Kumpulan Dongeng Lucu Mukidi Yang Bikin Ngakak Dan Menciptakan Sakit Perut

Siapa yang tidak kenal dengan Mukidi, seseorang yang dikenal dengan Cerita Lucunya yang menciptakan anda tertawa lepas. Sampai dengan hari ini saya tidak tau siapa sosok Mukidi yang menjadi target tembak dongeng lucu, Karna namanya yang gampang di inggat atau sebab identik dengan orang jawa (hehehe orang jawa kan lucu-lucu). Ada 29 dongeng lucu yang di ambil dari Whatshap, Facebook dan BBM semuanya dongeng gokil, dongeng yang konyol dan kocak. Dalam setiap dongeng lucu yang bikin ngakak ini dibentuk dalam satu tema dann menunjukkan anda kepuasan utuk tertawa. Persiapkan dulu Kopi secangkir dan Rokok (uppssss Dilarang Merokok) Siapkan energi yang besar lengan berkuasa supay perut anda tidak sakit.

Semua dalam dongeng ini Fokus pada Mukidi, ada yang bahasa Jawa ada yang murni Bahasa Indonesia dan ada Juga Bahasanya yang ngak lengkap kwkwkw, jadi mohon maaf bila dari anda sekalian ada yang berjulukan Mukidi sebab ini hanya humor belaka. Boleh anda copypaste dongeng lucu mukidi ini ke BBM, WA ataupun FB tapi jangan lupa kasih sumbernya ya. Cerita Lucu 2016, Cerita Lucu 2017 semua tersaji diisini, selamat membaca.

1. Surga atau Neraka
Bu Guru: “Anak-anak. Siapa yang mau masuk surga?”
Anak-anak: (Dengan serempak) “Sayaa!”
Mukidi: (Lagi duduk di belakang hanya membisu saja).
Bu Guru: “Siapa yang mau masuk neraka?”
Anak-anak: “Tidak mauu!”
Mukidi: (Tetap membisu saja).
Bu guru: (Mendekat) “Mukidi, kau mau masuk nirwana atau neraka?”
Mukidi: “Tidak kedua-duanya Bu Guru.”
Bu Guru: “Kenapa?”
Mukidi: “Habis waktu ayah saya mau meninggal, ia berpesan. Mukidi, apapun yang terjadi kau harus masuk TENTARA.

2. Bantu Nenek
Mukidi melihat mbah Kartinem sedang kebingungan di kantor pos.
Mukidi: “Bisa saya bantu nek?”
Nenek: “Tolong pasangin perangko sama tulis alamatnya nak.”
Mukidi: “Ada lagi nek?”
Nenek: “Bisa bantuin tulis isi suratnya sekalian?”
Mukidi: (Mengangguk).
(Si mbah kemudian mendiktekan surat hingga selesai).
Mukidi: “Cukup nek?”
Nenek: “Satu lagi nak. Tolong di bawah ditulis, maaf goresan pena nenek jelek.”

3. Masih Salah
Wakijan sudah insyaf dan mulai rajin ngaji.
Ustad: “Mas Wakijan, sholat Subuh ada berapa rakaat?”
Wakijan: “4, ustad!”
Ustad: “Mas Wakijan pulang dulu deh, cari balasan yang benar.”
(Di tengah jalan Wakijan ketemu Mukidi sahabatnya).
Wakijan: “Di, berdasarkan kau sholat subuh ada berapa rakaat?”
Mukidi: “Ya 2 lah.”
Wakijan: “Wah payah dah, mendingan lu pulang deh. Belajar lagi.”
Mukidi: “Emang kenapa?”
Wakijan: “Nah gue bilang 4 aja masih salah, apalagi 2?”

