Dosie - Cerpen Cinta

DOSIE
Karya Lenny Puspita Sari

Panasnya matahari yang begitu menyengat tubuh ini seolah enggan berganti dengan kesejukan, atau langit seolah enggan pula menumpahkan titik - titik air darinya dan seolah alam enggan pula meniupkan angin supaya mengurangi temperatur panas hari ini. Tapi semua itu tidak menyurutkan saya untuk menuju ke daerah kerjaku. Ya, tepatnya hari ini saya pertama kalinya masuk kerja dengan menjabat sebagai Manager Toko Grosir. Ini jabatan baruku sesudah usang saya menjadi seorang sales keliling yang menjajakan suatu produk dengan “door to door” alias dari pintu kepintu rumah. Dengan semangat sekali saya memasuki sebuah toko yang nantinya akan mengubah hidupku. Dengan senyuman ramah dan rasa percaya diri saya menyapa hampir semua karyawan – karyawan toko. Tak mirip yang kubayangkan sebelumnya, ku pikir saya tidak akan dihiraukan tapi ternyata malah sebaliknya, mereka semua menyambut hangat kedatanganku, mereka membalas senyum dan sapaku.

Sedikit imajinasiku mengenang masa lalu, seolah hari ini saya menjadi orang yang berbeda. Dulu saya yang tidak dihiraukan, padahal hanya ingin memperlihatkan sebuah produk saja, saya tidak pernah diberi kesempatan. Tapi sekarang, saya begitu dihormati dan dihargai sama mereka, bahkan saya dianggap oleh mereka yang dulu mereka ada yang menganggap aku, ada dan sebagian tidak.
Sejenak tubuhku mematung, mirip insan yang dimasukkan kedalam ruangan frozen dan membeku yang untuk berucap saja susah dan hanya bisa menitikkan air mata alasannya ialah menahan hambar dan membeku mirip es batu.
Dosie
Tanpa sadar saya melihat lelaki bau tanah renta, berambut putih, menggunakan kemeja putih kotak – kotak dan bergaris hitam dan menggunakan celana kain hitam pula beserta tongkat ditangan kanannya yang memandunya berjalan menuju ke arah salah satu karyawan toko. Kulihat lelaki bau tanah itu menyodorkan sebuah kertas mungil berwarna putih berbentuk persegi empat kepada karyawan dan tampaknya karyawan itu terlihat kebingungan. Aku segera menghampiri mereka dan kukatakan ...
’’ Ada yang bisa saya bantu Pak?’’

Dengan cepat karyawan toko mengatakan secarik kertas mungil berwarna putih berukuran persegi empat tadi kepadaku dan kertas itu bertuliskan dosie. Alias D_O_S_I_E. Keningku pun mengerut dan bertanya lagi pada lelaki bau tanah itu ...
’’ Sejenis apa ya ini Pak? ’’
’’ Sejenis minuman, makanan, sayuran atau sejenis apakah ini? ’’
’’ Maaf sebelumnya kalau saya sedikit kebingungan...’’
Lelaki bau tanah itu hanya membisu mematung, tanpa bicara sepatah katapun. Padahal lelaki bau tanah itu memandangi dan memperhatikan benar pertanyaanku. Sampai ku ulangi lagi pertanyaanku, lelaki bau tanah itu pun masih dengan perilaku yang sama. Ku pikir sesudah ku ulangi pertanyaanku, ia akan menjawab, ternyata sama saja. Lalu dengan cepat ku putuskan untuk memanggil salah satu karyawan. Sayang, lelaki bau tanah itu terburu pergi meninggalkanku dan secarik kertas yang bertuliskan DOSIE.
***

Akupun kembali duduk keruanganku. Kertas Ini mirip mencambukku. Aku kelihatan mirip kerbau bodoh, yang Cuma berbadan besar yang bisanya berjalan sambil mencari rumput dan ketika kenyang saya akan pulang ke kandangku dengan sendirinya tanpa digiring.
Aku nggak mau kelihatan terbelakang mirip ini. Pikiranku pun mulai merayap kemana – mana bagaikan laron – laron yang ingin keluar dari persembunyiannya dan ingin segera mendatangi lampu – lampu yang tengah menyala. Ku panggil semua karyawan toko dan ku kumpulkan mereka satu persatu untuk diadakan breafing mendadak atau yang bersifat urgent.

Tak usang kemudian, semua karyawan berkumpul di ruanganku dan saya mulai dengan pertanyaanku...
’’ Kalian tahu nggak apa itu DOSIE? ’’
’’ Sejenis apa DOSIE itu? ’’
’’ Apa toko kita menjualnya? ’’

Salah satu karyawan ada yang bilang...
’’ Salah nulis mungkin Pak...DOSIS kali bukan DOSIE...’’
Tampak mereka tertawa semua mendengar jawaban dari salah satu karyawan.

Tapi karyawan yang tadi bersamaku dengan lelaki bau tanah itu bilang padaku.
’’ Bapak terlalu konyol bila ingin tahu apa itu DOSIE.”
’’ Hanya gara – gara lelaki bau tanah bisu yang rumahnya di seberang toko kita. Dia sudah bau tanah Pak, salah nulis, pikun, tidak mengerti atau masih banyak yang lainnya.’’

Rasanya saya ingin berteriak dan menampar karyawan itu. Kenapa dengan lancang berbicara mirip itu. Karna saya masih baru, apalagi ini hari pertamaku, rasanya mustahil , saya akan berteriak keras dan menampar karyawan buruk itu. Ku tahan dan kuredam amarahku dan akupun mulai berbicara pada mereka.
’’ Rasanya terlalu angkuh, kalau kita menganggap diri kita yang masih muda dengan kata sempurna. Banyak kita yang masih muda malah pikun, jauh dari kata tepat atau yang lainnya. Yang saya takutkan, lelaki bau tanah itu benar – benar membutuhkan DOSIE ini, dan alangkah menyesalnya kita kalau kita tidak bisa membantunya, atau mungkin ini sebuah kesempatan lelaki bau tanah itu yang kita tidak tahu. Andaikan DOSIE ini sebuah obat untuk orang sakit, terus kalau DOSIE ini benar – benar obat untuk orang sakit, dan lelaki bau tanah itu tadi tidak bisa menemukannya. Bisa kita bayangkan...
’’ Apa yang akan terjadi? Mungkin yang sakit tadi jadi tidak tertolong, dan apa namanya kalau kita tidak membunuh sebuah nyawa.’’
***

Malam harinya saya tidak bisa tidur dengan tenang. Jabatan sebagai seorang Manager rasanya sudah menampar diriku sendiri. Sejenak mematung dan memandangi secarik kertas mungil berwarna putih dan berukuran persegi empat yang bertuliskan DOSIE alias D_O_S_I_E, dengan sigap kuambil telepon genggam dan ku sms semua sahabat – temanku dengan kiriman sms pertanyaan yang sama...
’’ Apa itu DOSIE? ’’

Beragam jawaban mereka dengan sedikit canda’an...
’’ DASI mungkin bukan DOSIE...’’
Ada yang bilang juga itu bahasa monyet dan hanya monyet yang tahu.
Seolah enggan membaca jawaban sms dari mereka karna sama sekali tidak ada jawaban yang mengena tepat sasaran, menyerupai anak panah diluncurkan dengan sembarangan tanpa membidik suatu mangsa untuk diserang.

Ku ambil laptop dalam tasku, ku tulis dalam blogku...
’’ Apa karenanya bila secarik kertas mungil berwarna putih dan berbentuk persegi empat yang bertuliskan DOSIE yang terangkai dari aksara D_O_S_I_E ini tidak bisa kucari jawabannya?
’’ Berakibat fatalkah ini? ’’
’’ Tuhan... bisikkan arti kata DOSIE di kertas mungil ini? ’’

Tiba – tiba ada jawaban yang masuk dari salah satu sahabat komunitasku.
’’ DOSIE...”
’’ Kalau nggak salah DOSIE itu diambil dari bahasa Cina dech...kalau nggak salah lagi dan seingatku DOSIE itu bundar, lonjong dan berisi.’’

Seolah membelalakkan mataku dan ku jawab ’’ terima kasih ’’ pada salah satu sahabat dalam komunitas komunitas blogku tadi. Ku tutup blogku dan akupun beranjak ke daerah tidur seolah besok sudah bersiklus dalam benakku ialah satu persatu barang dalam toko harus difoto dan akan saya lihat satu persatu guna mencari apa arti DOSIE...
Meskipun belum lega karna saya belum tahu jawabannya. Setidaknya besok sudah ada planning yang harus dikerjakan sesuai target.
***

Keesokan harinya, matahari mulai menelanjangi mata dan kusegerakan untuk berangkat ke toko. Aku berangkat kerja dengan sangat semangat. Sesampai di toko, ku kerjakan sendiri semua pekerjaan yang menjadi planning awal sebelum berangkat. Aku foto semua barang – barang yang ada di display tanpa terkecuali barang – barang yang ada di dalam gudang sekalipun. Barang yang terlihat sepelepun ku foto untuk ku jadikan data – data dan ku simpan dalam file – file penting. Itu butuh waktu, tenaga dan pikiran yang menguras emosi seharian ini.
***

Kata DOSIE ternyata tidak main – main. DOSIE seolah menciptakan pikiranku buntu. Seolah tidak ada celah untuk sedikitpun saya tahu perihal DOSIE. Seharian sudah saya pelototin gambar – gambar hasil foto kemarin. Sambil ku pegangi kepalaku yang mulai tampak sedikit pusing. saya benar – benar tidak habis pikir. DOSIE ternyata bisa menciptakan hari – hariku buram, enggan bersemangat untuk bekerja, bahkan DOSIE bisa menguruskan badanku karna kurangnya nafsu makan. Rasanya, ini gres satu minggu. Aku berpikir, andaikan saya memikirkan DOSIE ini lebih dari satu minggu. Apa jadinya? Badanku mungkin yang kini mirip kerbau ini akan menjelma lintingan gerih.

