Sepenggal Dongeng ( Ku Akan Tetap Menantimu, Ayah!!) - Cerpen Ayah
Rabu, 28 Mei 2014
SEPENGGAL KISAH
Karya Putri Tara Andesta
" Ayah, mana janjimu yang ingin mengajakku berkeliling kota ini dengan menggunakan sepeda ontel tuamu itu??" ucapku menggerutu.
Mataku berkaca- kaca kolam penggalan - penggalan kaca yang berkilauan bila terkena sina. Aku tidak sanggup membendung airmata ini yang sedari tadi sudah mengumpul di pelupuk mata ini.Aku menangis namun engkau hanya diam, mengacuhkan saya yang ada disampingmu tanpa menjawab satu katapun untuk menanggapi pertanyaanku. Tak mengerti apa yang membuatmu menjadi ibarat ini.
" Ayah, mengapa engkau begitu betah berada disini? tidakkah engkau merindukan gubuk reyot kita itu?? atau engkau sudah merasa penat berada disana? atau mungkin engkau sudah merasa bosan hidup miskin ibarat kini ini?? namun, bukankah engkau yang selalu mengajariku perihal makna bersyukur?? Ayah, lantas apa alasanmu betah berada disini??"
Sepenggal Kisah ( Ku Akan Tetap Menantimu, Ayah!!) |
Airmata terus mengalir dan akupun terus mengoceh namun engkau masih membisu dan acuh. Seperti sedang berhadapan dengan patung dan berbicara pada angin yang tidak ada artinya.
" Ayah, masih ingatkah engkau padaku??? saya ini putrimu, Nina! mengapa engkau hanya membisu saja? mana tawamu yang dulu untukku?? Ayah, masih ingatkah engkau pada kisah hidup kita di dalam gubuk itu?? dongeng hidup yang selalu kita lalui bersama, yah!! Ayah,... jikalau engkau tak sanggup mengingatnya lagi, maka biarkanlah saya yang menceritakannya untukmu, anggaplah semua ini yaitu sebuah dongeng supaya engkau sanggup berbicara padaku dan mengingatkan semua itu yang mungkin sudah ada yang menghilang dalam ingatanmu." ucapku tersenyum namun airmata belum juga puas keluar dari pelupuk mata ini.
****
Saat itu saya berdiri di depan gubuk kita sambil memandang ke ujung jalan. Ya... saya menunggumu, Yah!!.
Langit sore yang berwarna kemerah - merahan itu sudah mulai memudar dan ditutupi oleh awan biru yang kelam, sebentar lagi bunyi adzan yang merdu itu akan berkumandang namun, tidak ibarat biasanya, engkau belum juga kunjung pulang. Rasa khawatir menyelimuti hatiku.
" kemana ya Ayah??" batinku
Tiba - datang terlihat seorang lelaki paruh baya yang sedang mengkayuh sepeda ontel tuanya, menggunakan baju lusuh dan topi berwarna coklat yang dihiasi dengan tambalan benang - benang jahitan. Ya.... itu dirimu, Yah!!!
" Ayah, kemana saja kok gres pulang?" tanyaku yang sudah lega
" biasa, tadi aneka macam yang membeli beras dan ayah harus mengangkat karung - karung beras itu hingga tuntas makanya pulangnya jadi telat gini." Jawabmu tersenyum
Saat itu, wajahmu terlihat letih sekali dan peluh ikut membasahi baju lusuhmu tetapi, sebentar!!!!
Ada yang asing pada bajumu ketika itu! Bukan hanya peluh yang membasahi bajumu namun, ada bercak noda berwarna merah yang melekat pada bajumu.
"ASTAGHFIRULLAH,DARAH!!" seruku dengan spontan.
" DARAH??? apanya yang berdarah???" ucapmu kebingungan.
" ini....!!! ini, darah apa Yah??? Ayah kenapa???" tanyaku yang mulai menangis sambil memegang bajumu.
Engkaupun segera melihat bajumu namun, ketika itu engkau hanya terseyum bahkan tertawa geli
" Loh... Ayah kenapa ketawa??"
" gimana Ayah nggak ketawa, ini tuh bukan darah, Nak!!" ucapmu yang masih menertawakanku.
" kalau bukan darah, kemudian ini apa Yah??"
" ini tuh air buah semangka!!!"
Aku masih belum juga mengerti.....
" tadi, setelah Ayah pulang dari toko beras, Ayah melewati tukang buah dan Ayah ingat katanya kemarin kau lagi pengen banget makan buah semangka yaudah deh, Ayah belii buah semangkanya buat kamu."
" terus, kenapa baju ayah jadi merah gini?? dan mana buah semangkanya, Yah???" ucapku yang mulai menghapus airmata.
" ini buah semangkanya!" ucapmu dengan wajah memelas.
" semangkanya kok ancur gini, Yah???"
" tadi, waktu lagi di jalan pulang, sepeda ayah ditabrak sama motor dan buah semangkanya jatuh, jadi begini deh!! ancur - ancuran bentuknya. Maafin Ayah ya Nina karena, semangka yang Ayah berikan begini adanya." Ucapmu, entah verbal apa yang engkau tunjukkan ketika itu, pasrah, sedih atau mungkin kecewa.
Airmataku mengalir begitu saja.
" loh.... kok kau nangis lagi???kamu nggak suka ya???" ucapmu murung.
" saya bukan nangis alasannya nggak suka sama semangka ini, Yah malahan saya bahagia sekali! saya nangis alasannya terharu, terharu mendengar ucapanmu, Yah!!"
" sudah, jangan menangis lagi ya!!!" ucapmu sambil merangkulku yang masih terisak.
***
Airmata ternyata masih belum puas - puasnya mengalir di pipi ini entah sudah berapa banyak linangan airmata yang mengalir.
" bagaimana Yah??? apakah engkau sanggup mengingat dongeng lucu perihal buah semangka itu??? dongeng buah semangka yang tidak akan pernah saya lupakan!!"
Ayah, bergotong-royong saya masih memiliki beribu - ribu kisah hidup kita yang indah, semua itu masih tersimpan apik di dalam file - file memori otakku tetapi, saya tidak sanggup lagi untuk menceritakan semua itu kepadamu, Yah!!"
"Ayah janganlah menangis, ceritaku ini bukanlah untuk engkau tangisi, saya hanya ingin engkau sanggup berdiri dari kondisi KOMA mu ini!! Ayah, ternyata benar apa yang dikatakan oleh orang2 diluar sana, keadaan k0ma bukan berarti tidak sadarkan diri saja, tidak sanggup mencicipi dan mendengar orang2 disekelilingmu. Aku tahu tangismu ini berasal dari telingamu yang mendengarkan ceritaku dan hatimu yang sanggup merasakannya walaupun engkau tak bisa untuk membuka matamu walau hanya dalam hitungan detik." ucapku sambil menghapus airmatamu yang mengalir dari matamu yang terpejam dan mengalir dipipimu yang pucat.
THE END
" Ayah, masih ingatkah engkau padaku??? saya ini putrimu, Nina! mengapa engkau hanya membisu saja? mana tawamu yang dulu untukku?? Ayah, masih ingatkah engkau pada kisah hidup kita di dalam gubuk itu?? dongeng hidup yang selalu kita lalui bersama, yah!! Ayah,... jikalau engkau tak sanggup mengingatnya lagi, maka biarkanlah saya yang menceritakannya untukmu, anggaplah semua ini yaitu sebuah dongeng supaya engkau sanggup berbicara padaku dan mengingatkan semua itu yang mungkin sudah ada yang menghilang dalam ingatanmu." ucapku tersenyum namun airmata belum juga puas keluar dari pelupuk mata ini.
****
Saat itu saya berdiri di depan gubuk kita sambil memandang ke ujung jalan. Ya... saya menunggumu, Yah!!.
Langit sore yang berwarna kemerah - merahan itu sudah mulai memudar dan ditutupi oleh awan biru yang kelam, sebentar lagi bunyi adzan yang merdu itu akan berkumandang namun, tidak ibarat biasanya, engkau belum juga kunjung pulang. Rasa khawatir menyelimuti hatiku.
" kemana ya Ayah??" batinku
Tiba - datang terlihat seorang lelaki paruh baya yang sedang mengkayuh sepeda ontel tuanya, menggunakan baju lusuh dan topi berwarna coklat yang dihiasi dengan tambalan benang - benang jahitan. Ya.... itu dirimu, Yah!!!
" Ayah, kemana saja kok gres pulang?" tanyaku yang sudah lega
" biasa, tadi aneka macam yang membeli beras dan ayah harus mengangkat karung - karung beras itu hingga tuntas makanya pulangnya jadi telat gini." Jawabmu tersenyum
Saat itu, wajahmu terlihat letih sekali dan peluh ikut membasahi baju lusuhmu tetapi, sebentar!!!!
Ada yang asing pada bajumu ketika itu! Bukan hanya peluh yang membasahi bajumu namun, ada bercak noda berwarna merah yang melekat pada bajumu.
"ASTAGHFIRULLAH,DARAH!!" seruku dengan spontan.
" DARAH??? apanya yang berdarah???" ucapmu kebingungan.
" ini....!!! ini, darah apa Yah??? Ayah kenapa???" tanyaku yang mulai menangis sambil memegang bajumu.
Engkaupun segera melihat bajumu namun, ketika itu engkau hanya terseyum bahkan tertawa geli
" Loh... Ayah kenapa ketawa??"
" gimana Ayah nggak ketawa, ini tuh bukan darah, Nak!!" ucapmu yang masih menertawakanku.
" kalau bukan darah, kemudian ini apa Yah??"
" ini tuh air buah semangka!!!"
Aku masih belum juga mengerti.....
" tadi, setelah Ayah pulang dari toko beras, Ayah melewati tukang buah dan Ayah ingat katanya kemarin kau lagi pengen banget makan buah semangka yaudah deh, Ayah belii buah semangkanya buat kamu."
" terus, kenapa baju ayah jadi merah gini?? dan mana buah semangkanya, Yah???" ucapku yang mulai menghapus airmata.
" ini buah semangkanya!" ucapmu dengan wajah memelas.
" semangkanya kok ancur gini, Yah???"
" tadi, waktu lagi di jalan pulang, sepeda ayah ditabrak sama motor dan buah semangkanya jatuh, jadi begini deh!! ancur - ancuran bentuknya. Maafin Ayah ya Nina karena, semangka yang Ayah berikan begini adanya." Ucapmu, entah verbal apa yang engkau tunjukkan ketika itu, pasrah, sedih atau mungkin kecewa.
Airmataku mengalir begitu saja.
" loh.... kok kau nangis lagi???kamu nggak suka ya???" ucapmu murung.
" saya bukan nangis alasannya nggak suka sama semangka ini, Yah malahan saya bahagia sekali! saya nangis alasannya terharu, terharu mendengar ucapanmu, Yah!!"
" sudah, jangan menangis lagi ya!!!" ucapmu sambil merangkulku yang masih terisak.
***
Airmata ternyata masih belum puas - puasnya mengalir di pipi ini entah sudah berapa banyak linangan airmata yang mengalir.
" bagaimana Yah??? apakah engkau sanggup mengingat dongeng lucu perihal buah semangka itu??? dongeng buah semangka yang tidak akan pernah saya lupakan!!"
Ayah, bergotong-royong saya masih memiliki beribu - ribu kisah hidup kita yang indah, semua itu masih tersimpan apik di dalam file - file memori otakku tetapi, saya tidak sanggup lagi untuk menceritakan semua itu kepadamu, Yah!!"
"Ayah janganlah menangis, ceritaku ini bukanlah untuk engkau tangisi, saya hanya ingin engkau sanggup berdiri dari kondisi KOMA mu ini!! Ayah, ternyata benar apa yang dikatakan oleh orang2 diluar sana, keadaan k0ma bukan berarti tidak sadarkan diri saja, tidak sanggup mencicipi dan mendengar orang2 disekelilingmu. Aku tahu tangismu ini berasal dari telingamu yang mendengarkan ceritaku dan hatimu yang sanggup merasakannya walaupun engkau tak bisa untuk membuka matamu walau hanya dalam hitungan detik." ucapku sambil menghapus airmatamu yang mengalir dari matamu yang terpejam dan mengalir dipipimu yang pucat.
THE END
PROFIL PENULIS
Ini cerpen kedua yang saya kirimkan ke halaman website ini. happy reading.. saya harap, kalian bahagia dengan cerpen cerpen saya.
Add my facebook: Poetry Tarra Andesta
Follow my twitter : @putritaraa
Add my facebook: Poetry Tarra Andesta
Follow my twitter : @putritaraa