”
‘’kok tadi kau bilang, kalau kau yang akan minjem?’’
‘’ya, nggak apa-apakan? Biar Faisal ngira aja kalau saya juga suka baca novel kayak dia!!’’
‘’oh, gitu ya’’
‘’kamu nggak suka ya Ray, saya ngomong kayak tadi?’’
‘’oh, nggak kok, saya suka-suka aja sis”
Setelah mendapatkan novel itu hasilnya mereka berdua kembali ke kelas.
Saat di kelas Siska berpura-pura membaca novel itu, padahal bekerjsama kepalanya sudah pusing sebab ngliat buku setebal itu.
‘’Raya, saya boleh minta tolong nggak sama kamu?’’ bisik Siska
‘’ minta tolong apa?’’
‘’comblangin saya sama Faisal dong, please” Siska memohon kepada Raya
‘’aku tuh nggak hebat nyomblangin Sis”
‘’ayo lah Ray, Cuma kau yang bisa saya andalkan, saya nggak mau kalau hingga Faisal dimiliki sama orang lain’’
Terasa nafasnya begitu sesak, dikala Raya mendengar ucapan Siska itu, secara tidak eksklusif Siska juga nggak bakalan rela kalau Faisal jadi milik Raya. Dia membisu terpaku, terasa darahnya tlah berhenti mengalir.
‘’ Ray, gimana maukan?’’ tanya Siska lagi
Mulutnya terasa kaku untuk bicara, tapi beliau mencoba mengumpulkan segenap tenaganya yang tersisa untuk menjawab pertanyaan Siska.
‘’i, iya..aku.. ma..mau Sis’’

Saat berada di rumah, ia tak henti-hentinya memandangi fotonya bersama Siska yang ia letakkan di meja kamarnya. Dan ia kemudian mengambil Diarynya yang ia letakkan di samping foto itu.

Dear Diary...
Semua ini begitu sulit tuk ku bayangkan, seorang sahabatku sendiri memintaku untuk mendekatkannya dengan seseorang yang telah buat hidupku berwarna. Apa kelak saya sanggup tuk menyaksikan mereka berdua bersatu?
Sungguh saya tak kan sanggup mendapatkan kenyataan pahit itu.

‘’ Faisal and Siska “

Setelah menulisnya ke Diary, Raya lekas menuju ke taman belakang rumahnya, di sana telah ia liat Radit kakaknya yang tengah asyik bertelfon dengan kekasihnya. Saat mengetahui kedatangan Raya, Radit segera mengakhiri telfonnya.
‘’kok udahan telfonnya kak?’’
‘’habis ada kau sih”
‘’emang kenapa kalau ada saya ?’’
‘’nanti kau ganggu”
Raya kemudian duduk disamping kakaknya itu.
‘’kurang kerjaan aja, ganggu orang pacaran”
Radit tertawa dan ia mencubit pipi adiknya itu.
‘’ adik buruk abang mungkin nggak ganggu, tapi nanti jadi kepengen, kan belum punya pacar!!’’
‘’idih, siapa juga yang pengen, nggak deh ya !!’’
‘’hem, kau nggak pengen ya punya pacar?’’
Raya hanya membisu dan tak bisa menjawab pertanyaan kakaknya itu.
‘’kamu nggak bosen apa, kayak gini terus? ‘’ tambah kak Radit
‘’enaknya punya pacar apa?’’
‘’hidup kita akan berwarna, bawaannya seneng mulu’,ada yang perhatiin,terus...apa lagi ya, ya pokoknya seru deh!!’’
Raya menatap mata kakaknya dalam-dalam.
‘’hidupku sudah berwarna kak, dengan kehadiran kakak, mama papa dan semua orang-orang terdekatku, dan saya sudah senang sebab mereka semua selalu membuatku tersenyum, dan mereka selalu beriku perhatian yang lebih, yang hasilnya bisa buatku tetap berdiri tagak disini’’
mata Raya mulai berkaca-kaca, seketika kak Radit memeluk erat tubuh Raya.
‘’kakak tak akan pernah biarkan kau terjatuh, bahkan terpeleset sedikitpun Ray, tegur abang bila abang sedikitpun tak memberi pegangan di dikala kau akan terjatuh’’
Air mata Raya jatuh tak tertahan lagi dalam pelukan kakaknya.

Bel tanda pelajaran ke dua selesaipun telah terdengar, siska bergegas pergi ke kantin, sedangkan Raya hanya membisu dan duduk di bangkunya. Dia lebih asyik melanjutkan membaca novelnya.
‘’suka juga ya baca novel itu?’’
Raya kaget nggak karuan dikala melihat Faisal sudah duduk di sampingnya.
‘’em,aku Cuma...”
‘’kamu sama Siska memang sahabat sejati ya, sama-sama penggemar novel”
Raya tersenyum, ‘’ dan kami pun sama-sama menyukai kau sal’’ batin Raya
‘’oh ya Ray, boleh nggak saya minta nomer hp kamu?’’
‘’buat apa?’’
‘’ya mungkin kalau suatu dikala saya ada perlu sama kamu, boleh ya please !!’’
‘’iya”
Raya menyobek sebuah kertas, dan ditulisnya nomer handphonenya di kertas itu, dan dengan segera ia berikan kertas itu kepada Faisal.
‘’terimakasih ya Ray”
‘’iya Sal sama-sama”
Kemudian mereka ngobrol dan bersenda gurau, terlihat begitu akrab. Hati Raya begitu bahagia, ia merasa begitu damai dan nyaman berada di sisi Faisal. Angannya melayang, andaikan Siska tidak mencicipi hal sama menyerupai yang ia rasakan, mungkin Raya bisa bebas dan tidak takut bila dekat dengan Faisal.

Setelah pulang sekolah Raya dan Siska mampir ke mall, Siska mau beli sepatu baru, dikala sedang menentukan sepatu tiba-tiba handphone Raya berdering dan di lihatnya ada nomer yang tak ia kenal menghubunginya, kemudian Raya mengangkat telfon tersebut dan agak menjauh dari Siska.
“ halo”
‘’ini Raya?’’
‘’iya”
‘’Ray, ini saya Faisal”
“oh kau Sal, ada apa?’’
‘’kamu lagi sibuk nggak?’’
‘’nggak kok”
‘’gini lho, nanti kau mau nggak mencar ilmu bareng aku?’’
‘’kamu serius mau mencar ilmu bareng aku?’’
‘’iya, kau mau kan?’’
‘’em..mau kok, tapi dimana?’’
‘’di rumah kau aja gimana?’’
‘’ya uda, nanti saya smsin alamatku”
‘’iya Ray, met ketemu nanti malam ya?’’
‘’iya Sal”
Setelah mendapatkan telfon dari Faisal, Raya begitu senang apalagi dikala Faisal bilang mau mencar ilmu bareng sama dia. Raya senyum-senyum sendiri sambil meluk-meluk handphonenya. Siska kaget ngliat tingkah Raya yang aneh.
‘’ kenapa kau Ray, kok senyum-senyum sendiri”
‘’em, nggak apa-apa kok”
‘’beneran?emang tadi telfon dari siapa?’’
‘’ dari.....’’ raya tak mau memberi tahu kalau Faisal mengajaknya belajar, sebab itu niscaya menciptakan Siska sedih
‘’dari siapa Ray?’’
‘’dari kak Radit Sis’’
Mereka kemudian memilih-milih kembali sepatu yang cocok untuk Siska, dalam hati Raya, Raya berharap malam cepat datang, sebab ia sudah tak sabar lagi untuk mencar ilmu bersama Faisal.

Terdengar ada bunyi yang mengetuk pintu rumah Raya, Raya segera membukakan pintunya dan sesosok perjaka yang sangat ia kagumi tepat berdiri di hadapannya.
‘’selamat malam Ray”
‘’malam Sal, ayo masuk”
Lalu mereka masuk dan mereka asyik menikmati kegiatan mencar ilmu mereka, dari kejauhan kak Radit mengamati adiknya yang terlihat begitu senang dikala bersama perjaka tersebut. Beberapa dikala kemudian Faisal pulang. Dan dengan segera kak Radit tiba menghampiri Raya yang sedang membereskan bukunya.
‘’siapa Ray perjaka itu??’’
‘’Faisal,temen saya kak?’’
Kak Radit kemudian duduk dihadapan adiknya itu.
‘’cuma teman?’’
‘’iya kak”
‘’tapi abang lihat ada yang berbeda di antara kalian berdua”
‘’nggak ada kak, biasa aja kok”
‘’kakak bisa tahu dari cara kau memandangi beliau Ray, cara kau berbicara dengan dia, mengisyaratkan sesuatu!’’
‘’apa kak?’’
‘’kamu suka kan sama perjaka tadi?’’
Raya terkejut mendengar ucapan kakaknya itu, Raya lekas berdiri dan berlari menuju kamar tanpa menjawab pertanyaan kakaknya. Terasa jantungnya mulai berdetak begitu kencang, ia memang harus mengakui bahwa ucapan kakaknya itu benar. Ia memang suka pada Faisal, ia memang menginginkan sesuatu yang lebih dari pada seorang teman. Raya kemudian meletakkan buku-bukunya di meja dan ia mengambil Diarynya di laci.

Dear diary....
Kita semakin dekat, beliau begitu menyenangkan, rasanya ingin selalu saya berada di dekatnya, tak mau lepas darinya. Tuhan, saya mencintainya, saya menyayanginya...
Tapi kenapa saya harus menutupi begitu keras perasaan ini..
Aku tak sanggup menghindari perasaan ini, apa yang harus ku perbuat?
Sungguh saya tak tahu !!!!
‘’ faisal”

Sekarang ini tiap hari Faisal dan Raya mencar ilmu bareng, dan itu tanpa di ketahui oleh Siska.
Suatu hari di sekolah dikala jam istirahat, Raya dan Siska sedang duduk di depan kelas. Tiba-tiba Faisal tiba menghampiri mereka.
‘’hai, boleh gabung nggak?’’
‘’boleh banget sal” ucap Siska dengan penuh semangat
Lalu siska berpindah kawasan duduk di samping Faisal.
‘’Sal, kau nggak ke kantin?’’tanya Siska
‘’nggak Sis, nggak ada temannya jadi males ke kantin deh’’
‘’aku temenin mau nggak?’’
‘’ya, boleh deh’’
‘’ya uda, ayo’’
Siska berdiri dan menggandeng tangan Faisal.
‘’Ray, ayo’’ajak Faisal
‘’em..kalian berdua aja, saya nggak ikut”
‘’ya uda, kalo gitu, kita berdua aja Sal” kata Siska
Siska eksklusif menggandeng erat-erat tangan Faisal dan segera ke kantin.
Hati Raya terasa hancur, melihat Faisal dan Siska begitu dekat, tapi ia tetap berusaha sabar dan ia telah berjanji untuk menyatukan mereka berdua, meski hati Raya semakin sakit.

Saat pulang sekolah, Siska eksklusif ikut ke rumah Raya dan mereka berbincang-bincang dikamar Raya,mereka berbaring di kawasan tidur.
‘’Ray, gimana dong nih,aku mau lebih deket sama Faisal!’’
‘’bukannya kini kalian uda deket?’’
‘’iya sih, tapi biar lebih lebih deket lagi gitu lho Ray”
Raya melihat ke jendela yang terarah eksklusif dengan taman di rumahnya.
‘’kalian jalan berdua aja !!’’ ucap Raya
‘’bagaimana caranya?’’
‘’biar saya yang mengatur semuanya Sis”
Siska tersenyum lebar kepada Raya, ia merasa beruntung mempunyai seorang sahabat menyerupai Raya yang selalu bisa membantunya.
Raya kemudian mengambil handphonenya dan mengirim pesan ke Faisal
‘’ nanti malam tak perlu mencar ilmu ke rumahku, kau eksklusif aja pergi ke Cafe Ceria jam 7 malam”

Raya kemudian mengajak berdiri Siska, dan memegang pundak Siska.
‘’ nanti malam pergilah kau ke Cafe Ceria ‘’
Siska segera meraih Tasnya yang ada di kawasan tidur, dan ia memeluk tubuh Raya.
‘’makasih ya Ray,aku nggak akan menyia-nyiakan kesempatan ini’’
Siska kemudian meninggalkan Raya, Raya mencicipi tubuhnya begitu lemas tak berdaya. Ia memang harus merelakan orang yang ia suka demi seorang sahabatnya.

Pukul 7 malam di Cafe Ceria, terlihat Siska yang memakai gaun berwarna merah dengan rambut panjangnya yang di gerai dan di biarkan berkibar dikala tertiup angin telah duduk sendiri sambil menunggu gelisah. Tak usang kemudian dari kejauhan di lihatnya sosok seorang anak perjaka yang tak asing baginya, dengan tubuh yang tinggi dan tegap, memakai celana jeans serta kemeja lengan panjang berwarna biru tua.
Siska melambaikan tangannya sambil memanggil Faisal. Faisal tiba menghampiri Siska, dan Faisal sangat terkejut melihat Siska.
‘’ Siska kau kok disini?’’
‘’iya Sal, saya disuruh Raya ke sini”
‘’ Raya nyuruh kau kesini? Raya juga nyuruh saya kesini’’
‘’kebetulan gini ya”
‘’iya, kemudian Raya kemana?’’
‘’aku juga nggak tahu Sal’’
‘’ ya uda, saya hubungin dulu ya”
‘’eh, nggak usah Sal, kalau beliau nggak datang, kita bisa berdua aja kan?’’
Mereka kemudian duduk dan memesan makanan, mereka berbincang-bincang dan bersenda gurau.
Siska mencicipi begitu senang bisa begitu dekat dengan Faisal, sesudah beberapa dikala bersenda gurau mereka bertukar nomer handphone.

Setelah hingga dirumah, faisal segera menghubungi Raya.
‘’ malam Ray’’
‘’iya Sal,ada apa?’’
‘’kamu kok tadi nggak tiba sih?’’
‘’em, saya tadi program sal’’
‘’oh, padahal saya harap tadi kau datang”
‘’lha gimana dinner kau sama Siska tadi,sukses kan?’’
‘’iya sukses kok’’
‘’oh, ya uda Sal saya mau tidur dulu ya, see u”
Belum sempat Faisal membalas ucapan Raya, Raya sudah menutup telfonnya terlebih dahulu. Faisal menghempaskan tubuhnya ke kawasan tidur dan ia segera memejamkan matanya, serasa hilang semua kejenuhan yang ia rasakan hari ini.

Ke esokan harinya,saat hingga di sekolah Raya melihat Siska dan Faisal telah berduaan di kantin,mereka terlihat begitu mesra. Raya kemudian mengurungkan niatnya untuk pergi ke kantin dan ia menentukan untuk menyendiri di dalam kelas.
Beberapa dikala kemudian Siska dan Faisal masuk ke kelas, Siska segera duduk dan memeluk tubuh Raya.
‘’Raya, saya seneng banget”
‘’kenapa Sis?’’
Siska melepaskan pelukannya
‘’tadi saya minta Faisal buat nganterin saya pulang dan ternyata beliau mau”
‘’oh, ya?’’
‘’iya saya seneng banget nih’’
‘’aku juga ikut senang sis’’

Saat hingga di rumah, kak Radit telah menunggu Raya di depan rumah.
‘’muka kau kenapa Ray,kok murung gitu?’’
‘’nggak kenapa-napa kok kak’’
‘’beneran?tapi kok....’’
‘’aku nggak apa-apa kak,mungkin Cuma capek aja’’
Raya segera masuk ke dalam rumah, tapi kak Radit segera menarik tangan Raya.
‘’ada problem sama Faisal Ray?’’
‘’apa’an sih abang ini”
‘’ayo lah Ray,jujur aja sama kakak’’
Raya membalikan badannya, dan bertatap muka eksklusif dengan kakaknya itu.
‘’Raya sudah jujur kak, dan nggak ada sangkut pautnya sama Faisal’’
Kak Radit melepaskan genggaman tangannya, dan Raya segera berlari ke kamarnya. Dan hanya satu benda yang ada dalam fikirannya,Diary segera ia raih dan segera ia membuka lembaran yang masih kosong.

Dear diary...
Aku memang nggak bisa melihat kalian bersama, tapi saya juga nggak bisa bila harus menciptakan kalian jauh..
Tuhan...
Beri saya kekuatan sebab mungkin saya akan selalu melihat mereka bersama...
Beri saya keikhlasan untuk melepas Faisal demi Siska...
Meski saya tahu ini begitu berat bagiku ....

Tak terasa air mata Raya menetes beriringan dengan tiap kalimat yang ia tulis dalam Diary, ia tak bisa berbohong kalau ia memang menyayangi Faisal, dan ia harus bisa merelakan jikalau Siska dan Faisal suatu dikala akan menjalin suatu hubungan.
Tak berapa usang terdengar bunyi mamanya yang memanggil Raya, Raya segera mencari arah dari mana munculnya bunyi itu.
Saat Raya menemui mamanya, tak sengaja kak Radit melewati kamar Raya dan ia menengok ke arah kamar itu yang dalam keadaan pintu terbuka, ada sebuah dorongan supaya ia segera menginjakan kakinya di kamar itu. Dan hasilnya ia masuk dan dilihatnya Diary Raya yang masih terbuka, di bacanya dengan penuh perasaan Diary itu. Sesaat sesudah membaca Diary itu, hatinya tersentuh, tak di sangkanya adik yang selama ini ia kenal manja, ternyata telah melaksanakan suatu pengorbanan yang begitu besar untuk sahabatnya. Karena tak ingin di ketahui oleh Raya, hasilnya ia segera keluar dari kamar adiknya itu.

Malam tiba, dan menyerupai biasa Faisal tiba ke rumah Raya untuk mencar ilmu bersama.
Dan yang membukakan pintu untuk Faisal kali ini yakni Radit, Faisal terkejut dengan sosok yang ada di balik pintu itu.
‘’malam kak’’
‘’iya malam, ayo masuk’’
Mereka masuk ke dalam rumah dan duduk berdampingan.
‘’kamu begitu dekat dengan adikku,apa yang kau mau dari dia?’’
‘’maksud abang apa? Kita memang dekat, beliau sahabat yang menyenangkan!’’
‘’teman?kau anggap beliau teman?’’
Faisal semakin terkejut dengan pertanyaan aneh yang di berikan oleh kak Radit, belum sempat ia menjawab pertanyaan itu, Raya sudah datang.
‘’kak Radit, sana pergi saya mau belajar”
‘’iya, kecil’’
Kak Radit berdiri dan mengusap rambut Raya. Faisal masih tetap terbayang-bayang dengan pertanyaan-pertanyaan kakaknya Raya yang sangat mengganggu fikirannya.
Setelah selesai belajar, mereka segera membereskan buku-bukunya.
‘’oh ya Sal, kau kini ini makin deket aja ya sama Siska ‘’
‘’em, iya sih, tiap hari ketemu masak nggak deket”
‘’menurut kau beliau itu gimana?’’
‘’dia anak yang baik, lucu, nyenengin dan asyik kok di ajak ngobrol’’
‘’gitu ya’’
Semakin hancur perasaan Raya mendengar semua ucapan yang keluar dari lisan Faisal.
Setelah Faisal pulang rasanya Raya ingin teriak, ingin nangis, tapi ia harus tetap menyembunyikan semua perasaan itu. Saat ia membalikan badannya, Raya terkejut sebab kakaknya tiba-tiba mendekap tubuhnya.
‘’ kenapa kak?’’
‘’menangislah kalau memang kau mau menangis Ray, abang di sini siap menghapus tiap air matamu’’
‘’aku nggak mengerti kak, ada apa ini sebenarnya’’
‘’meski kau nggak mau jujur sama kakak, abang tahu yang terjadi’’
Semakin erat pelukan kak Radit pada Raya, dan Raya hanya terdiam menikmati pelukan yang begitu hangat itu, dengan penuh tanda tanya yang berkeliaraan di fikirannya, wacana apa yang di ketahui oleh kak Radit sebenarnya.

Bel istirahat telah terdengar,Raya dan Siska pergi ke perpustakaan. Di perpustakaan Siska asyik melihat buku tahunan, sedangkan Raya yang terlihat agak jauh dari Siska hanya duduk dan terdiam saja. Ia merasa kali ini tak ada sedikitpun minatnya berburu novel terbaru di perpustakaan. Melihat Raya yang sedari tadi hanya diam, ibu penjaga perpustakaan tiba menghampiri Raya dan duduk tepat di hadapan Raya.
‘’ kenapa kau hanya membisu di sini, ada beberapa novel terbaru “
‘’ iya, kapan-kapan saja saya pinjam novel-novel itu”
‘’kapan-kapan? Ibu nggak salah dengar, bukannya kau selalu menjadi orang pertama yang membaca novel-novel tebaru di sini?’’
‘’ kini ini saya lagi nggak kepengen baca novel dulu’’
‘’ seberat itukah problem yang kau hadapi?’’
‘’ masalah?’’
‘’ iya, masalah. Benarkan kau kini sedang dilanda sebuah dilema? Dan itu merupakan problem yang serius bagi kau !’’
‘’ nggak kok bu, saya nggak ada problem apa-apa kok’’
‘’ bibir kau mungkin bisa berbohong, tapi tidak dengan mata kamu, ibu tahu apa yang sedang kau rasakan ‘’
‘’ dari mana ibu tahu wacana apa yang saya rasakan, saya saja nggak pernah dongeng dengan siapapun !’’
‘’ mungkin kau memang tidak bercerita dengan saya atau siapapun, tapi tanpa kau sangka mata kau telah berbicara. Perasaan kau nggak bisa kau sembunyikan dengan rapi’’

Raya merasa gugup mendengar semua ucapan dari ibu penjaga perpustakaan, ia segera berdiri dan menarik tangan Siska.
‘’ayo Sis, kita ke pergi’’
‘’eh, bentar dong pelan-pelan Ray’’
Raya semakin berpengaruh menarik dan menggenggam tangan Siska.
‘’aduh Ray, sakit nih lepasin dong dan jalannya pelan-pelan aja, lagian kan belum bel’’

Raya kemudian melepaskan tangan Siska, dan ia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
‘’kamu kenapa Ray?’’
‘’aku nggak apa-apa kok”
‘’kalau nggak ada apa-apa, kok kau aneh gini sih?’’
‘’aneh gimana Sis,aku biasa aja kok’’
‘’kamu terlihat gugup, dan nggak biasanya lho kau ngajak saya buru-buru pergi dari perpus’’
Raya menarik panjang nafasnya.
‘’ Sis, saya tuh nggak apa-apa, mungkin saya laper aja, makanya saya kelihatan kayak orang gugup dan saya mau ngajak kau ke kantin, nanti kalau keburu bel’’
Raya memperlihatkan sedikit senyuman polosnya,agar Siska percaya dan nggak curiga sama dia.
Dan hasilnya mereka pergi ke kantin. Beberapa dikala kemudian bel terdengar dan mereka segera masuk kelas. Dan dikala itu mereka mendapatkan pelajaran Sejarah.
‘’oh ya anak-anak, kali ini ibu akan berikan kiprah yang harus kalian kumpulkan ahad depan,tugas ini kalian kerjakan secara kelompok. Dan satu kelompok 3 orang ibu rasa itu cukup, kelompoknya kalian pilih sendiri, dan ingat satu kelompok harus ada yang pria dan ada yang wanita ‘’
‘’iya bu’’
‘’tugasnya masih wacana materi yang ibu jelaskan tadi, yaitu kebudayaan, jadi kalian harus menciptakan artikel wacana kebudayaan-kebudayaan tradisional yang masih tetap di lestarikan di indonesia. Minimal ada 6 artikel, dan ibu nggak mau kalau kalian Cuma copas aja, kalian harus bisa menyusun sendiri se kreatif mungkin, tapi kalian tetap boleh mencari sumber-sumber lain untuk memperkuat artikel tersebut. Kalian mengerti ?’’
‘’mengerti bu’’
‘’kalau begitu ibu tinggal dulu’’

Setelah pelajaran selesai para siswa sibuk berdiskusi wacana kiprah tersebut, begitupun Raya dan Siska.
‘’Sis, enaknya kelompok kita siapa aja nih, kita kurang satu anak dan harus anak perjaka lagi’’
‘’em, siapa ya enaknya’’
Mereka sama-sama berfikir dan melihat sekitar mereka, dan mata mereka tertuju pada arah yang sama, kemudian mereka tersenyum dan saling berhadapan.
‘’Faisal’’
Mereka bebarengan mengucap nama Faisal, kemudian mereka tertawa.
‘’aku coba tanya Faisal ya Ray, mungkin aja beliau mau’’
‘’iya Sis’’
Lalu Siska menghampiri Faisal.
‘’ Sal, uda dapet kelompok belum?’’
‘’belum nih Sis’’
‘’kebetulan banget kalau gitu, gabung sama saya dan Raya, mau nggak?’’

Faisal kemudian melihat ke arah Raya, terlihat Raya yang tersenyum manis kepadanya,
‘’oke Sis, dengan senang hati saya mau gabung dengan kalian’’
‘’beneran mau?’’
‘’iya’’
‘’ya uda makasih ya Sal’’
Siska menghampiri Raya dan kembali ke kawasan duduknya.
‘’Faisal mau Ray’’
‘’akhirnya lengkap juga kelompok kita’’
‘’iya Ray, dan saya seneng banget bisa satu kelompok sama Faisal’’
‘’aku juga seneng Sis’’
‘’kalau kayak gini kan saya bisa makin deket sama Faisal, dan mungkin ini membuktikan kalau saya sama Faisal jodoh, makanya kita di beri jalan buat selalu bersama. Iya nggak Ray?’’
Raya bertahap menghilangkan senyumnya, ia gres menyadari kalau beliau akan semakin sering melihat Faisal dan Siska bersama, dan itu akan menambah luka di hatinya.
‘’Ray, kok membisu aja nggak di jawab lagi pertanyaanku’’
Raya tersentak kaget mendengar Siska berbicara
‘’em, iya Sis, mungkin memang kalian jodoh’’
Siska seketika memeluk tubuh Raya.
‘’makasih Raya, saya senang banget, dan saya berjanji kau akan menjadi orang pertama yang tahu kalau nanti saya benar-benar jadian sama Faisal’’
‘’iya sis’’
Dengan bunyi yang melemah, dan penuh kehancuran ia menjawab semua ucapan Siska.
Tiba-tiba Faisal tiba menghampiri mereka.
‘’hay, kenapa kok pada pelukan kayak teletubies aja’’
‘’eh, kau Sal’’
‘’aku Cuma mau tanya, kapan kita ngerjain tugasnya?’’
‘’em, gimana kalau besok aja, besok kan hari minggu’’ ucap Raya
‘’iya saya sepakat banget” sambung Siska
‘’ ya uda, besok ya’’
‘’eh, tapi mana mungkin kita bisa ngerjain hanya dalam waktu sehari’’ ucap Siska
‘’iya juga sih, kalau gitu besok kita atur rencana lagi kapan mau nglanjutin, dan buat besok sebaiknya kita nyari materi dari beberapa sumber dulu, gimana?’’usul Raya
‘’ cemerlang, saya setuju’’ ucap Faisal dengan menyodorkan ibu jarinya
‘’ya uda saya juga setuju, dan kita ngumpul dimana?’’ tambah Siska
‘’ Cafe Ceria’’ ucap Raya dan Faisal bersamaan.
‘’iya, jadinya kita nggak terlalu stres, sambil ngerjain kiprah sambil have fun’’ ucap faisal
‘’oke, kita masing-masing besok bawa buku atau sumber yang lainnya yang bisa kita jadikan bahan’’ ujar Siska

Malam tiba, Raya sibuk ngacak-ngacak buku yang begitu banyak di almari khusus penyimpanan bukunya. Ia sedang sibuk mencari-cari buku untuk tugasnya. Kak radit yang lewat dan tak sengaja melihat Raya, kemudian masuk menghampiri Raya.
‘’eh, kecil ngapain kau acak-acak buku-buku itu? Kayak tikus aja kamu!’
‘’ih, abang ini, saya lagi nyari buku yang ada wacana kebudayaannya kak, soalnya saya sanggup kiprah nih’’
‘’ dasar kau ya, uda tahu ini tuh malam minggu, waktunya santai, have fun, jalan-jalan, eh malah masih mikirin tugas!’’
‘’iya sih kak, tapi besok mau saya kerjain sama Siska dan Faisal kak, jadi kini saya nyari bahannya dulu”
‘’ gitu aja repot kamu, beli aja di toko buku atau nggak tinggal tanya mbah google kan enak’’
‘’iya sih, tapi kayaknya tuh saya punya buku yang mengulas wacana kebudayaan indonesia, tapi dimana ya, kok dari tadi saya nyari nggak ketemu’’
‘’oh, buku itu’’
‘’iya kak, aduh dimana sih bukunya’’

Kak Radit kemudian memperhatikan seisi kamar adiknya itu.
‘’ bukunya bersampul coklat ya?’’
‘’kayaknya iya kak !’’
‘’sampulnya bercorak batik, terus ada gambar wayang dan orang nari ya?’’
‘’sepertinya juga gitu kak’’
`` ‘’bukunya tebal?’’
‘’iya kak’’
‘’judulnya, CULTURE IS OUR LIFE?
‘’Iya kak, bener banget, kok abang tahu?’’
‘’tuh,di meja samping kawasan tidur apa’an?
Raya berbalik dan melihat meja tersebut, kemudian ia berjalan menghampiri meja tersebut kemudian segera meraih buku itu dan Diary di samping buku tersebut terjatuh sebab tersenggol buku tersebut.
‘’oh, iya ini bukunya kak’’ Raya nyengir
‘’sampai kepalamu botak nyariin buku tersebut di almari juga nggak bakalan ketemu Ray’’
‘’iya kak makasih ya,aku gres inget kalau kemarin saya habis baca nih buku’’
Kak Radit menghampiri Raya dan mengusap rambut Raya.
‘’makanya jadi orang jangan pikun’’
‘’iya abang ku yang paling jelek, ya uda kak saya mau ambil minum dulu haus nih, abang mau nggak?’’
‘’iya, abang tunggu di ruang keluarga ya!’’
Lalu Raya keluar dari kamarnya, dan dikala kak Radit mau keluar kakinya menginjak sesuatu dan di lihatnya itu yakni Diary. Dan dengan penuh ingin tau ia melihat dan membaca tiap lembar Diary tersebut.

Setelah membaca Diary tersebut, ia semakin mengerti wacana apa yang terjadi pada adiknya itu, dan ia mengerti perasaan adiknya itu. Dalam hatinya sungguh tak rela kalau adiknya harus mencicipi sakit hati, ia merasa kalau ia harus berbuat sesuatu untuk adiknya. Tiba-tiba terdengar bunyi teriakan adiknya memanggil dirinya. Dan ia gres sadar kalau ia harus segera menuju ke ruang keluarga, dengan tergesa-gesa ia berlari ke ruang keluarga.
‘’kakak ini usang banget sih, uda saya bikinin minum nih, dari mana aja sih?’’
‘’em, tadi abang terima telfon dulu’’
‘’oh, dari pacar abang ya?’’
‘’ya iya lah, biasa ngajakin keluar, tapi abang males nih pengen di rumah aja nemenin adik kecil ini’’
Mereka bercanda dan bersenda gurau, kak Radit berusaha menciptakan adiknya tersenyum dan bahagia.

Keesokan harinya, Raya berkemas-kemas untuk pergi mengerjakan tugas. Saat hingga di depan rumah dilihatnya kak Radit yang sudah berdandan rapi bersandar di mobilnya.
‘’kakak mau kemana, rapi benget?’’
‘’ya mau nganterin kau lah Ray”
‘’mau nganterin saya kak?’’
‘’iya, ayo masuk nanti kau telat’’
‘’tapikan saya nggak minta abang buat nganterin aku’’
‘’walaupun kau nggak minta, abang akan tetap nganterin kamu’’
‘’tapi kak’’
‘’nggak usah tapi-tapi an, ayo masuk’’
Kak Radit menarik tangan Raya dan mengajaknya masuk ke mobil.
‘’oh ya, selain abang ini nganterin kamu, nanti abang juga bakalan nemenin hingga kau selesai ngerjain tugas’’
‘’apa?’’
Kak Radit hanya tersenyum melihat reaksi adiknya yang shock mendengar ucapannya itu.
Saat hingga di cafe, ternyata Siska dan Faisal uda lebih dulu datang, dan langkah Raya terhenti ia serasa ingin berbalik tubuh dikala melihat Siska dan Faisal bersenda gurau dan begitu akrab.
‘’Ray, kau kenapa, ayo jalan’’

Kak Radit menarik tangan Raya dan memaksanya untuk berjalan, ia tahu bahwa bekerjsama hati adiknya itu begitu sakit sebab melihat Siska dan Faisal begitu dekat.
‘’hay Siska, hay Faisal?’’ sapa kak Radit
‘’kak Radit, Raya ayo silakan duduk’’ ucap Siska
‘’ma’af ya Sis,kita telat, usang ya nunggunya? Tanya kak Radit
‘’nggak kok kak, kita gres aja hingga sini”
‘’kita?’’ tanya Raya penasaran
‘’iya, tadi kita berangkat bareng, Faisal jemput aku”
Raya kembali merenung dan terdiam, beliau masih bertanya-tanya, apakah beliau sanggup melihat semua ini? Dan suasanapun hening.
‘’oh iya, saya disini ikut gabung nggak problem kan? Sambil nungguin Raya?’’kak Radit memecah keheningan
‘’oh iya kak, nggak problem kak, kalau gini kan jadi tambah rame, iya kan sal?’’
‘’em, iya kak, bener kata Siska tadi’’
Lalu mereka segera mengeluarkan buku-buku mereka, mereka mulai membahas wacana tugasnya, tak jarang Siska da Faisal bertukar pendapat, sedangkan Raya hanya bisa sendiri dan tak berani bertanya kepada Siska ataupun Faisal. Melihat adiknya yang merenung melihat buku-buku yang tercecer di depannya, muncul perasaan ibanya kepada Raya. Lalu ia mendekati adiknya itu.
‘’ada yang bisa abang bantu Ray?’’
‘’eh, kakak, iya nih kak’’
Akhirnya Raya bertukar pendapat dengan kakaknya itu, dan ia merasa tak sia-sia kakaknya ikut sebab itu bisa mengurangi kesedihan yang ia rasakan. Beberapa dikala kemudian, masing-masing dari mereka telah selesai mencari materi yang bakalan mereka pakai buat artikel.
‘’jadwal hari ini selesai, kita semua uda mempunyai materi buat artikel kita, terus kapan kita bakalan nglanjutin kiprah ini?’’ tanya Faisal
‘’em, kapan ya enaknya”
‘’kalau lusa aja gimana, habis pulang sekolah?’’ undangan Siska
‘’setuju” ucap Faisal dan Raya bersamaan
‘’dan kita juga harus punya gambarnya juga kan?’’ tanya Faisal
‘’oh,iya, ya..ya uda lusa kita bareng-bareng cari gambarnya’’ ujar Raya
‘’oke,kita eksklusif minta sumbangan sama mbah google aja ya?’’ sambung Siska
‘’siipp deh” jawab Raya dan Faisal yang lagi-lagi bersamaan
Kemudian mereka pulang, sebab hari juga sudah semakin sore. Di perjalanan Raya dan Kak Radit berbincang-bincang.
‘’kak, makasih ya uda nemenin aku’’
‘’iya’’
‘’kalau nggak ada kakak, mungkin saya sudah...’’Raya tak melanjutkan kalimatnya dan tiba-tiba wajahnya murung
‘’sudah apa Ray?’’
‘’em, nggak apa-apa kok kak, lupain aja’’
Raya merenung dan terdiam, kak Radit sesekali memperhatikan adiknya itu.
Saat hingga di rumah, Raya eksklusif masuk ke dalam kamar dan tak menghiraukan kakaknya. Saat hingga di kamarnya, tiba-tiba handphone berdering dan dilihatnya, ternyata dari Siska.
‘’ya Sis, ada apa?’’
‘’kamu sudah hingga rumah Ray?’’
‘’sudah, kenapa?’’
‘’oh, nggak apa-apa kok, saya Cuma mau kasih tau kau aja kalau saya lagi seneng banget hari ini’’
‘’oh, ya kenapa emang?’’
‘’kamu tahu nggak, kini saya lagi dimana?’’
‘’emang dimana?’’ Raya semakin penasaran
‘’aku lagi di mall sama Faisal,Ray!’’
‘’sama Faisal?’’
‘’iya, saya seneng banget,tadi beliau nanya mau eksklusif pulang atau kemana dulu, ya saya buru-buru jawab dong, kalau saya mau ke mall dulu beli baju, terus beliau mau nganterin aku’’
‘’oh, saya juga ikut senang Sis’’
‘’em, uda dulu ya Ray, nggak lezat sama Faisal nih”
‘’iya’’
Tak terasa air mata Raya menetes, semakin jauh angannya dari Faisal, ia merasa kalau memang ia tak mungkin dan tak ada cita-cita untuk bersatu dengan Faisal. Handphone digenggamnya begitu erat dan ia bantingkan ke kawasan tidur,kedua tangannya mengusap wajah hingga rambutnya. Lalu ia melihat Diarynya, dan ia eksklusif meraih Diary tersebut.

Dear Diary....
Semakin pupus harapanku untuk bersama dengan Faisal, ia mungkin memang tak menyimpan perasaan yang sama dengan ku ini...
Ia sudah semakin dekat dengan Siska, dan mungkin mereka memang di takdirkan untuk bersama...
Sedangkan saya hanya di takdirkan untuk mencicipi yang namanya Patah Hati, hanya sakit yang kian bertambah yang bisa saya nikmati...
Dan mungkin memang ini takdir yang engkau gariskan buat saya Tuhan....

Keesokan harinya, dikala berangkat sekolah, sepeda yang Raya kendarai tiba-tiba bannya kempes. Padahal jarak yang ia tempuh masih cukup jauh, dikala ia lihat sekitarnya tak ada kawasan tambal ban, dan dikala ia mencari angkutan umum, tak satupun angkutan umum yang lewat menuju ke sekolahnya. Ia semakin bingung, badannya sudah di penuhi dengan keringat. tiba-tiba dari kejauhan terlihat sebuah kendaraan beroda empat hitam yang ia rasa ia mengenal kendaraan beroda empat itu, kemudian kendaraan beroda empat itu berhenti tepat di sebelahnya dan orang yang muncul dari balik pintu kendaraan beroda empat tersebut yakni Faisal.
‘’Raya, sepeda kau kenapa?’’
‘’em, ini Sal, bannya kempes’’
‘’ ya uda, kau ikut kendaraan beroda empat saya aja ya?’’
‘’nggak usah Sal, ngrepotin kamu”
‘’ya nggak lah Ray, saya nggak ngrasa direpotin malahan saya seneng bisa bantu kamu”
‘’iya, tapi..’’
‘’nggak usah pake tapi-tapian ini sudah siang, nanti kau malah telat’’
Setelah berfikir sejenak, hasilnya Raya mengambil keputusan untuk ikut kendaraan beroda empat Faisal.
‘’ya uda, saya mau, tapi bentar ya saya nitipin sepeda ku ini di warung itu ya’’

Raya menunjuk sebuah warung kecil yang tak jauh dari kawasan beliau berdiri. Setelah sepedanya di titipkan, Raya segera masuk ke dalam mobil. Lalu Faisal menyodorkan tissue untuk mengusap keringat Raya.
‘’kenapa kau nggak dianterin sopir atau nggak bareng sama kak Radit aja Ray, kan lebih enak’’
‘’em, iya sih tapi nggak tahu ya, kok saya lebih suka naik sepeda’’
‘’aneh ya, padahal kebanyakan cewek nggak suka kalau naik sepeda, apalagi panas-panasan kayak gini’’
‘’emang sih, tapi berdasarkan saya naik sepeda itu seru, dan juga dengan kita naik sepeda kita bisa mengurangi polusi udara, bener nggak?’’
‘’iya juga sih, nggak nyangka lho ada cewek secantik kau yang masih peduli dengan polusi, kebanyakan malah berfikir kalau naik sepeda kulit mereka akan terkena polusi, dan kulit mereka bisa hitam gara-gara terkena sinar matahari secara langsung’’
‘’em, kau bilang apa tadi? Aku cantik?’’
‘’iya, kenapa salah ya? Kamu memang anggun dan juga baik ‘’
Raya tersipu malu mendengar kebanggaan yang di lontarkan Faisal untuknya.
‘’kenapa Ray,kok diem?’’
‘’nggak apa-apa kok Sal, kalau boleh tahu saya sama Siska cantikan mana?’’
‘’kok kau nanyanya gitu, emang kenapa?’’
‘’nggak kok, Cuma tanya aja’’
‘’kalian sama-sama anggun dan baik, kalian berdua sama-sama cewek yang perfect’’
Raya kembali menunduk dan terdiam ‘’ di depanku pun Faisal tak bisa memilih, di antara saya dan Siska, dan ia pun tak bisa menyampaikan apa yang lebih dari saya dari pada Siska. Memang sungguh, tidak ada perasaan yang lebih, buat saya dari Faisal’’ fikir Raya.

Saat hingga di sekolah, ternyata Siska melihat Raya dan Faisal berangkat bersama’an, kemudian Siska menghampiri mereka yang gres saja turun dari mobil. Raya terkejut melihat kedatangan Siska, ia takut kalau Siska murka padanya.
‘’eh, Sis..siska ‘’ Raya gugup
‘’kalian kok bisa barengan? Dan mana sepeda kau Ray?’’
‘’oh, tadi itu sepeda saya bannya kempes dan tiba-tiba ada Faisal, jadi saya numpang mobilnya Faisal’’
‘’eh, sory ya saya ke kelas duluan “ Faisal memotong pembicaraan.
Lalu Faisal berlari menuju kelas, dan tinggallah Raya dan Siska yang beradu pandangan.
‘’Sis, kau nggak usah mikir aneh-aneh ya, saya tadi tuh Cuma kebetulan aja ketemu sama Faisal’’
Siska tiba-tiba tertawa, dan Raya bingung, apa yang lucu dan kenapa dengan Siska.
‘’kok kau malah ketawa sih Sis, bukannya kau murka sama aku?’’
‘’marah? Untuk apa saya murka sama kamu, dan kenapa saya harus marah?’’
‘’ya sebab saya tadi berangkat bareng sama Faisal”

Siska memegang pundak sahabatnya itu.
‘’kamu itu sahabat aku, mau kau berangkat bareng sama Faisal, itu bukan problem besar buat aku. Karena saya percaya kau nggak akan menikam saya dari belakang, dan saya tahu kalian itu Cuma teman’’
‘’jadi kau nggak murka sama aku?’’
‘’nggak sama sekali Ray’’
Raya tersenyum kecil.
‘’kamu ngapain tegang gitu sih Ray, santai aja dong’’
Siska kemudian menggandeng tangan Raya dan mengajak Raya masuk ke kelas. ‘’ Siska percaya kalau saya nggak mungkin menyimpan perasaan lebih pada Faisal, dan apa yang terjadi kelak jikalau ia tahu perasaan ku yang sesungguhnya pada Faisal?’’ batin Raya.
Pada dikala jam istirahat Raya duduk di dingklik depan kelas sambil mendengarkan musik dari handphone dengan memasang headset. Lalu Siska tiba dari kantin dengan membawa beberapa buah kuliner kecil dan minuman.
‘’nih Ray, sesuai pesenan kamu’’
‘’makasih ‘’
‘’Raya kau tahu nggak kemarin waktu di mall itu seru banget, ternyata Faisal itu asyik juga lho kalau dimintai pendapat wacana baju, nyambung banget ternyata tuh anak’’
‘’oh iya?’’
‘’iya, hem..jadi makin sayang saya sama dia’’
‘’terus, kau nggak jalan lagi sama dia?’’
‘’em, belum ada rencana sih, tapi do’ain aja ya semoga saya bisa jalan lagi sama dia’’

Tiba-tiba Faisal tiba menghampiri mereka.
‘’Siska, nanti pulang sekolah ada program nggak?’’
‘’nanti? Nggak ada kok,kenapa Sal?’’
‘’mau nggak nemenin saya beli kado buat mama aku?’’
‘’serius? Tentu saja saya mau, dengan senang hati Sal’’
Serasa air mata Raya ingin segera menetes, tapi dengan sekuat tenaga ia menahan semua itu, ia memaksakan diri untuk tersenyum walaupun bekerjsama hatinya telah menangis.
‘oh ya, Ray nanti kau saya anterin pulang dulu ya, jadi habis nganterin kau pulang, saya sama Siska eksklusif pergi buat nyari kado’’
‘’em, nggak usah Sal’’
‘’oh,atau kau ikut aja sekalian?’’ tawar Faisal
‘’iya Ray, kau ikut aja sekalian !!’’ bujuk Siska
‘’nggak perlu kok, nanti saya di jemput sama kak Radit, kalian berdua aja!’’
‘’beneran nggak mau ikut?’’ tanya Siska
‘’iya Sis’’

Saat pulang sekolah, Raya melihat kendaraan beroda empat kakaknya tlah terparkir di depan gerbang, sedangkan Siska dan Faisal berangkat buat nyari kado. Raya bergegas berlari menuju kendaraan beroda empat kakaknya.
‘’eh, kau kenapa Ray, kok muka kau aneh gitu?’’
‘’aku nggak apa-apa kak, aneh gimana? Biasa aja kok’’
‘’oh ya tadi itu kayaknya Faisal sama Siska ya?’’
‘’iya”
‘’mereka mau kemana, kok barengan gitu?’’
‘’mereka mau jalan”
Terlihat Raya begitu berat mengucap semua itu, dan kak Radit telah mencicipi apa yang bekerjsama Raya rasakan, adiknya sedang mencicipi sebuah sakit yang begitu menyiksanya.

Raya berbaring di kawasan tidurnya sambil memandangi jendela yang tertuju eksklusif pada taman di rumahnya. Lalu tangannya meraih Diarynya.

Dear Diary....
Sakit banget rasanya...
Dan entah hingga kapan, saya bisa menahan sakit ini...
Aku sungguh tak sanggup menghadapi ini semua...
Bantu saya tuk menghilangkan sakit ini...
Karena saya sungguh, sungguh tak sanggup lagi...

Raya sudah tak sanggup lagi, hingga hasilnya ia meneteskan air mata.
‘’kenapa harus menyerupai ini, kenapa Tuhan? Baru saya mencicipi yang namanya cinta, dan kenapa saya juga harus mencicipi sakit ini? Kenapa tuhan, kenapa? Ini semua nggak adil bagiku” teriak Raya, sambil mengusap wajah hingga rambutnya dan kemudian membuang semua barang yang ada didekatnya. Tiba-tiba terasa tubuhnya dipeluk dari belakang oleh seseorang yang ia kenal, kak Radit.
‘’Ray, damai Ray, kau harus tenang”
‘’kakak”
‘’kakak tahu apa yang sedang terjadi, abang tahu semua”
‘’dari mana abang tahu?’’
‘’ma’af kan kakak, dikala itu abang nggak sengaja baca Diary kamu’’
Raya melepaskan dirinya dari pelukan kak Radit, kemudian berbalik menghadap kak Radit.
‘’kakak lancang, abang nggak seharusnya baca Diary aku, ini tuh privacy saya kak, abang harus ngehargain itu dong,’’
‘’ma’afin abang Ray, kalau nggak kayak gitu, mungkin hingga kini abang nggak tahu apa yang telah terjadi diantara kamu, Siska dan Faisal.’’
Faisal memegang kedua tangan Raya, kemudian mengusap air mata Raya.
‘’ma’afin abang ya Ray, abang nggak ada maksud apa-apa, abang Cuma nggak mau kalau kau mencicipi sakit ini sendirian’’
Lalu kak Radit memeluk Raya lagi. Tangisan Raya semakin kuat, dan di peluknya dengan erat tubuh kakaknya itu.
‘’kakak, saya nggak mau kayak gini, ini nggak adil buat saya kak”
‘’jangan ngomong kayak gitu Ray, niscaya akan ada hikmahnya di balik semua ini’’
‘’apa, kak? Aku sakit, saya sakit sebab Cintaku sama Faisal, bila saya bisa memilih, saya akan menentukan saya tidak mempunyai perasaan sayang sama Faisal’’
‘’semua ini telah ada yang mengatur Ray, kita sebagia insan hanya bisa menjalaninya’’
Raya melepaskan pelukannya.
‘’dan kenapa harus saya kak, dan kenapa ini terjadi pada dikala saya gres saja mencicipi apa itu Cinta, saya gres tahu ini rasanya cinta kak”
‘’dan dengan ini kau juga tahu, apa yang dinamakan dengan sakit hati’’
‘’tapi saya nggak sanggup menghadapi ini semua kak, saya tak tahu hingga kapan saya harus menyembunyikan ini semua’’
‘’kamu harus sanggup, kau nggak boleh nyerah gitu aja, kau telah hingga di tengah perjalanan Ray, kau niscaya bisa melewatinya, sebab abang tahu, kau itu berpengaruh kau itu hebat.’’
‘’kakak yakin?’’
‘’sangat Yakin, abang akan selalu di belakang kamu, abang akan menahan kau bila kau akan jatuh, percaya sama kakak, abang nggak akan pernah membiarkan kau terjatuh’’
‘’kakak’’
‘’masih ada abang Ray, abang ada buat kamu, kapan pun kau mau, abang selalu ada!’’
Kak Radit mengusap air mata Raya, dan ia memeluk erat tubuh Raya.
‘’kakak sayang banget sama kau Ray, abang nggak akan pernah ngebiarin kau mencicipi sakit ini sendiri, abang nggak mau kalau kau lemah dan nyerah dengan semua ini’’

Saat mau berangkat ke sekolah, ternyata kak Radit telah menunggu Raya di garasi.
‘’kakak belum berangkat?’’
‘’gimana mau berangkat, kau aja gres nongol’’
‘’lhoh, abang nungguin aku?’’
‘’iya lah Ray, mau nungguin siapa lagi kalau nggak kamu, ayo masuk’’
‘’masuk?’’
‘’iya, ayo cepat masuk mobil, mulai hari ini abang nggak akan ngebiarin kau pergi sendirian, jadi berangkat dan pulang sekolah bareng sama kakak’’
Kak Radit menarik tangan Raya, dan memaksanya masuk ke dalam mobil.
‘’kamu itu terlalu banyak mikir Ray, tinggal nurut omongan abang aja apa susahnya sih’’

Saat di sekolah, menyerupai biasa Raya dan Siska ngobrol di depan kelas. Lalu Faisal datang.
‘’Ray, sory ya semalam saya nggak bisa mencar ilmu ke rumah kamu, soalnya saya sama keluarga lagi dinner ngrayain ulang tahunnya mama aku’’
‘’em..’’ Raya Gugup
‘’eh, tunggu deh, apa kau bilang tadi sal? Belajar bareng?’’potong Siska
‘’iya Sis, mencar ilmu bareng, saya sama Raya kan hampir setiap malam mencar ilmu bareng di rumahnya Raya”
‘’sudah lama?’’
‘’ya, tidak mengecewakan usang kok’’
Siska melihat Raya yang sudah gugup.
‘’kamu kok nggak ngomong sih Ray, kalau selama ini kalian berdua mencar ilmu bareng?’’
‘’em..a..aku..’’
‘’apa Ray? Kamu tega ya nyembunyiin ini semua sama aku, apa sih maksud kau Ray?’’
‘’aku bisa jelasin ini semua Sis”
‘’nggak perlu ada penjelasan, saya nggak mau dengar apa pun dari kamu”
Siska kemudian berlari ke dalam kelas.
‘’Sis tunggu’’
Saat Raya mau mengejar Siska, Faisal menarik tangan Raya.
‘’sebenarnya kenapa sih Ray? Apa ada yang salah kalau kita mencar ilmu bareng?’’
‘’ya, nggak, tapi...’’
‘’tapi apa Ray? Aku nggak ngerti deh, kenapa sih sebenarnya, apa ada yang nggak saya ketahui dari kalian berdua?’’
Raya memandang wajah Faisal yang penuh dengan kebingungan, dan meneteslah air matanya. Lalu ia melepaskan tangannya dari genggaman tangan Faisal, tanpa mengucap sepatah katapun ia pergi ke kelas meninggalkan Faisal. Lalu Raya duduk di samping Siska.
‘’Sis, dengerin klarifikasi saya ya’’
‘’nggak ada yang perlu kau jelasin Ray, sebab percuma saya nggak akan mau dengerin semua klarifikasi kamu’’
Lalu Siska mengambil sebuah Flashdisk di tasnya, dan ia berikan kepada Raya.
‘’apa ini Sis?’’
‘’di sini ada beberapa gambar wacana kebudayaan yang buat artikel kita, untung aja semalem saya iseng-iseng nyari, jadi nanti saya nggak perlu ikut ngerjain’’
‘’tapi Sis, kau nggak bisa gini dong, kau harus ikut”
‘’untuk apa, untuk ngliat para penghianat? Iya?’’
Lalu Siska berdiri dan menjauh dari Raya, sedangkan Raya hanya bisa membisu dan menangis. Tak sanggup ia bayangkan semarah apakah Siska, bila Siska tahu bekerjsama ia juga menyayangi dan ingin mempunyai Faisal.

Saat pulang sekolah, Raya, kak Radit dan Faisal menuju ke Cafe Ceria. Saat sampi di Cafe mereka segera memesan makan, kak Radit memperhatikan sekitar.
‘’Lhoh, kok Cuma berdu’a, Siska mana?’’
‘’dia nggak ikut kak” jawab Faisal
‘’kenapa?’’
‘’dia murka sama kita, dan terutama sama aku” jawab Raya
‘’marah kenapa Ray?’’
‘’karena selama ini saya nggak ngasih tahu dia, kalau saya sama Faisal selalu mencar ilmu bareng’’
Lalu pesanan mereka pun datang.
‘’aku, permisi ke toilet dulu ya’’ kata Raya
Raya pergi ke toilet.
‘’Sal,’’
‘’iya kak”
‘’sedekat apa kau sama adikku dan juga Siska?’’
‘’ya, kita cukup deket kak, ya kayak kini ini, kerja kelompok pun kita bertiga’’
‘’apa yang kau rasakan?’’
‘’yang saya rasakan, saya seneng kak bisa kenal mereka berdua’’
‘’senang? Kalau kau di kasih pilihan, kau akan milih Raya atau Siska?’’
Faisal tekejut mendengar pertanyaan kak Radit yang sungguh aneh buatnya.
‘’maksud kak Radit apa?’’
‘’apa kurang terang pertanyaanku, Siska atau Raya?’’
‘’ak..akuu...’’
‘’jangan jadi pengecut Sal, kau anak cowok, menentukan dan mengambil keputusan itu sangat perlu’’
Raya kemudian tiba dan serentak memecah ketegangan di antara Faisal dan Kak Radit.
‘’kok pada tegang gitu sih?kenapa?’’
‘’nggak ada apa-apa kok Ray’’ jawab kak Radit
‘’ya uda Sal, ayo ngerjain, nanti keburu sore’’
Mereka segera mengerjakan tugasnya. Dan beberapa dikala kemudian mereka tlah selesai menyusun beberapa gambar yang akan mereka gunakan pada artikel mereka. Dan hasilnya mereka pulang.

Setelah selesai makan malam, Raya segera masuk kemar dan mengunci pintu kamarnya. Ia segera mengambil Diarynya yang ada di laci.

Dear Diary....

Apa yang harus saya perbuat, untuk menciptakan Siska nggak murka lagi sama aku...
Aku sungguh tak bisa melihat Siska menjauhi ku..
Dan saya tak siap bila beliau membenciku...
Tuhan...tolong..
Aku nggak mau kehilangan sahabat menyerupai Siska..

Setelah itu, Raya meraih handphone dan ia menelfon Siska.
‘’ada apa kau telfon aku?’’
‘’Sis, saya Cuma mau jelasin sama kau wacana semua ini’’
‘’sudahlah Ray, nggak perlu ada yang kau jelasin lagi’’
Belum sempat Raya menjawab, Siska sudah lebih dulu menutup telfonnya, dan dikala Raya mencoba menghubungi lagi, ternyata handphone Siska sudah tidak aktif.
Raya kemudian menghempaskan tubuhnya di kawasan tidur, dan memejamkan matanya mencoba menjernihkan kembali fikirannya, melepaskan beban yang begitu barat hari ini.

Keesokan harinya, dikala smpai dikelas, Raya segera mencari Siska,dan dikala ia sudah menemukan Siska, ia segera menghampirinya.
‘’Sis, saya mohon, ma’afin saya ya, saya nggak punya maksud apa-apa kok, saya Cuma...’’
‘’cuma apa? Berusaha buat deketin Faisal juga?’’
‘’eh, nggak Sis, nggak kok, saya Cuma ...Cuma berusaha cari tahu aja wacana Faisal, dan itu semua saya lakuin buat kamu’’
‘’ buat aku?’’
‘’iya Sis, jadi dengan saya sama Faisal mencar ilmu bareng kemudian kita dekat, beliau bisa lebih leluasa buat dongeng apa pun ke aku, termasuk wacana kamu”
‘’terus?’’
‘’dan ternyata beliau itu seneng bisa kenal kamu, dan beliau seneng bisa deket kamu”
‘’kamu nggak bohong kan?’’
‘’ng...nggak..nggak kok Sis,memang itu rencana aku, dan beliau juga bilang kalau kau itu baik dan cantik’’

Siska seraya memeluk tubuh Raya.
‘’Raya ma’afin saya ya, saya uda berprasangka buruk sama kamu, saya nggak tahu kalau kau nglakuin ini semua buat aku’’
‘iya Sis, nggak apa-apa kok, saya juga minta ma’af sebab saya nggak ngomong dulu sama kamu’’
‘’iya Ray, nggak apa-apa kok’’

Malam ini Faisal kembali tiba ke rumah Raya untuk mencar ilmu bareng, di sela-sela mencar ilmu mereka, mereka berbincang-bincang.
‘’oh ya Ray, gimana kau sama Siska, uda baikan?’’
‘’uda kok Sal’’
‘’Ray, kau belum jawab pertanyaanku kemarin kan?’’
‘’pertanyaan yang mana Sal?’’
‘’apa ada yang salah kalau kita mencar ilmu bareng?’’
‘’nggak ada yang salah”
‘’lha trus, kenapa Siska murka ?’’

Raya lagi-lagi gugup mendengar pertanyaan Faisal.
‘’Raya, kok kau diem sih?’’
‘’em..,’’
‘Ray, ?’’
Raya kemudian membolak-balikan bukunya, dilihatnya salah satu Soal Matematika yang belum bisa di jawab olehnya.
‘’eh, Sal soal ini gimana cara nyelesainnya? Aku nggak bisa nih’’ Raya menunujuk salah satu soal dengan bolpoinnya.
Dan hasilnya Faisal menuntaskan soal tersebut, Raya sedikit lega kerena Faisal sudah bisa di alihkan dari pertanyaan yang sangat membingungkan bagi Raya.

Di dikala kak Radit menjemput Raya, kak Radit melihat Faisal, dan seketika kak Radit menghampiri Faisal.
‘’Sendirian aja Sal?’’
‘’kak Radit, iya kak”
‘’nggak sama Siska?’’
‘’nggak nih kak, emang kenapa kak?’’
‘’nggak apa-apa kok,biasanya kan kalian berdua terus’’
‘’ya sih kak, tapi juga nggak sering-sering banget kok’’
Tiba-tiba Raya tiba dan menghampiri mereka.
‘’kak Radit’’ teriak Raya
‘’eh, kecil’’
‘’ngapain kak, kok disini?’’
‘’nggak kok, tadi abang ngliat Faisal, trus abang samperin aja buat temen ngobrol’’
‘’oh, ya uda ayo pulang kak, saya laper nih’’
‘’Sal, kita pulang dulu ya” kata kak Radit
‘’iya kak, Ray hingga ketemu nanti malem ya’’
Raya dan kak Radit hanya tersenyum pada Faisal. Kemudian Raya dan kak Radit masuk ke dalam mobil.
‘’Ray, kita makan di luar aja ya’’
‘’emang kenapa kak?’’
‘’nggak kok, pengen aja’’
‘’ya uda kak, ayo lah’’
Beberapa dikala kemudian Raya dan kak Faisal hingga di Cafe, kemudian mereka memesan makanan.
‘’kamu nggak ada problem kan hari ini di sekolah Ray?’’
‘’nggak ada kak, semuanya baik-baik saja kok’’
‘’kakak seneng kalau kau seneng Ray’’
Lalu pesanan mereka pun datang.
‘’ye...makanan datang, waktunya makan’’ kata Raya riang
‘’seneng banget ngliat makanan’’
‘’ya dong kak, saya kan laper banget’’
‘’makan banyak kok tetap aja kau kecil ya Ray’’ kak Radit tersenyum
‘’kakak ini, mentang-mentang abang tinggi trus ngejekin aku’’
‘’habis abang ini seneng banget kalau ngliat kau manyun kayak gitu’’
‘’huh, kakak’’
Sambil makan, mereka saling bercanda dan bersenda gurau. Setelah makan mereka pulang, dikala di kendaraan beroda empat ternyata Raya ketiduran. Dan dikala hingga di rumah Raya belum juga bangun, hasilnya kak Radit menggendong adiknya itu. Saat hingga di kamar Raya, dibaringkannya Raya di kawasan tidur. Lalu di usapnya rambut Raya.
‘’kakak akan selalu berusaha menciptakan kau tersenyum Ray’’
Di ciumnya kening adiknya tersebut, kemudian ia meninggalkan adiknya dan membiarkan adiknya istirahat.


Saat jam istirahat, Raya, Siska dan Faisal meluangkan waktu untuk membahas kiprah mereka.
‘’tugas kita sebentar lagi selesai nih”kata Siska
‘’iya nih’’ jawab Raya
‘’oh ya, kita besok jalan bareng gimana?’’ tanya Faisal
‘’aku mau Sal’’ jawab Siska
‘’Ray, kau ikut kan?’’ tanya Faisal
‘’em...aku..’’
‘’pokoknya kau harus ikut Ray’’bujuk Siska
‘’gimana ya..aku..’’
‘’ayo lah Ray, kapan sih kau mau ikut kita jalan?’’ kata Faisal
‘’iya nih, pokoknya kau ikut, nggak boleh nggak’’
‘’oke,oke..aku ikut kok’’
Beberapa dikala kemudian bel sudah terdengar, dan mereka segera masuk ke kelas.


Malam tiba, terdengar ada yang mengetuk pintu rumah Raya, Raya segera membuka pintu tersebut, sebab ia tahu bahwa yang tiba yakni Faisal. Saat membuka pintu, Raya terkejut dikala melihat benda yang dipegang Faisal di tangan kanannya.
‘’malam Ray’’
‘’malam Sal, ayo masuk’’
Lalu mereka masuk dan duduk berhadapan.
‘’ini Ray, bunga buat kamu’’
‘’buat saya Sal?’’
‘’iya, buat kamu”
‘’makasih ya Sal, bagus banget bunganya’’
Raya merasa sangat senang dikala mendapatkan bunga tersebut, ia tak menyangka kalau Faisal memberinya bunga yang begitu indah.
‘’kamu suka Ray?’’
‘’suka banget’’
‘’apa semua cewek suka bunga?’’
‘’hampir semua cewek suka Sal’’
‘’kalau saya nyatain cinta ke cewek dengan bunga gimana?’’
‘’itu so sweet banget Sal’’
‘’kamu suka kalau ada perjaka yang nyatain cinta pake’ bunga?’’
‘’suka banget Sal’’
‘’serius suka banget?’’
‘’iya Sal, emang kenapa Sal?’’
‘’aku mau nyatain cinta saya Ray’’
‘’cinta? Sama siapa?’’ Raya terkejut
‘’seseorang’’
‘’siapa Sal?’’ tegas Raya
‘’kamu nanti akan tahu sendiri’’
‘’apa saya kenal dia?’’
Faisal menatap dalam-dalam mata Raya
‘’kamu mengenal dia, lebih dari siapapun’’

Raya merasa nafasnya begitu sesak, tubuhnya begitu lemas mendengar semua ucapan Faisal. Raya merasa kalau ia tak sanggup lagi berada di depan Faisal, air matanya telah siap untuk menetes.
‘’Sal, tampaknya malam ini kita nggak bisa belajar, tiba-tiba saya nggak lezat badan’’
Raya kemudian pergi meninggalkan Faisal.
‘’Raya, tunggu Raya’’
‘’kau apakan adik ku?’’ kata kak Radit yang tiba-tiba tlah berada di samping Faisal
‘’aku nggak tahu kak, beliau bilang kalau beliau nggak lezat badan’’
‘’apa maksud kau ngasih bunga itu?’’
‘’aku Cuma nanya aja, apa beliau suka bila saya kasih bunga’’
‘’cuma itu?’’
‘’ya, saya bilang ke beliau kalau saya akan menyampaikan cinta pada seseorang, dan Raya mengenalnya lebih dari siapapun’’
‘’kamu ngomong gitu sama dia?’’
‘’iya kak’’
‘’sebaiknya kau pergi kini juga’’
‘’tapi kak’’
‘’aku bilang pergi, cepat kau pergi’’ teriak kak Radit
Akhirnya Faisal pergi dengan penuh kebingungan, ia sangat tak mengerti dengan semua yang terjadi, apa yang terjadi dengan Raya dan juga kak Radit. Bahkan semua ucapan kak Radit selama ini menyerupai menjadi teka-teki baginya, yang hingga kini belum terpecahkan.


Raya membuang bunga dari Faisal, tangisannya tak terbendung lagi.


Dear Diary...

Aku kira bunga ini memang tulus buatku...
Ku kira bunga ini sebagai membuktikan kasihmu untukku...
Tapi apa yang kau beri padaku...
Bunga itu hanya mediator kesakitan yang ku rasa...
Memang benar, cintaku bertepuk sebelah tangan....
Cinta yang ku rasakan, ternyata tak kau rasakan...
Cintamu bukan untuk aku...
Dan ternyata cintamu untuk dia.. 

Kak Radit kemudian masuk ke kamar Raya, dan duduk di sebelah Raya, Raya menyandarkan kepalanya di pundak kak Radit.
‘’menangislah kalau memang kau ingin menangis Ray’’
‘’kak, saya nggak sanggup lagi’’
‘’kamu harus kuat, adik abang nggak boleh lemah’’
‘’tapi saya sudah nggak punya kekuatan kak’’
‘’kamu harus tetap berpengaruh Ray’’
‘’kak, saya capek, capek banget’’
‘’kamu tenangin diri aja dulu ya’’
‘’iya kak, saya mau tidur ya kak, biar saya tenang’’

Faisal membaringkan tubuh adiknya di kawasan tidur, di usapnya rambut Raya dengan penuh kasih sayang.
‘’kamu istirahat ya sayang’’
‘’iya kak, Raya mau tidur, Raya pengen ngilangin semua problem ini’’
‘’iya Ray, tidur yang nyenyak ya’’
Kak Radit kemudian berdiri dan beranjak pergi, tapi belum sempat kakinya melangkah, Raya memegang tangan kak Radit.
‘’Raya sayang kakak, Raya sayang mama dan papa kak’’
‘’kakak juga sayang kau Ray, begitupun mama dan papa,kita semua sayang kau Ray’’

Kak Radit mencium dengan penuh kasih sayang kening Raya, dan entah mengapa air mata nya menetes.
‘’kak, temenin Raya dulu ya hingga Raya tidur dengan nyenyak’’
‘’iya Ray, abang temenin’’

Saat berada di sekolah, terlihat Raya selalu murung, beliau hanya terdiam dan tak sedikitpun senyum yang terlihat. Tiba-tiba Siska tiba menghampiri Raya.
‘’Ray, kau kenapa, kok murung gitu?’’
‘’nggak kok Sis, saya nggak apa-apa’’
‘’kamu sakit ya?’’
‘’aku baik-baik saja kok Sis’’
‘’kalau kau ada problem dongeng dong Ray, kita kan sahabatan, masak kau nggak mau cerita’’
‘’aku nggak ada problem Sis’’
‘’Ray, saya tahu kamu, saya kenal kamu, kau niscaya ada problem kan?’’
‘’Sis, beneran saya nggak ada masalah’’
‘’kalau gitu kau senyum dong Ray’’
Raya menmperhatikan wajah Siska, senyum Raya mulai nampak sedikit demi sedikit.
‘’ gitu dong, ini gres sahabatku’’

Raya memeluk tubuh Siska dengan begitu erat.
‘’Sis, apapun yang terjadi kita tetap sahabat kan?’’
‘’apapun yang terjadi kita tetap sahabat Ray’’
‘’Ray, ma’afin saya ya kalau saya punya salah sama kamu’’
‘’iya Sis, kayak lebaran aja kau ini’’

Raya melepaskan pelukannya.
‘’aku capek Sis, bener-bener capek, saya Cuma insan biasa yang penuh dengan dosa. Dan saya nggak mau kalau kesalahan dan dosaku sama kau menciptakan saya nggak tenang’’
‘’kamu ngomong apa’an sih, kayak mau mati aja kamu’’
‘’nanti jangan lupa ya’’ Faisal yang tiba-tiba tiba dan memotong pembicaraan mereka
‘’oke Sal, kita nggak bakalan lupa kok’’ jawab Siska
‘’nanti ada yang mau saya jemput nggak?’’ tawar Faisal
‘’boleh deh Sal’’ jawab Siska dengan penuh semangat
‘’aku berangkat sendirian aja, kita nanti eksklusif ketemu di cafe’’
‘’ ya uda, yang penting kau harus tiba ya Ray’’
‘’iya, saya dateng kok’’


Raya bersolek di depan cermin,ia rapikan rambutnya hitam dan indh itu. Ia merasa ingin segera bertemu dengan Faisal. Ia mulai beranjak pergi, kak Radit tengah duduk santai di depan rumah, dikala ia melihat Raya, ia terkejut.
‘’Raya, kau mau kemana? Cantik banget’’
‘’aku mau jalan sama Siska dan Faisal kak’’
‘’kakak anterin ya’’
‘’nggak usah kak, saya mau sendiri aja’’
‘’tapi Ray, abang nggak mau kenapa-napa Ray’’
‘’Raya akan baik-baik saja kak, percaya ya sama Raya’’
Raya kemudian segera berlari meninggalkan kakaknya, dan mencari taxi.
Setelah hingga di Cafe, Raya segera mencari Faisal dan Siska, dikala Raya telah menemukan keberadaan Siska dan Faisal ia segera menghampiri mereka, tapi dadanya begitu sesak dikala melihat Faisal memperlihatkan bunga kepada Siska, Raya menitihkan air mata dan ia tak sanggup lagi melihat mereka berdua, Raya berbalik dan berlari pergi, tangisannya tak terbendung, hatinya begitu sakit, ia merasa kalau ia tak kan pernah sanggup melihat kenyataan bahwa Faisal benar-benar menyatakan cinta kepada Siska. Raya terus berlari hingga ke jalanan, dikala ia akan menyeberang jalan tiba-tiba ada sebuah kendaraan beroda empat yang melaju kencang menabrak Raya, hingga Raya tak sadarkan diri.

Tiba-tiba foto Raya di rumah jatuh tepat didekat kak Radit yang sedang duduk santai di ruang keluarga, perasaannya mulai tak menentu, tiba-tiba ia kepikiran dengan Raya. Lalu handphonenya berdering.
‘’halo’’
‘’ma’af apakah saya sedang berbicara dengan saudara Radit?’’
‘’iya, saya sendiri’’
‘’apakah anda mengenal saudari Raya?’’
‘’Raya itu adik saya, kenapa ya?’’
‘’sekarang ini saudari Raya sedang berada di rumah sakit sebab kecelakaan’’
‘’apa? Ya uda di rumah sakit mana?’’
‘’Rumah Sakit Medika’’
‘’baik, saya kesana sekarang’’

Kak Radit kemudian segera menghubungi orang tuanya, dan ia segera menuju ke rumah sakit. Saat ia hingga di rumah sakit, air matanya mulai menetes. Ada sebuah penyesalan dalam dirinya, jikalau ia tetap memaksa Raya supaya mau diantarnya, mungkin nggak akan menyerupai ini. Beberapa dikala kemudian dokter yang menangani Raya keluar.
‘’dok, gimana keadaan adik saya?’’
‘’kami sudah berusaha sekuat tenaga, tapi beliau telah kehilangan banyak darah,dan juga benturan di kepalanya sangat keras, berdo’a lah supaya terjadi sebuah keajaiban’’

Lalu dokter tersebut pergi meninggalkan kak Radit, ia masuk dan dikala melihat adiknya terbaring lemah perasaannya begitu hancur, diusapnya rambut Raya, digenggamnya dengan erat tangan adiknya itu. Lalu ia teringat Diary Raya.
‘’halo ma’’
‘’ia Radit, gimana keadaan adik kamu? Mama dan papa sudah dijalan’’
‘’mama sama papa kembali ke rumah dulu’’
‘’ngapain Dit?’’
‘’ambil Diary di kamar Raya, cepat ma, itu penting buat Raya’’
‘’iya, iya mama akan ambil’’

Tak berapa usang kemudian mama dan papanya datang, mereka serentak memeluk tubuh Raya, tangisan tak terbendung lagi.
‘’Radit, apa yang dokter tadi katakan?’’ tanya mama
‘’dokter bilang, kalau Raya tadi kehilangan banyak darah kemudian benturan di kepalanya juga sangat keras dan...’’
‘’dan apa Dit?’’
‘’dokter bilang, semoga ada keajaiban untuk Raya’’

Tangisan makin tak terbendung lagi, dikala kata-kata itu keluat dari lisan Radit.
‘’ini semua memang salah aku, andaikan saya mengantarkan Raya, kejadiannya nggak mungkin menyerupai ini’’
‘’Radit, kau nggak boleh nyalahin diri kau kayak gini, ini semua memang sudah di takdirkan, kita berdo’a saja semoga Raya di berikan kesembuhan dan keselamatan’’ ucap papa yang mencoba menenangkan Radit.


Sedangkan di cafe, Faisal dan Siska resah menunggu kedatangan Raya, mereka belum mengetahui kalau Raya kecelakaan.
‘’Raya kemana ya, kok nggak datang-datang’’ Ucap Faisal
‘’iya nih, tumben banget beliau telat selama ini’’
‘’coba kau telfon deh Sis’’

Lalu Siska berulang-ulang kali mencoba menghubungi Raya, tapi selalu tidak bisa.
‘’nggak bisa dihubungin Sal’’
‘’Raya kemana sih, dan kenapa perasaanku nggak lezat gini ya’’
‘’kamu damai dulu ya Sal’’
‘’kamu tahu kan, saya deg-degan banget, soalnya saya mau bilang cinta sama Raya, tapi hingga kini beliau belum tiba juga’’
‘’jadi dari dulu emang kau uda suka ya sama Raya?’’
‘’iya Sis, saya uda dari dulu suka sama Raya’’
‘’semoga kau dan Raya bisa cepat jadian ya’’
‘’makasih Sis, tapi kenapa kok muka kau duka gitu?’’
‘’Sal, bekerjsama selama ini aku....’’
‘’kenapa?’’
‘’aku juga suka sama kau Sal’’
‘’kamu suka sama saya Sis?’’
‘’iya Sal, dan selama ini saya meminta sumbangan Raya supaya mendekatkan saya sama kamu’’
‘’jadi, apakah selama ini Raya nggak pernah gabung sama kita, supaya kita bisa berdu’a dan kita bisa semakin dekat?’’
‘’em, mungkin memang itu potongan dari rencana Raya’’
‘’dan apakah kau murka sama Raya dikala saya sama beliau mencar ilmu bareng itu gara-gara kau cemburu dan mengira kalau Raya akan menghianati kamu?’’
‘’iya Sal, itu semua memang benar’’
‘’aku nggak pernah membayangkan kalau saya akan berada di posisi ini ‘’
‘’aku juga Sal, padahal saya kira kau juga suka sama aku’’
‘’ma’afin saya Sis, kalau selama ini kau menganggap kalau saya memberi harapan, bekerjsama selama ini saya mendekati kau supaya saya sanggup informasi wacana Raya, kalian berdu’a kan sahabatan, dan kemungkinan besar kalian mempunyai kesamaan, jadi saya mencari semua itu dari kamu, sebab saya nggak punya nyali bila berhadapan eksklusif dengan Raya, sekali lagi saya minta ma’af sama kamu’’
‘’iya Sal , nggak apa-apa kok, saya akan relakan kau untuk Raya, saya nggak akan marah’’
‘’makasih ya Sis, dan makasih juga sebab tadi kau uda mau bantu aku, dan ngajarin saya gimana caranya nyatain cinta’’
‘’sama-sama Sal, saya akan senang kalau kau dan Raya juga bahagia’’
Siska merasa kalau memang yang terbaik yakni melepas Raya sahabat baiknya untuk seseorang yang ia sayang. Dan ia berharap kalau nantinya Raya akan mendapatkan cinta Faisal.


Lama menunggu dengan penuh kekhawatiran yang disertai do’a, tiba-tiba terjadi sedikit keajaiban, bertahap Raya menggerakkan jemari tangannya kemudian Raya mulai membuka matanya.
‘’mama, papa, Raya sudah sadar, Raya siuman’’ teriak kak Radit dengan penuh kebahagiaan
‘’kak Radit, mama, papa’’ ucap Raya dengan lemah
‘’iya sayang kita di sini’’ jawab mama
‘’kita senang kau sudah sadar nak’’ kata papa
‘’Raya baik-baik saja ma, pa’’
‘’kita semua senang kalau kau baik-baik saja’’ ucap mama
‘’kalian nggak usah nangis dong, Raya nggak mau kalau kalian nangis’’
‘’kita nggak nangis Ray, mama Cuma sangat senang sebab kau sudah siuman’’
‘’janji ya sama Raya, kalau nggak akan ada yang pernah nangisin Raya, Raya nggak suka kalau kalian nangisin Raya’’
‘’kita kesepakatan Ray’’
‘’makash ya kak, mama, papa, Raya sayang kalian semua’’
‘’kita juga sayang Raya’’ucap mama, papa, kak Radit

Beberapa dikala kemudian mama dan papa Raya meninggalkan Raya dan kak Radit,mereka pulang untuk mengambil beberapa pakaian Raya dan kak Radit.
‘’Raya, abang tahu apa yang sedang kau fikirkan sekarang’’
‘’apa kak?’’
Kak Radit mengambil suatu benda yang ia letakkan di meja.
‘’ini dia’’
‘’Diary ku, abang tahu aja kalau saya sedang menginginkan Diary ini’’
‘’iya dong, abang gitu lho’’
‘’ya uda kak, saya bakalan nulis semua kejadian hari ini’’


Dear Diary....

Kini ku berada di ujung kepedihan...
Orang yang selama ini ku cintai telah menyatakan cintanya buat sahabatku sendiri....
Sakit memang, tapi ini memang harus ku terima...
Dan saya hanya bisa berdo’a supaya mereka selalu bahagia...
Diary....
Entah kenapa saya sudah merasa lelah dengan semua drama kehidupan ini...
Aku lelah memainkan kiprah ini...
Dan saya merasa kalau saya butuh beristirahat...
Aku merasa sudah tak berhasil menjalankan kiprah ini...
Aku senang dengan apa yang ku sanggup selama ini...
Semuanya sudah cukup untukku...
Tuhan....
Aku ingin meminta...
Tolong jaga semua orang yang ku sayang...
Beri kan mereka senyum...
Karene saya nggak akan pernah rela bila mereka mencicipi sakit...
Untuk mama dan papa...
Kalian yakni orang renta terhebat dan paling sempurna...
Kak Radit...
Terimakasih ya, abang selalu menjadi perisai buatku...
Kakak selalu buatku tersenyum dan bahagia...
Siska...
Kau yakni sahabat terbaikku, saya begitu beruntung mempunyai sahabat menyerupai kamu...
Faisal..
Terima kasih, kau telah fatwa saya yang namanya cinta..
Meski saya nggak bisa milikin kamu, tapi saya senang bisa mengasihi kamu...
Terima kasih tuhan..
Kau telah kirimkan mereka semua untukku...


‘’kak, ini tadi lembar terakhir dari Diary aku’’
‘’ya uda, nanti abang belikan yang gres yang banyak’’
‘’nggak perlu kak’’
‘’kok nggak perlu’’
‘’aku sudah nggak akan menulis Diary lagi’’
‘’kenapa Ray, bukannya itu hoby kau ya?’’
‘’iya kak, memang Cuma Diary yang bisa menampung semua hal yang berkesan buatku’’
‘’lalu kenapa kau nggak mau nulis lagi?’’
‘’karena saya sudah lelah kak’’
‘’ya uda, kini kau ngomong sama kakak, apa yang terjadi tadi, hingga kau kayak gini?’’
‘’tadi saya liat Faisal memperlihatkan bunga untuk Siska, dan itu brarti Faisal nyatain cintanya buat Siska kan kak, kemudian saya pergi dan ada kendaraan beroda empat yang nabrak aku, ini semua salahku sebab saya nggak hati-hati kak’’
‘’ya uda, kau nggak usah fikirin Faisal dan Siska lagi ya,pasti akan ada pesan yang tersirat di balik semua ini Ray’’
‘’iya kak, oh ya kak, tolong simpan Diary saya ya, saya merasa kondusif kalau Diary ini bersama kakak’’
‘’kenapa kau nggak simpan ini sendiri?’’
‘’aku nggak mungkin menyimpannya, jadi abang aja ya’’
‘’tapi Ray..’’
‘’Raya mohon ya kak’’
Raya memegang erat tangan kak Radit. Kak Radit tersenyum dan menganggukan kepalanya.

Tiba-tiba handphone kak Radit berdering di lihatnya dari Siska.
‘’bentar ya Ray, abang keluar angkat telfon dulu, kau disini sendiri nggak apa-apa kan?’’
‘’iya kak, nggak apa-apa kok’’

Kak Radit keluar dan mengangkat telfonnya.
‘’halo’’
‘’halo kak, kak, Raya dimana ya kok dari tadi jam 3 sore hingga kini jam 10 malam kok nggak datang- tiba ke Cafe kawasan kita janjian, terus handphone juga nggak bisa dihubungin’’
‘’kamu kini ada dimana Sis?’’
‘’aku masih di Cafe dari tadi jam 3, Faisal nggak mau saya ajak pulang, beliau tetap mau nunggu Raya’’
‘’sampai kapan kalian disana dan nunggu Raya?’’ tanya kak Radit dengan nada keras
‘’emang Raya kemana kak?’’
‘’Raya kini terbaring lemah di rumah sakit, menanti datangnya sebuah keajaiban yang akan menyelamatkan nyawanya’’
‘’maksud abang apa?’’
‘’tadi Raya kecelakaan’’
‘’apa? Raya...sekarang di rumah sakit mana kak?’’
‘’rumah sakit medika’’

Kak radit kemudian menutup telfonnya, tiba-tiba dokter tiba menghampirinya.
‘’saya akan memriksa keadaan saudari Raya’’
‘’iya dok, silahkan’’

Beberapa dikala kemudian dokter tersebut keluar.
‘’gimana keadaan Raya dok?’’
‘’teruslah berdo’a untuknya’’
‘’kondisinya sudah membaik kan dok, buktinya beliau sudah siuman’’
‘’iya, tapi...’’
‘’tapi apa dok?’’
‘’benturan yang keras pada kepalanya, mengakibatkan luka yang begitu parah, walaupun tadi sudah di laksakan operasi, itu belum bisa menjamin 100% keselamatannya, sebab kita tahu sendiri beliau kehilangan banyak darah’’
‘’tapi masih ada kemungkinan adik saya sehat total kan dok?’’
‘’berdo’a lah, semoga Allah memperlihatkan kesehatan pada Raya’’
Air mata kak Radit mulai mengalir, dan dokter tersebut pergi. Dan ternyata Faisal serta Siska, telah berada disana dan mendengar semua ucapan dokter.
‘’kak Radit’’ ucap Siska

Tak berbeda dengan kak Radit, Siska dan Faisalpun telah menitihkan air mata. Kak Radit melihat ke arah mereka berdua, di hampirinya Fasial, dan dengan sekuat tenaga tangan kak Radit memukul pipi sebelah kiri Faisal.
‘’ini semua gara-gara kamu’’ teriak kak Radit sambil menunjuk Faisal
‘’kak, ma’afin aku,,aku ...’’
‘’minta ma’af? Apa dengan ma’af kau bisa menciptakan adikku sehat total? Iya?’’
‘’jika kesehatan ku dan Raya bisa di tukar, saya akan melakukannya kak, saya juga nggak rela kalau Raya harus terbaring lemah menyerupai itu’’
‘’Raya sudah dongeng semua, tadi Raya ngliat kau nyatain cinta pada Siska, kemudian beliau pergi dan ia mengalami kecelakaan ini’’
‘’jadi, Raya ngliat semua itu?’’
‘’iya, puas kau sudah bikin adikku sakit?’’
‘’aku bisa jelasin semuanya kak’’
‘’apa yang kau jelaskan?lihat Diary yang ditanganku ini, lihat!! Semuanya ada disini, kini kalian baca baik-baik!!’’

Kak Radit memperlihatkan Diary itu pada Faisal dan Siska, kemudian mereka membaca Diary itu, air mata mereka semakin deras mengalir.
‘’ kenapa Raya nggak pernah bilang kalau beliau juga suka sama Faisal’’ kata Siska
‘’dia nggak bilang, sebab ia lebih mementingkan perasaan kau Sis, beliau nggak mau ngliat sahabatnya duka dan terluka, hingga hasilnya beliau selalu menutupi perasaannya’’ jawab kak Radit
‘’ini semua salahku, Raya ma’afin aku’’
‘’kak, bekerjsama tadi saya Cuma latihan nyatain cinta, yang saya cintai yakni Raya, dari awal saya cintanya sama Raya kak, saya usang menunggu hari ini, abang lihat bunga yang saya bawa ini, ini bunga yang saya siapkan Istimewa untuk Raya, sebab saya cinta sama Raya’’ ucap Faisal
‘’kak, izinkan kami bertemu Raya’’ pinta Siska
‘’baiklah ayo masuk’’
Akhirnya mereka masuk.
‘’Raya’’ panggil Siska

Siska memeluk tubuh sahabatnya itu dengan penuh isak tangis.
‘’Siska, saya senang kau ada di sini, tapi saya nggak suka ngliat kau nangis, kau nggak boleh nangis Sis, kau harus bahagia’’
‘’bagaimana saya bisa bahagia, kalau saya ngliat sahabatku terbaring lemah di sini dan itu semua gara-gara aku’’
‘’ini bukan gara-gara kau Sis’’
‘’Raya, saya bisa jelasin semuanya, tadi itu sebenaryna Faisal mau bilang cinta sama kau bukan sama aku, tadi faisal Cuma latihan, supaya nggak gugup depan kamu’’
‘’iya Ray, benar apa kata Siska, saya mau bilang kalau saya cinta kamu, saya mau kau jadi potongan dalam hidupku Ray’’
‘’Faisal kamu...tapi Siska’’
‘’aku nggak apa-apa, saya lebih senang kalau kau jadian sama Faisal, saya nrimo Ray, saya nggak marah, dan saya nggak sakit hati sama kamu’’
‘’Faisal, saya juga cinta kamu’’ rintih Raya

Faisal kemudian memperlihatkan bunga itu pada Raya.
‘’kamu cepat sembuh ya sayang, nanti kita bisa mencar ilmu bareng lagi dan kita bisa berburu novel bersama-sama’’ ucap Faisal dengan airmata yang berlinang dan di genggamnya dengan erat tangan Raya
‘’sayang? Panggilan yang indah itu keluar dari lisan kamu’’
‘’iya sayang,sekarang saya sudah tahu apa maksud dari semua ucapan kak Radit sama aku, dan ini jawabannya, yaitu kamu.. saya menentukan kau Ray sebagai cintaku, sebagai perhiasan hidupku, kau harus tahu kalau kau itu yakni kenyataan yang paling indah, dan saya percaya bahwa dewa memang mengirimkan kau malaikat kecil yang selalu memberi warna pada tiap hariku’’
‘’dan saya juga percaya kalau kau yakni final terindahku’’ ucap Raya lirih

Faisal menciup kening Raya dengan penuh kaih sayang.
‘’kak Radit’’ panggil Raya
‘’iya Raya’’
‘’kakak kok nangis sih? Kakak kan uda kesepakatan nggak bakalan nangis’’
‘’iya Ray, kini abang uda nggak nangis kok’’ kak Radit menghapus air mta yang mengalir di pipinya
‘’Siska, kau juga nggak boleh nangis, saya nggak mau kalau kau nangis’’

Siska menganggukan kepala dan mengusap air matanya.
‘’Sayang, kau juga jangan nangis, kau harus senyum’’
Raya mengusap air mata Faisal.

Kak Radit memegang tangan kiri Raya, sedangkan Faisal memegang erat ajun Raya, Siska berdiri tepat disamping kak Radit.
‘’kak Radit, terimakasih ya kak, selama ini abang selalu menciptakan Raya tersenyum, dan sampaikan terima kasih ku sama mama dan papa, kalau saya besar hati mempunyai orang renta menyerupai mereka, Siska makasih ya, kau yakni sahabat terbaikku, dan Faisal Sayang, terimakasih ya, kau telah memberiku cinta yang begitu indah dan tulus’’
‘’ Raya kau kok ngomong gitu sih..’’ucap Siska
‘’aku sayang dan cinta sama kalian semua’’ rintih Raya

Perlahan-lahan nafas Raya mulai habis dan ia menutup matanya.
‘’Raya, berdiri Raya’’teriak kak Radit
‘’Raya kau kenapa?’’
‘’Raya sayang kau kenapa? Bangun’’

Orang renta Raya datang, dan mereka terkejut melihat keadaan Raya yang sudah tak sadarkan diri, mamanya Raya pingsan seketika.
‘’Raya, jangan tinggalin aku, saya cinta sama kau Raya, saya butuh kamu, kau itu hidup saya Raya, ayo bangun’’ teriak Faisal sambil mengusap rambut Raya
‘’Raya, bangun,ini abang Ray, bangun’’
‘’Raya....’’teriak Siska
Mereka semua memeluk tubuh Raya untuk yang terakhir kalinya, tangisan tak terbendung lagi. Raya kini telah pergi, pergi untuk selamanya, meninggalkan semua orang yang di sayanginya. Raya meninggalkan sejuta kenangan yang tak bisa di lupakan dengan mudah. Hubungan yang begitu sangat singkat dengan Faisal memperlihatkan kebahagian tersendiri untuk Raya, sebab di final hidupnya seseorang yang selama ini ia cintai telah menjadi mliknya, meski hanya sesaat. Dan ini merupakan kepergian terindah untuk Raya,di final hidupnya ia di dampingi oleh orang-orang yang ia cinta dan ia sayang.

THE END

PROFIL PENULIS
Nama : Rahayu Nur Rahmawati
Alamat : kradenan, Blora
Ttl : blora, 30 oktober 1996
sekolah : Sekolah Menengan Atas N 1 CEPU
Facebook : Rahayu N Rahmawati
email : Rahayu.nurrahmawati@ymail.com


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel