Ahh..Really?!.. - Cerpen Remaja

AHH...REALLY?!..
Karya Deandrasari Malikha Gresiyanti
Baru kali ini ada orang yang berani nyinggung Dafa. Tepat dikala istirahat pertama berakhir, waktu itu saya sedang asyik baca novel di kelas. Jangan salah, walaupun saya sedang baca buku bukan berarti saya lupa daratan.

Sambil terus baca buku *lebih tepatnya pura-pura* telingaku mendengar kalimat olok-olokan yang serius dan planning mengerjai secara keterlaluan. Targetnya kali ini sobat karibku DAFA! Ada gank di sekolah ini yang cuma berani Nindys orang. Mana royokan lagi! coba tantang 1 lawan 1 mereka udah kabur duluan.

Dafa Surya Permana sahabatku dari kelas 1 Sekolah Menengah Pertama dan kita tetep sahabatan hingga kini kelas 2 Sekolah Menengan Atas ahli kan? Dafa itu luarnya emang culun bukan main. Kayaknya cuma saya satu-satunya orang yang pernah ngeliat tampang aslinya sehabis keluarga besarnya sendiri. Penampilan casing Dafa memang menyedihkan.
Rambut licin, jalan nunduk dan kacamata super gede. Aku juga heran sendiri kenapa sahabatku gini amat, miris. Pertama kenal, waktu saya lagi latihan karate. Dafa memang nggak pake kacamata dari sononya. Kita sama-sama ban kuning waktu itu.
Ahh..Really?!.
Dafa itu lagi istirahat, nggak tau ada apa beliau eksklusif nyapa aku. “Eh, kau Nindy kan?” saya eksklusif noleh. “Iya, kau siapa?” “Kenalin, saya Dafa!” Dafa menjabat tanganku. Kesan pertama ngelihat Dafa saya heran banget, jarang-jarang ada anak yang sok bersahabat denganku. Ternyata Dafa anak dari sobat papaku, otomatis kita sahabatan juga.

Dafa memang keren jikalau nggak dandan culun gitu. Nggak tau kenapa waktu ke sekolah beliau jadi culun banget. Aku sempet ngenalin Dafa ke beberapa temen pria yang se-club denganku di club bahasa Inggris. Mereka terbuka banget sama Dafa, sejak itu Dafa nempel sama saya terus.
Yah... sampe kini belum ada ceritanya saya dibelain sama Dafa, yang ada Dafa yang kubelain. Waktu dijailin sama panitia MOS, waktu dituduh nyuri sepatu Pak Gambang, dan waktu-waktu yang lain. Soalnya ini anak kayaknya letoy banget jikalau di sekolah, jadi beliau minta supaya saya nyembunyiin identitas aslinya.

Kembali ke topik awal.. “Daf! Daf!” saya menepuk pundak Dafa yang asik sama laptopnya. “Apaan?” tanya Dafa sambil terus melototin layar laptop. Aku yang nggak sabaran eksklusif nutup layar laptop dari depan. “Eh! Kok dimatiin! Nin!!!!!” hasilnya pipiku dicubit, yah walaupun nggak sakit, tidak mengecewakan bikin saya meringis.
“Ada apa sih?” Dafa gres merhatiin aku. “Kamu tau nggak? Kamu itu mau dijailin sama gank rusuh!” seru aku. “Trus?” tanya Dafa. “Mungkin kau pulang sekolah nanti bakal dikerjain.” saya menerawang. “Kamu mau dipukulin apa?” teriakku sewot. “Ya enggak lah! Bego’ banget dipukulin diem aja!” Dafa protes.

Kita nyusun rencana, justru lebih jail. Orang-orang yang mau ngejailin Dafa selalu bawa sepeda motor ke sekolah. Walhasil, kita minta paku buat ngebocorin ban sepeda orang yang bersangkutan. Nggak cuma itu, kita juga sempet ngasih lem berpengaruh di jok sepedanya.
Bel pulang, Dafa sama saya biasa-biasa aja. Dafa eksklusif ngegaet ke parkiran. Seperti yang diduga, mereka ber-4 susah buat turun dari sepeda masing-masing. Aku sama Dafa ngumpet di balik tembok sambil cekikikan. Rasain!

Sudah puas ngeliat orang-orang jail itu, kita melenggang pulang. Waktu mau nyebrang jalan, “Awas!” jeritku. Dafa nggak sengaja kesenggol sepeda motor, kacamatanya eksklusif jatuh. Dafa mau ngambil tuh ceritanya, saya eksklusif narik badannya dan.. Prak.. kacamata Dafa kelindes bus.
“Wuih, trims banget kau udah nyelametin aku, lagi.” ungkapnya cengengesan. “Udah biarin aja kacamataku tadi, berarti emang udah waktunya nunjukin identitas asli.” senyum Dafa mengembang. “Trus kau besok mau ganti penampilan?” tanyaku cuek. “Maybe yes, maybe not..” Dafa menerawang. Dafa dan aku, melenggang pulang dengan santai menyerupai biasanya.
“Pantes.. beliau takut sama wajah aslinya..” Kak Rio geleng-geleng kepala. “Takut tenar dia.” Kak Rio berujar lagi. Saat ini, saya dan Kak Rio lagi asik duduk di teras rumah. Itu tadi reaksi Kak Rio waktu ngeliat foto Dafa berwajah asli. “Lagian kak, beliau orangnya nggak suka menonjol. Tapi kemarin, beliau kayaknya udah frustasi gitu nyembunyiin ID aslinya.” Balasku sambil mencomot cheese cake dari piring.

Masalahnya, Dafa itu anggota OSIS di sekolah yang paling culun. Banyak adik kelas yang ngeledekin. Entah apa reaksi mereka besok. Aku cuma sanggup berdo’a semoga Dafa nggak di jailin lagi sama gank rusuh kemarin. Yah.. besok saya juga harus nyiapin diri buat olahraga. Zzz...
Ternyata benar apa yang udah kuduga kemarin. Dafa jadi inceran perempuan manis di sekolah. Nasib... nasib... saya cuma sanggup sama beliau waktu jam pulang sama berangkat sekolah. Nggak kayak dulu, yang tiap istirahat selalu nempel.
Hubunganku sama Dafa usang kelamaan makin jauh. Jauh banget malahan. Tapi, saya juga harus ngebiarin beliau nikmatin dunia baru. Sebagai salah satu pria tercakep di sekolah ini. Semoga, Dafa nggak lupa denganku.

Hari Sabtu, pulang cepet! Yay! Seperti biasa, Dafa bakal nungguin saya di koridor kelas. Waktu saya jalan setengah lari, udah keliatan pria jakung itu bangkit bersandar ke dinding. Aku menghampirnya dengan cepat.
“Yuk pulang!” saya jalan gitu aja ngelewatin beliau sambil masang tampang happy. “Tungguin dong!” Dafa narik lenganku. “Apa?” saya berpaling. “Gini, kau sanggup nggak nolongin saya lagi?” Dafa memohon. “Please.. saya udah tau jikalau ada emansipasi perempuan jaman sekarang, tapi bukan berarti saya harus nolak 5 perempuan dalam waktu 3 hari. Aku nggak tega ngeliat mereka nangis.” Jelas Dafa panjang lebar.
“Kenapa nggak diterima aja? Gampang kan?” saya melengos pergi. “Yah.. jikalau saya nggak suka gimana?” tanya Dafa menghalangi jalanku. “Ya sudah, itu tergantung kamunya gimana.” Aku berjalan kembali, Dafa eksklusif berjalan cepat di depanku. “Ada apa lagi sih? Udah yuk! Pulang..” Dafa tetap bangkit di depanku.
“Maaf ya Nin, saya jadi jauh sama kamu. Udah 3 ahad kayak gini terus.” Raut wajah Dafa muram. “Iya iya! Udah lah, nggak apa-apa kok! Aku juga ingin kau ngerasain hidup yang beda.” Aku menepuk pundaknya. “Jadi? Aku boleh nempel lagi kan sama kamu?” Dafa memohon. “Nempel? Memangnya perangko nempel?” saya tertawa.
“Lagian susah sih bersahabat sama orang populer..” ledekku. Dafa terkejut, dan tertawa kencang. “Aku? Populer? Ngaco!” Dafa mengacak rambutku. Senang sekali kembali menyerupai dulu.
“Nin! Kakak pinjam komik Conan yang edisi 195 ya!” Kak Rio berteriak dari atas. “Iya! Ambil aja kak! Jangan lupa di kembaliin di tempatnya ya kak!” saya berteriak dari tangga. “Beres!” jawab Kak Rio. Aku membuka kulkas dan mengambil jus jambu, kemudian duduk kembali di ruang tengah.

Handphone-ku berdering. Tertulis nama “Si DaCu” alias “Dafa Culun” “What’s up?” tanyaku. “Aku pengen kau keluar kini ya! Pakai baju yang bagus! Jangan pakai celana pendek atau panjang. Pakai dress yang kau pakai waktu pesta perayaan. Aku tunggu di depan!” Dafa eksklusif memutus sambungan.
Apaan? Belum sempet jawab apapun udah di tutup, dasar si Culun! Apa boleh buat, saya harus mengikuti hukum gila Dafa tadi. Pakaianku, dress berwarna pastel berpita di bab depan pinggir. Tatanan rambut, hanya kugerai dan ditambah bandana dengan perhiasan bunga. Alas kaki, hanya flat shoes yang senada dengan dress ini.
☻☺

Setelah kupastikan semua tertata rapi, eksklusif saya mengambil tas kecil yang hanya kuisi dompet dan handphone kemudian bergegas keluar. Papa dan mama sedang menonton tv di ruang keluarga, mereka tak sengaja melihatku dengan pakaian rapi. “Mau kemana Nin?” tanya papa. “Tadi, Dafa nelepon Nindy terus nyuruh keluar pakai dress mama ini.” Jelasku. “Bener kan? dress mama itu memperlihatkan dampak positif?” mama tergelak disusul papa.

Aku hanya mendengus jengkel, “Ma, heran deh! Masa’ suka sih sama baju menyerupai ini? Kan susah bergerak?” protesku. “Sayang, ke sini sebentar.” Mau tak mau, saya berjalan dan duduk diantara mama dan papa. “Sayang, perempuan itu harus tampil secantik mungkin. perempuan harus menonjolkan diri dengan sifat perempuannya, begitu pula dengan laki-laki.” Jelas mama panjang lebar.
“Papa juga begitu, papa menginginkan anak papa memiliki keistimewaan masing-masing tanpa meninggalkan takdirnya.” Papa tersenyum hangat. Benar juga, perempuan tidak sanggup mengubah dirinya menjadi laki-laki. Seberapapun kerasnya beliau berusaha, jiwanya niscaya tetap perempuan, begitu juga sebaliknya.

Aku berpamitan dengan orang tuaku dan eksklusif keluar rumah. Hanya berjalan beberapa meter, Dafa sudah terlihat menunggu sambil menengadahkan kepalanya ke langit. Aku berjalan cepat dan eksklusif menepuk pundaknya. “Hei! Ngelamun aja! Kalau kesambet, tambah culun lho!” saya mengagetkannya.
Dafa terkejut dan mendengus sebal. “Kamu ini! Bikin kaget! Tambah culun? Biarin!!” Dafa mengacak-acak rambutku. “Ih! Tadi disuruh rapi malah di ancurin!” jeritku sambil menepis tangan Dafa dan melayangkan cubitan keras di rusuk Dafa. “Sakit tau!” Dafa meringis dan eksklusif berlari meninggalkanku. Aku mengejarnya dengan sebal.

Dafa berlari menuju bukit yang terletak tak jauh dari kompleks perumahan kami. Tiba-tiba, kakiku tersandung dan menabrak Dafa yang berada di depanku. Brukk.. jatuhnya kami meninggalkan rasa sakit di sana-sini. Aku terjatuh tetapi tertahan oleh tubuh Dafa yang berposisi telentang.
“Wa!!!!!!!!!!!!” saya menjerit keras dikala wajahku dan Dafa berjarak sangat dekat. Aku eksklusif terduduk sambil membersihkan kaki dari rumput. “Kamu jikalau jalan liat-liat dong!” protes Dafa sambil mencoba duduk. Aku meringis menahan sakit, sementara Dafa membersihkan rambutnya.
☻☺


“Aku kesandung sih! Jadinya eksklusif nabrak deh! Untung ada kau di depanku, jadinya bajuku nggak kotor kena rumput.” Aku terkekeh. “Kamu yummy nggak kotor, saya ini yang kasian.” Gerutu Dafa. “Iya, iya..” saya membersihkan rumput yang berada di pundaknya. “Udah, kau nggak usah bersihin saya segala, kau sendiri masih banyak rumputnya.” Ledek Dafa sambil memperlihatkan rumput yang berasal dari kakiku.
Kami berdua saling membersihkan rumput yang menempel. “Kamu sih! Pake’ program lari-larian!” saya memprotes. “Siapa yang kesandung?” balas Dafa. “Aku..” jawabku dengan tampang polos. “Nah itu! yang salah kan berarti kamu!” Dafa meledek. “Kamu tau!” balasku. “Kamu!” “Kamu!” “Kamu!” “Kamu!” -_____-
Kami saling menyalahkan, menyerupai anak kecil. Kami merebahkan diri di atas rumput kolam permadani. “Kenapa sih ngajak keluar?” tanyaku bete’ “Ya.. semoga kau nggak bosen di rumah terus.” Jawab Dafa sambil memandang langit. “Aku nggak bosen tuh!” saya mulai protes. Dafa berpaling ke arahku dan mencubit pipiku. “Iya iya bawel! Terserah deh..” “Ih.. merah nih pipiku!” protesku lagi. “Hehehe...” Dafa meringis.

Hening... hanya terdengar bunyi ukiran daun alasannya yaitu angin. Kami saling karam dalam pikiran masing-masing. “Kamu percaya nggak jikalau saya suka sama kamu?” Dafa duduk berhadapan denganku. “Kenapa tiba-tiba sih?” saya eksklusif tegang. “Lebih cepat lebih baik.” Senyumnya mengembang.

Wajahku mendadak hangat. “Jangan bercanda yang aneh-aneh!” saya mengacak rambut Dafa dengan gemas. Tanganku digenggamnya “Aku nggak bercanda..” raut wajah Dafa berubah. “Eh..?” saya terdiam. Oke! Kali ini saya gugup, sangat gugup. Seorang pria culun mendadak tenar, sedang berbicara gila di depanku.
“Ya..ya, jikalau kau suka sama aku, masuk akal lah... orang renta kita kan kenal dekat.” Aku menerawang dan menjawab sebisanya. Dafa menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan lalu.. “Will you be my girlfriend?” wajahnya sangat dekat. Aku memegang bahunya dan mendekatkan wajahku. “Daf, It’s so ridiculous.” saya eksklusif bergeser mundur.

Dafa mendengus gemas.. dan hanya kutanggapi dengan mengacak rambutnya kencang. “Uh.. susah jikalau menyerupai ini caranya!” Dafa memaki diri sendiri. Aku mendorong tubuhnya. “Kamu sih! Aku beneran tau!!!” Dafa mencubit kedua pipiku. Aku mencengkram kedua tangannya. Dafa eksklusif melepas cubitannya.
“Kamu belum pernah nembak perempuan sebelumnya ya?” tanyaku. “Mana ada sih, yang mau sama pria culun?” Dafa menerawang. “Ada kok!” tukasku. “Heh? Siapa?” tanya Dafa antusias. “AKU!” jawabku kencang sambil berkacak pinggang. Dafa eksklusif mengacak-acak rambutku dengan gemas sambil berkata "Makasih udah suka sama saya yang culun ini."
PROFIL PENULIS
Nama : Deandrasari Malikha Gresiyanti
Kelas/Sekolah : 2/SMP Negeri 1 Cilacap.
Facebook : http://www.facebook.com/deaandrasari.greesiyanti

Terimakasih banyak buat yang baca ^^

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel