Membantu Anak Dengan Mengenali Gaya Belajarnya Masing Masing
Senin, 18 Juni 2018
Coba perhatikan sebentar saja belum dewasa kita, keponakan, atau belum dewasa tetangga kita. Mereka mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda. Apa yang mereka lakukan setiap hari tidaklah sama. Ada yang selalu suka duduk di rumahnya sambil menonton TV atau membaca buku. Ada yang lebih suka bermain dengan teman sebayanya, entah itu main jual-jualan sayur dari daun-daun yang dipetik di kebun atau bermain becek-becekan atau juga bermain gunting-guntingan kertas yang sudah tidak terpakai. Atau ada juga yang lebih suka bermain mobil-mobilan dan sepak bola.
Berdasarkan pengamatan sekilas, secara kasat mata, kita sanggup membedakan keunikan masing-masing anak. Dari itu pulalah, kita sanggup bedakan keunikan cara dan gaya belajar mereka. Untuk lebih sanggup mengenali keunikan tersebut, sanggup juga dengan memakai jasa para psikolog yang mempunyai alat lebih lengkap untuk mengenali talenta dan keahlian masing-masing secara mendalam.
Tuhan membuat keunikan-keunikan itu untuk dimengerti orang bau tanah dan para guru nya tentunya. Ada anak secara cepat mengerti pelajaran "hanya" dengan membaca buku. Ada anak yang cepat mengerti dengan membuat lagu rap, konsep atau hafalan yang akan pelajarinya. Ada juga anak yang mengerti pelajaran atau konsep kisah dengan pinjaman visual, gambar dan bila perlu dibentuk miniatur soal kisah untuk memahaminya. Yah begitulah memang adanya. Tugas orang bau tanah dan guru, memfasilitasi keunikan-keunikan tersebut, kalau anda peduli dan ingin belum dewasa kita lebih berkembang lebih pesat.
Saya mempunyai pengalaman mengajar anak murid yang sangat susah memahami soal kisah matematika. Ketika dibantu dengan pinjaman animasi dan beberapa alat peraga, maka anak tersebut mulai sedikit memahami dan sanggup mengerjakan soal kisah tersebut. Lain halnya saat anak murid kesulitan dengan langkah-langkah aljabar. Maka alat bantu yang sesuai ialah membuat lembar kerja matematika dengan pinjaman kotak-kotak yang merupakan langkah-langkah aljabar yang harus diisi oleh anak murid tersebut, hingga menerima tanggapan tamat yang benar.
Cara tersebut disebut dengan metode "scaffolding" yang diambil dari istilah scaffolding, yaitu besi-besi penyangga bangunan yang belum jadi sebelum bangunan utama terbentuk. Tujuannya supaya siswa tersebut terbantu terlebih dahulu sehingga timbul rasa percaya dirinya untuk melanjutkan mengerjakan soal.
Lain perkara saat anak murid mempunyai gaya mencar ilmu kinestetik, artinya beliau mencar ilmu dan cepat menyerap pelajaran dengan cara menggerakkan bab tubuhnya menyerupai tangan, kaki, tubuh dll. Sehingga saat siswa tersebut mengerjakan soal matematika, maka guru atau pengajar sanggup membuat alat bantu berupa langkah-langkah aljabar di kertas lain dan siswa tersebut tinggal menggunting langkah-langkah aljabat tersebut dan menyusunnya sehingga menjadi langkah aljabar yang terperinci dan benar. Karena siswa dengan dominasi kinestetik, sangat menyukai untuk menggerakkan anggota tubuhnya menyerupai menggunting, menempel, bermain lompat tali atau membuat karya yang membutuhkan gerakan tangan.
Belajar dengan cara bermainpun sanggup jadi menyenangkan untuk anak murid supaya lebih menyerap pelajaran. Tentunya dengan permainan-permainan yang sesuai dengan bahan pelajaran yang sedang dipelajari. Belajar dengan bermain bukanlah hal yang tabu untuk dilakukan. Karena negara Finlandia yang sistem pendidikannya yang katanya paling maju di dunia pun menerapkan hal itu. Dan katanya saat anak dalam keadaan bahagia, maka otak pun lebih terbuka untuk menyerap informasi dan informasi tersebut sanggup bertahan usang dalam ingatannya. Seperti kita orang cukup umur yang selalu ingat masa-masa senang bukan?
Orang bau tanah kini mungkin khawatir saat anak-anaknya selalu bermain game di smartphone nya. Hal itu sanggup diganti dengan game-game yang edukatif, lebih mendidik dengan materi belajar. Sehingga belum dewasa secara tidak sadar mencar ilmu sambil bermain. Setiap otak siswa seperti mempunyai pintu yang berbeda saat menyerap informasi dan pelajaran. Dan kiprah orang bau tanah dan guru lah mengenali keunikan tersebut tanpa harus membanding-bandingkan dengan siswa lain. Semoga bermanfaat
Tuhan membuat keunikan-keunikan itu untuk dimengerti orang bau tanah dan para guru nya tentunya. Ada anak secara cepat mengerti pelajaran "hanya" dengan membaca buku. Ada anak yang cepat mengerti dengan membuat lagu rap, konsep atau hafalan yang akan pelajarinya. Ada juga anak yang mengerti pelajaran atau konsep kisah dengan pinjaman visual, gambar dan bila perlu dibentuk miniatur soal kisah untuk memahaminya. Yah begitulah memang adanya. Tugas orang bau tanah dan guru, memfasilitasi keunikan-keunikan tersebut, kalau anda peduli dan ingin belum dewasa kita lebih berkembang lebih pesat.
Saya mempunyai pengalaman mengajar anak murid yang sangat susah memahami soal kisah matematika. Ketika dibantu dengan pinjaman animasi dan beberapa alat peraga, maka anak tersebut mulai sedikit memahami dan sanggup mengerjakan soal kisah tersebut. Lain halnya saat anak murid kesulitan dengan langkah-langkah aljabar. Maka alat bantu yang sesuai ialah membuat lembar kerja matematika dengan pinjaman kotak-kotak yang merupakan langkah-langkah aljabar yang harus diisi oleh anak murid tersebut, hingga menerima tanggapan tamat yang benar.
Cara tersebut disebut dengan metode "scaffolding" yang diambil dari istilah scaffolding, yaitu besi-besi penyangga bangunan yang belum jadi sebelum bangunan utama terbentuk. Tujuannya supaya siswa tersebut terbantu terlebih dahulu sehingga timbul rasa percaya dirinya untuk melanjutkan mengerjakan soal.
Lain perkara saat anak murid mempunyai gaya mencar ilmu kinestetik, artinya beliau mencar ilmu dan cepat menyerap pelajaran dengan cara menggerakkan bab tubuhnya menyerupai tangan, kaki, tubuh dll. Sehingga saat siswa tersebut mengerjakan soal matematika, maka guru atau pengajar sanggup membuat alat bantu berupa langkah-langkah aljabar di kertas lain dan siswa tersebut tinggal menggunting langkah-langkah aljabat tersebut dan menyusunnya sehingga menjadi langkah aljabar yang terperinci dan benar. Karena siswa dengan dominasi kinestetik, sangat menyukai untuk menggerakkan anggota tubuhnya menyerupai menggunting, menempel, bermain lompat tali atau membuat karya yang membutuhkan gerakan tangan.
Belajar dengan cara bermainpun sanggup jadi menyenangkan untuk anak murid supaya lebih menyerap pelajaran. Tentunya dengan permainan-permainan yang sesuai dengan bahan pelajaran yang sedang dipelajari. Belajar dengan bermain bukanlah hal yang tabu untuk dilakukan. Karena negara Finlandia yang sistem pendidikannya yang katanya paling maju di dunia pun menerapkan hal itu. Dan katanya saat anak dalam keadaan bahagia, maka otak pun lebih terbuka untuk menyerap informasi dan informasi tersebut sanggup bertahan usang dalam ingatannya. Seperti kita orang cukup umur yang selalu ingat masa-masa senang bukan?
Orang bau tanah kini mungkin khawatir saat anak-anaknya selalu bermain game di smartphone nya. Hal itu sanggup diganti dengan game-game yang edukatif, lebih mendidik dengan materi belajar. Sehingga belum dewasa secara tidak sadar mencar ilmu sambil bermain. Setiap otak siswa seperti mempunyai pintu yang berbeda saat menyerap informasi dan pelajaran. Dan kiprah orang bau tanah dan guru lah mengenali keunikan tersebut tanpa harus membanding-bandingkan dengan siswa lain. Semoga bermanfaat