4. Bikin Kondom
Di ruang operasi rumah sakit, seorang dokter bedah melihat Mukidi yang akan dioperasi kelihatan gelisah. Untuk menenangkannya, Mukidi diajak bercanda.
Dokter: “Bapak tau cara menciptakan sarung tangan karet yang sedang saya pakai ini?”
Mukidi: “Tidak dok.” (Sambil memberi isyarat dengan tangannya).
Dokter: “Begini Pak. Karet mentah direbus hingga meleleh kemudian pegawai pabrik rame2 mencelupkan tangan ke dalam cairan karet itu. Setelah itu tangan segera diangkat untuk diangin-anginkan. Tak usang kemudian jadilah sarung tangan ibarat ini.”
Mukidi: (Tersenyum mendengar klarifikasi sang dokter).
(Beberapa ketika kemudian ).
Mukidi: (Tertawa terpingkal-pingkal).
Dokter: (Heran) “Mengapa Anda tertawa ibarat itu?”
Mukidi: “Dengar dongeng dokter tadi, saya kemudian membayangkan bagaimana cara menciptakan kondom.”
Dokter: (Bengong).

5. Istri Mukidi Pemalu
Suatu hari Markonah, istri Mukidi bercerita pada suaminya.
Markonah: “Mas tadi waktu saya buka BH di depan beling yang di pinggir jendela. Eh ngga tahunya ada pemuda ganteng lihatin saya terus.”
Mukidi: “Terus apa yang kau lakukan?”
Markonah: “Aku malu banget mas, kemudian saya tutupin aja muka saya pake BH.”
Mukidi: “Dasar dodol.”
Markonah: “Bukan dodol Mas. Tapi saya malu.”

6. Tidak Ada Kembalian
Cak Mukidi ke pasar, mau kulineran rujak cingur yang penjualnya ibu-ibu asal Madura bertubuh semok berjulukan Bu Markonah.
Mukidi: “Bu, rujak satu, berapa?”
Markonah: “Sepoloh rebu, cak.”
Selesai dibungkus, Cak Mukidi bayar dengan uang Rp 20.000.
Markonah: “Cak, tangan saya lagi belepotan, kembaliannya ambil sendiri di sini ya,” (Sambil menunjuk kepingan dada atas).
Tanpa ragu-ragu Cak Mukidi merogoh sebab orang Madura memang biasa menaruh segala macem di sana pikirnya.
Mukidi: “Nggak ada Bu.”
Markonah: (Kasih instruksi) “Lebih dalam lagi, terus, terus. Ke kanan, ke kiri.”
Mukidi: “Nggak ada Bu.”
Markonah: “Ya sudah.”
Mukidi: “Lah terus mana kembalian saya?”
Markonah: (Dengan enteng berkata) “Ongkos rogoh-rogoh sepoloh rebu Cak, sampeyan kira goh-rogoh nang njero kutang ku gratis.”
Mukidi: (Hanya garuk-garuk kepala sambil nyengir mendengar Bu Markonah).

7. Efek Kosmetik
Menjelang Idul Fitri Markonah tertarik membeli kosmetik mahal orisinil Paris bukan beli dari MLM ibarat teman-temannya. Kosmetik gila yang lebih mahal dari Bobbi Brown, Stila, dan Mac berdasarkan salesgirlnya memberi garansi, pemakainya akan tampil jauh lebih muda dari usianya.
Setelah berjam-jam duduk di depan meja rias, mengoleskan kosmetik ajaibnya,
Markonah: “Mas, sejujurnya berapa tahun kira-kira usiaku sekarang?”
Mukidi: (Memandang lekat-lekat istrinya tercinta) “Kalau dilihat dari kulitmu, usiamu 20 tahun, rambutmu, hm 18 tahun, penampilanmu 25 tahun.”
Markonah: “Ah mas Mukidi niscaya cuman menggoda.” (Tersipu manja).
Mukidi: “Tunggu dulu sayang, saya ambil kalkulator, saya jumlahkan dulu ya.”

8. Terjebak Di Bioskop
(Jam 8 pagi di kantor bioskop).
(Kriing! telpon di meja kantor bioskop XXl berbunyi).
Mukidi: “Halo mas, saya mau nanya, bioskop buka jam berapa?”
Penjaga: “Jam satu mas.”
Mukidi: “Bisa buka jam sembilan tidak mas?”
Penjaga: “Gak bisa. Biasa jam satu bukanya.”
(Jam 11, telepon suara lagi).
Mukidi: “Halo. Jam berapa bukanya bioskop?”
Penjaga: “Kamu yang telpon tadi ya mas? Kan sudah dikasih tau, bukanya jam 1.”
Mukidi: “Jam 12 tidak bisa, mas?”
Penjaga: “Tidak bisa! Emang bioskopnya mbahmu apa!”
Mukidi: “Nawar sedikit saja mas. Gak apa2, sudah setengah satu saja ya?”
Penjaga: (Jengkel) “Sebenarnya kau mau nonton film apa tho, kok telepon terus-terusan?”
Mukidi: (Sambil menangis) “Saya ini sebetulnya di dalam bioskop mas. Tadi malam pas nonton pilem ketiduran. Tolong mas, bukakan pintunya. Saya pingin pulang.”

9. Terlalu Sayang Sama Istrinya
Suatu hari istri Mukidi akan melahirkan anak pertama mereka. Mukidi pun buru-buru ke rumah sakit dan disuruh masuk untuk menyaksikan proses persalinan.
(Setelah persalinan selesai Mukidi pun mengecup kening Markonah, istrinya).
Mukidi: “Alhamdulillah, anak kita perempuan, makasih yaa, sayaang.”
Markonah: “Iyaa, kang.”
Mukidi: “Sakit yaa, sayang?”
Markonah: “Iyaa kang, sakiit banget!”
Mukidi: “Yang, saya sayaaang banget sama kamu. Aku ga tega.”
Markonah: “Iyaa kang!”
Mukidi: “Nanti kalau untuk anak kedua titip sama yang lain aja ya, jangan dari kau lagi, saya ga tega, yaang.”
Markonah: #%&$*

10. Selalu Buka Toko
Katijah belanja untuk bikin camilan manis lebaran,
Katijah: “Mas ada terigu?”
Mukidi: “Gak ada bu.”
Katijah: “Telor?”
Mukidi: “Kosong bu?”
Katijah: “Gula pasir?”
Mukidi: “Habis!”
Katijah: “Terigu gak ada, telor kosong, gula pasir habis. Kenapa gak ditutup saja tokonya?”
Mukidi: “Kuncinya gak ada bu.”

11. Berhenti Merokok
Dokter: “Hebat. Pak Mukidi sudah brenti merokok ya?”
Mukidi: “Betul. Teman saya mati sebab rokok.”
Dokter: “Dia kena kanker?”
Mukidi: “Bukan dok. Motornya ditabrak kendaraan beroda empat box Gudang Garam.”

12. Kolak Biji Salak
Mukidi: (Menemui Wakijan) “Celaka Jan. Markonah hampir membunuhku.”
Wakijan: “Kenapa? Kamu diracun?”
Mukidi: “Bukan. Dia masak kolak biji salak.”
Wakijan: “Istriku juga suka bikin biji salak (Heran) Apa masalahnya?”
Mukidi: “Iya tapi istriku pakai biji salak beneran!”

13. Dompet Ketinggalan
Selesai berbuka puasa di warung Padang,
Mukidi: (Menghampiri pemiliknya) “Uda, pernah dengar gak hadits yang menyampaikan bahwa memberi makan orang yang berpuasa pahalanya sama dengan pahala orang yang berpuasa?”
Uda: “Ya, saya sering dengar. Tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.”
Mukidi: “Syukurlah, uda rupanya sering ngaji ya?”
Uda: “Memangnya kenapa?”
Mukidi: “Dompet saya ketinggalan.”

14. Gigi Copot Gara-gara Pizza
Dokter: “Wah pak Mukidi, kenapa gigi bapak hingga rompal, rahang bapak  bengkak pula?”
Mukidi: “Begini dok, Markonah istri saya menciptakan pizza untuk berbuka puasa.”
Dokter: “Lalu?”
Mukidi: “Pizzanya keras banget ibarat balok kayu.”
Dokter: “Pak Mukidi kan nggak perlu memakannya?”
Mukidi: “Itu yang saya lakukan dok, makanya gigi saya copot gara-gara digampar pakai pizza tadi.”

15. Selingkuh
Markonah: “Mas mukidi, kau jahat.”
Mukidi: “Kenapa dek?”
Markonah: “Mas mukidi selingkuh!”
Mukidi: “Siapa yang bilang!”
Markonah: “Ada tetangga yang liat kemarin mas mukidi boncengi perempuan.”
Mukidi: “Oh, itu pacar gelapku.”
Markonah: “Oh, jadi bukan menduakan toh.”
Mukidi: “Bukan.”
Markonah: “Yaudah, maafkan saya ya mas, udah berprasangka mas selingkuh.”

16. Kisah Lucu Indonesia Tetap Mukidi
Jaya ialah tetangga Mukidi, tapi mereka tak pernah rukun. Mukidi merasa Jaya ialah saingannya. Jika Jaya beli sepeda baru, Mukidi tidak mau kalah. Mukidi ya beli sepeda gres juga.
Ketika menjelang Lebaran, rumah Jaya dicat merah. Besoknya, Mukidi mengecat dengan warna merah juga. Karena kini 17 Agustusan, Jaya memasang spanduk di depan rumah bertulisan (INDONESIA TETAP JAYA).
Hati Mukidi panas dan memasang spanduk juga dangan goresan pena (INDONESIA TETAP MUKIDI).

17. Bolak Balik Bengkel
Mukidi mendatangi bengkel langganannya,
Mukidi: “Mas, gimana sih, saya sudah 3 kali bolak-balik kemari tapi remnya kata istri saya masih terlalu jauh.”
Penjaga Bengkel: “Pak, daripada bolak-balik ganti rem, mengapa bukan istri bapak saja yang diganti?”

18. Jalan-jalan ke Singapura
Mukidi sedang ketiban rejeki sanggup bonus jalan-jalan ke Singapura dan menginap di hotel bintang 5. Saat menikmati tontonan TV di kamar, dia melihat ada tikus lewat. Dia mau complaint tapi nggak tau cara ngomongnya dalam bahasa Inggris.
(Akhirnya dia nekad menelpon resepsionis).
Mukidi: “Sir, do you know Tom and Jerry?”
Resepsionis: “Yes I know, why sir?”
Mukidi: “Jerry is here!”

19. Jadwal Buang Air
Pada suatu ahad pagi Mukidi (45 th) berkunjung ke rumah sahabat baiknya Sukimin (48 th) untuk menyambung tali silaturahmi. Merekapun berbincang-bincang dengan akrab. tapi Mukidi melihat ada yang janggal pada ekspresi wajah Sukimin,
Mukidi: “Min sampean kok kalau diliat2 kayak orang lagi kurang sehat ya? Emang lagi ga yummy badan?”
Sukimin: “Iya, belakangan ini saya emang lagi ga yummy tubuh di, gara2 ada yg saya lagi pikirin.”
Mukidi: “Kamu tu mikirin apa to min, min.”
Sukimin: “Ini, mmm, saya punya kebiasaan aneh.”
Mukidi: “Aneh apa?”
Sukimin: “Aku punya kebiasaan setiap hari suka buang air besar setiap jam 7 pagi.”
Mukidi: “Lah anggun itu! Emang udah kodrat insan kalo pagi niscaya buang hajat. Itu kan namanya sehat.”
Sukimin: “Sehat sih sehat di, tapi masalahnya saya tuh selalu bangkit jam 9an!”

20. MUKIDI Ikut Lomba Nyanyi Lagu Hari Kemerdekaan
Mukidi: “Enam belas agustus tahun empat lima…”
Juri: “Salah itu, ulangi!”
Mukidi: “Enam belas agustus tahun empat lima…”
Juri: “Salah, kesempatan terakhir!”
Mukidi: “Saya ndak salah pak, sampean dengar saya nyanyi dulu..”
(Akhirnya juri serius mendengarkan Mukidi bernyanyi).
Mukidi: “Enam belas agustus tahun empat lima, BESOKNYA hari Kemerdekaan kita…”

21. Cerita Humor MUKIDI Dan Rapotnya
Ini dongeng Mukidi ketika mendapatkan rapot,
Mukidi: “Pak, nanti libur terima rapot beliin saya sepada ya..”
Bapak Mukidi: “Oke, tapi rapot sekolahmu harus ada angka 9 nya. Ga usah semua, cukup tiga saja..”
(Setelah mendapatkan rapot).
Mukidi: “Pak, rapot saya angka 9 nya ada tiga.. Sepedanya mana Pak!!”
Bapak Mukidi: “Nahh gitu dong, itu gres namanya anak bapak. Tuh, sepedanya sudah bapak beli.. Rapotnya mana??”
Mukidi: “Saya taro diatas TV pak..” (Sambil mengayuhkan sepeda barunya).
Isi raport Mukidi:
-Matematika = 3
-IPA = 4
-Penjas = 4
-IPS = 4
-Bhs Indonesia = 3
-Sakit = 9
-Ijin = 9
-Alpa = 9

22. Kehilangan Dompet
Kali ini Mukidi kehilangan dompetnya yang berisi uang, SIM, kartu debet, kartu kredit dan surat penting lainnya. Mukidi kemudian meminta derma kepada seorang dukun biar dompetnya sanggup kembali lagi.
Mukidi: “Mbah tolong bantu untuk menemukan dompet saya yang hilang tadi
siang..”
Mbah Dukun: “Tunggu hingga besok.”
Mukidi “Tunggu gimana nih mbah, isi dompet saya itu ada uang, SIM, kartu kredit, dan surat-surat penting lainnya!”
Mbah Dukun: (Kesal) “Saya tidak sanggup menemukan dompet sampean sebelum menemukan kunci kamar praktek saya yang hilang semenjak kemarin.”

23. Makara Mahasiswa S2
Mukidi ditanya profesor pembimbing mengenai hasil penelitiannya.
Prof: “Bagaimana hasil risetmu?”
Mukidi: “Wah sukses prof. Dengan bimbingan profesor, saya sanggup mengkawinkan 2 flora yang berbeda jenis, flora singkong dan kelapa..”
Prof: “Wah anggun sekali. Makara antara flora singkong dan kelapa sanggup kau kawinkan??”
Mukidi: “Bisa prof..”
Prof: “Wah, mantab banget penemuanmu itu..”
Mukidi: “Iya prof..”
Prof: “Trus hasilnya jadi apa???”
Mukidi: “Gethuk prof..”
Prof: (Tepuk jidat)

24. Mantra Penyembuh Mukidi
Mukijan meminta Pak mukidi untuk mengobati anjingnya yang sekarat. Pak Mukidi tersenyum dan mengiyakan. Mereka berdua menuju rumah Mukijan.
Melihat anjing tersebut sekarat, Mukidi yang orisinil Solo itu menempelkan telapak tangannya ke jidat anjing,
Mukidi: “Su, asu (Njing, anjing) nek kowe arep mati, yo mati-ò (Kalau kau mau mati, ya mati aja). Nek arep urip, yo waras-ò (Kalau mau hidup, sembuhlah).”
(Mukijan berpikir Pak Mukidi memakai bahasa Latin).
Diam2 Mukijan menghafalkan kata2 yang dia kira mantra / doa itu. Setelah itu Pak Mukidi pribadi pulang.
Beberapa hari kemudian, Mukijan lari2 ke rumah Pak mukidi bermaksud melaporkan kalau anjingnya sudah sembuh. Namun ternyata, Pak mukidi sedang sakit.
Mukijan yang kaget mengetahui Pak Mukidi sakit, pribadi menuju ke kamar Pak mukidi dan menempelkan telapak tangannya ke dahi Pak mukidi. Selanjutnya Mukijan membaca mantra.
Mukijan: “Su, asu, nek kowe arep mati, yo mati o. Nek arep urip, yo waras o.”

25. Mukidi Ngajarin Kambing Berenang
Dokter: “Jaga kolesterol ya Pak, hindari makan daging berlemak dan jeroan, terutama Kambing!”
Mukidi: “Wah kambing itu kesukaan saya. Makara saya mesti makan apa dok?”
Dokter: “Pokoknya segala macam yang berenang di air tawar kondusif untuk dimakan.”
Seminggu kemudian dokter mampir di rumah Mukidi.
Dokter: “Bapak Mukidi ada?”
Pembantu: “Ada dok, Pak Mukidi semenjak pagi berenang, tuh di kolam renang.”
Dokter: “Wah, rajin olah raga ya?”
Pembantu: “Bukan dok, Bapak lagi ngajarin kambing berenang, biar kondusif dimakan, kata Bapak.”

26. Mukidi Senggolan Dengan Bule
Mukidi: “I’m sorry, Sir.”
Bule: (Yang juga merasa bersalah) “I’m sorry, too.”
Mukidi: (Gak mau kalah) “I’m sorry, Three.”
Bule: (Bingung) “Sorry For?”
Mukidi: “Sorry Five!”
Bule: (Makin bingung) “Are you Sick?”
Mukidi: “No Sir, I’m Seven.”

27. Mukidi: Dikantor Juga Ada
Mukidi berangkat kerja terburu-buru, oleh Markonahnya diperingatkan biar tidak melupakan sesuatu.
Markonah: “Pak, kok buru-buru sekali, minum kopinya dulu!”
Mukidi: “Buru-buru Ma, minum kopinya nanti saja di kantor sudah ada.
Markonah: “Pak, koran paginya gak dibawa.”
Mukidi: “Tidak usah Ma, di kantor juga ada.”
Markonah: “Ya sudah deh, kalau gitu cium Mama aja dulu..”
Mukidi: “Tidak usah Ma, dikantor juga ada…”
(Gubrak, prang, bruk, plak)

28. Mukidi Tidak Pakai Bra
Sule dan Andre pergi ke apotek untuk membeli obat :
Sule: “Lu aja yang masuk, gua nungguin di luar aja.”
Andre: “Ya udah, tapi jangan lu tinggalin gua ya.”
Sule: “Iye, buruan sono, nanti keburu tutup.”
Keluar dari apotek,
Andre: (Berbisik) “Sule, lu tau gak? Penjaga apoteknya gak pakai bra.”
Sule: “Ah, serius lo?”
Andre: “Ya iyalah, masa ya iya dong. Salah sendri tadi ga ikutan masuk.”
Sule: “Wuih, tadi lu ajakin kenalan, gak?”
Andre: “Otomatis, donk. Foto bareng, malah.”
Sule: “Asyik bener lu ya? Namanya siapa?”
Andre: “Namanya Mukidi.”

29. Mukidi Giring Kepiting
Gara-gara Markonahnya ngidam kepiting, Mukidi rela berangkat ke pasar untuk membelikannya. Tanpa diduga, di angkot Mukidi ketemu mantan pacarnya ketika masih SMP, jadinya dia lupa tujuan semula dan menghabiskan waktu seharian dengan sang mantan.
Waktu sudah sore ketika dia ingat harus membeli kepiting. Bergegas dia pergi ke pasar kemudian membeli 5 kg kepiting. Untuk mengelabui sang Markonah. Sesampe di halaman rumah segera kepiting2 itu dilepas ikatannya kemudian disebarkan ke tanah. Dengan sebatang tongkat, digiringnya kepiting2 tersebut.
Mukidi: (Sambil ber-teriak teriak) “Ayo cepetan jalan, sebentar lagi sudah nyampe rumah.”
Sang Markonah yang mendengar teriakan Mukidi segera keluar rumah. Melihat ulah suaminya,
Markonah: (Tertawa ter-bahak bahak). “Weleh, weleh.. Mas Mukidi bawa kepiting kok digiring kayak giring angsa aja, pantesan jam segini gres nyampe rumah.”

Bagaimana 29 dongeng Mukidi di atas lucu tidak, ekspresikan dikolom komentar ya, kalau Kopinya sudah habis silahkan dibentuk lagi dan lihat Cerita lainnya. sumber : riajenaka.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel