Lampu Merah Cintaku - Cerpen Cinta

LAMPU MERAH CINTAKU
Karya Maratus Shopiyah

Satu per satu daun mulai gugur dan berterbangan diudara. Bebas, dirasakn oleh mereka yang berhasil lepas dari sang pohon. Layaknya diriku yang ,merasakn bebas terlepas dari kekejaman mu. Cinta tulusku yang kau balas dengan perselingkuhan. Kau putuskan kisah kasih kita, dan pergi menjalin hubunganmu kembali bersama dia. Dengan sukses kau menghancurkan diriku yang amat sangat menyayangimu.

Pohon-pohon menari dibalik jendela kamar kostanku. Apa kau juga rasakan apa yang saya rasakan pikirku dalam hati. Tak terasa air mataku mulai menetes kala mengingat kandasnya cinta kita.
Sebuah ketukan pintu menyadarkanku dari lamunanku, segara kuusap butir air mata itu. Segera ku ambil tasku dan membukakan pintu kamarku. Kusambut dia, Anya teman karipku semenjak SMA. Kami bekerja ditempat yang sama. Ia selalu memberi saya tebengan pulang perginya.Ia pun juga mengetahui perihal hubunganku yang telah kandas dengannya.

Lampu Merah Cintaku
Kami berangakt melewati kampus C UNAIR. Tempat kerja kami berada dikompleks perumahan sutorejo.  niscaya kalian mikirnya saya ajadi PRT alias pembantu rumah tangga. eits angan salah kami bekerjja disebuah toko online. Disana saya bekerja sebagai costumer service. Dari melayani costumer order, melayani pertanyaan-pertanyaan, hingga mendapatkan komplain dari pembeli.
Setelah 7 am melayani para costumer. Akhirnya waktu pulang pun tiba. Sore ini saya harus pulang jalan kaki. Karna hari ini hari sabtu. Ia akan pergi dahulu bersama pacarnya. Maklumlah anak muda. Nasip-nasip LDR-an dan endingnya tetep aja putus. I don’t like it very much.

Untung saja hari ini hari sabtu jadi pulangnya lebih awal dan tak harus buru-buru hingga kostan. Tepat dilampu merah seorang pria menaiki motor metic mio mengamatiku dari beling spionnya. Tapi saya hambar saja. Makhluk semanis saya nggak akan ad yang nolah hahahaha kepedean puollll. Kulanjutkan menyusuri jalan sajian kostan. hingga di kostan pribadi kulepas jilbabaku dan bergegas untuk mandi. Tapi baju-baju ku yang sudah menumpuk memaksaku untuk segara mencuci meraka. Huft capek bangedddd.
Hari ini hari ahad tapi saya tetap nekat monyet lembur untuk menambah penghasilanku bulan ini. Ya dari pada dirumah hanya tiduran trus bosen tidak ada teman mana saya betah coba? Tapi berhubung Anya tidak lembur saya harus jalan kaki untuk pergi kekerjaan.

Sampai dilampu merah kulihat lagi batang hidung lelaki yang yang mengendarai matic mio kemaren. Yha Allah apa ini, kenapa ia memandangiku sedemikian.
Aku belagak hambar kepadanya dan kulanjudkan menyusuri jalan. Selangkah demi selangkah alhasil saya hingga juga dikantor.
tak terasa sore pun tiba, matahari mulai menyembunyika dari sang cakrawala. Dan ku kembali menyusuri jalan. Capek banged. Tapi rasa lelahku tiba-tiba hilang ketika saya melihat lelaki yang belakangan ini selalu memperhatikanku.

Ia turun dari motornya dan menghampiriku. Betapa takutnya aku, ingin rasanya saya lari dari tatapan matanya. Tapi saya tak mampu. Lalu dengan berani ku teruskan perjalanannku dengan menundukkan kepalaku.
“ Hai” sapanya
“ Aku” tanyaku berklagak kurang pandai sembari menunukkan telunjuk ku ke arahku sendiri.
“ Iya siapa lagi. Aku Aka, sudah usang saya memperhatikanmu. Dan semakin saya memperhatikanmu semakin ingin saya menganalmu”

Setelah bencana tersebut saya dan Aka semakin akrab hingga alhasil Ia menyatakan rasa cintanya padaku.
“Via,, saya suka sama kau maukah kau menamani hari-hariku?” yah begitulah sikapnya, tak pernah basa-basi. Langsung saja to the point.

Jujur saja rasa sayangku ke mantanku belum hilang, tapi ketika ini saya juga mulai sayang pada lelaki yang sekarang berada didepan mataku.
“tapi kak Aka. Aku ini orang miskin. Buktinya saya harus bekerja tak bisa kuliah sepertimu.” Bantahku semoga ia sadar , Ia tak pantas mendapatkan gadis miskin sepertiku. Masih banyak perempuan yang lebih pantas untuknya. “ Aku tak yakin orang tuamu memengizinkan kita bersama. Karena setatus kita.. Aku.....”tiba-tiba tangannya menutup mulutku dengan begitu lembut.
“aku menyayangimu. Itu yang terpenting.”
Sejak ketika itu kami resmi menjadi seorang kekasih. Kami menjalani hubungan kami dengan bahagia. Ia mengantarku dan sesudah itu ia kembali ke kampus untuk kuliah. Setiap malam ahad kami pergi bersama. Aku pun juga jarang lembur hari minggu.dengan alasan ingin memperlihatkan waktu kepada pacarku.

Hingga suatu hari Aka berniat untuk mengenalkan ku kepada orang tuanya. Sebenarnya Aku menolak. Tapi apa dayaku menolak paksaannya.
“ owh jadi kau yang namanya via” tanyanya ketus
“iya tante” awabku dengan sopan.
Ia mengeluarkan suatu senyuman layaknya sedang menyindirku.
“ kau tau, kami ini orang berpendidikan, Aka ialah anak kami satu-satunya. Dia nggak pantes mendapatkan perempuan miskin kaya kamu, kau cuma mau manfaatin anakku saja kan!!!”

Aku sudah tak tahan dengan penghinaan mama kak Aka.
“ sselamat malam, saya permisi dahulu” kataku keluar rumah meninggalkan kak Aka dan Mamanya. Yha saya sadar saya tak pantas untuknya, karna status social kami yang berbeda.
Setelah itu kehidupanku kembali ibarat semula. Berangkat nebeng ke Anya. Dan lembur di hari minggu. Alasanku bukan untuk kejar setoran. Tapi berusaha mendelete memori Aka diotakku. Mungkin penghinaan mama Aka mulai bisa kulupakan. Tapi rasa sayangku padanya. Tak akan surut. layaknya bahari yang tak kan pernah kehabisan air.

Seperti biasa, setiap hari sabtu saya jalan kaki, karna anya yang akan malam mingguan dengan pacarnya. Kulewati lampu merah itu, teringat kembali ku kepadanya. Yang menciptakan saya tak habis fikir, sebegitu dangkalnyakah cintanya padaku. Sudah 3 ahad tak ada kabar. 1 pesanpun tak kuterima darinya. Atau mungkin Ia memang tidak boleh oleh mamanya bertemu saya dan mengajaknya untuk pindah dari Surabaya? Fikirku dalam hati.
Tak terasa langkah kakiku sudah hingga didepan pagar kos. Saat ku ingin mengambil kunci kamarku, sebuah bunyi yang tak absurd bagiku, bunyi perempuan paruh baya yang telah menginjak harga diriku.
Ia memegang tanganku dan berkata “selamatkan anakku”. Jantungku mulai berdetak, fiirasat buruk. Pikirku. Ia pun menceritakan yang teradi pada kekasihku.

Mama Aka menceritakan bencana malam itu. Aka yang begitu khawatir kepadaku pribadi mengambil sepeda motornya. Tepat sesudah saya mendapatkan sebuah bemo. Aka bermaksud untuk mengejar bemo yang ku naiki. Naas memang ketika Aka ingin menyalip sebuah mobil, dari arah berlawanan meluncurlah sebuah kendaraan beroda empat pajero yang melaju dengan kecepatan tinggi. Kecelakaan tak bisa terelakkan.
“hampir 3 ahad ini Aka koma di rumah sakit. Baru siang ini Ia sadar, Ia tak butuh kami orang tuanya. Aka butuh kamu, tolong selamatkan dia.”

Air mataku mulai jatuh. Betapa tidak kekasihku hampir 3 ahad koma, dan aku? Apa yang ku lakukan malah menganggap Ia sudah lupa padaku.

Setelah diriku mulai damai mama Aka mengajakku pergi kerumah sakit dimana Aka dirawat.
Betapa miris hatiku ketika kulihat tubuhnya yang terbaring lemah disebuah kamar nan megah. Ingin sekali ku menggantikan posisisnya. Ku masuk keruangan tersebut. Ku dudukkan tubuhku disebuah dingklik yang berada disamping Aka. Ku pegang tangannya yang begitu lemah. Inilah tangan yang selalu memberiku kehangatan, memberiku kasih sayang.

Tiba-tiba saja mata itu terbuka.
“Via,,,, kau nggak papa sayang” tanyanya dengan bunyi yang amat lirih, hampir saja saya tak mendengarkannya. “ harusnya saya yang tanya begitu kepadamu” sahutku.
“ saya selalu baik-baik saja kalau kau disampingku” awabannya yang sangat menyentuh memaksa air mataku kembali menetes. “ dan saya akan hancur ketika saya melihat air mata keluar dari mata indahmu”. “aku nggak nangis kok” sahutku melawan air mata ini. Namun sayang pertahananku hancur dan air mata itu tak sanggup lagi ku tahan. Tangan lembutnya mengusap air mata dipipiku.
“ Aku sayang kamu” katanya dengan penuh perasaan.
Sejak ketika itu hubunganku kembali terarjalin dengan Aka. Lampu merah sekarang berkembang menjadi lampu hijau.

PROFIL PENULIS
Nama Maratus Shopiyah
Lahir di Ngawi, 09 September 1994
Alamat facebook maratus shopiyah

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel