Teman Delusi - Cerpen Horor
Kamis, 06 Maret 2014
TEMAN ILUSI
Karya Yonanda Darmawilya
semenjak ayah dan bundanya bercerai,terpisah jauh tak lagi bersama. Tara, gadis gadis anggun yang gres minginjak masa remaja. Dan gres saja merayakan happy seventeen, berubah perilaku dan gaya bertemannya.
Sebenernya tara sudah mencicipi keretakan kekerabatan orang tuanya. Dia penah mendengar nama perempuan lainselain mamanya. Tapi ia tidak sanggup untuk melerai. Ia hanya berharap pertengkaran ini hanya bumbu kehidupan keluarganya.
semenjak ayah dan bundanya bercerai,terpisah jauh tak lagi bersama. Tara, gadis gadis anggun yang gres minginjak masa remaja. Dan gres saja merayakan happy seventeen, berubah perilaku dan gaya bertemannya.
Sebenernya tara sudah mencicipi keretakan kekerabatan orang tuanya. Dia penah mendengar nama perempuan lainselain mamanya. Tapi ia tidak sanggup untuk melerai. Ia hanya berharap pertengkaran ini hanya bumbu kehidupan keluarganya.
Kini ia hanya termenung menyesali kelangsungan hidupnya. Ia selalu berada di sebuah ayunan bertalikan tambang. Tempat yang menurutnyaaman dan nyaman. Pohon mangga yang rindang itu, kini menjadi rumah keduanya. Iahabiskan waktu sambil menatap kosong tak berirama.
Teman Ilusi |
Waktu itu hujan turun lebat dan beranginkan putaran dedaunan. Iatersadar bahwa hujan mulai turun. Tara pun bersiapuntuk berteduh. Namun langkahnya tertahan, ada seseorang yang menggengam tangannya.
“jangan pergi, hujan sudah lebat. Kamu sanggup sakit nanti” ucap orang misterius itu.
Sambil membalikan badan, seseorang misterius itu tiba-tiba kabur dan melepaskan tanganya. Disana tara tercengang dengan jantung berdebar. Wajahnya semulamerah merekah, kini menjadi pucat takberwarna. Tangannya pun masih mencicipi sentuhan itu
“siapa tadi? Kok tiba-tiba ada seseorang disini, padahal tembok pembatas tinggi begitu” ia bertanya dalam hati
Tara bertanya – Tanya dalam hati. Seseosok insan yang ia pikirkan, sudah menjadi banyangan makhluk halus. Tapi ia takmenganggap berlebihan. Ia pun melangkah meski hujanteramat lebat.
Langkah tara pun berlanjut. Tangannya menyilang seakan mencicipi kedinginan. Baru beberapa langkah saja, ia mencicipi keanehan. Kepalanya takbasah!?, padahal daras hujan bertubi-tubi membasahi bumi. Tara kali ini merinding, perasaanya tak enak
Lalu ia berusaha membalikan badanya. Ia melihat seseorang tadi dengan payung ditangannya. Wajah orang itu tak nampak, berkat jaket kulit berwarna hitam serta topi dengan warna yang senada dengan jaket, menempel di badanya
“hay…!! Siapa kamu? Dari mana asal kamu?” ucap tara berontak
“sudah, lihatlah kedepan. Kan kau jumpai ibu dan bibimu”
Tara pun mengikuti perintah sosok tersebut. Namun tak ia lihat ibu dan bibinya berdiri di depan sana. Lalu ia mencoba bertanya lagi
“tapi kau tuh si….” Tara terkejut setengah mati, orang itu kembali menghilang.
******
Esoknya. Tara terjaga dari kantuknya, dengan mata yang masih terkantuk ia melihat sosok ibunya. Ibu dengan hati-hati meletakan nampan berisikan roti dan apel merah segar yang sduh terbelah, di sebeleh ranjang.
“bu…”
“iya tara”memandang dengan senyum
“mana bibi ?”
“bibi? Mana ada bibi kesini. Ia kan sendang diluarkota” ucap ibunya kebingungan
“lho kok gitu? Tapi kata orang itu…” ucap tara namun terpotong
“kata orang? Siapa?
“kemarin ada orang yang memayungiku sampai teras rumah, kemudian pergi entah kemana”
“mana ada orang lain selain kau di sini?” ucap ib seprti naik darah
“tapi..”
“udah makan sana, ibu harus pergi kekantor”
Tara terdiam, mendengar ibunya sudah menaikan nada bicaranya. Ia cemberut sambil menahan dagu dengan kedua tangannya. Sedangkan ibunya sudah berkemas utuk berangkat ke kantor.
Ibu pergi. Tara kembali sendiri. Kembali ia duduki ayunan bertali tambang. Mengulangi lagi tatapan kosong, dengan tangan menggenggam tali. Kakinya belum mau menggerakan ayunan, tapi tiba-tiba saja ayunan bergerak sendiri. Tanpa di gerakkan.
“biar ku ayunkan” ucap orang misterius itu
“kamu!! Lagi-lagi tiba mendadak. Sebentar lagi juga kau menghilang”
“benarkah?”
“iya tau! Eh ngomong-ngomong kau tuh siapadan kenapa pakai baju serba hitam? Mau ngelayatya? Hahaha…” cerocos tara
“emangnya kau harus tau”
“iya! Kamu kok judes amat” samba membalikan badan
“ya begitulah aku”
Suasan hening, tak bersuara. Orang misterius itu masih menggerakkan ayunan. Tarapun masih menikmati ayunan itu.
“mengapa diam? Oh iya nama kau siapa?
“valhen”
“siapa?”
“ingat saja sendiri, tara”
“heyy !! bagaimana kau tau siapa nama ku?”
Namun sebelum pertanyaan itu terjawab. Sosok misterius itu sudah tak berada ditempat, dimana ia mengayunkan ayunan untuk tara. Ayunanpun terhenti. Rasa ingin tau yang begitu kuatdaridalam diri tara menciptakan ia mencoba mencari insan misterius itu. Ia mencari di antara semak-semak, kemudian dibelakang garasi sampai rela menaiki jenjang demi jenjang anak tangga, untuk melihatkeadaan di balik tembok yang tingginya dua meter itu.
“siapa sih kamu? Valhen…..” teriak tara menggema
Tara lalu, mengayunkan langkah kedalam rumah, dan ia dapati sebuah foto tergeletak di lantai, meski ia tak berfikir mengapa sanggup terjatuh. Ia melihat seseorang dengan rambut agak kriting berjangut tipis,mengenakan baju warna biru dengan kata valhen bergaya font Algerian.
Oh hari yang berta bagi tara, ia merasa mual dengan bencana ini. Tentang si misterius dan valhen yang ia ucap. Tarapun rebah, terkapar di lantai teras.
******
Belum sadar akan keadaan anaknya kini, menciptakan ibu gelisah. Sambil berharap-harap cemas dan menunggu dokter yang masih menyidik keadaan fisik tara.
“anak ibu, Cuma kecapekan, saya beri resep ini. Silahkan ibu membelinya di apotik”
“tapi dok, anak saya tak menglami penyakit mematikan?”
“ah, ibu mengada-ada saja. Tara hanya kecapekan saja serta butuh istirahat”
Dokter pergi. Ibu segara membeli obat sesuai resep yang di berikan dokter.
******
Tara terbangun, ia jumpai rumah dengan keadaan kosong, kepalanya masih terasa pusing. Tara coba duduk dengan menyandardi kepala kasur. Mencoba memandang bebas apa yang ada di balikjendela.
Lalu ia melihat seseorang duduk di ayunan, kemudian berdiri dan memutar badan,melangkah dan menghilang di balik pohon. Ia seakan terkejut ketika tara melihatnya.
Tara bangun dari kasur dan segera keluar. Namun saying langkah tara terhenti ketika ia sadar ada ibu di depannya.
“kamu mau kemana?”
“mengejar valhen bu, ia sahabat ku di…”
“tara !! dari man kau tau valhen??”
“memangnya siapa itu valhen bu ??”
“bukan siapa-siapa”
“jujurlah bu, ia sosok misterius yang menemaniku akhir-akhir ini”
“apa?”
******
“oh begitu jadinya, tragis sekali hidupnya”
“ya, ia dulu anak tiri ibu, ia kakakmu. Ia pernah ingin membunuh ibu, ingin menusuk ibu”
“lalu apa hubunganya dengan baju yang bertuliskan valhen?!”
“baju itu yakni donasi dari ibu kandungnya, pada program ulang tahun yang ke tujuh belas, alasannya sudah lam terletak dan warna nya sudah mulai kusam. Ibu tak sengaja menjadikannya kain lap pel”
“lalu apa reaksi ia “
“dia marah, ia ambil pisau. Lalu ia mencobamenusukkan pisau kearah ibu. Ayah tiba-tiba tiba dan kemudian menendangnya sampai terdorong. Kepala nya terbentur kerasdi dinding”
“ia masih hidupkah bu?”
“kepalanya mengalami pendarahan hebat, darah keluar dengan cepat. Ayah panic, ibu pun panic tak mau ayah masuk penjara. Dan kamisepakat menguburinya di bawah pohon itu.” Ibu menunjuk pohon dimana tara berayun dengan kesunyian hatinya
“semoga ia tenag di alam sana. Ibu juga harus tenang, ia juga tau. Ibu dan ayah tak salah dalam hal ini. Buktinya ia tak mengusik ketenanganku, malah ia selalu menemaniku ketika ibu tidak ada di sisi ku”
“jangan pergi, hujan sudah lebat. Kamu sanggup sakit nanti” ucap orang misterius itu.
Sambil membalikan badan, seseorang misterius itu tiba-tiba kabur dan melepaskan tanganya. Disana tara tercengang dengan jantung berdebar. Wajahnya semulamerah merekah, kini menjadi pucat takberwarna. Tangannya pun masih mencicipi sentuhan itu
“siapa tadi? Kok tiba-tiba ada seseorang disini, padahal tembok pembatas tinggi begitu” ia bertanya dalam hati
Tara bertanya – Tanya dalam hati. Seseosok insan yang ia pikirkan, sudah menjadi banyangan makhluk halus. Tapi ia takmenganggap berlebihan. Ia pun melangkah meski hujanteramat lebat.
Langkah tara pun berlanjut. Tangannya menyilang seakan mencicipi kedinginan. Baru beberapa langkah saja, ia mencicipi keanehan. Kepalanya takbasah!?, padahal daras hujan bertubi-tubi membasahi bumi. Tara kali ini merinding, perasaanya tak enak
Lalu ia berusaha membalikan badanya. Ia melihat seseorang tadi dengan payung ditangannya. Wajah orang itu tak nampak, berkat jaket kulit berwarna hitam serta topi dengan warna yang senada dengan jaket, menempel di badanya
“hay…!! Siapa kamu? Dari mana asal kamu?” ucap tara berontak
“sudah, lihatlah kedepan. Kan kau jumpai ibu dan bibimu”
Tara pun mengikuti perintah sosok tersebut. Namun tak ia lihat ibu dan bibinya berdiri di depan sana. Lalu ia mencoba bertanya lagi
“tapi kau tuh si….” Tara terkejut setengah mati, orang itu kembali menghilang.
******
Esoknya. Tara terjaga dari kantuknya, dengan mata yang masih terkantuk ia melihat sosok ibunya. Ibu dengan hati-hati meletakan nampan berisikan roti dan apel merah segar yang sduh terbelah, di sebeleh ranjang.
“bu…”
“iya tara”memandang dengan senyum
“mana bibi ?”
“bibi? Mana ada bibi kesini. Ia kan sendang diluarkota” ucap ibunya kebingungan
“lho kok gitu? Tapi kata orang itu…” ucap tara namun terpotong
“kata orang? Siapa?
“kemarin ada orang yang memayungiku sampai teras rumah, kemudian pergi entah kemana”
“mana ada orang lain selain kau di sini?” ucap ib seprti naik darah
“tapi..”
“udah makan sana, ibu harus pergi kekantor”
Tara terdiam, mendengar ibunya sudah menaikan nada bicaranya. Ia cemberut sambil menahan dagu dengan kedua tangannya. Sedangkan ibunya sudah berkemas utuk berangkat ke kantor.
Ibu pergi. Tara kembali sendiri. Kembali ia duduki ayunan bertali tambang. Mengulangi lagi tatapan kosong, dengan tangan menggenggam tali. Kakinya belum mau menggerakan ayunan, tapi tiba-tiba saja ayunan bergerak sendiri. Tanpa di gerakkan.
“biar ku ayunkan” ucap orang misterius itu
“kamu!! Lagi-lagi tiba mendadak. Sebentar lagi juga kau menghilang”
“benarkah?”
“iya tau! Eh ngomong-ngomong kau tuh siapadan kenapa pakai baju serba hitam? Mau ngelayatya? Hahaha…” cerocos tara
“emangnya kau harus tau”
“iya! Kamu kok judes amat” samba membalikan badan
“ya begitulah aku”
Suasan hening, tak bersuara. Orang misterius itu masih menggerakkan ayunan. Tarapun masih menikmati ayunan itu.
“mengapa diam? Oh iya nama kau siapa?
“valhen”
“siapa?”
“ingat saja sendiri, tara”
“heyy !! bagaimana kau tau siapa nama ku?”
Namun sebelum pertanyaan itu terjawab. Sosok misterius itu sudah tak berada ditempat, dimana ia mengayunkan ayunan untuk tara. Ayunanpun terhenti. Rasa ingin tau yang begitu kuatdaridalam diri tara menciptakan ia mencoba mencari insan misterius itu. Ia mencari di antara semak-semak, kemudian dibelakang garasi sampai rela menaiki jenjang demi jenjang anak tangga, untuk melihatkeadaan di balik tembok yang tingginya dua meter itu.
“siapa sih kamu? Valhen…..” teriak tara menggema
Tara lalu, mengayunkan langkah kedalam rumah, dan ia dapati sebuah foto tergeletak di lantai, meski ia tak berfikir mengapa sanggup terjatuh. Ia melihat seseorang dengan rambut agak kriting berjangut tipis,mengenakan baju warna biru dengan kata valhen bergaya font Algerian.
Oh hari yang berta bagi tara, ia merasa mual dengan bencana ini. Tentang si misterius dan valhen yang ia ucap. Tarapun rebah, terkapar di lantai teras.
******
Belum sadar akan keadaan anaknya kini, menciptakan ibu gelisah. Sambil berharap-harap cemas dan menunggu dokter yang masih menyidik keadaan fisik tara.
“anak ibu, Cuma kecapekan, saya beri resep ini. Silahkan ibu membelinya di apotik”
“tapi dok, anak saya tak menglami penyakit mematikan?”
“ah, ibu mengada-ada saja. Tara hanya kecapekan saja serta butuh istirahat”
Dokter pergi. Ibu segara membeli obat sesuai resep yang di berikan dokter.
******
Tara terbangun, ia jumpai rumah dengan keadaan kosong, kepalanya masih terasa pusing. Tara coba duduk dengan menyandardi kepala kasur. Mencoba memandang bebas apa yang ada di balikjendela.
Lalu ia melihat seseorang duduk di ayunan, kemudian berdiri dan memutar badan,melangkah dan menghilang di balik pohon. Ia seakan terkejut ketika tara melihatnya.
Tara bangun dari kasur dan segera keluar. Namun saying langkah tara terhenti ketika ia sadar ada ibu di depannya.
“kamu mau kemana?”
“mengejar valhen bu, ia sahabat ku di…”
“tara !! dari man kau tau valhen??”
“memangnya siapa itu valhen bu ??”
“bukan siapa-siapa”
“jujurlah bu, ia sosok misterius yang menemaniku akhir-akhir ini”
“apa?”
******
“oh begitu jadinya, tragis sekali hidupnya”
“ya, ia dulu anak tiri ibu, ia kakakmu. Ia pernah ingin membunuh ibu, ingin menusuk ibu”
“lalu apa hubunganya dengan baju yang bertuliskan valhen?!”
“baju itu yakni donasi dari ibu kandungnya, pada program ulang tahun yang ke tujuh belas, alasannya sudah lam terletak dan warna nya sudah mulai kusam. Ibu tak sengaja menjadikannya kain lap pel”
“lalu apa reaksi ia “
“dia marah, ia ambil pisau. Lalu ia mencobamenusukkan pisau kearah ibu. Ayah tiba-tiba tiba dan kemudian menendangnya sampai terdorong. Kepala nya terbentur kerasdi dinding”
“ia masih hidupkah bu?”
“kepalanya mengalami pendarahan hebat, darah keluar dengan cepat. Ayah panic, ibu pun panic tak mau ayah masuk penjara. Dan kamisepakat menguburinya di bawah pohon itu.” Ibu menunjuk pohon dimana tara berayun dengan kesunyian hatinya
“semoga ia tenag di alam sana. Ibu juga harus tenang, ia juga tau. Ibu dan ayah tak salah dalam hal ini. Buktinya ia tak mengusik ketenanganku, malah ia selalu menemaniku ketika ibu tidak ada di sisi ku”
Tepat dimana hari ulang tahun si misterius itu, ibu dan tara sengaja memanjatkan doa di kawasan ia dukuburkan, di bawah pohon yang dihiasi ayunan itu. Dan berharap semoga arawah nya diterima disisi tuhan. Saat tara mulai pergi menjauh dari pohon itu, ia mendapati si misterius itu tersenyum.
PROFIL PENULIS
Nama : Yonanda Darmawilya
TTL : 19-05-1995
Alamat : Pariaman
TTL : 19-05-1995
Alamat : Pariaman