Ku hela nafas pelan – pelan. Ku hirup udara malam ini dengan penuh perasaan. Tanpa terasa bibir ini berucap...
’’ DOSIE...DOSIE...’’
Aku pun mulai hilang kesadarn dengan menutup malam ini dengan tidur di sofa dan ditemani secarik kertas mungil bertuliskan DOSIE.
***

Pagi nampak begitu cerah, awan yang membiru bercampur warna putih seolah menggambarkan birunya hatiku dan cerahnya hatiku sesudah kurang lebih satu ahad memikirkan DOSIE. Aku mulai bersemangat kerja. Dan kutatap penuh semangat hari ini. Sejenak kutinggalkan DOSIE yang sudah menguruskan badanku dan mendominasi pikiran dan ruang gerakku. Tapi entah mengapa, disaat saya ingin sejenak saja melupakan DOSIE, bayang – bayang lelaki bau tanah itu tiba – tiba hinggap dipikiranku. Dan ternyata sialnya, ini bukan bayang – bayang tapi kenyataan. Lelaki bau tanah itu sudah ada di hadapanku persis dengan kemeja yang berbeda. lelaki bau tanah itu menggunakan kemeja dan celana warna hitam. Memakai kacamata hitam dan menggunakan topi hitam. Semuanya serba hitam termasuk tongkatnya.

Pikiran ngelantur mulai menghinggapiku. Pikirankupun pribadi tertuju bahwa lelaki bau tanah ini sedang berduka. Timbul banyak sekali pertanyaaan dalam diriku...
’’ Apa ia habis melayat...’’
’’ Jangan...jangan...’’
Otakku pun pribadi bertuliskan DOSIE...

Kutarik nafas panjang dan kuberanikan untuk bicara meskipun saya tahu ia bisu.
’’ Ada yang bisa saya bantu pak? ’’
Dia pun mengeluarkan secarik kertas dari kantong celananya dan ia berikan kepada saya, kemudian ia pergi begitu saja.
Kertas itu sama ukurannya: mungil, sama warnanya: putih dan sama pula bentuknya: persegi empat. Dan yang lebih membuatku asing sama isinya. Terangkai dari aksara D_O_S_I_E alias DOSIE. Ini yang kedua kalinya kertas itu bertuliskan dengan goresan pena yang sama.

Aku hanya bisa menggeleng – gelengkan kepalaku. Dan tidak mengerti...
’’ Apa arti semua ini? ’’
’’ Arti lelaki bau tanah itu? ’’
’’ Arti DOSIE? ’’
’’ Bursyit semuanya, semuanya sangat menjengkelkan yang menciptakan rasa penasaran. Aku muak dengan semua ini.’’

Salah seorang karyawan toko tiba – tiba menghampiriku dan berkata...
’’ Itu mungkin belum seberapa Pak, itu gres dua lembar. Ini untuk Bapak.’’
Ku lihat tumpukan kertas dalam kotak yang jumlahnya mungkin ratusan bahkan lebih dengan ukuran, warna, bentuk dan goresan pena yang sama yaitu DOSIE.
Tanganku tak henti – hentinya memegangi kepalaku dan keningku pun sedikit mengerut melihat tumpukan – tumpukan kertas itu.

Aku duduk sejenak dan bertanya dalam hati kecilku...
’’ Apa DOSIE begitu berarti untuk lelaki bau tanah itu? Hingga ia harus menulis sebanyak ini.’’
Kuambil nafas panjang. Akupun mulai menyusun rencana. Aku harus bisa mencari arti DOSIE yang sesungguhnya.
***

Di hari berikutnya. Seperti biasa lelaki bau tanah itu tiba dan mengatakan secarik kertas mirip yang sebelum – sebelumnya. Sesaat kemudian lelaki bau tanah itu keluar dari toko. Akupun mulai menjalankan rencanku. Aku mengikutinya dari belakang. Sesampai depan rumahnya, Lelaki bau tanah itu masuk ke dalam rumahnya. Aku melihat seorang perempuan tengah membuang sampah di depan pagar erat selokan. Aku yakin kalau itu ialah pembantunya. Karena perempuan itu berciri – ciri mirip pembantu rumah tangga yang pernah saya lihat sebelum – sebelumnya.

Aku beranikan bertanya...
’’ Maaf mbak, boleh saya minta tolong...’’
’’ Iya...’’
’’ Begini mbak, saya Manager di Toko Grosir seberang jalan itu mbak. Saya bingung, alasannya ialah setiap kali Bapak ke toko, Dia selalu mengatakan ini...’’

Sambil kuperlihatkan secarik kertas mungil berwarna putih berbentuk persegi empat dan bertuliskan DOSIE...
’’ Dan kertas bertuliskan DOSIE ini, tidak hanya satu lembar atau dua lembar mbak. Kertas dengan ukuran, warna, bentuk dan goresan pena yang sama ini cukup banyak jumlahnya mbak, ratusan lebih. Saya benar – benar resah mbak.’’
’’ Boleh saya tahu? Mungkin mbak tahu apa arti kata DOSIE ini? ’’
Seolah saya ragu kalau perempuan yang ada di hadapanku yang bekerja sebagai pembantu ini tahu perihal majikannya. tapi ternyata dugaanku kali ini salah. Dugaanku meleset dan berbanding terbalik. Ternyata ilmu kira – kiraku tak bisa dijadikan senjata lagi.

Pembantu lelaki bau tanah itupun mulai bercerita padaku...
’’ Bahwa majikannya ialah sepasang suami istri yang bisu dan tuli. Untuk mengambarkan cintanya pada istrinya. Lelaki bau tanah itu ingin mengenang masa – masa mereka pacaran. Masa – masa dimana mereka berdua dipertemukan alasannya ialah adanya DOSIE. Lelaki bau tanah itu ingin selalu mengatakan DOSIE pada istrinya yang kini hanya bisa terbaring di ranjang karna dimakan oleh usia. Dan ternyata yang lebih mengejutkan lagi, DOSIE yang terangkai dari aksara D_O_S_I_E itu ialah sejenis roti frozen yang berbentuk bulat lonjong berwarna kekuningan yang berisikan coklat maupun keju yang sebagian banyak berkomposisikan tepung terigu dan lezat disajikan hangat sesudah digoreng. Dulu DOSIE ini banyak dijual di toko daerah saya bekerja. Dan dulu tidak ada toko yang menjual DOSIE. Dengan maksud mengantarkan secarik kertas bertuliskan DOSIE dengan keinginan lelaki bau tanah itu bisa menemukan dan membeli DOSIE kembali yang dulu hanya toko ini yang menjualnya.Supaya lelaki itu bisa mempersembahkan DOSIE untuk hari – hari diusia senja mereka.’’

Tubuhku pribadi melemas, seolah tak percaya mendengar klarifikasi dari pembantu lelaki bau tanah itu...
’’ Makara selama ini DOSIE hanyalah sejenis roti frozen yang berbentuk bulat lonjong yang berwarna kekuningan yang berisikan coklat maupun keju? ’’

Aku hanya menggeleng – gelengkan kepalaku. Tapi satu hal yang menciptakan saya seolah tidak memandang DOSIEnya. Tapi ARTI DOSIE YANG SESUNGGUHNYA buat mereka. DOSIE ternyata begitu berarti buat cinta mereka. DOSIElah yang menciptakan mereka bertemu dan bersatu hingga kini diusia yang terbilang larut senja bahkan dibatas senja mirip ini. Aku cukup terharu dengan CINTA SEPASANG DENGAN SEGALA KETERBATASAN. Mereka dengan segala keterbatasan fisiknya bisa memperlihatkan ketulusan cinta mereka.
***

Keesokan harinya, saya pun dengan sigap mengotak – atik komputer yang tersedia di meja kerjaku. Aku mencari - cari data Perusahaan yang menjual DOSIE. Dan mengapa DOSIE hingga tidak di jual lagi di toko ini. Akhirnya sesaat saya menemukan jawabannya. DOSIE tidak dijual lagi di toko ini alasannya ialah NA atau Non Aktif tetapi masih produksi dan bisa diorder kembali dan bisa dijual kembali mirip dulu.
Akhirnya saya pun order DOSIE khusus untuk saya persembahkan kepada lelaki bau tanah itu dan istrinya biar cinta mereka tetap terkenang. Dan mirip rasa roti DOSIE ini, meskipun usang tidak dijual di toko ini, tapi rasa tetap sama. Seperti cinta mereka yang akan abadi hingga keduanya menutup mata.
SELESAI

PROFIL PENULIS
Nama : Lenny Puspita Sari
Tempat/ Tgl. lahir : Magetan, 10 Mei 1990
Hobby : Membaca, Menulis, Mendengarkan music dan Menyanyi
Facebook : lennypuspitasari51@yahoo.co.id
( Lenny Poespita Sari )

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel